PROPOSAL Keperawatan Anak 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

METODOLOGI PENELITIAN PROPOSAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANAK “GAMBARAN KEMANDIRIAN PERSOANAL HYGIENE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYAH BANDAR LAMPUNG”



DOSEN PEMBIMBING : Dr. Aprina.,SKP. M.kes



DISUSUN OLEH : TINGKAT 3 REGULER 1 1. 2. 3. 4.



MELSA APRILIA 1914401003 YOLA APRILIA 1914401018 MITA NONITHA 1914401029 RIKA NOVITA SARI 1914401038



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG D-III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Metodologi Penelitian dengan judul “Gambaran kemandirian personal hygiene pda anak usia pra sekolah di TK Aisyah Bandar Lampung dengan baik. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehigga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doa nya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang "Gambaran kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah di TK Aisyah Bandar Lampung. Proposal ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.



Bandar Lampung, 09 Desember 2021



KELOMPOK 8



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Masalah BAB II ISI 3 2.1 Kemandirian 2.2 Personal Hygiene 2.3 Anak Usia Prasekolah 2.4 Kerangka Konseptual BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3 Variabel dan definisi operasional 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.5 Pengumpulan Data 3.6 Pengolahan Data 3.7 Penyajian Data 3.8 Etika Penelitian BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Health security sendiri dapat diartikan sebagai suatu konsep keamanan yang meletakkan isu kesehatan sebagai suatu aspek yang mempengaruhi keamanan (Chiu et al., 2009: 679). Proses diangkatnya permasalahan kesehatan ini menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat global tidak melalui proses yang mudah. Proses ini sendiri bermula pada era 1990-an, dimana Presiden Bill Clinton menganggap isu kesehatan pada saat itu, yaitu penyakit AIDS sebagai suatu “bom waktu” bagi berbagai aspek, mulai ekonomi, politik, hingga militer. Hal ini membuat Clinton ingin mengangkat isu ini sebagai suatu permasalahan global, bukan lagi hanya ditujukan kepada satu atau dua negara saja. Permohonan ini diwakili oleh Duta Besar Clinton di PBB, Richard Holbrooke yang terus menerus mendesak agar permasalahan ini diangkat di Security Council. Upaya ini akhirnya berhasil pada 10 Januari 2000, dimana AIDS menjadi salah satu permasalahan keamanan global (McInnes dan Rushton, 2010: 227). mengapa Holbrooke terus mendesak agar permasalahan kesehatan ini diangkat sebagai suatu permasalahan keamanan global adalah karena tidak ada yang dapat memprediksi pengaruh yang dihasilkan oleh permasalahan ini. Hal ini sesuai dengan perumpamaan Bill Clinton yang menganggap bahwa isu kesehatan ini sama dengan “bom waktu”, tidak ada yang tahu kapan akan bereaksi (McInnes dan Rushton, 2010: 227). Public Safety Center (PSC) berupa unit kerja sebagai wadah koordinasi untuk memberikan pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat dan cermat bagi masyarakat. Diselenggarakan 24 jam sehari secara terus menerus. PSC menjadi bagian utama dari rangkaian kegiatan SPGDT prafasilitas pelayanan kesehatan yang berfungsi melakukan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritma kegawatdaruratan yang ada dalam sistem aplikasi Call Center 119.PSC 119 Dinas Kesehatan DIY adalah unit pelayanan kesehatann prafasyankes dibawah aungan Dinas Kesehatan DIY.Personel PSC Dinas Kesehatan DIY terdiri dari 8 Perawat dan 4 sopir serta mempunyai 2 armada untuk kasus gawat darurat dan 2 armada untuk kasus bencana 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja konsep health security? 2. Apa saja konsep health accountability? 3. Apa saja konsep public safety centre? 1.3 Tujuan Masalah



