Program Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS KUBU II PROGRAM GIZI PROGRAM GIZI Dosen Pembimbing : dr. Ni Wayan Septarini, MPH dr. Agus P. Narendra Nama Mahasiswa : Richard Suherlim (1102005035) Agung Dwi Mahasurya (1102005144) Wijayadi Prawiro Suyono Christi Gracia WAKTU KEGIATAN



: Kamis, 4 Juni 2015



TEMPAT KEGIATAN



: Puskesmas Kubu II



NAMA PEMEGANG PROGRAM



: Ni Ketut Puspawati, S.ST



Pelaksanaan Program (Seharusnya): 1. Tujuan Umum: Meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, sehingga dapat meningkatkan intelektualitas dan produktivitas sumber daya manusia. 2. Tujuan Khusus: 1) Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi menuju keluarga sadar gizi (KADARZI), 2) Meningkatkan keanekaragaman konsumsi



pangan



bermutu



untuk



memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga, 3) Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi kurang gizi dan gizi lebih. 3. Sasaran: Penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Kubu II mencakup ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, dan dewasa. 4. Strategi:



1



1) Meningkatkan kerjasama lintas sektor, lintas program, dan seluruh potensi masyarakat. 2) Menjadikan Kadarzi menjadi gerakan masyarakat dengan meningkatkan penerapan PUGS. 3) Meningkatkan pemerataan pelayanan gizi. 4) Meningkatkan upaya perbaikan gizi melalui peningkatan KIE yang tepat. dan luas khususnya pendidikan/penyuluhan gizi pada masyarakat. 5) Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi. 6) Meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga gizi yang ada. 7) Meningkatkan penggunaan Iptek dan hasil penelitian dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. 5. Kegiatan Program: a. Pencegahan Primer: 1) Penyuluhan perbaikan gizi kepada masyarakat. 2) Pemantauan pola konsumsi masyarakat. 3) Peningkatan dan penggunaan ASI pada semua bayi segera setelah lahir sampai berumur enam bulan. 4) Penyebarluasan dan Penerapan Pesan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) 5) Pemantauan dan promosi pertumbuhan balita. 6) Pemberian tablet Fe dan asam folat pada ibu hamil. 7) Pemberian vit. A pada bayi dan balita. 8) Penjualan garam beryodium di posyandu b. Pencegahan Sekunder 1) Pemantauan bumil KEK, bekerjasama dengan program KIA 2) Pemantauan BBLR, bekerjasama dengan program KIA 3) Pemantauan status gizi balita. 4) Pelacakan gizi buruk. 5) Penanganan penderita gizi buruk-pemberian makanan tambahan. 6) Mengembangkan pelaksanaan pojok gizi di Puskesmas. 7) Pemantauan Desa dengan Garam Beryodium Baik. c. Pencegahan Tersier 1) Pemberian Makanan Tambahan pada Bumil KEK 2) Pemberian Makanan Tambahan pada Penderita Gizi Buruk 3) Pemantauan Perkembangan Balita Gizi Buruk 6. Input: a. Man:



2



Pemegang program adalah lulusan DIII Gizi dalam menjalankan programnya bekerjasama dengan pemegang program KIA. b. Minute: Posyandu dilaksanakan 12 kali dalam setahun. Penyuluhan tentang gizi dilakukan selama ± 5 hingga 10 menit untuk perorangan di Posyandu. c. Material: Formulir laporan, kapsul vit. A, suplemen Fe, timbangan, meteran, makanan tambahan (susu dan biskuit) d. Method: 1) Penyuluhan dilakukan berkelompok atau perorangan, dapat dilakukan di dalam gedung atau di luar gedung dengan menggunakan alat bantu penyuluhan. 2) Pemantauan pola konsumsi masyarakat dilaksanakan setiap bulan dengan jumlah sampel yang diamati 20 KK prasejahtera per desa. Indikator yang diamati adalah perubahan konsumsi makanan, jenis makanan pokok dan jumlah yang dimasak, status gizi bulan ini dibandingkan bulan lalu. 3) Penyuluhan Gizi masyarakat bekerja sama dengan program PHBS dan posyandu. 4) Pemberian vit. A dosis tinggi dan pemantauan BBLR, ASI eksklusif, anemia pada ibu hamil dan bumil KEK bekerjasama dengan program KIA-KB. 5) Pemantauan dan penanggulangan garam beryodium bekerjasama dengan program UKS. 6) Pemantauan berat badan bayi < 2500 gram sampai bayi mencapai berat badan normal sesuai dengan umurnya. 7) Penanganan gizi buruk dilakukan dengan kunjungan ke rumah dan pemberian PMT untuk konsumsi 4 bulan dan dipantau setiap bulan. e. Marketing: Kegiatan mencakup 75 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kubu II, ibu hamil yang datang ke Puskesmas dan bidan. 7. Proses: a. Planning



