5 0 239 KB
PROGRAM KERJA PENANGGULANGAN TB DENGAN STRATEGI DOTS
RSUD Dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL Alamat : Jl. Dr. Soetomo No. 63 Slawi Kabupaten Tegal Jawa Tengah Telp. & Faximili : 0283-491016 Email : [email protected]
TAHUN 2016 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu saja yang ditandai dengan berdirinya fasilitas diagnostik dan sanatorium di kota-kota besar. Dengan dukungan dari pemerintah Belanda, diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan rontgen, diikuti dengan penanganan TB melalui hospitalisasi. Studi prevalensi TB pertama kali dilakukan pada tahun 1964 di karesidenan Malang dan kota Yogyakarta lima tahun kemudian (1969), program pengendalian TB nasional dengan pedoman
penatalaksanaan
TB
secara
baku
dimulai
di
Indonesia. Pada periode 1972-1995 penanganan TB tidak lagi berbasis hospitalisasi, akan tetapi melalui diagnosis dan pelayanan TB fasilitas kesehatan primer, yaitu Puskesmas. Pengobatan TB menggunakan dua rejimen pengobatan menggantikan pengobatan konvensional (2HSZ/10H2S2) dan strategi penemuan kasus secara aktif secara bertahap. Pada tahun 1993, the Royal Netherlands TB Association (KNCV) melakukan ujicoba strategi DOTS di empat kabupaten di Sulawesi Tahun 1994, NTP bekerja sama dengan WHO dan KNCV melakukan uji coba implementasi DOTS di provinsi Jambi dan Jawa Timur. Setelah keberhasilan uji coba di dua provinsi ini, akhirnya Kementerian Kesehatan mengadopsi strategi DOTS untuk diterapkan secara nasional pada tahun 1995. Pada tahun 1995-2000, pedoman nasional disusun dan strategi DOTS mulai
diterapkan
implementasi
di
sebuah
Puskesmas. strategi
Seperti
baru,
halnya
terdapat
dalam
berbagai
tantangan di lapangan dalam melaksanakan kelima strategi
2
DOTS. Untuk mendorong peningkatan cakupan strategi DOTS dan
pencapaian
targetnya
dilakukan
dua
Joint
External
Monitoring Mission oleh tim pakar internasional. Rencana
strategi
nasional
pengendalian
TB
disusun
pertama kali pada periode tahun 2000-2005 sebagai pedoman bagi provinsi dan kebupaten/kota untuk merencanakan dan melaksanakan program pengendalian TB. Pencapaian utama selama periode ini adalah : 1. Pengembangan rencana strategis 2002-2006. 2. Penguatan kapasitas manajerial dengan penambahan staf di tingkat pusat dan provinsi. 3. Pelatihan berjenjang dan berkelanjutan sebagai bagian dari pengembangan sumber daya manusia. 4. Kerja sama internasional dalam memberikan dukungan teknis dan pendanaan (pemerintah Belanda WHO, TBCTACIDA, USAID, GDF, GFATM, KNCV, UAB, IUATLD, dll). 5. Pelatihan perencanaan dan naggaran di tingkat daerah. 6. Perbaikan supervise dan monitoring dari tingkat pusat dan provinsi. 7. Keterlibatan BP4 dan rumah sakit pemerintah dan swasta dalam melaksanakan strategi DOTS melalui ujicoba HDL di Jogjakarta. Keberhasilan target global tingkat deteksi dini dan kesembuahn dapat dicapai pada periode tahun 2006-2010. Selain itu, berbagai tantangan baru dalam implementasi strategi DOTS muncul periode ini. Tantangan tersebut antara lain penyebaran ko-infeksi TB-HIV, kurangnya pengendalian infeksi TB di fasilitas kesehatan, serta penatalaksanaan TB yang
bervariasi.