1. Untuk mengetahui konsep health security 2. Untuk mengetahui konsep health accountability 3. Untuk mengetahui konsep public safety centre BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian kemandirian Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri( Mu’tadin, 2002), sedangkan menurut (lie, 2004), Kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari – hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kegiatan yang telah dapat dilakukan oleh seorang anak sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak sudah mampu melakukan pekerjaannya sendiri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya. 2.1.2 Bentuk kemandirian berdasarkan usia Orang tua sudah saatnya mengetahui tentang standart kompetensi anak, yaitu kompetensi anak sesuai tahapan usia dari berbagai aspek perkembangan. Hal ini perlu diketahui agar para orang tua mengetahui kompetensi apa yang sepatutnya dimiliki oleh anaknya. Salah satu manfaatnya adalah untuk menghindari orang tua menetapkan standart diatas kemampuan anak sebenarnya 1) Usia 3 – 4 tahun Bentuk kemandirian p ada anak usia prasekolah ini adalah sikat gigi sendiri meski belum sempurna, membuka dan memakai pakaian kaos dan celana berkaret, memakai sepatu berperekat, mandi sendiri dengan arahan, pipis ditoilet, mencuci tangan tanpa bantuan, menuang air tanpa tumpah dan minum sendiri dengan gelas tanpa gagang maupun cangkir bergagang, membereskan mainan usai bermain, buka tutup pintu baik dengan pegangan yang diputar maupun ditekan kebawah, anak juga dapat memutar anak kursi. 2) Usia 4 – 6 tahun Bentuk kemandirian pada usia ini adalah menggunakan pisau untuk memotong makanan, membuka dan memakai baju berkancing depan, membuka dan menutup celana beresleting,menalikan sepatu, mandi sendiri tanpa arahan, cebok setelah buang air kecil/besar, menyisir rambut. 2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian (Soetjiningsih, 1995) 1) Faktor internal







faktor emosi ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.  faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak. 2) Faktor eksternal  Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya kemandirian anak pra sekolah. Pada usia ini anak embutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana – kemari dan mempelajari lingkungan.  Karakteristik sosial mempengaruhi kemandirian anak, misalnyatingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak – anak dari keluarga kaya.  Anak yang mendapat stimulus terarah dan teratur akan lebihcepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.  Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan, dukungan dan peran orang tua sebagai pengasuh.  Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang tua dan anak berjalan lancar dan baik.  Kualitas informasi anak dan orang tua yang dipengaruhi pendidikan orang tua, dengan pendidikan yang baik, informasi dapat diberikan pada anak karena orang tua dapat menerima informasi dari luar terutama cara meningkatkan kemandirian anak.  Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau kemandirian anak sesuai perkembangan usianya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja, ibu dapat memantau langsung kemandirian anak dan bisa memandirikan anaknya. 2.2 Personal Hygiene Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam kehidupan sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal yang sangat berpengaruh itu diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan dan persepsi orang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. 2.2.1 Pengertian Personal Hygiene Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya peroranagan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2004). Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Aziz Alimul H, 2006).



Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang. 2.2.2 Macam – Macam Tindakan Personal Hygiene 2.2.2.1 Berdasarkan tempat (Perry & Potter, 2005) 1) Perawatan kulit Kotoran dan tumpukan sel-sel kulit mati yang menyumbat di pori – pori dapat menyebabkan kulit tampak kusam, apabila kotoran dan sel – sel kulit mati tersebut tidak dibersihkan, maka akan bertambah tebal sehingga menganggu penyerapan vitamin & nutrisi bagi kulit, Oleh sebab itu menjaga kebersihan kulit merupakan hal yang paling utama. Mandi atau merawat kulit merupakan bagian keperawatan hygiene total. Mandi dapat membersihkan kotoran dan sel – sel kulit mati yang menempel di tubuh. 2) Perawatan rambut Kebersihan rambut membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa rambut atau bulu bisa mengandung bakteri, ini sangat penting bagi perawat yang merawat pasien yang lemah dengan luka terbuka dan mereka yang tugas diruang persalinan. (Depkes RI, 1989). 3) Perawatan telinga dan Hidung Perawatan telinga merupakan suatu tidakan yang dilakukan untuk menghilangkan kotoran - kotoran yang menempel pada bagian disekitar telinga. Adapun karakter kotoran pada telinga ada 2 yaitu kotoran yang bertekstur lembek dan kotoran bertekstur keras. Pada kotoran yang bertekstur keras lebih beresiko dari pada yang lembek. Hidung sebagai salah satu dari pancaindra yaitu sebagai indra penciuman. Kebersihan hidung perlu dijaga agar tetap berfungsi dengan baik (tidak mampet) dan tetap memiliki daya penciuman yang baik.Telinga sebagai salah satu dari pancaindera yaitu indra pendengaran. Telinga perlu dijaga kebersihannya agar tetap memiliki daya dengar yang baik. 4) Perawatan mulut dan gigi Suatu tindakan membersihkan bagian mulut seperti rongga mulut, gigi dan lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat. Tujuannya yaitu supaya mulut & gigi tetap bersih & tidak bau, membersihkan sisa makanan, mencegah infeksi pada mulut serta memberikan perasaan segar. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara. Menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit sesuatu tanpa sadar (menggigit-gigit jari/ kuku,