3



1) Perencanaan target cakupan dan metode pemberian penyuluhan gizi dan gizi tambahan dilakukan lintas program dan sektoral, 2) Perencanaan pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). b. Organizing 1) Koordinasi dengan kepala desa, pemegang wilayah dan pemegang program lain yang berkaitan, c. Actuating Pelaksanaan



program



dilakukan



sesuai



perencanaan



dengan



melibatkan kepala desa, kader dan lintas program. d. Controlling Evaluasi dilakukan oleh pemegang program setiap bulannya dan dilaporkan setiap tahunnya.



8. Output: No. 1.



INDIKATOR Memantapkan SKDN - K/S - D/S - N/D - Pelacakan gizi -



2.



SKD KLB Balita gizi



TARGET



PENCAPAIAN



buruk



100% 80% 80% 100%



100% 76,40% 63,90% 100%



buruk



-



17 balita



2% 5%



3,3% 6,30%



83% 100% 95% 70% 75%



94,40% 102,5% 87,02% 31,20% 62,40%



(BB/TB) - BBLR - Bumil KEK Pengembangan dan Peningkatan Gizi Masyarakat - Vit. A - Tablet fe 1 - Tablet fe 3 - Garam Beryodium - ASI Eksklusif 9. Outcome:



4



10.



1) Prevalensi ibu hamil anemia ≤ 30% pada tahun 2014 2) Tidak ditemukannya kekurangan vit. A klinis pada balita. 3) Prevalensi Balita gizi kurang ≤ 5% Sumber: 1) Pemegang program adalah Ni Ketut Puspawati, S.ST 2) Pedoman pelaksanaan program gizi masyarakat Provinsi Bali, Dinas Kesehatan 2010.



Pelaksanaan Program (Kenyataannya): Ukuran masalah yang dipakai adalah persentase target. 1. Pencegahan Primer 1) Penyuluhan gizi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga menuju gizi seimbang yang dilaksanakan di Posyandu. 2) Pemantauan pola konsumsi masyarakat untuk mengetahui perubahan pola konsumsi yang terjadi di masyarakat diberikan kepada 20 KK gakin per desa. 3) Peningkatan penggunaan ASI untuk meningkatkan penggunaan ASI diberikan kepada bumil, bayi 0 – 6 bulan yang dilakukan di Posyandu. 4) Penyebarluasan dan penerapan pesan PUGS untuk meningkatkan kualitas mutu makanan yang dikonsumsi menuju perilaku gizi yang baik yang diberikan kepada masyarakat dan anak sekolah yang dilakukan di Posyandu dan SD. 5) Pemantauan dan promosi pertumbuhan balita untuk memantau dan mendorong pertumbuhan balita yang dilakukan di Posyandu. 6) Distribusi tablet Fe untuk mencegah dan menurunkan prevalensi anemia dan gizi yang diberikan kepada bumil dan bufas yang dilakukan di Posyandu. 7) Distribusi Vit. A 200.000 IU untuk menurunkan prevalensi dan mencegah terjadinya kekurangan Vit. A pada balita yang diberikan kepada bayi 6 – 11 bulan, balita 1 – 5 tahun, bufas. 8) Penjualan garam beryodium di Posyandu untuk mencegah dan menurunkan prevalensi GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium). 2. Pencegahan Sekunder 1) Pemantauan KEK pada ibu hamil untuk memperoleh prevalensi KEK bumil dilakukan pada ibu hamil di Posyandu. 2) Pemantauan bayi BBLR untuk memperoleh gambaran prevalensi BBLR yang dilakukan pada bayi baru lahir dilakukan di Posyandu.



