Prof Dr. H.M. Amien Rais - Dalam 100 TokohMu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

100 TOKOH MUHAMMADIYAH yang Menginspirasi



MUHAMMAD AMIEN RAIS Politik dan Islam ibarat dua sisi sekeping mata uang dalam diri Amien Rais. Politik adalah disiplin ilmumya dan ajaran Islam juga bidang kajiannya. Seorang tokoh nasional berjiwa kebangsaan, berlatar belakang sekaligus memiliki kedalaman ilmu Agama Islam. Seorang cendikiawan muslim yang taat, yang berjiwa kebangsaaan yang sejak kecil diasuh dalam keluarga Muhammadiyah yang taat. Seorang tokoh yang berkompeten hadir dalam eksistensi kebangsaan Indonesia sekaligus kompeten dalam eksistensi keislaman.



Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais, M.A. dilahirkan di Solo 26 April 1944. Ayah dan Ibunya adalah aktivis Muhammadiyah. Ayahnya, Suhud Rais, berasal dari Purbalingga, Banyumas. Sedangkan Ibunya, Sudalmiyah, berasal dari daerah Gombong, Jawa Tengah. Amien Rais mengawali pendidikannya di TK Raudatul Atfal tahun 1949. Selanjutnya pada 1950, dia masuk di SRM (Sekolah Rakyat Muhammadiyah) di daerah Tegalan, Solo. Lulus dari SRM ini dengan nilai lumayan baik, sehingga ia mempunyai kesempatan untuk melanjutkan —bahkan sebenarnya sudah diterima— di SMPN. Tapi ibunya merekomendasikan agar ia masuk ke SMP Muhammadiyah. Setelah lulus dari sekolah menengah, dia sebenarnya mempunyai minat untuk mendaftarkan diri ke SMAN. Tapi, lagi-lagi, sang Ibu kembali mengintervensi. Beliau, menginginkan agar Amien Rais masuk ke SMA Muhammadiyah. Pendidikan Amien Rais, mulai dari TK sampai SMA semuanya dijalani di sekolah Muhammadiyah, di kota Solo. Disamping sekolah umum Amien Rais mengikuti pendidikan agama di pesantren Mamba’ul Ulum dan pesantren Al-Islam. Setelah lulus SMA, dia meneruskan untuk kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM. Namun, lagi-lagi, orangtuanya menghendaki agar Amien Rais belajar ilmu Agama, sehingga selain kuliah di UGM, dia juga merangkap kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan tamat sampai sarjana muda. Pada 1968, setelah berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan indeks prestasi (IP) yang cukup memuaskan, Amien Rais ditawari menjadi tenaga pengajar di almamaternya, UGM. Pada tahun 1970 M. Amien Rais diangkat menjadi dosen tetap di Fisipol UGM. Dua tahun kemudian beliau mendapat tugas belajar untuk mengambil Master di Amerika Serikat, tepatnya di Universitas Notre Dame, Indiana. Amien Rais mengambil studi S-2 di bidang politik. Setelah berhasil meraih gelar MA, beliau melanjutkan studi tingkat S-3, mengambil Ph.D di Universitas Chicago yang tidak jauh dari kampus sebelumnya. Pada tahun 1981 gelar Ph.D. berhasil diraihnya dengan disertasi mengenai Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan keagamaan yang cukup populer di Mesir. Setelah kembali ke tanah air, Amien Rais kembali mengabdikan ilmunya di almamaternya, Universitas Gadjah Mada pada Fakultas Ilmus Sosial dan Politik. Sampai dia pensiun. Selain mengajar di UGM, M. Amien Rais juga pernah mengajar dan menjadi dosen luar biasa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Islam Indonesia (UII). Beliau juga sempat



::



44 ::