pensil, mengerut-ngerutkan gigi dan lain-lain), serta menghindari bernafas melalui mulut. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dilakukan dengan menggosok gigi dengan air bersih atau matang dengan sikat gigi dan pakai pasta atau odol secara teratur setiap selesai makan dan pada waktu akan tidur. Kebersihan mulut dan gigi yang kurang akan menimbulkan adanya bakteribakteri yang akan mempermudah terjadinya peradangan pada gusi, gigi berlubang, dan bau mulut yang tidak sedap. 5) Perawatan kuku kaki dan tangan Perawatan kuku kaki dan kuku tangan sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau dan cidera pada jaringan. Perawatan kuku kaki dan tangan atau biasa disebut dengan menicure pedicure dapat digabungkan selama mandi / pada waktu yang terpisah. Menjaga kebersihan tangan, kuku dan kaki merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan kesehatan badan perorangan.Oleh karena itu, tangan, kuku dan kaki harus dijaga kebersihannya.Kuman penyakit dapat terbawa melalui tangan, kuku dan kaki yang kotor.Tangan, kaki dan kuku yang kotor membawa bibit penyakit.Bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh. 6) Perawatan genetalia Suatu tindakan membersihkan bagian genetalia. Hal ini dilakukan untuk mencegah dari infeksi ataupun jamur yang menempel pada bagian genetalia. 2.2.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene 1) Citra tubuh Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya (Perry dan Potter, 2002). Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena ada perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya (tarwoto dan Wartonah, 2004). 1) Praktik sosial Kelompok – kelompok sosial dapat mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak – kanak, anak – anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan (Perry dan Potter, 2002). Pada anak – anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene (Tarwoto dan Wartonah, 2004). 2) Status sosial ekonomi



Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan (Perry dan Potter,2002). Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat – alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya (Tarwoto dan Wartonah,2004). 3) Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetus militus ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya (Tarwoto & Wartonah, 2004). 4) Variabel kebudayaan Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat, apabila individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. 5) Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, seperti penggunaan sabun, sampo dll (Tarwoto & Wartonah, 2004). 6) Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (Perry & Potter, 2002). 2.2.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene (Tarwoto & Wartonah, 2004). 1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 1) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial. 2.3 Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada rentang usia 3-6 tahun (Wong, 2003). Anak usia prasekolah mempunyai beberapa karakteristik perkembangan diantaranya : 2.3.1 Perkembangan Fisik Pada perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan1 kaki, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan



bantuan.Perkembangan motorik halus ditandai dengan mulai memiliki kemampuan menggoyangkanjari-jari kaki, mampu menjepit benda, menggunakan tangannya untuk bermain, makan sendiri, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, dan membuat coretan diatas kertas. 2.3.2 Perkembangan Kognitif Prasekolah terus untuk menguasai tahap pemikiran praoperasional. Tahap pertama dari periode ini, dikenal sebagaipemikiran pra konseptual (usia 2 sampai 4 tahun), ditandai denganpemikiran perseptual yang terbatas, dimana anak-anak menilai orang,benda, dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yangtampaknya terjadi. 2.3.3 Perkembangan Psikososial Dunia prasekolah meluas diluar keluarga.Mereka mulai beradadalam lingkungan tetangga dimana anak-anak bertemu dengan anak-anak lain dan orang dewasa.Keingintahuan pada anak prasekolah tersebut dan inisiatif yangberkembang mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan,perkembangan keterampilan baru, dan membuat teman baru.Prasekolah memiliki kelebihan energi yang membolehkan merekauntuk merencanakan dan mencoba banyak kegiatan yang mungkinberada diluar kemampuan mereka.Menurut Erikson (1963) tahap perkembangan psikososial anak pada Masa prasekolah ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada tahap ini anak mempunyai Kemampuan untuk melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan.Apabila pada tahap ini anak diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, anak beranggapan apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah. 2.3.4.Perkembangan Motorik Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yangsangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasiperkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) : 1) Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya danmemperoleh perasaan senang. 2) Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan – bulanpertama dalam kehidupannya, kekondisi yang independent.Anakdapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapatberbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjangperasaan perkembangan rasa percaya diri.



3) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Perkembanagan motorik sangat penting bagi perkembanbangan kepribadian anak. 2.4 Kerangka Konseptual



Anak Usia Prasekolah



Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah



Kemandirian Dalam Personal Hygiene: 



Cuci tangan







Kebersihan rambut







Toileting







Kebersihan kulit







Mandi







Gosok gigi



Kurang Mandiri



Cukup Mandiri



Mandiri



Keterangan : : Diteliti



: Berhubungan, Diteliti



: Tidak Diteliti



: Berhubungan, Tidak Diteliti



BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian, waktu penelitian, variabel dan definisi operasional, pengumpulan dan pengolahanm data serta etika penelitian. 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey Peneliti ingin menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat factual dari variabel (kemandirian personal hygiene). Rancangan ini diginakan untuk mendeskripsikan kemandirian personal hygiene di setiap populasi yaitu anak usia 3 – 6 tahun. Hal ini berarti bahwa pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada masing-masing responden (Setiadi, 2007). 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti (Siswojo dalam Setiadi, 2007). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah yang berusia antara 3-6 tahun dan bersekolah di beberapa TK Aisyah Bandar Lampung sebanyak 25 orang. 3.2.2 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Setiadi, 2007). Untuk menentukan sampel digunakan teknik sampling yaitu Probability sampling. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel .(Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian yang dipakai adalah 25 anak usia 3 – 6 tahun di TK Aisyah Bandar Lampung 3.2.3 Kriteria Subyek Penelitian Adapun kriteria subyek penelitian yang diperlukan terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi 3.2.3.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,2010). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain



1. Ibu atau wali yang anaknya bersekolah di beberapa TK Aisyah yang berusia 36tahun 2. Ibu atau wali yang bersedia menjadi responden 3. Ibu atau wali yang tinggal dalam satu rumah.



3.2.3.2 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini: 1. Ibu atau wali dan anak dalam keadaan cacat, kelemahan mental, dan fisik. 3.3 Variabel dan definisi operasional 3.3.1 Variable variable penelitian adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan penelitian. Pada penelitian ini ada satu variabel penelitian yaitu kemandirian personal hygiene. 3.3.2 Definisi operasional Definisi operasional merupakan penjelasan yang dibuat oleh peneliti tentang variable penelitian. Definisi operasional dari kemandirian personal hygiene adalah Kemampuan anak dalam melakukan aktivitas dan menjaga kebersihan sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya tanpa adanya bantuan dari orang lain selama di sekolah Variabel



Definisi Operasional



Indikator



Alat Ukur



Dependen, Kemandirian personal hygiene



Kemampuan anak dalam melakukan aktivitas dan menjaga kebersihan sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya tanpa adanya bantuan dari orang lain selama di sekolah