5



3) Pemantauan status gizi balita yang dilakukan pada balita 0 – 5 tahun di Posyandu dengan menggunakan informasi status gizi balita yang tersedia. 4) Pelacakan KLB gizi untuk mencari penyebab, menetukan besarnya masalah dan penyusunan tindakan yang cepat dan tepat, diberikan kepada balita gizi buruk yang dilakukan di desa. 5) Penanganan gizi buruk dengan pemberian bahan makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi dilakukan pada balita gizi buruk di rumah penderita. 6) Mengembangkan pelaksanaan pokja (pozi) untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi di Puskesmas dalam upaya perbaikan gizi masyarakat pada seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas. (tidak terlaksana) 7) RT mengkonsumsi gayo untuk mengetahui tingkat konsumsi garam beryodium ditingkat RT dilakukan dengan 10 sampel rumah tangga di desa. 3. Output Pencapaian target: lihat tabel di atas a. Pencegahan Primer 1) ASI eksklusif hanya mencapai 62,40% 2) Pemberian tablet vit. A mencapai 94,40% 3) Partisipasi masyarakat dalam program posyandu (D/S) pada tahun 2014 baru mencapai 76,40% 4) Tingkat bayi dan balita yang timbangannya naik (N/D) pada tahun 2014 baru mencapai 63,90% b. Pencegahan Sekunder 1) Berdasarkan laporan tahun 2014 dilaporkan kasus BBLR 3,38% 2) Pencapaian ibu hamil yang mendapat tablet penambah darah (Fe1) adalah 102,5% dari target 100% ,(Fe3) adalah 87,02% dari target 95%. 3) Berdasarkan laporan tahun 2014 dilaporkan terdapat ibu hamil KEK 6,38%. 4) Hingga saat ini pojok gizi belum terlaksana sehingga belum ada pasien terjangkau. 4. Outcome: 1) Pencapaian D/S dan N/D masih rendah 2) Bayi BBLR masih tinggi



6



3) Adanya balita gizi buruk berdasarkan BB/TB 4) Ibu hamil KEK masih tinggi 5) ASI eksklusif hanya mencapai 62,40% belum mencapai target. 6) Konsumsi garam beryodium di masyarakat masih kurang 7) Belum terlaksananya pojok gizi (pozi)



Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan: 1) Kurangnya peran serta masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tempat tinggal jauh dan kesibukan pekerjaan. Rendahnya tingkat balita yang timbangan naik disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan balita tersebut. 2) Tingginya bayi-bayi BBLR salah satunya disebabkan oleh karena angka KEK pada ibu hamil masih tinggi, sehingga asupan nutrisi untuk bayi akan berkurang. 3) Kasus gizi buruk disebabkan oleh beberapa faktor antara lain manajemen gizi seimbang tingkat rumah tangga yang buruk, status ekonomi yang kurang dan lingkungan tempat tinggal memicu terjadinya penyakit infeksi. 4) Tingginya angka ibu hamil dengan KEK disebabkan oleh karena asupan nutrisi pada saat hamil yang kurang, hal ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan yang masih rendah dari ibu hamil. 5) Rendahnya angka ASI eksklusif disebabkan kebiasaan masyarakat untuk memberi makanan atau minuman selain ASI pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Masyarakat beranggapan pemberian ASI saja tidak cukup untuk bayinya. 6) Rendahnya konsumsi garam beryodium akibat faktor geografi dari Kecamatan Kubu yang terletak di tepi pantai, dimana sebagian besar penduduknya memproduksi dan mengonsumsi garam lokal yang tidak mengandung yodium.



7



7) Pojok gizi belum terlaksana akibat sumber daya terutama sarana dan prasarana



yang



belum



memadai



sehingga



tidak



memungkinkan



pelaksanaannya. Alternatif Pemecahannya: 1. a. Pendekatan lintas sektoral kepada kelian dusun. b. Optimalisasi peran kader dalam menjangkau masyarakat sasaran. 2. a. Peningkatan upaya lintas program bekerjasama dengan KIA dalam penanganan masalah BBLR. b. Peningkatan upaya lintas program bekerjasama dengan P2M dalam pengananan kasus infeksi pada balita. 3. a. Penjangkauan langsung ke rumah balita gizi buruk dalam rangka pemantauan status gizi, pemberian makanan tambahan, dan modifikasi lingkungan tempat tinggal. b. Pendekatan lintas sektoral pada dinas kesehatan dan pemerintah kabupaten dalam penatalaksaan komprehensif penderita gizi buruk dan keluarganya. 4. a. Penjangkauan langsung ke rumah bumil KEK dalam rangka pemantauan status gizi, pemberian makanan tambahan, dan modifikasi lingkungan tempat tinggal. b. Pendekatan lintas sektoral pada dinas kesehatan dan pemerintah kabupaten dalam penatalaksaan komprehensif penderita KEK dan keluarganya. 5. a. Penyuluhan kepada bumil, ibu nifas, dan ibu balita mengenai ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan. 6. a. Pemantauan desa dengan garam beryodium baik disertai dengan penyuluhan



tentang pentingnya mengonsumsi garam beryodium b. Penjualan garam beryodium di posyandu dengan harga yang lebih murah 7. a. Penataan kembali perencanaan program disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada. b. Optimalisasi sumber daya yang ada (dana) untuk pengadaan sarana program pojok gizi di Puskesmas.



8