Proposal KTI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain (Keliat dkk, 2011). Setiap manusia memiliki harga diri yang bernilai tinggi tergantung dari iman dan taqwa setiap manusia. Sehingga harga diri harus selalu dipelihara karena sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Kunci untuk meningkatkan harga diri adalah selalu mensyukuri nikmat Allah SWT sekecil apapun dan selalu bersangka baik atas cobaan maupun musibah yang terjadi dalam kehidupan kita. Fenomena kesehatan jiwa di Indonesia, merupakan masalah yang sangat mempengaruhi produktivitas, kebahagiaan manusia dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi memerlukan kerjasama pada multisektor. Mutu sumber daya manusia tidak akan meningkat jika hanya mengandalkan raga manusia saja, tanpa menyelaraskan kesehatan jiwa pula. Apabila ingin memperbaiki mutu dari sumber daya manusia, maka ksehatan



jiwa harus diperhatikan secara seksama kemudian terimplementasikan di masyarakat. (Direja 2011). Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang ( Kemenkes RI, 2016). Data Riskesdas (2013) memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk ( Kemenkes RI, 2016). Beradasarkan data di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai pusat rujukan jiwa di provinsi Jabar menunjukkan mayoritas pasien yang berkunjung adalah gangguan jiwa berat skizofrenia halusinasi. Berdasarkan data periode januari-desember 2013 tercatat sebanya 13.725 kasus skizofrenia halusinasi dengan rincian unit rawat jalan 10.029 kasus, unit rawat inap 1245 dan Unit Gawat Darurat 245 (Profil RSJ Jabar,2015 dalam Junaedi, 2016). Gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat adalah skizofrenia sebagai akar dari permasalahan harga diri rendah sendiri sesuai dengan masalah



utama yang penulis sajikan. Pada klien dengan harga diri rendah akan terlihat sikap putus asa, terjadi resiko bunuh diri dan terjadi bunuh diri . Selama 3 tahun terakhir diketahui sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri (Keliat, 2011). Salah satu jenis gangguan jiwa adalah gangguan konsep diri harga diri rendah atau dalam bahasa Jawa biasa disebut minder. Jika seseorang mengalami harga diri rendah biasanya akan dijumpai tanda dan gejala seperti merasa bersalah, tidak mampu, ketegangan peran yang dirasakan, mudah tersinggung sehingga menyebabkan individu ini bisa melakukan hal yang destruktif baik ditujukan pada diri sendiri maupun kepada orang lain (Keliat, 2011). Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah, 2016). Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa. harga diri rendah dikarenakan penilaian internal maupun penilaian eksternal yang negatif. Penilaian internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar diri individu (seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan) yang sangat mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya. Harga diri rendah yang kronik dapat menyababkan pasien mengalami isolasi social bahkan halusinasi ( Keliat, 2011).



Perawat jiwa sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa dapat membantu mneingkatkan harga diri pasien melalui penerapan strategi paleksanaan tindakan dengan menggunakan komunikasi terapeutik kepada klien , oleh karena itu perawat dituntut mampu keperawatan yang profesional dan dapat



memberikan asuhan



mempertanggung jawabkan



asuhan yang diberikan secara ilmiah. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien Skizofrenia dengan Harga diri rendah di Ruangan Elang RSJ Provinsi Jawa Barat B. Rumusan Masalah Dari kesimpulan latar belakang diatas maka rumusan masalah stdi kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat?”. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat. 2. Tujuan Khusus a.



Untuk menggambarkan pengkajian Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat



b.



Untuk menggambarkan diagnosa Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat



c.



Untuk menggambarkan tindakan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat



d.



Untuk menggambarkan implementasi Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat



e.



