Pra Sekolah (Revisi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SEHAT PADA USIA PRASEKOLAH



Dosen Pengampu : Ns. Slametiningsih, M. Kep., Sp. Kep. Jiwa



Disusun Oleh : Devian Ayu Haniifah (2019720083) Rina Andriana (2019720069) Fahira Nisa Zain (2019720072) Lutfiah Nabilah (2019720081) Shafa Nisa Kamila (2017720076) Heppy Tiana R.P (2019720004)



PRODI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2021



2



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa Sehat Pada Usia Prasekolah” ini dengan sebaik mungkin. Makalah ini sebagai satu persyaratan kelulusan mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 diprogram sarjana FIK UMJ telah kami susun dengan maksimal. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Jakarta,  28Maret 2021                                                                                                Kelompok 4



3



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...........................................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................5 1.1 Latar Belakang.................................................................................................................5 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................6 1.3 Tujuan..............................................................................................................................6 BAB II KONSEP PERKEMBANGAN USIA PRASEKOLAH...........................................7 2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan.......................................................................7 2.2 Perkembangan Biologis...................................................................................................7 2.3 Perkembangan Motorik Kasar.........................................................................................7 2.4 Perkembangan Motorik Halus.........................................................................................8 2.5 Perkembangan Psikososial...............................................................................................9 2.6 Perkembangan Kognitif...................................................................................................10 2.7 Perkembangan Moral (Kohlberg)....................................................................................11 2.8 Perkembangan Spiritual...................................................................................................12 2.9 Perkembangan Citra Tubuh.............................................................................................12 2.10 Perkembangan Psikoseksual..........................................................................................13 2.11 Perkembangan Sosial.....................................................................................................14 2.12 Mekanisme Koping........................................................................................................16 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SEHAT USIA PRASEKOLAH...................18 3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................................18 3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................................22 3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................................22 4



BAB IV PENUTUP...............................................................................................................25 4.1 Kesimpulan......................................................................................................................25 4.2 Saran.................................................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



5



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Setiap manusia itu unik, maksudnya yaitu perkembangan dan pertumbuhan setiap individu berbeda-beda. Masa prasekolah yaitu usia anak dari 3 tahun sampai 6 tahun. Anak usia prasekolah mempunyai bakat yang akan berkembang, bakat ini akan terus berkembang bila anak usia prasekolah dilatih terus-menerus secara bertahap (Keliat, 2015; dalam Siti Lestari & Livana, 2019: 123-128). Perkembangan psikososial pada usia ini dialami anak untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain, berkhayal dan juga berinisiatif (ingin mengetahui cara melakukan sesuatu), mengenal dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dan menirukan orang lain (Siti Lestari & Livana, 2019: 123-128). Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia sekitar 3-6 tahun, dimana pada periode ini pertumbuhan fisik anak melambat dan perkembangan psikososial serta kognitifnya mengalami peningkatan. Pada periode usia ini, anak mulai mengembangkan rasa ingin tahunya, dan dapat berkomunikasi dengan lebih baik dari sebelumnya. Permainan adalah cara yang digunakan anak dalam belajar dan mengembangkan hubungannya dengan orang lain (DeLaune & Ladner, 2011; dalam Arif, 2019). Usia 3-5 tahun disebut sebagai “The Wonder Years” dimana pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan suatu hal. Anak usia prasekolah merupakan penjelajah, ilmuwan, seniman, dan peneliti. Mereka senang belajar dan terus mencari tahu, tentang bagaimana menjadi seorang teman, bagaimana terlibat dengan dunia, bagaimana mengendalikan tubuhnya, emosi, dan pikirannya. (Markham, 2019; dalam Arif, 2019). Tumbuh dan kembang setiap anak tentunya diharapkan normal seperti standar yang ada, mulai dari kesehatan fisik hingga kecerdasan anak. Tumbuh kembang anak yang baik tentu saja tercipta dari beberapa factor seperti faktor lingkungan banyak yang dapat terjadi dari faktor lingkungan salah satunya faktor psikologis dan social maka sebagai orang tua harus membimbing dan mengajarkan apa saja yang harusnya dilakukan pada anak untuk mempersiapkan anak tersebut menghadapi lingkungan di luar rumah dikarenakan anak pada usia prasekolah mereka sudah mulai bersosialisasi dengan teman sebayanya.



6



1.2 Rumusan Masalah Bagaimana konsep perkembangan dan asuhan keperawatan jiwa sehat pada anak usia prasekolah?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui konsep perkembangan anak usia prasekolah 2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa sehat pada anak usia prasekolah



7



BAB II KONSEP PERKEMBANGAN USIA PRASEKOLAH



2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-6 tahun. Pada anak usia prasekolah sudah dapat membedakan laki-laki dan perempuan, anak dapat buang air secara mandiri, dan pada usia ini anak memiliki inisiatif (banyak belajar untuk mengetahui cara melakukan sesuatu). Pertumbuhan dan perkembangan adalah hal yang berbeda yang tidak dapat di pisahkan atau saling berkaitan. Pertumbuhan adalah pertambahan besar dan jumlah sel dari tubuh seseorang yang dapat dilihat dan dapat diukur seperti berat badan dan tinggi badan (Soetjiningsih, 2012; dalam Yuliastati, 2016). Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi tubuh secara bertahap. Perkembangan tidak dapat dilihat dan di ukur namun dapat di perkirakan, karena merupakan proses peningkatan sistem organ di tubuh sehingga dapat melakukan sesuai fungsinya. Perkembangan juga meliputi perkembangan emosi, intelektual dan perilaku merupakan perkembangan yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2012; dalam Yuliastati, 2016). Misalkan, bayi baru bisa merangkak semakin bertambah usia anak mulai berjalan dan berlari.



2.2 Perkembangan Biologis Pada anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisik yang mulai melambat dan stabil. Pada usia ini pertambahan berat badan 2-3kg pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan akan tetap bertambah, Rata-rata pertambahan tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5 tahun (Hockenberry & Wilson, 2015)



2.3 Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan individu yang membutuhkan gerak dari seluruh tubuh yang juga melibatkan otot untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti 8



berjalan, berlari, melompat, duduk dan sebagainya. Pada saat sistem muskuloskeletal (tulangotot) anak prasekolah dapat berfungsi secara bertahap dan terus-menerus, keterampilan motorik yang ada menjadi lebih baik dan yang baru akan berkembang. Pada usia prasekolah, anak mempunyai kontrol yang lebih besar atas gerakannya (anak menjadi lebih aktif). Peningkatan pada aspek keterampilan motorik banyak terjadi selama periode usia prasekolah. Ada banyak keterampilan motorik kasar pada periode usia prasekolah. Fisik yang berkembang selama bermain menggunakan motorik kasar seperti: 



Pada usia 3 tahun, anak mulai bisa mengayuh sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki tanpa berpegangan, dan berjalan berjinjit.







Pada usia 4 tahun, anak dapat melompat, menari, dan menangkap bola dengan kedua tangan.







Pada usia 5 tahun, anak bisa melompat dengan satu kaki, berjalan lurus, dan mulai dapat memakai baju sendiri tanpa bantuan serta berenang.







Pada usia 6 tahun, anak sudah dapat mengendarai sepeda, berjalan lurus, dan berdiri dengan satu kaki selama 11 detik (Kemenkes RI, 2016).



2.4 Perkembangan Motorik Halus Perkembangan motorik halus adalah pergerakan anggota tubuh yang melibatkan otot. perkembangan motorik halus berfokus pada kemampuan anak dalam mengatur dan mengkoordinasikan



ketangkasan



dalam



penggunaan



tangan



dan



jemari



(Mulyani,2018).Sedangkan menurut (Suryana,2016), perkembangan motorik halus pada anak taman kanak-kanak (usia prasekolah) menekankan koordinasi gerakan motorik halus yang berhubungan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek menggunakan jari tangan. Dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah menekankan perkembangan melakukan gerakan yang berhubungan dengan penggunaan tangan dan jari tangan. Gerakan yang berhubungan dengan penggunaan tangan dan jari tangan bisa dilatih dalam kegiatan sehari-hari seperti saat makan dan pada saat menulis atau menggambar. Saat makan, orang tua bisa melatih motorik halus anak usia prasekolah dengan membiarkan anak makan sendiri menggunakan sendok, pada saat ini bisa dilihat bagaimana penggunaan tangan dan jari tangan dalam menggenggam sendok. Selain itu saat menulis atau menggambar, anak akan memegang pensil atau krayonnya sendiri untuk menggambar apa yang ada di imajinasi 9



mereka. Dengan caranya mereka memegang pensil atau krayonnya, itu bisa menjadi tolak ukur apakah anak dapat mengkoordinasikan tangan dengan jari tangan dengan baik. Pada usia 3 tahun, anak menggunakan tangannya untuk makan atau masih dalam tahap latihan menggunakan alat makan seperti sendok. anak menggunakan tangan dan jari tangannya untuk menggambar garis-garis tunggal yang membentuk bidang seperti persegi panjang, oval dan bentuk lainnya. Sedangkan pada anak usia 4-5 tahun, anak masih melatih dirinya untuk terbiasa menggunakan sendok dan garpu dengan baik. Dalam kegiatan menggambar, anak usia 4-5 tahun memasuki tahap menggambar objek yang sudah ia kenal seperti gambar yang menunjukkan sosok manusia, rumah, hewan, dan pohon. Pada anak usia 6 tahun anak biasanya sudah terbiasa menggunakan alat makan untuk makan. Dan pada kegiatan menggambar anak usia 6 tahun sudah bisa menirukan menulis huruf dan angka. Pada anak usia 6 tahun biasanya sudah dilatih oleh orang tuanya untuk merekatkan sepatunya sendiri atau memakai kaus kakinya sendiri. Oleh karena itu anak usia prasekolah memfokuskan pada kegiatan yang merupakan sebagai dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar anak nantinya.