 Membiasaka Kuesioner n cuci tangan sebelum dan sesudah makan  Rambut terlihat rapi dan bersih  Toileting tanpa bantuan  Kulit bersih dan tidak bersisik  Mandi  Gigi terlihat bersih



Skala



Hasil



Ordinal



- skor 1 – 13 Kurang Mandiri - skor 14 – 27 Cukup Mandiri - skor 27— 40 Mandiri



3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di TK Aisyah Bandar Lampung Penelitian ini dilakukan pada bulan September-oktober 2020 3.9 Pengumpulan Data Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner adalah pengumpulan data secara formal untuk menjawab pertanyaan tertulis. yang semua pertanyaan dijawab sendiri dengan bimbingan peneliti dengan cara √ atau X pada kolom yang sudah disediakan. Jumlah soal kuesioner ada 20 soal dan bagian awal instrument berisi karakteristik responden yaitu nama ibu, nama anak, umur anak, dan jenis kelamin anak. Dan 20 soal kuesioner tersebut berisi sesuai dengan parameter yaitu Membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, Rambut terlihat rapi dan bersih, Toileting tanpa bantuan, Kulit bersih dan tidak bersisik, Mandi, dan Gigi terlihat bersih. Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki tiga skala jawaban. Nilai jawaban tidak diberi skor 0, kadang-kadang diberi skor 1, dan selalu diberi skor 2. Semua hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan menjadi kurang mandiri, cukup mandiri, dan mandiri. Pengkategorian tersebut dibagi berdasarkan pengkategorian jenjang (ordinal), yaitu menempatkan variabel ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003). 3.10



Pengolahan Data



3.6.1 Editing Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi oleh responden. Pemeriksaan daftar pertanyaan ini dapat berupa kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban dari responden (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini proses editing akan dilakukan oleh peneliti sendiri. 3.6.2 Coding



Coding merupakan pengklasifikasian jawaban-jawaban dari responden dalam suatu kategori tertentu (Setiadi, 2007). Pemberian coding pada penelitian ini meliputi: Variabel kemandirian personal hygiene dengan kategori sebagai berikut : - skor 1 – 13 Kurang Mandiri - skor 14 – 27 Cukup Mandiri - skor 27— 40 Mandiri 3.6.3 Cleaning Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Pembersihan data dilakukan setelah semua data berhasil dimasukkan ke dalam tabel dengan mengecek kembali apakah data telah benar atau tidak. 3.11



Penyajian Data



Data yang diperoleh dari data kuesioner diolah dan didapatkan hasil berupa skor. Dari hasil skor tersebut disajikan dalam bentuk table dan kemudian dijadikan sebagai nafratif dan dideskriftifkan. 3.12



Etika Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusinya dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi/ lembaga tempat penelitian. Setelah ada persetujuan maka dilakukanlah penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi :



3.12.1 Informed consent Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek. Sebelum penelitian di mulai, peneliti menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Bila responden setuju setelah diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, responden di minta untuk menandatangani surat persetujuan responden. Kemudian peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner. 3.12.2 Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (quesioner), yang diisi oleh subjek pada lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3.8.3 Confidentially ( kerahasiaan ) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Health security sendiri dapat diartikan sebagai suatu konsep keamanan yang meletakkan isu kesehatan sebagai suatu aspek yang mempengaruhi keamanan (Chiu et al., 2009: 679). Proses diangkatnya permasalahan kesehatan ini menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat global tidak melalui proses yang mudah. Public Safety Center (PSC) berupa unit kerja sebagai wadah koordinasi untuk memberikan pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat dan cermat bagi masyarakat. Diselenggarakan 24 jam sehari secara terus menerus.



4.2 Saran Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan tentang Konsep health security, Konsep health accountability, Public safety centre. Diharapkan bagi pembaca bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik dalam penulisan penulisan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Ayuningsih, Diah. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta :Pustaka Media. Azis, Alimul, H.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC Hidayat, A. A. 2004. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika Hurlock, Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi 6. Jakarta: Erlangga Kannisius. 2006. Membuat Prioritas,Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Media. Lie, A & Prasati S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian Dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta : Elex Media Computindo Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika