PRA Dan RRA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1.



Sejarah munculnya PRA dan PRA a. Sejarah munculnya Rapid Rural Appraisal (RRA) “Rapid Rural Appraisal” (RRA) merupakan seperangkat teknik yang digunakan



praktisi pembangunan di pedesaan untuk mengkoleksi dan menganalisa data (Conway dan Chambers, 1992). RRA dikembangkan pada dekade 1970-an dan 1980-an sebagai respon dari kesadaran bahwa pihak luar (outsiders) seringkali kehilangan (missing) atau salah paham (miscommunicating) dengan masyarakat lokal ketika melakukan kegiatan pembangunan bersama. Pada awal 1970-an disadari bahwa program alih teknologi tak selalu sesuai untuk orang miskin. Ada hubungan yang kompleks antara faktor lingkungan, ekonomi, sosial, serta budaya. Seharusnya hal ini dipandang sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Tak mungkin merubah satu elemen tanpa mempengaruhi elemen lain. Implikasinya, ekonomi yang berkembang di satu desa saling terkait dengan misalnya bagaimana penduduk memposisikan lingkungan, bagaimana motivasi hidup mereka, serta nilai-nilai apa yang mereka pegang teguh. Jadi, sistem harus dipahami sebagai satu kesatuan. Karena adanya permasalahan pada metode ini, seperti mengalami kebuntuan solusi dan ketidakpuasan,membuat RRA tidak bertahan lama, sehingga muncul metode baru yaitu PRA. b. Sejarah munculnya Participatory Rural Appraisal (PRA) Selama tahun 1980an, PRA pertama kali dikembangkan di India dan Kenya, terutama didukung oleh LSM yang beroperasi di tingkat akar rumput. Sampai saat ini PRA berkembang sangat cepat dalam hal metodologi, penciptaan alat baru dan secara khusus dengan cara yang berbeda diterapkan. PRA menekankan pada pemberdayaan masyarakat lokal untuk berperan aktif dalam menganalisis kondisi kehidupan, masalah dan potensi mereka sendiri untuk mencari perubahan situasi mereka. Perubahan ini seharusnya dicapai dengan tindakan kolektif dan masyarakat setempat diundang untuk memikul tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan masing-masing. Anggota tim PRA bertindak sebagai fasilitator. Disini bukan lagi para ahli eksternal melainkan orang-orang lokal sendiri yang "memiliki" hasil Lokakarya PRA



2.



Prinsip-prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA) 



Partisipasi : Masukan masyarakat lokal dalam aktivitas PRA adalah bernilai penting.







Kerjasama tim : Pada tingkat kebenaran data PRA bersandar pada pengungkapan pendapat dan interaksi informal dari mereka yang dilibatkan (lokal dan luar)







Fleksibilitas : PRA bukan sebagai metode yang baku, karena bergantung pada tujuan, sumberdaya, keahlian, keterampilan, dan waktu. Kombinasi teknik yang sesuai diperlukan sebagai konteks pengembangan tertentu.







Ketidaktahuan optimal : Berniat hanya mengumpulkan cukup informasi untuk membuat keputusan dan rekomendasi yang perlu.







Triangulasi : PRA bekerja dengan data kualitatif. Untuk memastikan bahwa informasi adalah dapat dipercaya dan sah, dimana sedikitnya tiga sumber.



3.



Studi kasus dan pembahasan berdasarkan prinsip PRA



Konsolidasi Tanah: Studi Kasus Kecamatan Gedebage, Kota Bandung Bandung kini telah menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia yang menghadapi berbagai permasalahan tanah perkotaan. Seiring dengan perkembangan tersebut, kota Bandung menjadi pusat Metropolitan Bandung Raya atau Bandung Metropolitan Area (BMA). Perkembangan tersebut diikuti dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan kota, dan bertambahnya aktivitas kota. Pada sisi lain, perkembangan kota ini ternyata hanya terjadi pada Bandung bagian Barat. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya kesenjangan antar wilayah terutama dengan Bandung bagian Timur. Di sisi lain, beban Bandung bagian Barat semakin berlebih dan mengakibatkan penataan kota kurang terpelihara baik (RTRW Kota Bandung, 2004). Atas



dasar



kondisi



tersebut,



pemerintah



kota



Bandung



merencanakan



pengembangan pusat primer kedua di Gedebage. Menurut Restra Kota Bandung, 2004, pengembangan Gedebage ini ditujukan untuk menjawab kesenjangan wilayah dan kebutuhan ruang yang semakin tinggi. Pada proses pengembangan kawasan Kecamatan Gedebage, ternyata memiliki beberapa kendala yang harus dihadapi. Beberapa masalah tersebut adalah masalah sosial, sumber daya manusia, kelembagaan, dan masalah lingkungan. Masalah lingkungan merupakan kendala yang paling menghambat dalam pengembangan kawasan Gedebage. Salah satu upaya yang dinilai efektif mampu mengatasi masalah di atas adalah pengaturan tataguna tanah. Pengaturan tataguna tanah ini bertujuan untuk menata kembali penggunaan lahan, sehingga masalah yang ada dapat teratasi. Salah satu instrumen penting dalam pengaturan tataguna tanah adalah teknik konsolidasi tanah dengan melakukan penerapan Participatory Rural Appraisal (PRA).



Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan program penataan tanah secara keseluruhan dan dinilai mampu mengatasi masalah yang berkembang di Gedebage. Program ini didasarkan atas hasil kesepakatan bersama. Oleh karenanya, merumuskan kesepakatan bersama menjadi tantangan yang perlu diberi perhatian lebih. Keberhasilan dalam program ini adalah penataan atas kepemilikan tanah, sehingga lahan lebih tertata. Atas dasar tersebut, maka tujuan pelaksanaan program konsolidasi tanah di Gedebage adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses penataggunaan lahan dan pembangunan, memberikan arahan dalam proses perbaikan lingkungan dan penatagunaan lahan yang lebih baik, sehingga menunjang pembangunan Gedebage sebagai pusat primer baru, memadukan konsep penataan ruang berdasarkan perencanaan pemerintah, aspirasi masyarakat, dan kepentingan swasta. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat.  Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan



program



dengan



kebutuhan



masyarakat



sehingga



keberlanjutan



(sustainability) program dapat terjamin. 4.



Sebutkan teknik analisis PRA secara berurutan a. Teknik Penelusuran Alur Sejarah Lokasi/Desa Teknik PRA yang dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat disuatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri. b. Teknik Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan Teknik PRA yang dapat menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. c. Penyusunan Kalender Musim Teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian kegiatan –kegiatan dan keadaankeadaan yang terjadi berulang dalam satu kurun waktu tertentu (musim) dalam kehidupan masyarakat. d. Teknik Pembuatan Peta Teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah desa tersebut beserta lingkungannya. e. Teknik Penelusuran Desa/Lokasi Teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan menelsuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.



f. Pembuatan seksa Kebun Teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian berbagai aspek pengelolaan kebun diwilayah atau desa yang bersangkutan. g. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan Teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat dlingkungannya. h. Kajian Mata Pencaharian Teknik PRA yang digunakan memfasilitasi diskusi mengenai bebagai aspek mata pencaharaian masyarakat. i. Wawancara Keluarga Petani Teknik PRA yang dipergunakan untuk mengkaji sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek kehidupan keluarga petani, yang disusun didalam Pedoman Wawancara. j. Teknik Pembuatan Bagan Arus Masukan dan Keluaran Teknik PRA untuk mengkaji sistem sistem yang ada di masyarakat. k. Teknik Pembuatan Bagan Peringkat Teknik untuk mengkaji sejumlah topik dengan memberi nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan sejumlah kriteria perbandingan.