2.5 Perkembangan Psikososial Menurut Slavin, 1994 (dalam Suryana,2016) anak usia prasekolah berada pada fase insiatif vs rasa bersalah yang digambarkan ciri-cirinya sebagai berikut: a. Dapat mengontrol perilakunya b. Dapat merasakan hal yang lucu c. Rasa takut dan cemas mulai berkembang d. Keinginan untuk berbohong tetapi takut untuk dilakukan e. Usia 6 tahun sudah bisa mempelajari mana yang baik dan salah f. Dapat menenangkan diri g. Usia 6 tahun sering berperilaku yang dominan seperti pemimpin tetapi dapat menerima nasihat h. Sering bertengkar namun cepat berbaikan i. Dapat menunjukkan sikap ramah j. Berdisiplin



10



Pada masa usia prasekolah, rasa ingin tahu dan kemampuan berimajinasi anak berkembang



yang



dapat



mengakibatkan



anak



akan



bertanya



mengenai



sesuatu



disekelilingnya. Apabila orang tua menolak inisiatif anak, anak akan merasa bersalah karena anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret yang terkadang orang tua sering menganggap anak berbohong padahal tidak demikian (Pupu,2018). Yang dimaksud orang tua menolak insiatif anak misalnya, anak berinisiatif membantu ibunya memotong sayuran tetapi ibunya menolak dengan alasan takut nanti anaknya terluka kena pisau/gunting. Anak merasa bersalah karena merasa tidak boleh membantu ibunya memasak. Menurut teori Sigmund Freud (dalam Pupu,2018) anak berada pada fase phalik atau fase dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki. Anak juga sudah bisa meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya. Pada fase ini anak memperhatikan perbedaan fisik seksual, seperti laki-laki yang memiliki penis dan perempuan tidak. Pada fase ini anak dapat meniru tingkah laku orang dewasa, apabila anak melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya, luruskan dengan cara menasihati, mencegah dan melarang dengan cara yang baik. Apabila anak sudah bisa berkomunikasi secara lisan, jelaskan mengapa anak tidak boleh melakukan hal itu. Dan jika anak melakukan perilaku yang baik, baiknya orang tua mengapresiasi mereka dengan cara memberikan pujian.



2.6 Perkembangan Kognitif Fase perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah berada pada fase praoperasional. Dalam tahapan ini, anak membuat penyesuaian persepsi dan motorik terhadap objek dan kejadian yang digambarkan dalam bentuk imajinasi, kata-kata, dan isyarat dalam meningkatkan bentuk organisasi dan logika (Mulyani, 2018). Menurut



tahapan



perkembangan



kognitif



Piaget



(Beaty,2014



dalam



Mulyani,2018),fase pra-operasional digambarkan sebagai berikut: a. Anak menguasai pemikiran simbolis seperti menggunakan kata-kata untuk mewakilkan kejadian yang tidak ada. b. Anak menggunakan objek untuk menyimbolkan tindakan dan kejadian seperti berpurapura benda berbentuk balok menjadi mobil.



11



c. Anak belajar menduga efek satu tindakan seperti jika memindahkan 3 kelereng dari kotak yang berisi 10 kelereng. Anak menyadari bahwa yang tadinya ia tidak memiliki kelereng menjadi memiliki kelereng dan jumlah kelereng yang ada di kotak berkurang. d. Anak dikecoh oleh tampilan misalnya meyakini wadah tinggi dan kecil berisi air secangkir air mempunyai isi lebih banyak dibandingnya air secangkir di wadah pendek dan lebar. e. Anak memikirkan produk akhir seperti bagaimana bisa karet menjadi balon, atau bagaimana beras menjadi nasi. Anak prasekolah menggunakan bahasa tetapi tidak memahami arti kata-kata seperti konsep kanan-kiri, kausalitas atau penyebab, dan waktu. Contohnya mereka tahu cara memakai sendal tetapi mereka tidak tahu yang mana kanan dan kiri jadi mereka mencoba untuk mencocokkan sisi sendal yang mana yang cocok dengan kaki mereka. Dalam konsep kausalitas, mereka menjelaskan kembali apa yang didengar oleh mereka tetapi pemahaman mereka terbatas. Mereka belum memahami waktu sehingga orang dewasa atau orang tua perlu menyebutkan waktu dengan jelas seperti “Ibu akan mengunjungimu setelah kamu selesai makan siang”. Mengungkapkan kapan terjadinya suatu peristiwa yang diharapkan terjadi dan dikaitkan dengan kejadian harian, diharapkan membantu mereka belajar tentang hubungan duniawi sambil meningkatkan kepercayaan mereka dengan orang lain. Anak-anak prasekolah percaya dengan kekuatan kata-kata dan memahami maknanya secara harfiah (menurut arti). Sepeti menyebut anak “nakal” karena mereka melakukan kesalahan. Dengan pemahaman mereka, ucapan kata “nakal” artinya mereka adalah anak tidak baik. Untuk itu, bagi orang tua atau orang dewasa harus memilih kata-kata yang lebih mengarah ke tindakan seperti “Itu adalah perbuatan yang tidak baik untuk dilakukan”