Untuk menggambarkan evaluasi Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah RSJP Provinsi Jawa Barat



D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi Institusi Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam upaya mempersiapkan calon tenaga keperawatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah harga diri rendah 2. Manfaat bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada dirumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah harga diri rendah



3. Manfaat bagi pasien/keluarga Memberikan pengetahuan serta masukan kepada keluarga/pasien tentang cara menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami masalah harga diri rendah. 4. Manfaat bagi penulis Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah harga diri rendah serta mengaplikasikan dalam menerapkan komunikasi teraupeutik dengan menggunakan pedekatan SP.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Harga Diri Rendah 1. Pengertian Menurut NAnda (2005), harga diri rendah adalah berkembangnya persepsi diri yang negatif dalam berespon terhadap situasi yang sedang terjadi. Sedangkam menurut CMHN (2006), harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Herdman (2012), mengatakan bahwa,



harga diri rendah kronik



merupakan evaluasi diri negatif yang berkepanjangan/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa. Berdasarkan pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa: harga diri rendah dikarenakan penilaian internal maupun penilaian eksternal yang negatif. Penilaian internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar diri individu



(seperti orang tua, teman saudara dan



lingkungan) yang sangat



mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya. 2. Proses Terjadinya Masalah Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008) dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan presipitasi. a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi: 1)



Biologis Faktor heriditer (keturunan)



seperti adanya riwayat anggota



keluarga yang mengalami gangguan jiwa



Selain itu adanya



riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa, 2)



Psikologis Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak



realistis.



Kegagalan



berulang,



kurang



mempunyai



tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.



3)



Faktor Sosial Budaya Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.



b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain: 1)



Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.



2)



Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja. b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau perubahan fisik yang



berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan. 3. Rentang Respon Konsep diri Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif dan ujungmaladaptif, yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas,dan depersonalisasi.



RENTANG RESPONS KONSEP-DIRI



Respons maladaptif



Respons adaptif



Aktualisasi diri



Konsep diri



Harga - diri



Kerancuam



Depersonalisasi



Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Diri Rentang respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri. Menurut Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi: a. Realistik, b.



Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,



c.



Persepsi yang akurat dan tegas,



d.



Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan,



e.



Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang,



f.



Mengerti seni, musik, politik, filosofi,



g.



Rendah hati,



h. Mempunyai dedikasi untuk bekerja, i. Kreatif, fleksibel, spontan, dan mengakui kesalahan, j. Terbuka dengan ide-ide baru,



k. Percaya diri dan menghargai diri, l. Kepribadian yang dewasa, m. Dapat mengambil keputusan, n. Berfokus pada masalah, o.



Menerima diri seperti apa adanya,



p.



Memiliki etika yang kuat,



q.



Mampu memperbaiki kegagalan



B. Konsep Dasar skizophrenia 1. Defenisi Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang memiliki ‘arti terpisah/batu pecah’ dan phren yang berarti ‘jiwa’. Secara umum skizofrenia diartikan sebagai pecahnya/ ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosis fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni antara proses pikir, afek, atau emosi (WH),2015). 2. Etiologi a. Model diatesis stress Skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis) jika dikenai stressor akan lebih mudah untuk menjadi skizofrenia. b. Faktor genetik Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu sizofrenia. Ada 7 gen yang mempengaruhi perkembangan



skizofrenia. Kembar identik dipengaruhi oleh gen 28% sedangkan pada kembar monozygot dan kembar dizygot sebesar 1,8-4% skizofrenia.



Skizofrenia



kemungkinan



berkaitan



dengan



kromosom 1, 3, 5, 11 dan kromosom X. Pada skizofrenia kromosom-kromosom



ini



mengalami



kelainan



yaitu



saat



mengkode dapat terjadi kekacauan seperti translokasi. c. Faktor neurobiologis Perkembangan saraf awal selama masa kehamilan ditentukan oleh asupan gizi selama hamildan trauma psikologis selama masa kehamilan. Pada masa kanak-kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan dan hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan neurogikal anak, sehingga anak lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari (WH),2015) 3. Tanda dan gejala a. Penampilan dan perilaku umum Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan penampilannya. Kerapian dan higine pribadi juga terabaikan. Mereka juga cenderung menarik diri secara sosial. b. Gangguan pembicaraan Kalimat-kalimatnya tidak saling berhubungan, kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan kemudian diutarakan ide lain, atau terdapat pemindahan maksud. Bentuk yang palingparah adalah inkoherensi.



c. Gangguan perilaku Salah satu gangguan aktivitas motorik pada skizofrenia adalah gejala katatonik yang dapat berupa stupor atau gaduh gelisah. