Proposal Kti - Rizky Chandra y - Fiks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETUS MELITUS DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL



PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH



Oleh : RIZKY CHANDRA YUSTIAWAN NIM : A0019088



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI TAHUN 2021



PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETUS MELITUS DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL



PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.md.kep)



Oleh:



RIZKY CHANDRA YUSTIAWAN NIM : A0019088



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI TAHUN 2021



LEMBAR PERSETUJUAN



Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETUS MELITUS DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.



Slawi, 08 November 2021 Pembimbing Utama



ANI RATNANINGSIH, M.Kep NIPY.1987.09.04.17.114



LEMBAR PENGESAHAN



Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENCEGAHAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETUS MELITUS DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL” oleh Rizky Chandra Yustiawan (A0019088) telah diujikan di depan Dewan Penguji pada tanggal 10 November 2021



Dewan Penguji :



Penguji Ketua



Sri Hidayati, M.Kep.,Ns.Sp.KMB NIPY.1979.11.10.06.039



Penguji Anggota



Ani Ratnaningsih, M.Kep NIPY. 1987.09.04.17.114



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya serta nikmat, nikmat iman, nikmat islam, nikmat sehat wal afiat serta nikmat panjang umur. Sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetus Melitus Di RSUD Kardinah Kota Tegal”. Ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat kepada peneliti, orang tua dan pembimbing sehingga proposal karya tulis ini bisa selesai tepat waktu. 2. Dr. Maufur selaku Rektorat Universita Bhamada Slawi 3. Natiqotul Fakhiyah, S. SiT,M.Kes delaku Dekan Fakultas Ilmu Keshatan 4. Ita Nur Itsna, MAN selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bhamada Slawi 5. Ani Ratnaningsih S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah. 6. Sri Hidayati M.Kep.,Ns.Sp.KMB selaku penguji yang telah mengarahkan dan memberi masukan dalam penulisan karya tuis ilmiah ini,



7. Bapak dan Ibu serta Adik yang selaku memberikan dukungan, do’a, material kapeda peneliti. 8. Sahabat yang baik, yang telah memberi motivasi, dan tempat kumpul yang baik. 9. Teman-teman satu angkatan 2019 dan 3B Prodi DIII Keperawatan 2019 yang telah berteman baik dengan peneliti dan memberikan motivasi, dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah. 10. Serta keluarga HIMADIKA periode 2021 yang selalu memberikan dukungan secara moral. Peneliti menyadari bahwa penyusun Proposal Karya tulis Ilmiah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya.



Slawi,



November 2021



Peneliti



DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan................................................................................... Halaman Sampul Dalam................................................................................... Halaman Persetujuan........................................................................................ Halaman Pengesahan Penguji........................................................................... Kata Pengantar.................................................................................................. Daftar Isi........................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1.3 Tujuan Studi kasus..................................................................................... 1.3.2 Tujuan Umum.................................................................................. 1.3.3 Tujuan Khusus................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................... 1.4.2 Manfaat Teoritis............................................................................... 1.4.3 Manfaat Praktis................................................................................ BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetus Melitus................................ 2.2 Pendidilan Kesehatan................................................................................ BAB III METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8



Desain Penelitian....................................................................................... Subyek Studi Kasus................................................................................... Fokus Studi................................................................................................ Definisi Operasional Fokus Studi.............................................................. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... Metode Pengumpulan Data....................................................................... Analisis Data dan Penyajian Data.............................................................. Etika Penelitian..........................................................................................



DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1. Penjelasan Penelitian Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 4. Hasil Observasi



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Diabetus melitus merupakan sebuah penyakit metabolik dengan ditandainya kadar glukosa darah yang tinggi (hyperglikemia) akibatnya adalah dari kekurangannya sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin ataupun bisa dengan keduanya (Soegondo, S., 2009). Kekurangan sekresi insulin sering dikenal dengan diabetes melitus tipe I, sedangkan gangguan aktivitas insulin dikenal dengan diabetes melitus tipe II. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Suzanne C. Smeltzer, 2001). Di Tahun 2013, Sebanyak 12 juta penduduk pada tahun 2013 di Indonesia usia ≥15 tahun adalah penyandang diabetus melitus (Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki angka prevalensi diabetus melitus yang cukup tinggi. Jawa Tengah termasuk dalam 7 provinsi teratas yang angka prevalensi diabetus melitus cukup tinggi bersama Yogyakarta, Jakarta, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Jawa Timur. Data dari Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki angka prevalensi diabetus melitus sebesar 1,6%. Angka ini lebih besar dari angka prevalensi di Indonesia yaitu 1,5% (kemenkes, 2013). Tingginya angka



prevalensi yang ada di Jawa Tengah menandakan bahwa jumlah kasus diabetus melitus di setiap kabupaten/kota juga tinggi. Pada Kasus diabetus melitus Tipe 2 di Kota Tegal cukup tinggi, terdapat 37,4 % kasus diabetus melitus di RSUD Kardinah Kota Tegal. Kasus ini merupakan yang terbesar. Diabetus melitus Tipe 2 menjadi penyakit dengan jumlah kunjungan yang tinggi di rentang tahun 2012-2019 yang mana kasusnya meningkat sebesar 13,5%. Proporsi kasus diabetus melitus didominasi oleh jenis kelamin wanita dengan persentase 60,58% di tahun 2012, 61,56% di tahun 2013, serta 63,39% di tahun 2014. dan pada tahun 2014. Wanita lebih berisiko terkena diabetes ketimbang pria, karena kebiasaan wanita cenderung tidak bergerak tidak untuk menghabiskan karbohidrat atau glukosa untuk physical activity. Faktor lain secara internal adalah insulin resistance atau resistensi insulin. wanita mempunyai satu komponen resistensi insulin yang akan meningkat Ketika hamil. Itulah sebabnya mengapa ibu hamil juga rentan terkena diabetes. (Aini & Saraswati, 2016). Diabetus melitus adalah jenis penyakit yang paling banyak dan sering menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi). Stroke dan serangan jantung merupakan komplikasi yang paling mematikan dan lebih sering terjadi. Komplikasi ini sangat berkaitannya dengan kadar gula darah yang meningkat secara terus menerus, yang mana dapat menyebabkan pembuluh darah, saraf dan struktur internal yang lainnya. Adanya pembuluh darah yang menebal disebabkan zat kompleks karena penumpukan gula di



dalam dinding pembuluh darah. Penebalan pembuluh darah dapat menyebabkan aliran berkurang, terutama pada aliran yang menuju ke saraf dan kulit. (Mardiana et al., 2020). Pada penyakit diabetus melitus Komplikasi yang sering muncul pada penderita diabetus melitus adalah kaki diabetik yang bisa bermanifiestasi menjadi ulkus, antropati, dan gangren. Pada penderita diabetus melitus sekitar 15% akan mengalami komplikasi ulkus dalam perjalanan penyakitnya terutama pada bagian kaki. Kasus kematian akibat gangrene di Indonesia sekitar 17-32%, dan sekitar 15-30% adalah angka amputasi (Wild et al., 2004). Keluhan utama pasien diabetus melitus yaitu karena penyakit lain yang dialami oleh pasien, seperti penyakit stroke non hemoragik, hipertensi, dengan badan lemas separuh tubuh, dan tidak bisa bergerak secara tiba-tiba serta penurunan kesadaran. Pasien diabetus melitus yang masuk rumah sakit dengan keluhan terbanyak adalah terdapatnya luka sukar sembuh, serta badan yang terasa lemas. Kondisi seperti ini menyatakan bahwa pasien diabetus melitus sudah mengalami penyakit penyerta lainnya yang merupakan penyakit dari komplikasi diabetus melitus. Pasien diabetus melitus mengalami lama penyakitnya bervariasi mulai dari rentang 0-5 tahun sampai 25-30 tahun (Mertha et al., 2015) Peran perawat dalam menangani pasien dengan diabetus melitus berperan penting, karena perawat sebagai edukator dalam memberikan pendidikan diabetes kepada pasien dapat memperbaiki kesalahpahaman



terkait penyakit mereka (Strauss et al., 2015). Dalam upaya peningkatan penegetahuan pasien, pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap pasien diabetus melitus tipe 2 (Mutoharoh, 2017). Pengetahuan bagi pasien diabetus melitus diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan terkait penyakit, penatalaksanan, terapi pengobatan, interaksi, pola makan, aktivitas serta pemanfaatan layanan kesehatan yang ada di lingkungan masyrakat (Azhar et al., 2019). Materi dalam pendidikan kesehatan yang dapat disampaikan pada penderita diabetus melitus salah satunya adalah pencegahan ulkus diabetikum. Beberapa peneliti menggunakan media booklet, karena dengan menggunakan media booklet penderita dapat meningkatkan pemahaman, perilaku (Lee, 2013). Materi yang ada pada booklet adalah pengertian, cara pencegahan, serta diit untuk pasien diabetus melitus. Media booklet adalah media untuk mengkomunikasikan pesan kesehatan dalam bentuk buku dengan teks dan gambar. Keuntungan dari booklet ini adalah memungkinkan untuk menyajikan pesan dalam pendidikan kesehatan yang lebih lengkap, menyimpannya lebih lama, membuatnya lebih mudah disampaikan, dan memberikan konten yang lebih rinci yang mungkin belum di komunikasikan secara verbal (Putu dan Dewa, 2012). Menurut penelitian zulaekha booklet dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan pembaca tentang nutrisi (Zulaekah, 2012) Berdasarkan data yang di dapatkan diabetus melitus masih banyak ditemukan maka perawat mempunyai peran sebagai edukator untuk



melakukan asuhan keperawatan pendidikan kesehatan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus, dengan menggunakan media booklet. Kelebihan dari media booklet adalah pesan dapat disajikan lebih lengkap, dapat disimpan lebih lama, mudah dibawa dan dapat memberikan isi yang lebih detail yang mungkin belum disampaikan secara lisan.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap peningkatan pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus di RSUD Kardinah Kota Tegal“ ?



1.3 Tujuan Studi Kasus 1.3.2 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengaruh Pendidikan Kesehatan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum dengan media booklet pada pasien diabetus melitus di RSUD Kardinah Kota Tegal. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Menggambarkan teori tentang pendidikan kesehatan dengan media booklet terkait pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus.



1.3.2.2 Menggambarkan implementasi pendidikan kesehatan dengan media booklet tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus. 1.3.2.3 Menggambarkan hasil penerapan pendidikan kesehatan dengan media booklet tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang metode booklet untuk peningkatan pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Manfaat bagi perawat Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi perawat yaitu dapat menjadi acuan dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat saat melakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus. 1.4.2.2 Manfaat bagi pasien dan keluarga Sebagai masukan bagi keluarga dan pasien diabetus melitus bisa mengetahui penanganan pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus. 1.4.2.3 Manfaat bagi penulis



Sebagai masukan dan informasi dalam melakukan pendidikan kesehatan dengan metode booklet untuk pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Asuhan keperawatan pada pasien Diabetus Melitus 2.1.1 Pengkajian Dalam pengkajian keperawatan dasar pemikiran pada pemberian asuhan keperawatan yang sesuai pada kebutuhan klien. Perumusan diagnosis keperawatan sangat penting membutuhkan pengkajian yang lengkap, sistematis, dan sesuai fakta dengan kondisi yang ada pada pasien, hal ini bertujuan agar dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien (Budiono, 2016). Pengkajian keperawatan meliputi: identitas, keluhan utama, riwayat penyakit, pola kebiasaan, pola koping, fungsi status respons pasien terhadap terapi, risiko untuk masalah potensial, dukungan terhadap pasien (Dinarti, & Mulyanti, 2017). 2.1.1.1 Identitas Dalam pengkajian di identitas ini meliputi tentang nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, pekerjaan dan nomor rekam medis pasien. 2.1.1.2 Keluhan utama Pasien masuk ke rumah sakit biasanya dengan keluhan kesemutan pada ekstremitas bawah, nyeri, luka yang sulit sembuh, bola mata cekung kulit kering, dan sakit kepala, merasakan seperti mau muntah, lemah otot,



kesemutan, latergi, disorientasi, koma dan bingung (Mertha, I. M., Wedri, N. M., & Ngurah, 2015). 2.1.1.3 Riwayat penyakit Riwayat peyakit sekarang adalah rincian dari keluhan awal yang dirasakan klien dan juga tentang kronologis dari mulai munculnya gejala atau keluhan sampai terjadinya suatu penyakit (Wijaya, A. S., & Putri, 2013) Riwayat kesehatan dahulu yang mungkin muncul pada pasien adalah penyakit



jantung,



pengunaan



kontrasepsi



hormonal



yang



lama,



penggunaan anti koagulan (aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif) dan kegemukan. Menurut Novitasari (2012), riwayat yang sering muncul sebagai etiologi penyakit diabetus melitus adalah faktor keturunan, bahan beracun, nutrisi, virus dan bakteri. Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat penyakit yang dialami keluarga pasien tersebut. Bisa dari ayahnya atau ibunya. Bila ada keluarga yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Karena dari penyakit keluarga juga bisa menjadi pencetus penyakit yang sekarang dialami, karena ada penyakit yang disebabkan karena genetik (Ardiansyah, 2012) 2.1.1.4 Pengkajian pola gordon Hal yang perlu dikaji dalam pola persepsi dan manajemen kesehatan adalah sehat dan sakit atau persepsi klien tentang status kesehatan umum klien. Kondisi diabetes melitus, mengakibatkan perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat maka terjadi timbulnya



persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama Pada pola nutrisi dan metabolik, hal yang perlu dikaji adalah frekuensi dan porsi makan dan minum, kesukaan jenis makanan, Pola makan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya penyakit diabetes



melitus,



mengkonsumsi



makanan



yang



terlalu



banyak



mengandung glukosa serta makanan dan minuman yang manis tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik yang cukup dapat memicu peningkatan kadar gula darah yang tidak dapat diproduksi oleh pankreas. hormon insulin sesuai (Mustika, 2018). Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual muntah. Sub kategori nutrisi dan cairan, IMT ini sebagai tanda mayor dalam penegakan diagnosis seperti berat badan ideal dan tinggi badan yang merupakan komponen perhitungan berat badan ideal, adalah tanda mayor obyektif pada diagnosis defisit nutrisi (PPNI, 2016). Pada pola eliminasi hal yang perlu dikaji adalah eliminasi urine dan alvi. Pada eliminasi urine, yang perlu ditanyakan adalah frekuensi, warna urine, keinginan BAK. Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan (Avigusta Pramuditya, 2020). Hiperglikemi gula darah yang dapat mengakibatkan terjadinya diuresis osmotik yang mengakibatkan pasien sering merasa ingin BAK



(poliuria) dan pengeluaran gula pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan (Umroh, 2019). Pada pola aktivitas dan latihan hal yang perlu dikaji pada pengkajian pola aktivitas latihan dalam komponen aktivitas tidak dituliskan yaitu pada pola waktu bekerja, pengkajian frekuensi olahraga. Dalam pola waktu bekerja sangat penting untuk diketahui karena hal ini memengaruhi kabiasaan istirahat pasien (Nuryanti, 2020). Klien diabetes biasanya timbul rasa mual dan lemas, sehingga tidak banyak melakukan aktivitas. Pada pola istirahat dan tidur hal yang perlu dikaji adalah jam tidur pasien. frekuensi tidur normal dalam keadaan sehat sekitar 6-8 jam setiap malam (Kozier & Olivera, 2013). biasanya pasien diabetus melitus istirahat tidak efektif karena adanya poliuri sehingga klien kesulitan tidur. Pada pola kognitif persepi hal yang perlu dikaji yaitu menjelaskan tentang pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendegaran, perasaan, penciuman. Pada pola persepsi dan konsep diri hal yang perlu dikaji pada pasien yaitu pasien terkadang mengalami kecemasan karena mengalami gangguan pada gambaran diri yang disebabkan oleh karena adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh. Pada pola peran hubungan hal yang perlu dikaji yaitu keikutsertaan anggota keluarga dalam membantu pengobatan, diet, latihan jasmani,



pengisian waktu luang, dan motivasi merupakan peran aktif dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus (Salmaha Iklima., 2018). Pada pola seksualitas dan reproduksi hal yang perlu dikaji yaitu angiopati dapat terjadi pada pembuluh darah diorgan reproduksi sehingga menyebabkan gangguan kualitas maupun ereksi serta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Pada pasien wanita masalah yang sering dialami yaitu keputihan, terjadi kemerahan pada bagian vagina. Sedangkan pada laki-laki masalah yang sering dialaminya yaitu terjadi impoten pada laki-laki, serta lebih tinggi terkena risiko kanker prostat (Umroh, 2019) Pada pola koping stress hal yang mungkin menjadi masalah adalah lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan. Hal ini dapat memerlukan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, sehingga pasien kurang mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif Pada nilai dan keyakinan perawat perlu mengkaji gambaran tentang penyakit yang dideritanya menurut agama dan kepercayaanya, kecemasan akan penyakitnya, tujuan dan harapan akan sakitnya. Hal yang biasa dilakukan pasien beragama islam yaitu dengan melakukan kewajibannya dengan beribadah sholat 5 waktu dan mengaji (E. Rismawati, 2018). 2.1.1.5 Pemeriksaan Fisik



Pada pemeriksaan fisik hal yang perlu dikaji untuk mengetahui keadaan umum pasien yaitu, keadaan umum yang biasanya berisi tentang kondisi kesadaran mulai dari keadaan composmentis, apatis, sampai dengan koma (Indah, 2018). Compos metis adalah kondisi dimana seseorang masih sadar sepenuhnya. Apatis adalah kurangnya respon terhadap lingkungan sekitar yang ditandai dengan kontak atau mata tampak melamun atau tidak terlihat dengan fokus (Fedyan Dwi Putra, n.d.) Dalam antropometri yang sering digunakan dalam menentukan status gizi yaitu, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas (LILA) (Gibson R, 2017). Status gizi dapat diukur dengan perhitungan IMT, IMT merupakan salah satu bentuk pengukuran metode skrining yang digunakan untuk mengetahui status gizi yang diukur dengan berat badan dan tinggi badan, sehingga setiap orang harus menghitung nilai IMTnya untuk mengetahui apakah status gizinya normal atau tidak (KEMENKES RI, 2014) Pada pemeriksaan tanda-tanda vital hal yang diperlukan adalah nadi, respirasi, tekanan darah, suhu. Denyut nadi normal yaitu 60-86 x/menit. Nilai pada respirasi normal yaitu 20-30 x/menit (Ambarwati & Wulandari, 2018). Tekanan darah normal antara 90/60-130/90 mmHg (Indah, 2018). Suhu tubuh normal antara 360C-37,50C (Sulistyawati. 2013, 2018). Pada pemeriksaan dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) secara umum yang dilakukan adalah dengan cara inspeksi, palpasi,



auskultasi dan perkusi. Pada kepala lihat ada lesi atau tidak, warna kehitaman/kecoklatan, edema, dan distribusi kulit rambut, turgor kulit elastis atau tidak, teraba dingin/hangat, tekstur kulit kasar atau halus, rambut rontok atau tidak, tekstur rambut halus atau tidak, rambut bersih atau kotor (Pratiwi, 2012). Pada wajah berisi hasil observasi mata (sklera ikhterik atau an ikhterik, pupil isokor kanan kiri, konjungtiva anemis atau an anemis, dan refleks cahaya positif). Telinga (telinga bersih kanan kiri, posisi daun telinga vertikal, warna telinga , tekstur telinga, ada pembengkakkan atau tidak, hidung ( ada polip atau tidak ), dan mulut ( lidah kotor atau tidak, bibir kering atau tidak, kondisi gigi dan ada stomatitis atau tidak (Utami, 2020). Pada leher lihat leher simetris atau tidak, warna leher, ada pembengkakkan kelenjar tiroid atau tidak (Erlina Rismawati, 2018). Pada pemeriksaan jantung dilakukan dengan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). Inspeksi dengan memperhatikan bentuk dan kondisi dada, memeriksa pembuluh darah dibagian leher, serta mendeteksi ada tidaknya pembengkakan di tungkai atau organ tubuh lainya. Pada pemeriksaan palpasi untuk menilai kinerja dan kondisi jantung, serta mendeteksi kemungkinan adanya kelainan pada jantung. Perkusi dalam pemeriksaan fisik jantung dilakukan dengan cara mengetuk permukaan dada dengan jari tangan. Bunyi ketukan dihasilkan akan digunakan sebagai indikator kondisi jantung dan organ di sekitarnya, terutama paru-paru.



Auskultasi merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan dengan alat stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung pasien. Pada pemeriksaan abdomen kaji dengan inspeksi, aukultasi, perkusi, palpasi. Inspeksi merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai alat pengumpulan data (Nursalam, 2018).Inspeksi merupakan pemeriksaan dengan melihat bentuk, warna kulit, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah pada pemeriksaan yang akan dilakukan, dengan melihat abdomen (Pranata, 2013). Auskultasi merupa. kan tekhnik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi dihasilkan tubuh tujuannya untuk mendengarkan ada bising usus atau tidak (Sulistyawati. 2013). Perkusi merupakan pemeriksaan dengan cara mengetuk-ngetukan jari ketubuh klien untuk membandingkan bagian kanan dan kiri bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan (jannah 2011,).Palpasi merupakan tekhnik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Yaitu dengan meraba apakah ada nyeri tekan pada bagian perut (Nursalam, 2018). 2.1.1.6 Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan Gula Darah Sewaktu dan gula darah puasa. Nilai normal gua darah sewaktu >200mg/dl dan nilai normal gula darah puasa >140 mg/dl (Pakpahan, 2020). 2.1.2 Diagnosa Keperawatan



Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami diabetus melitus 2.1.2.1 Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. 2.1.2.2 Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang pengetahuan tenatang manajemen diabetes. 2.1.2.3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (diabetes melitus). 2.1.3



Perencanaan



2.1.3.1 Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, Tujuan dari diagnosa ini adalah pengetahuan manajemen diabetes dengan kriteria hasil: (1) pencegahan hiperglikemia dari skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak), (2) prosedur yang harus diikuti dalam mengobati hiperglikemia dari skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak), (3) mencari informasi tentang panduan nutrisi baku dari skala 2 (jarang dilakukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering dilakukan). Intervensi yang dipilih untuk mengyelesaikan masalah defisit pengetahuan adalah fasilitasi pembelajaran .Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:, (1) tekankan pentingnya mengikuti evaluasi medik, dan kaji ulang gejala yang memerlukan



pelaporan segera ke dokter, (2) diskusikan tanda/gejala diabetes melitus, contoh polidipsia, poliura, kelemahan penurunan berat badan, (3) gunakan bahasa yang umum digunakan, (4) berikan informasi yang sesuai dengan lokus kontrol pasien, (5) berikan informasi sesuai tingkat perkembangan pasien. 2.1.3.2 Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang pengetahuan tenatang manajemen diabetes Tujuan dari diagnosa ini adalah kadar glukosa darah dengan kriteria hasil : (1) glukosa darah dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan sedang dari kisaran normal), (2) peningkatan glukosa darah dari skala 2 (berat) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan), (3) Memantau glukosa darah dari skala 2 (jarang menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan). Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah manajemen hiperglikemi, Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah : (1) monitor kadar gula darah, sesuai indikasi, (2) monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan, latergi, malaise, pandangan kabur atau sakit kepala, (3) monitor ketourin, sesuai indikasi, (4) berikan insulin sesuai resep, (5) Dorong asupan cairan oral, (6) batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250mg/dl, khusus jika ketourin terjadi, (7) dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah, (8) intruksikan pada pasien dan keluarga



mengenai majemen diabetes, (9) fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan. 2.1.3.3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (diabetes melitus ) Tujuan dari diagnosa ini adalah perfusi jaringan perifer kriteria hasil : (1) parestesia dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan), (2) ansites dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan), (3) pembentukan bekuan dari skala 2 (deviasi cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal), (4) suhu tubuh dari skala 2 (deviasi cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal). Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah manajemen sensasi perifer, Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah : (1) monitor sensasi tumpul atau tajam dan panas dan dingin (yang dirasakan pasien), (2) monitor adanya parasthesia dengan tepat, (3) intruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa kulit setiap harinya (4) letakkan bantalan pada bagian tubuh yang terganggu untuk melindungi area tersebut. 2.1.4



Pelaksanaan Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2009). Jenis-jenis tindakan pada tahap pelaksanaan adalah : (1) Secara mandiri (independent) adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien



dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor, (2) Saling ketergantungan (interdependent) adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim kesehatan lainnya,



seperti



dokter,



fisioterapi,



dan



lain-lain,



(3)



Rujukan/ketergantungan (dependent) jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan. 2.1.5



Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya terdiri dari evaluasi SOAP. Simbol S mewakili tanda Subjektif, yaitu berisi tentang ungkapan yang didapat dari pasien setelah dilakukan tindakan. Simbol O mewakili tanda Objektive, yaitu berisi tentang informasi hasil pengamatan, penilaian, dan pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Simnol A mewakili tanda Analisis, yaitu dengan membandingkan data subjektive dan objektive pasien sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil kemudian mengambil kesimpulan apakah masalah pasien teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. Simbol P Planning, yaitu rencana tindakan keperawatan yang selanjutnya akan dilakukan berdasarkan hasil analisa



2.2 Pendidikan Kesehatan 2.2.1 Pengertian Pendidikan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui pendidikan, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan dapat berlangsung di bawah bimbingan orang lain atau secara otodidak (Husnul Abdi, 2021). Pendidikan kesehatan merupakan proses membantu seseorang, bertindak secara individu atau kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang isu-isu yang mempengaruhi kesehatan pribadi mereka dan orang lain dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menjaga kesehatan mereka sendiri dan bukan hanya tentang kesehatan orang lain meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non-fisik) untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan secara sadar (Erwin Setyo K., 2012). 2.2.2 Manfaat Pendidikan Kesehatan Diabetes



mellitus



dapat



diminimalisir



dan



dicegah



dengan



memberikan penyuluhan kesehatan, karena akan sangat efektif dalam mencegah timbulnya komplikasi dari diabetes mellitus. Mengubah dan membentuk perilaku tidaklah mudah. ketika seseorang akan mengadopsi suatu perilaku, mereka harus terlebih dahulu mengetahui arti dan manfaat dari perilaku itu bagi mereka. itu akan membentuk perubahan perilaku dari buruk menjadi lebih baik. Pemberian pendidikan kesehatan yang baik dan



tepat dapat meningkatkan kesadaran pasien diabetes melitus akan kesediaannya untuk merubah perilakunya mengikuti jadwal pengobatan yang diberikan sehingga kadar gula darah dapat terkontrol dan mencegah berbagai komplikasi akut khususnya komplikasi ulkus diabetikum, promotor kesehatan memiliki risiko komplikasi empat kali lebih tinggi dibandingkan pasien diabetes dengan diabetes yang mendapat pendidikan kesehatan (Dharmastuti & Dwi Ariani Sulistyowati, 2017). 2.2.3 Teknik Prosedur Kesehatan Metode pendidikan individu. Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina perilaku atau membina seseorang yang mulai tertarik untuk melakukan sesuatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini antara lain: 2.2.3.2 Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin) Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas lebih intensif. Klien dengan kesadaran dan penuh pengertian menerima perilaku tersebut, Wawancara (interview) Wawancara petugas dengan klien untuk menggali informasi, berminat atau tidak terhadap perubahan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau dasar yang kuat. 2.2.4 Media Pendidikan Kesehatan Dalam pemberian pendidikan kesehatan ada berbagai macam media yang bisa digunakan untuk menyampaikan materi kepada klien, salah satu media



yang



dapat



digunakan



booklet.



Media



ini



adalah



untuk



mengkomunikasikan pesan kesehatan dalam bentuk buku dengan teks dan gambar. Keuntungan dari booklet ini adalah memungkinkan untuk menyajikan pesan dalam pendidikan kesehatan yang lebih lengkap, menyimpannya lebih lama, membuatnya lebih mudah disampaikan, dan memberikan konten yang lebih rinci yang mungkin belum di komunikasikan secara verbal (Putu dan Dewa, 2012). 2.2.5 Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Diabetes Melitus Informasi yang harus diajarkan kepada setiap pasien yang baru di diagnosis sebagai penderita diabetes tipe I atau sebagai penderita diabetes tipe II dan mendapatkan terapi insulin untuk pertama kalinya. Informasi yang bersifat dasar ini secara harfiah berarti bahwa pasien harus mengetahui bagaimana “bertahan hidup” yaitu dengan cara menghindari komplikasi hipoglikemia atau hiperglikemia yang berat setelah pulang dari rumah sakit. Informasi yang diberikan mencakup: 2.2.5.1 Patofisiologi Sederhana Materi dalam patofisiologi sederhana meliputi: (1) definisi diabetes (dengan kadar glukosa yang tinggi), (2) batas-batas kadar glukosa darah yang normal, (3) efek terapi insulin dan latihan (penurunan kadar glukosa darah), (4) efek makanan dan stress, yang mencakup keadaan sakit dan infeksi (peningkatan kadar glukosa darah), (5) dasar pendekatan terapi. 2.2.5.2 Cara-cara Terapi Materi dalam cara-cara pemberian terapi adalah: Pemberian insulin, atau pengobatan penurunan gula darah lainnya



(Dasar-dasar diet (misalnya, kelompok makanan dan jadual makan), Pemantauan kadar glukosa darah, keton urin. 2.2.5.3 Perawatan sehari-hari Pada perawatan sehari-hari pasien diabetes melitus yaitu perawatan kaki, dimana perawatan kaki ini merupakan aktivitas sehari-hari pasien diabetes melitus. Perawatan kaki ini meliputi memeriksa kondisi kaki setiap hari, menjaga kebersihan kaki, memotong kuku, memilih alas kaki yang baik, pencegahan cedera pada kaki serta pengelolaan awal cedera kaki. Perawatan kaki secara regular pasien diabate melitus diharapkan bisa mengurangi komplikasi, dimana perawatan kaki yang baik dapat mencegah kaki diabetik hingga 50% (American Diabetes Asociation, 2012) BAB III METODE KASUS PENELITIAN



3.1 Rancangan Studi Kasus Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah metode penelitian dengan cara yang dilakukan meneliti suatu permasalahan melalui kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmojo, 2010).



3.2 Subjek Studi Kasus



Subjek penelitian adalah responden pasien diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit umum kardinah kota tegal. Subjek penulis ini memenuhi kriteria sebagai inklusi dan ekslusi. 3.2.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penulis dapat mewakili dalam sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel 3.2.1.1 Pasien dengan diabetus melitus tipe II 3.2.1.2 Pasien dapat berkomunikasi dengan baik 3.2.1.3 Pasien bersedia menjadi responden penelitian 3.2.2 Kriteria Ekslusi Kriteria ekslusi merupakan dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah komplikasi lain seperti gangguan jiwa, gangguan pendengaran, tidak dapat memahami bahasa Indonesia.



3.3 Fokus Studi Fokus studi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus. pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan agar pengetahuan seseorang dapat meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan.



3.4 Definisi Operasional Fokus Studi 3.4.1 Prosedur pendidikan kesehatan adalah pendidikan kesehatan tentang materi pencegahan ulkus diabetikum yang dilakukan dengan media booklet selama 40 menit. Materi yang dijelaskan adalah tentang definisi pengertian diabetus melitus, patofisiologi, komplikasi, dan cara diet pasien diabetes melitus. 3.4.2 Peningkatan pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum adalah kondisi dimana pasien memahami penjelasan yang diberikan dengan dapat menjawab seluruh perntanyaan dari pemateri.



3.5 Tempat dan Waktu Penelitian Pengelolaan kasus dilakukan pada pasien di RSUD Kardinah Kota Tegal, bulan Februari 3.6 Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu : 3.6.1 Wawancara Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penulisn (responden) dan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). 3.6.2 Observasi dan Pemeriksaan Fisik



Adalah suatu prosedur berencana yang mana antara lain meliputi : melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe), dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 3.6.3 Dokumentasi Adalah pengumpulan bukti-bukti atau keterangan pengelolaan dan penyimpanan dalam ilmu pengetahuan. 3.6.4 Instrumen Penelitian Instrumen ini sangat diperlukan oleh peniliti sebagai alat pengumpul data dalam melakukan penelitian. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan instrumen evaluasi dalam satuan acara penyuluhan (SAP).



3.7 Proses Pengambilan Data 3.7.1 Perkenalan 3.7.2 Menjelaskan penelitian yang dilakukan 3.7.3 Inform consent, melakukan persetujuan dengan pihak keluarga untuk dilakukan



tindakan



pendidikan



kesehatan



meningkatkan pengetahuan pasien. 3.7.4 Pengkajian, menanyakan riawayat penyakit. 3.7.5 Menentukan diagnosa.



yang



bertujuan



untuk



3.7.6 Mengajukan pertanyaan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. 3.7.7 Melakukan pendidikan kesehatan. 3.7.8 Mengajukan pertanyaan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.



3.8 Analisis Data dan Penyajian Data Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penyajian data ditulis secara narasi dan dapat disertai dengan cuplikan verbal dari subjek studi kasus dengan kebutuhan dasar manusia dengan kasus penyakitnya. Analisis data pada kasus karya tulis ini sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yaitu data subjektif dan data objektif sesuai dengan respon pasien. Data dilihat pada pengkajian data objektif yaitu klien terlihat lemah, kurang Urutan dalam analisis data yaitu pengumpulan data seperti hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian hasilnya ditulis dalam bentuk cerita lapangan, kemudia disalin dalam bentuk transkrip. Data objektif analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan dengan nilai normal. Penyajian dapat dilakukan dengan tabel dan teks naratif, kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden. Kesimpulan dari data tersebut data yang disajikan, data yang dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penulis juaga melibatkan pasien dan keluarga agar mengetahui penanganan mobilisasi yang tepat, serta menganjurkan keluarga untuk memotivasi pasien agar terus melakukan mobilisasi yang telah diajarkan oleh perawat.



3.9 Etika Penelitian Dalam melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis memperhatikan etika penelitian studi kasus. Dalam kaitannya dengan etika, penulis melakukakn langkah-langkah untuk memenuhi prinsip etika penelitian yang terdiri dari : 3.8.1 Memberikan kebebasan (Autonomy), dimana peneliti harus menghormati keputusan yang diambil oleh pasien dalam pengambilan keputusan, dan apabila pasien menolak diberikan pendidikan kesehatan maka pasien harus menandatangani di lembar persetujuan. 3.8.2 Berbuat baik/mencegah terjadinya kesalahan/membawa kebaikan ke pasien (Beneficence), seorang peneliti harus berbuat baik kepada pasien, harus berhati-hati bersikap profesial jangan sampai terjadinya kesalahan ketika dilakukan pendidikan kesehatan. 3.8.3 Peneliti bersikap dengan adil (Justice), dimana peneliti dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien 1 dan 2 sesuai standar praktik, dan tidak membeda-bedakan pasien. 3.8.4 Tidak merugikan atau mencederai (Non-malaficience), yaitu peneliti berkomitmen untuk tidak merugikan atau tidak mencederai pasien selama tindakan pendidikan kesehatan berlangsung. 3.8.5 Peneliti



memberikan



kejujuran



(veracity),



dimana



peneliti



harus



menyampaikan kebenaran pada pasien secara akurat, komprehensif, dan obyektif selama melakukan tindakan pendidikan kesehatan.



3.8.6 Peneliti harus bertangguang jawab (Acountability) atas tindakan apa yang diberikan ke pasien, biasanya peneliti melakukan konsultasi dengan tim kesehatan terlebih dahulu. 3.8.7 Penulis menjamin atas kerahasiaan (confidentiality) terhadap data responden, kepemilikan dan akses data (data acces and ownership) yang digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini dan asas anonymity.



DAFTAR PUSTAKA Aini, N., & Saraswati. (2016). Gambaran Karakteristik Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita. Journal of Chemical Information and Modeling, 4, 176. http://ejournalsl.undip.ac.id/index.php/jkm Ambarwati & Wulandari. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas 2010. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta. American Diabetes Asociation. (2012). Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus,DiabetesCare,.35(1). https://doi.org/https://doi.org/10.18196/ijnp.v2i1.670 Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Avigusta Pramuditya, R. O. N. A. N. D. (2020). Studi Literatur Asuhan Keperawatan Pada Dewasa Penderita Dm Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan Defisien Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes. (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo). Azhar, B., Suza, D. E., & Ariani, Y. (2019). Pengembangan Protokol Pengkajian Sirkulasi Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Perawat Indonesia, 3(2), 145. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.319 Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Jakarta: (Pusdik SDM. Dharmastuti, A. P., & Dwi Ariani Sulistyowati. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Upaya Pencegahan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan Global, 2(1), 52–57. http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/JKG/article/view/342 Dinarti, & Mulyanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan : Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indoensia. Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Diabetes Mellitus, Jakarta: Kementian Kesehatan RI., 87–90. https://doi.org/1 Desember 2013 Erwin Setyo K. (2012). Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: FIK UNY. Fedyan Dwi Putra. (n.d.). compos mentis adalah keadaan sadar penuh. Www.Scribd.Com. Retrieved November 8, 2021, from https://www.scribd.com/doc/287252271/Compos-Mentis-Adalah-Ketika-



Seseorang-Masih-Tersadar-Penuh Gibson R. (2017). Principles of Nutritional Assessment. second Edition. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Husnul Abdi. (2021). Pendidikan adalah Proses Pengubahan Sikap, Kenali Pengertiannya Menurut Para Ahli. Www.Liputan6.Com. https://hot.liputan6.com/read/4511269/pendidikan-adalah-prosespengubahan-sikap-kenali-pengertiannya-menurut-para-ahli Indah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Ny “T” Dengan Masalah Utama Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo 2 Kota Yogyakarta. Politektik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta. jannah. 2011. (2018). Konsep Keperawatan Praktis. kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. KEMENKES RI. (2014). Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI. Kozier & Olivera. (2013). Fundamentals of Nursing : Concepts, Procces and Practice (5th ed). Jurnal Media Kesehatan, 6, 102–200. Lee, J. K. (2013). Evaluation of a medication self-management education program for elders with hypertension living in the community. Journal of Korean Academ yof Nursing, 43(2), 267–285. https://doi.org/10.4040/jkan.2013.43.2.267 Mardiana, T., Ditama, E. M., & Tuslaela, T. (2020). an Expert System for Detection of Diabetes Mellitus With Forward Chaining Method. Jurnal Riset Informatika, 2(2), 69–76. https://doi.org/10.34288/jri.v2i2.121 Mertha, I. M., Wedri, N. M., & Ngurah, I. G. (2015). Karakteristik perawatan pasien diabetes mellitus di rumah sakit umum pusat sanglah Denpasar tahun 2014. Jurnal Skala Husada, 12(1), 45–48. Mertha, I. M., Wedri, N. M., & Ngurah, I. G. (2015). Karakteristik perawatan pasien diabetes mellitus di rumah sakit umum pusat sanglah Denpasar tahun 2014. Jurnal Skala Husada, 45–48. http://poltekkesdenpasar.ac.id/files/JSH/V12N1/I Made Mertha, Ni Made Wedri, IGK.Gede Ngurah.pdf Mustika, M. I. (2018). Gambaran Pola Makan Dan Kejadian Diabetes Melitus Pada Lansia Di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten



Labuhabatu Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2447/



7–9.



Mutoharoh. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Ijms, 4(1), 96–109. Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rinieka Cipta. Nursalam. (2009). Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. In Manajemen Keperawatan. Salemba Medika. Nursalam. (2018). Konsep Asuhan Keperawatan. Nuryanti, A. (2020). Uji Coba Instrumen Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Berbasis Pola Fungsional Kesehatan Gordon. Jurnal Keperawatan, 9(2), 1–10. https://doi.org/10.47560/kep.v9i2.243 Pakpahan, L. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. R S dengan Diabetes Melitus di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru. Poltekkes Riau. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP PPNI. Pranata, L. (2013). Usia Gangguan Sistem Kardiovaskuler “ Hipertensi ” Dengan Intervensi Rendam Kaki Dengan ... Pratiwi, I. D. (2012). Identifikasi Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Penguasaan Skill Pemeriksaan Fisik Pada Mahasiswa Program D-3 Keperawatan Universitas 10Muhammadiyah Malang. Saintika Medika. Putu dan Dewa, N. (2012). Media pendidikan kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rismawati, E. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Diabetes Melitus Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di Ruang Melati Di Rsud Bangil. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9). Rismawati, Erlina. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Diabetes Melitus Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di Ruang Melati Di Rsud Bangil. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Salmaha Iklima. (2018). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Pada tn.s dan Ny.s Dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan Di Ruang Melati dr. Haryato lumajang.



Silalahi, L. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal PROMKES, 7(2), 223. https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i2.2019.223-232 Soegondo, S., S. P. & S. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Hubungan Antara Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II, 4(1). Strauss, S. M., Rosedale, M. T., & Kaur, N. (2015). Illness Perceptions Among Adults at Risk for Diabetes. The Diabetes Educator, 41(2), 195–202. https://doi.org/10.1177/0145721715569003 Sulistyawati. 2013. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Suzanne C. Smeltzer. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 (8th ed.). EGC. Umroh, H. (2019). Penerapan Intevensi Latihan Senam Diabetes Mellitus Pada Ny . h Dengan Masalah Kelurahan Bungo Timur Tahun 2019. UTAMI, I. A. (2020). Literatur Review : Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Hospitalisasi : Ansietas Dengan Pendekatan Atraumatic Care. Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB; Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., & King, H. (2004). Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care, 27(5), 1047 LP – 1053. http://care.diabetesjournals.org/content/27/5/1047.abstract Zulaekah, S. (2012). Efektivitas Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi Anak SD. Jurnal Unnes, 7(2). http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1771.



Lampiran 1. Penjelasan Penelitian



PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN



1. Saya adalah penulis Saya adalah penulis berasal dari program Diploma III Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam studi kasus yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetus Melitus Di RSUD Kardinah Kota Tegal” 2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh Pendidikan Kesehatan pasien tentang pencegahan ulkus diabetikum dengan media booklet pada pasien diabetus melitus di RSUD Kardinah Kota Tegal. Yang dapat memberi manfaat berupa Sebagai masukan bagi keluarga dan pasien diabetus melitus bisa mengetahui penanganan pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetus melitus Penelitian ini akan berlangsung selama pasien dari awal masuk rumah sakit sampai pulang atau dengan minimal 3 hari selama pasien dirawat di rumah sakit. 3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 30 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi



anda tidak akan khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan atau pelayanan keperawatan. 4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini adalah anda turut terlibat aktif dalam perkembangan asuhan/ tindakan yang diberikan. 5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap dirahasiakan. 6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubunga dengan penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti pada nomor hp. 0857-4266-8790



Penulis



Rizky Chandra Yustiawan



Lampiran 2. Informed Consent



INFORMED CONSENT (Persetujuan Menjadi Responden) 1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai studi kasus yang akan dilakukan oleh Rizky Chandra Yustiawan dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetus Melitus Di RSUD Kardinah Kota Tegal”



Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan untuk mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Slawi, Februari 2022



Saksi



Yang memberikan persetujuan



……………………..



…………………… Penulis



Rizky Chandra Yustiawan Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS A. Judul: pemberian Pendidikan Kesehatan pencegahan ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus B. Tujuan 1.



Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan mengenai diabetes mellitus dengan pemeliharaan kesehatan tifdak efektif selama 1 x 40 menit, responden dapat mengetahui dan memahami tentang program diet yang sehat bagi penderita diabetes melitus tipe 2.



2.



Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti proses penyuluhan 1 x 40 menit responden dapat: a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan diabetes melitus tipe 2 b. Menyebutkan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 c. Menyebutkan tanda dan gejala dari dabetes melitus tipe 2



C. Tempat: RSUD Kardinah Kota Tegal D. Waktu: 40 menit E. Sasaran: Responden yang mengalami diabetes mellitus dengan pemeliharaan kesehatan tidak efektif F.



Metode: 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab



G. Media: Booklet H. Penyuluh: Rizky Chandra Yustiawan I. N o



Rencana Pelaksanaan W aktu



Rencana Kegiatan Penyuluhan



Kegiatan Peserta



1



5 menit



Persiapan -



Memberikan salam



 Menjawab salam



-



Perkenalan



 Mendengarkan dan



-



Menjelaskan TIU dan TIK



-



Menyebutkan materi yang akan



memperhatikan



diberikan 2



25 menit



Kontrak waktu



Proses -



Menanyakan (review) kepada responden mengenai



-



 Mendengarkan dan



tipe 2, faktor risiko diabetes



memperhatikan



melitus tipe 2, tanda dan gejala



 Bertanya



diabetes melitus tipe 2,



 Menjawab



Memberikan reward jika Menjelaskan materi : a. Menjelaskan pengertian diabetes melitus b. Menjelaskan faktor risiko diabetes melitus c. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus



-



Memberi kesempatan kepada responden untuk menanyakan materi yang belum jelas



3



5 menit



pertanyaan penyuluh



pengertian diabetes melitus



jawaban benar -



 Menjawab



Menyimpulkan materi yang sudah disampaikan. Evaluasi Meminta responden untuk



pertanyaan



menjawab pertanyaan penyuluh a. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus tipe 2 ?



 Menyebutkan dan menjelaskan



b. Apa saja faktor risiko diabetes melitus tipe 2? c. Apa saja tanda dan gejala dari diabetes melitus tipe 2 ? 4



5 menit



Penutup - Mengucapkan salam penutup



 Memperhatikan  Menjawab salam



Lampiran 4. Hasil Observasi LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN PENGETAHUAN PASIEN Nama Pasien 1 : Evaluasi Pengetahuan Sebelum pemberian pendidikan kesehatan o



Menanyakan tentang definisi



o



Menanyakan tentang komplikai



o



Menanyakan tentang cara pencegahan



o



Menanyakan tanda dan gejala



o



Menanyakan tentang cara diet sehari-hari



Kejadian penting selama pemberian pendidikan kesehatan 1. ……………………………………………. 2. ……….……………………………………. 3.



……………………………………………..



Evaluai Setelah Diberikan pendidikan kesehatan o



Dapat menjelaskan kembali tentang definisi



o



Dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi



o



Dapat mengetahui tentang cara pencegahan



o



Dapat mengetahui tanda dan gejala



o



Dapat menjelaskan tentang cara diet sehari-hari



Tanggal penkes :



LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN PENGETAHUAN PASIEN Nama Pasien 2 : Evaluasi Pengetahuan Sebelum pemberian pendidikan kesehatan o



Menanyakan tentang definisi



o



Menanyakan tentang komplikai



o



Menanyakan tentang cara pencegahan



o



Menanyakan tanda dan gejala



o



Menanyakan tentang cara diet sehari-hari



Kejadian penting selama pemberian pendidikan kesehatan 1. …………………………………………………. 2. ……….………………………………………… 3.



………………………………………………….



Evaluai Setelah Diberikan pendidikan kesehatan o



Dapat menjelaskan kembali tentang definisi



o



Dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi



o



Dapat mengetahui tentang cara pencegahan



o



Dapat mengetahui tanda dan gejala



o



Dapat menjelaskan tentang cara diet sehari-hari



Tanggal penkes :