100 TOKOH MUHAMMADIYAH yang Menginspirasi



mengajar sampai ke Jember, Jombang, bahkan pernah menjadi dosen terbang di Universitas Hasanuddin, Makasar. Salah satu bentuk konkrit M. Amien Rais terhadap pendidikan, khususnya generasi muda Muslim adalah prakarsanya untuk mendirikan Pesantren Mahasiswa Budi Mulia Yayasan Shalahuddin dan Yayasan Budi Mulia yang kini mengelola lembaga pendidikan dari tingkat TK sampai SMA. Aktif di organisasi bagi Amien Rais bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Karier organisasinya sudah dimulai sejak usia muda, tepatnya ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Waktu itu beliau sudah aktif di Pemuda Muhammadiyah. Termasuk organisasi kepanduan Hizbul Wathan (HW). Selanjutnya, ketika duduk di bangku SMA ia sudah aktif di GPI (Gerakan Pemuda Islam), sekalipun sebenarnya diukur dari sudut usia, beliau masih tergolong amat muda. Ketika menjadi mahasiswa beliau masuk HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Tiga tahun kemudian beliau menjadi aktivis LDMI (Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam). Selain aktif di HMI, beliau juga aktif di IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Di organisasi mahasiswa Muhammadiyah ini, Amien Rais menjadi salah satu Ketua Dewan Pimpinan Pusat. Di Muhammadiyah, yang dikenal sebagai perintis gerakan pembaruan Islam Indonesia ini Amien Rais pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1985-1990) dan anggota PP Muhammadiyah. Ketika Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1990, beliau dipercaya menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Pada Muktamar Muhammadiyah tahun 1995 di Banda Aceh, beliau terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara aklamasi. Hingga sekarang, Amien Rais tetap aktif di Muhammadiyah, mulai dari sejak kepulangan dari studi di Amerika, menjadi Ketua Majelis Tabligh, berlanjut menjadi Ketua PP Muhammadiyah, kemudian mundur dari aktivitas Muhammadiyah (karena aturan organisasi) untuk memimpin perjuangan kebangsaan di partai politik (PAN), sampai jabatan terakhir di Muhammadiyah sebagai salah satu Penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebagian besar waktu beliau tidak bisa ::



dilepaskan dari tabligh-tabligh (ceramah agama) dari tingkat ranting Muhammadiyah, tingkat cabang dan daerah juga wilayah dan pusat. Amien Rais juga aktif di organisasi profesi seperti AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia), bahkan beliau pernah menduduki jabatan Wakil Ketua di bagian Litbang AIPI. Dan yang tak kalah pentingnya, beliau juga tercatat sebagai Asisten Ketua Umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia)— yang waktu itu Ketua Umum ICMI adalah B.J Habibie— hingga tahun 1995. Salah satu lembaga yang tidak bisa dipisahkan keberadaannya dengan Amien Rais adalah PPSK (Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan). Berdirinya lembaga ini, menurut beliau, dilatarbelakangi oleh hasrat sejumlah cendekiawan Yogyakarta untuk membentuk sebuah “dapur pemikiran bagi umat Islam”. Meskipun secara eksplisit disebutkan sebagai dapur pemikiran umat Islam, tetapi sebenarnya kajian lembaga ditujukan bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam pandangan M. Amien Rais, berbicara mengenai umat Islam tidak bisa dilepaskan dari bangsa Indonesia, begitu juga sebaliknya. Kiprah politik Amein Rais, diawali tahun 1999 ketika dia dengan beberapa tokoh mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), setelah Gerakan Reformasi Mei 1998 yang dipeloporinya. Lewat partai inilah dia menjadi Ketua MPR RI (1999-2004). Dibawah kepemimpinannya, MPR RI membuat sejarah baru dan sangat monumental, yakni dengan berhasil mengamandemen UUD 1945. Karena keberanian dan keberhasilannya menggoyang dan melengserkan Soeharto dari kursi kepresidenan, beliau dijuluki sebagai “Bapak Reformasi Indonesia.” Atas jasanya itu, ia dinobatkan oleh majalah UMMAT sebagai “Tokoh 1997”. Penghargaan serupa, yakni “UII Award” dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas komitmennya menempuh perjuangan dakwah amar makruf nahi munkar. Juga anugerah “Reformasi Award” dari IPB (31 Mei 1998). Dan anugerah “UMY Award” (2002), dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. sebagai tokoh Reformasi Sistem Politik Indonesia.**(im)



45 ::