2.7 Perkembangan Moral (Kohlberg) Teori perkembangan moral anak prasekolah didasarkan pada teori perkembangan kognitif dan terdiri dari 3 tingkatan utama; pre-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional (Kohlberg, 1968; dalam Hockenberry & Wilson, 2015). Perkembangan nilai moral anak prasekolah berada pada tingkat dasar dimana mereka memiliki perhatian yang



12



kurang terhadap sesuatu yang salah dan berperilaku berdasarkan kebebasan atau batasan yang di tetapkan pada tindakannya. Menurut Hockenberry & Wilson (2015), dalam pengenalan hukuman dan ketaatan, anak usia 2-4 tahun, cenderung menilai suatu tindakan itu baik atau buruk berdasarkan pada apakah tindakan tersebut menghasilkan reward atau punishment. Jika anak dihukum karena tindakannya, maka mereka akan menganggap bahwa tindakan tersebut buruk. Pada usia 4-7 tahun, anak-anak berada pada tahap orientasi instrumental yang naif, dimana tindakan diarahkan untuk memuaskan kebutuhan mereka dan sangat jarang untuk kebutuhan orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat konkret selama periode perkembangan ini.



2.8 Perkembangan Spiritual Anak-anak belajar terkait dengan keyakinan dan agama dari orang-orang terdekat di lingkungannya, biasanya dari orang tua mereka. Anak prasekolah memahami cerita-cerita sederhana dan mampu menghafal doa-doa singkat, namun mereka memiliki pemahaman yang terbatas tentang makna dari ritual keagamaan tersebut. Pada usia ini, anak-anak belajar yang benar dan yang salah, dan akan berperilaku yang sesuai untuk menghindari hukuman. Setiap perbuatan salah yang dilakukan anak, akan menimbulkan rasa bersalah, dan mereka sering salah menafsirkan bahwa sakit adalah bagian dari hukuman atas pelanggaran yang dia lakukan. Anak menganggap Tuhan adalah yang memberikan cinta tanpa syarat, bukan sebagai hakim atas perilaku baik atau buruk (Purow, dkk, 2011; dalam Hockenberry & Wilson, 2015).



2.9 Perkembangan Citra Tubuh Perkembangan citra tubuh memiliki peran yang penting pada masa ini dimana dimasa ini anak mulai membentuk identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan. Selain itu, anak pun mulai meningkatkan pengetahuan bahasanya, mulai mengetahui bahwa setiap orang memiliki standar penampilan yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Anak prasekolah mulai memahami perbedaan warna kulit, maupun identitas ras. Anak mulai memiliki



13



kesadaran diri terhadap arti kata cantik atau jelek dan anak akan mencerminkannya pada dirinya sendiri tentang apa pendapat oranglain tentang penampilannya. Menurut penelitian dari skouteris,McCabe, Wsinbum (dalam Hockenberry & Wilson, 2015), menyatakan bahwa anak perempuan usia prasekolah sudah mulai menunjukkan perhatiannya terhadap penampilan dan berat badan. Pada masa ini orang tua berperan dalam upaya menanamkan pandangan positif mengenai citra tubuh anak. Anak prasekolah memiliki sedikit pengetahuan tentang anatomi internal tubuhnya. Pengalaman seperti suntikan dan pembedahan merupakan suatu pengalaman yang menakutkan bagi anak dan juga mengganggu keutuhan kulit. Karena hal ini, anak akan jadi takut jika kulinya rusak, ada darah di tubuhnya, dan bagian dalamnya bisa bocor.



2.10



Perkembangan Psikoseksual Berdasarkan tahapan perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud (dalam



Yuliastati, 2016), perkembangan psikoseksual anak usia prasekolah termasuk ke dalam 2 tahapan, di antaranya : a. Tahap Oedipal / Phalik (3-5 tahun) Pada tahap ini, kepuasan anak terletak pada daerah kemaluannya seperti merabaraba dan memainkan alat kelaminnya sendiri. Selain itu, anak mulai lebih menyukai lawan jenisnya. Misalnya, anak laki-laki akan cenderung dekat dengan ibunya, dan anak perempuan dengan ayahnya. b. Tahap Laten (5-12 tahun) Pada tahap ini, kepuasan anak tidak lagi hanya terfokus pada kepuasan seksual, melainkan anak mulai berhadapan dengan kemampuan sosial seperti bermain dengan teman sebayanya. Pada tahap ini minat seksual anak mulai menurun. Menurut Hockenberry & Wilson (2015), mekanisme yang paling kuat pada perkembangan psikoseksual adalah praktik mengasuh anak dan dari imitasi. Bagaimana orang tua berpakaian, memeluk, membelai, dan berbicara dengan anak mereka akan mengungkapkan beberapa aspek dari perilaku berorientasi seksual. Sikap dan tanggapan orang lain terhadap suatu peran dapat mempengaruhi pandangan anak tentang diri sendiri dan orang lain. Misalnya, komentar seperti “Anak laki-laki tidak boleh main boneka” akan



14



mempengaruhi konsep diri anak terhadap laki-laki yang maskulin. Anak akan menirukan bagaimana cara berdandan, atau berpakaian seperti mommy dan daddynya.