Mitra
baru
yang
aktif
berperan
dalam
pengendalian TB pada periode ini antara lain Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Kementarian Kesehatn, Ikatan Dokter Indonesia, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hasil survey prevalensi TB Tahun 2004 menunjukkan bahwa pasien TB juga menggunakan pelayanan rumah sakit, BP4 dan praktik swasta tempat berobat. Ujicoba implementasi dan akselerasi pelibatan FPK selain Puskesmas sebagai bagian
3
dari inisiatif Public-Private Mix telah dimulai pada tahun 19992000. Pada tahun 2007, seluruh BP4 dan sekitar 30% rumah sakit telah menerapkan strategi DOTS. Untuk praktik swasta, strategi DOTS belum diimplemtasi secara sistemik, meskipun telah dilakukan ujicoba model pelibatan praktisi swasta di Palembang pada tahun 2002 serta di provinsi Yogyakarta dan Bali tahun 2004-2005. Untuk akselerasi DOTS di rumah sakit, sekitar 750 dari 1645 RS telah dilatih. Koordinasi di tingkat pusat dengan Direktorat Jenderal Bina Uapaya KEsehatan Semakin intensif. Selain itu Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan juga melakukan penialain ke beberapa rumah sakit yang telah menerapkan
DOTS.
Penguatan
aspek
regulasi
dalam
implementasi strategi DOTS di rumah sakit akan diintegrasikan dengan kegiatan akreditasi rumah sakit. B. TUJUAN PELAYANAN TB DENGAN STRATEGI DOTS Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di RSUD Dr. Soeselo Slawi melalui penerapan strategi DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui
prosedur
dan
tindakan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan serta memenuhi etika kedokteran. C. DASAR HUKUM Dasar hukum terbentuknya Tim DOTS di RSUD Dr. Soeselo Slawi adalah : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan 3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 5. Peraturan Menteri Kesehatan 340/MENKES/PER/III/2010
tentang
Klasifikasi
Nomor Rumah
Sakit
4
6. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364 Tahun 2009 tentang Pedoman Nasional Penanggulangan TB 8. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 884 Tahun 2007 tentang
Ekspansi
TB
Strategi
DOTS
di
RS
dan
Balkes/Pengobatan Penyakit Paru 9. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor : YM.02.08/III/673/07 tentang Penatalaksanaan TB Rumah Sakit. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
BAB II PELAYANAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS DI RSUD DR. SOESELO SLAWI
5
A. VISI : Memberikan akses terhadap pelayanan yang bermutu bagi setiap pasien TB di RSUD Dr. Soeelo Slawi. B. MISI : Menurunkan angka kesakitan dan kematian TB, memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya MDR TB. C. FALSAFAH : Pelayanan TB menggunakan strategi DOTS disediakan dan diberikan kepada pasien sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir dan standar yang telah disepakati oleh seluruh organisasi profesi dunia, serta memanfaatkan fasilitas RSUD Dr. Soeelo Slawi. D. TUJUAN Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di RSUD Dr. Soeelo Slawi melalui penerapan strategi DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui
prosedur
dan
tindakan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan serta memenuhi etika kedokteran. E. SASARAN : Sasaran program pelayanan Tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah para pasien TB, keluarga pasien dan tim DOTS RSUD Dr. Soeelo Slawi.
6
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Deskripsi kegiatan
RENCANA KEGIATAN TB DOTS
Jadual
JANUARI S/D JUNI 2015 PJ NO
KEGIATAN
JAN I
1
Rapat koordinasi tim DOTS
2
Laporan bulanan
3
Laporan triwulan 2015
4
Pertemuan jejaring internal (medis)
5
Laporan bulanan Pertemuan jejaring internal (paramedis, dll) Rakor tim dots menyusun agenda tahunan Penyusunan laporan tahunan TB DOTS
6 7 8
II
III
PEB IV
I
II
III
MAR IV
I
II
III
APR IV
I
II
III
MEI IV
I
II
III
JUNI IV
I
7
II
III
IV
RENCANA KEGIATAN TB DOTS JULI S/D DESEMBER 2015
NO
KEGIATAN
JUL I
1
Rapat koordinasi tim DOTS
2
Laporan bulanan
3
Laporan triwulan 2015
4
Pertemuan jejaring internal (medis)
5
Laporan bulanan Pertemuan jejaring internal (paramedis, dll)
6
II
III
AGT IV
I
II
III
SEP IV
I
II
III
OKT IV
I
II
III
NOP IV
I
II
III
DES IV
I
8
II
III
IV
7 8
Rakor tim dots menyusun agenda tahunan Penyusunan laporan tahunan TB DOTS
9
BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilkukan secara berka;a dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila da masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan,
supaya
dapat
dilakukan
tindakan perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap 6 bulan atau satu tahun
sekali.
Dalam
pelaksanaan
monitoring
dan
evaluasi
diperlukan suatu sitem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan benar. A. PENCATATAN
DAN
PELAPORAN
PROGRAM
NASIONAL
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS Salah
satu
komponen
penting
dari
surveilans
yaitu
pencatatan dan peloran dengan maksud mendapatkan data untuk
diolah,
dianalisis,
diinterpretasi,
disajikan
dan
disebarluaskan untuk dimanfaatkan. 1. Formulir yang dipakai dalam pencatatan TB : UPK (Puskesmas, Rumah sakit, BP4, Klinik dan dokter praktek
swasta,
dll)
dalam
melaksanakan
pencatatan
menggunakan formulir : a. TB-06 : untuk mencatat data jumlah suspek pasien TB yang diperiksa dahak untuk penegakan diagnosis, ada di klinik rawat jalan maupun ruang rawat inap, diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu b. TB-05 : untuk permintaan pemeriksaan dahak S-P-S, baik untuk
penegakkan
diagnosis
maupun
folloew
up
pengobatan, ada di klinik rawat jalan maupun ruang rawat inap, diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
10
c. TB-01 : untuk mencatat perjalanan pengobatan pasien diagnosis TB, yang diberi kan pengobatan OAT, baik per resep maupun per program, ada di klinik rawat jalan diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu d. TB-02 : untuk kartu kontrol pasien TB, ada di klinik rawat jalan diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu e. TB-04 : untuk mencatat data pasien yang dilakukan pemeriksaan dahak, baik untuk penegakkan diagnosis maupun untuk follow up pengobatan, ada di laboratorium, diisi oleh pelaksana laboratorium pada saat itu f. TB-13 : untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran OAT program, ada di farmasi / pojok DOTS, diisi oleh pelaksana farmasi / pelaksana harian pojok DOTS g. TB-03 : untuk rekap data pasien TB yang ada di RSUD Tugurejo, ada di pojok DOTS, diisi oleh pelaksana harian pojok DOTS / Tim DOTS RS 2. Indikator Program TB Untuk menilai kemajuan dan keberhasilan penanggulangan TB digunakan beberapan indikator : a. Angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate = CDR) dan b. Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate = SR) Disamping
itu
ada
beberapa
indikator
proses
untuk
mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu : a. Proporsi Pasien TB BTA positif di antara suspek Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan criteria suspek Rumus : pasien 5-15%. TB BTA positif ditemukan Angka Jumlah ini sekitar Bilayang angka ini terlalu kecil (< 5%) X 100%
kemungkinan disebabkan : yang diperiksa Jumlah seluruh suspek TB 1) Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi criteria suspek, atau
11
2) Ada
masalah
dalam
pemeriksaan
laboratorium
(negative palsu). Bila
angka
ini
terlalu
besar
(>15%)
kemungkinan
disebabkan : 1) Penjaringan terlalu ketat 2) Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu) b. Tercatat/diobati Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara
semua
Indikator
ini
Tuberkulosis
pasien
Tuberkulosis
menggambarkan
yang
menular
paru
tercatat.
penemuan
diantara
seluruh
pasien pasien
Tuberkulosis paru yang diobati. Rumus : Jumlah pasien TB BTA positif (baru+kambuh)
X 100%
Jumlah seluruh pasien TB paru
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA positif). c. Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB Adalah prosentase pasien TB anak (< 15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat. Rumus : Jumlah pasien TB Anak (