2.11



Perkembangan Sosial Menurut Hockenberry & Wilson (2015), anak prasekolah sudah mengatasi sebagian



besar kecemasan mereka terhadap orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada tahuntahun sebelumnya. Mereka sudah mulai mudah berhubungan dengan orang asing dan menerima perpisahan singkat dengan orang tua dengan adanya sedikit protes ataupun tanpa protes. Namun, mereka tetap membutuhkan keamanan, kepastian, bimbingan, dan persetujuan orang tua, terutama saat memasuki prasekolah atau sekolah dasar. Anak prasekolah mendapatkan kenyamanan dan keamanan dari benda-benda yang sudah mereka kenali, seperti mainan, boneka, atau foto anggota keluarga. Anak mampu mengatasi banyak ketakutan, fantasi, dan kecemasan yang belum terselesaikan melalui permainan dengan objek permainan yang sesuai, misalnya boneka. a. Perkembangan Bahasa Menurut Taylor et al., 2011 (dalam Arif, 2019), periode usia prasekolah adalah masa penyempurnaan keterampilan bahasa. Anak usia 3 tahun menggunakan kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting. Kosakata anak usia 3 tahun ini sekitar 900 kata dimana anak dapat memperoleh sebanyak 10-20 kata baru setiap harinya dan pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2100 kata. Pada akhir periode usia prasekolah, anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih terstruktur seperti orang dewasa. Anak usia 3-6 tahun mulai menghubungkan suara, suku kata, dan kata-kata saat berbicara. Anak mungkin akan mengatakan konsonan berulang atau “um”. Gagap pada anak ini biasanya terjadi pada usia sekitar 2-4 tahun, dan akan pulih kembali tanpa terapi pada sekitar 75% anak (Prasse & Kikano, 2008 ; dalam Arif 2019). Menurut Arif (2019), orang tua harus berbicara perlahan pada anak untuk memberi waktu anak untuk berbicara tanpa terburu-buru atau menyela. Beberapa suara akan tetap sulit dikatakan dengan benar misalnya “f”, “s”, “v”, dan “z”, biasanya akan mulai dikuasai pada usia 5 tahun, namun pada beberapa anak tidak mampu menguasai suara “sh”, “l”, “th” dan “r” hingga usia 6 tahun atau lebih. b. Perkembangan Emosional 15



Menurut Alif (2019), anak-anak usia prasekolah memiliki cara yang berbeda dalam menampilkan berbagai emosi yang mereka rasakan. Misalnya, mereka akan langsung mengatakan “Aku kesal”, atau mencocokkan ekspresi yang sesuai seperti marah atau sedih, bahagia atau tertawa ketika mereka bersemangat. Anak usia prasekolah sudah dapat mengatur emosi mereka sesuai dengan situasi dan lingkungannya lebih baik dari balita. Anak usia prasekolah mulai membedakan yang mana teman dekatnya dan akan mengajaknya bermain bersama, bermain secara mandiri di rumah dengan mainan-mainan yang ada, atau bermain bersama teman sebaya di pekarangan rumah dan taman bermain. Selain itu, anak juga mulai melakukan banyak aktivitas hariannya secara mandiri, seperti berpakaian, makan, mandi, atau bersiap untuk tidur. Anak mampu mengungkapkan tentang emosi dan perasaannya sendiri serta emosi dan perasaan orang lain. Ini adalah hal yang penting pada perkembangan sosial-emosional karena akan membantu anak untuk memahami seperti apa pengalaman emosionalnya juga orang lain sehingga akan dapat membantu anak untuk memecahkan masalah dan mengatur emosinya sendiri di kemudian hari. Menurut State Government of Victoria, 2018 (dalam Arif 2019), perkembangan emosi anak prasekolah di antaranya : 1) Usia 3-4 Tahun 



Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan dasar seperti sedih, bahagia, marah, dan bersemangat.







Anak mampu merasa menyesal dan mengerti dia harus meminta maaf ketika melakukan kesalahan.







Anak merasa murah hati dan menunjukkan bahwa dia memahami dalam hidup harus saling berbagi dengan orang lain.



2) Usia 4-5 Tahun 



Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang lebih kompleks seperti frustasi / kegagalan, rasa kesal, dan malu.







Anak mampu menyembunyikan kebenaran akan sesuatu, jika dia merasa bersalah, malu, atau takut.







Anak mampu lebih baik mengelola emosinya yang kuat, seperti kemarahan, frustasi, dan kekecewaan.



3) Usia 5 Tahun 16







Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang kompleks seperti rasa bersalah dan kecemburuan.







Anak



lebih



menyadari



akan



perasaannya



terhadap



orang



lain



dan



menindaklanjutinya, misalnya anak baik kepada teman dan keluarganya dan ingin lebih membantu mereka. 



Anak akan berusaha bersungguh-sungguh mengikuti aturan agar terhindar dari masalah



2.12



Mekanisme Koping Menurut Hockenberry & Wilson (2015), koping muncul karena adanya stressor



tertentu dimana anak akhirnya menggunakan mekanisme koping yang berbeda sesuai dengan usia anak. Koping adalah bagian proses adaptasi untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan anak. Stressor seperti ketakutan, perpisahan, kehilangan, dan kematian akan menimbulkan respon tingkah laku anak yang berbeda, dapat berupa perilaku agresif, fantasi, phobia, dan anak dapat menggunakan berbagai mekanisme pertahanan yang berdampak positif maupun negatif terhadap tumbuh kembang anak selanjutnya. a. Agresi Menurut Hockenberry & Wilson (2015), agresi adalah perilaku dimana anak mencoba untuk menyakiti atau menghancurkan benda-benda di sekitarnya. Agresi berbeda dengan amarah, yang merupakan keadaan emosi sementara, tetapi amarah dapat di ekspresikan melalui agresi. Perilaku hiperagresif pada anak-anak prasekolah ditandai dengan serangan fisik yang tidak berasalan terhadap orang lain, perusakan barang orang lain, mengamuk, marah, dan ketidakpatuhan. Praktik pengasuhan anak yang negatif, seperti memaksa, rendahnya tingkat interaksi positif dan kehangatan antara orang tua dan anak, hukuman berupa teriakan dan mengancam, dapat berkontribusi pada perilaku agresi masa kanak-kanak (McKee, dkk 2008 ; Knox, 2010 ; Sheehan & Watson, 2008 ; dalam Hockenberry & Wilson 2015). Salah satu tugas perkembangan anak prasekolah adalah mempelajari perilaku yang dapat diterima secara sosial dan mampu mengendalikan agresi dan amarahnya. Orang tua dapat membantu dengan memberikan contoh perilaku yang sesuai dan mendorong anak mengekspresikan diri secara verbal. Misalnya, menghindari pemukulan terhadap anak lain yang mengambil mainannya dengan orang tua membimbing anak



17



menyatakan perasaannya seperti “Aku marah waktu kamu ambil bola aku. Tolong kembalikan.” b. Stress Menurut Hockenberry & Wilson (2015), pada periode ini, menghadirkan banyak tekanan unik pada anak prasekolah tentang dunia, seperti ketakutan. Beberapa tekanan dapat menimbulkan stress pada anak, seperti kelahiran saudara kandung, perselisihan pernikahan orang tua, atau bahkan penyakit. Pendekatan terbaik untuk mengatasinya adalah pencegahan. Penting untuk memonitor besarnya tingkat stress dalam kehidupan anak supaya levelnya tidak melebihi kemampuan anak dalam mengatasinya. Untuk membantu anak menghadapi stressnya, orang tua dapat mengajarkan anak teknik relaksasi, atau menggunakan cerita untuk membantu anak membayangkan peristiwa yang menyenangkan. Saat kemampuan bahasa meningkat, orang tua dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaannya, dan mencari cara untuk mengekspresikan emosinya. Bermain adalah salah satu cara untuk membantu anak melampiaskan kemarahan dan frustasinya, dengan mainan seperti drum, tanah liat, karung tinju, untuk menghilangkan kecemasan dan mengajarkan cara-cara yang dapat diterima secara sosial.



18



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SEHAT USIA PRASEKOLAH



3.1 Pengkajian Keperawatan Format Pengkajian NO 1



ASPEK YANG DINILAI Aspek Biologis



SUB PENILAIAN   



2



Aspek Motorik Kasar



















YA



TIDAK



KETERANGAN



Apakah BB anak ibu mengalami peningkatan? Apakah TB anak ibu mengalami peningkatan? Bagaimana postur tubuh pada anak ibu? Apakah ramping tapi kokoh, anggun, gesit, dan postur tegap? Apakah anak ibu sudah berjalan, berlari, memanjat, dan melompat dengan baik? Apakah anak ibu sudah dapat mengendarai sepeda roda tiga, berjalan berjinjit, menyeimbangkan dengan satu kaki selama beberapa detik, dan melompat lebar? Apakah anak ibu dapat melompatdengan mahir dengan satu kaki dan menangkap bola dengan andal? Apakah anak ibu dapat melompat dengan kaki alternatif, lompat tali, 19



dan mulai meluncur serta berenang? 3



Aspek Motorik Halus







 











4



Aspek Psikososial















Apakah anak ibu sudah dapat makan secara mandiri menggunakan sendok dan garpu? Apakah anak ibu dapat memegang alat tulis? Apakah anak ibu dapat menggunakan gerakan memutar dengan tangan mereka, untuk membuka kenop pintu atau memutar tutup wadah? Apakah anak ibu dapat menggambar misalnya menyalin lingkaran dan meniru garis silang, vertikal, dan horizontal? Apakah anak ibu sudah dapat mengenali objek sepertimanusia, rumah, hewan, dan pohon? Apakah anak mudah berhubungan dengan orang asing tanpa merasa cemas? Apakah anak dapat mentolerir perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes? Apakah anak mendapatkan keamanan dan kenyamanan dari benda-benda yang sudah dikenal seperti mainan, boneka, atau foto anggota 20











5



Aspek Psikoseksual 















6



Aspek Kognitif







 



keluarga? Apakah anak menikmati permainan asosiatif, permainan kelompok dalam kegiatan yang serupa / identik tetapi tanpa organisasi atau aturan yang kaku? Apakah anak mengikuti aturan atau disiplin yang diberikan orang tua? Apakah anak dapat mengenal jenis kelamin mereka sendiri? Apakah anak berperilaku, berpakaian, dan berbicara sesuai identitas gender mereka? Apakah anak sering menirukan cara berpakaian / berdandan mommy atau daddy nya? Apakah anak sering bertanya mengenai reproduksi seksual dalam mencari pemahaman? Apakah anak menikmati permainan manipulatif, konstruktif, kreatif, dan kerajinan tangan seperti puzzle, merangkai lego, dan mainan rakit sederhana? Apakah anak dapat memahami konsep besar/kecil? Apakah anak dapat memahami konsep 21







7



Aspek Bahasa















8



Aspek Emosional



   



9



Aspek Moral



 







banyak/sedikit? Apakah anak dapat memahami konsep ringan/berat? Apakah anak dapat menggunakan struktur kalimat dan tata bahasa yang tepat dan jelas ketika berbicara? Apakah anak menggunakan kalimat yang panjang dan kosakata yang banyak ketika menyampaikan pesan? Apakah anak dapat mendefinisikan dan mendeskripsikan suatu objek dengan tepat dari segi ukuran, bentuk, atau kegunaannya? Apakah anak dapat mengendalikan emosinya? Apakah anak dapat menunggu giliran bermain? Apakah anak dapat memilih kegiatannya sendiri? Apakah anak dapat menunjukkan kasih sayang kepada orang tua atau teman sebaya? Apakah anak dapat memahami konsep benar dan salah? Apakah anak mengucapkan salam ketika bertemu orang lain? Apakah anak 22



berterima kasih ketika diberi atau mendapatkan sesuatu? 10



Aspek Spiritual



  



Apakah anak dapat mengucapkan bacaan doa? Apakah anak dapat mengikuti sebagian gerakan ibadah? Apakah anak dapat mengenal dan menyayangi ciptaan Tuhan, misalnya tanaman atau hewan peliharaan?



3.2 Diagnosa Keperawatan Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia prasekolah



3.3 Intervensi Keperawatan Tujuan: 1. Kognitif , anak mampu : a. Berinisyatif untuk bermain pada alat-alat rumah tangga b. Mencitakan kreatifitas dan senang berhayal c. Memahami perbedaan benar dan salah d. Mengenal beberapa warna e. Merangkai kata dan kalimat f. Mengenal jenis kelamin 2. Psikomotor, anak mampu: a. Mempertahankan kesehatan fisik b. Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya c. Membantu pekerjaan rumah tangga yang sedehana d. Melakukan permainan yang diajarkan 23



e. Mencoba hal baru dan pantang menyerah 3. Afektif , klien: a. Senang bermain dengan teman sebaya b. Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar



Intervensi pada anak prasekolah : 1. Melatih anak kebersihan diri 2. Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik : bermain dengan melibatkan aktifitas fisik, ciptakan lingkungan yang amat untuk anak, berikesempatan sukses 3. Latih anak menggembangkan keterampilan bahasa: ajak anak berkomunikasi dengan sopan santun, beri contoh yang benar 4. Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial : motifasi anak untuk bemain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan 5. Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin : ajari anak mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal perbedaaan jenis kelamin 6. Bantu anak mengembangkan kecerdasan : bantu anak menggali kreatifitasnya , bombing anak mengembangkan keterampilan baru, latih anak mengenal huruf, angka, warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan berhitung 7. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral : terapan nilai agama dan budaya positif pada anak, latih kedislipinan pada anak 8. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah atau tugas sekolah 9. Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan, rencana/gagasan/ide. 10. Latih disiplin : waktu belajar, waktu bermain, dan lain-lain



Intervensi pada keluarga 1. Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak prasekolah 2. Latih cara memfasilitasi inisiatif anal prasekolah, hindarkan menyalahkan tetapi lebih kepada membimbing 3. Sediakan permainan dan kegiatan yang mendorong inisiatif 4. Ajarkan cara mendorong inisiatif : bertanya ide / gagasan / keinginan anak ; fasilitasi dan dampingi serta beripujian 5. Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media sosial 24



6. Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan kesehatan



Intervensi pada kelompok : 1. Tindakan keperawatan ners : edukasi kelompok anak dan ibu / orang tua / pengasuh disekolah / masyarakat 2. Tindakan keperawatan spesialis : terapi kelompok terapeutik anak prasekolah a. Sesi 1 : stimulasi perkembangan aspek motorik b. Sesi 2: stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa c. Sesi 3 : stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian d. Sesi 4: stimulasi perkembangan askpek moral dan spiritual e. Sesi 5 : stimulasi perkembangan aspek psikososial f. Sesi 6 : monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan



25



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Kesehatan jiwa menurut Keliat (2011) merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain. Kesehatan jiwa mencakup di setiap perkembangan individu di mulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18 bulan), masa Toddler (1,5-3 tahun), anak-anak awal atau prasekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, D.L, 2009).



4.2 Saran Peran orang tua dalam masa tumbuh kembang anak memiliki peran yang sangat penting. Kesalahan pola asuh dari orang tua dapat mempengaruhi baik perkembangan fisik maupun psikologis anak. Selain itu, lingkungan tempat tinggal, teman bermain anak, juga dapat memberi dampak yang besar bagi tumbuh kembang anak. Sehingga dalam hal ini diharapkan orang tua dapat mengawasi dan memenuhi kebutuhan dalam masa tumbuh kembang anak dengan baik. Dalam hal ini, perawat membantu keluarga dan orang tua, sebagai tenaga kesehatan dan sebagai edukator untuk dapat membantu mengatasi masalah kesehatan jiwa pada anak, dan mampu memberi edukasi yang baik. Sehingga segala penyimpangan yang ada dapat dihindari.



26



DAFTAR PUSTAKA



Hockenberry, Marilyn J. David Wilson. 2015. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children 10th edition. Amerika Serikat: Elsevier Inc. Lestari, Siti, Livana PH. 2019. Kemampuan Orang Tua Dalam Melakukan Stimulasi Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 2 (3): 123128 Yuliastati, Amelia Arnis. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kemenkes RI Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI dan JICA Mansur, Arif Rohman. 2019. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang: Andalas University Press Mulyani, Novi. 2018. Perkembangan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Suryana, Dadan. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini, Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Susanto, Ahmad. 2014. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Budi Anna Keliat [et al.]. 2019 . Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC



27



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA ANAK PRA SEKOLAH RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa : Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia prasekolah Tindakan keperawatan : a. Memberi stimulus motorik kasar pada anak usia prasekolah b. Menilai perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah STRATEGI KOMUNIKASI 1. Fase orientasi a. Salam teraupetik (fasilitator) “ Assalamualaikum adik. Perkenalkan kakak-kakak disini dari mahasiswa keperawatan muhammadiyah Jakarta. Sebelumnya perkenalkan nama kakak… yang disebelah kakak namanya…, yang ini …., yang ini …… Sebelum kakak mulai kita kenalan dulu yuk. Coba mulai dari sebelah sini, namanya siapa? Umurnya berapa?” b. Evaluasi validasi “Gimana kabarnya adik-adik hari ini? Sehat semua?” c. Kontrak Topik : “hari ini kakak mau ajak adik-adik belajar sambil bermain.“ Waktu: “kakak minta waktunya adik-adik sebentar ya” Tempat : “kita akan belajar sambil bermain disini” Tujuan : “ tujuannya kakak mau tau adik-adik sudah bisa atau belum melakukan yang kakak minta“ 2. Fase kerja “ sebelum kita mulai kita baca bismillah dulu yuk! Pertama-tama kakak mau jelasin dulu, nanti kakak akan kasih liat gambar. Nanti adik-adik ikutin gerakan yang ada di gambar ya. Ayo kita mulai dari gambar yang pertama 28



Yang pertama ada elsa yang bisa berdiri dengan satu kaki. Ayo kita coba ikutin elsa. 1…2…3… Hore! Adik-adik hebat bisa ikutin gerakan yang ada di gambar. Sekarang kita lanjut ya ke gambar yang kedua Di gambar yang kedua ada tayo yang lagi main lempar tangkap bola. Sekarang kita coba ya, nanti kakak lempar bolanya adik tangkap ya. 1..2…3… Hore! Keren banget adik-adik bisa tangkap bolanya. Ayo kita coba sekali lagi 1…2…3… Hore! Tepuk tangan! Sekarang ke gambar yang ketiga ya. Di gambar yang ke tiga ada anna lagi main lompat satu kaki. Sekarang kita coba ya yang kayak di gambar Ayo mulai 1…2…3… Yeay pinter! Sekarang ke gambar yang terakhir! Di gambar ini ada Eshan lagi berdiri dengan satu kaki. Sekarang kita coba yuk! Tapi nanti kita hitung bareng-bareng ya sampai angka 11 Ayo angkat kakinya, 1.. 2.. 3… ….. 11. Horee udah selesai. Adik-adik hebat banget bisa ikutin semua gerakan yang ada di gambar. Yuk tepuk tangan sama-sama. Nah karena kalian semua udah berhasil mengikuti gerakan yang di gambar, sekarang kakak mau kasih hadiah nih buat adik-adik semua. Ayo siapa yang mau? 3. fase terminasi a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Evaluasi subjektif : “ gimana belajar sambil bermainnya. Seru gak?” b.Rencana tindak lanjut “nanti dirumah adik-adik coba lagi gerakan yang kita sudah kita lakuin. Nanti kita ketemu lagi kita belajar gerakan yang baru dan kita coba lagi gerakan yang hari ini”



29



c.Kontrak yang akan datang “nanti hari minggu kita ketemu lagi disini setelah adik-adik makan siang ya” Nah karena kakak sudah selesai, kakak pulang dulu ya! Daah adik-adik, terima kasih ya! assalamualaikum.



30



Lampiran Leaflet



31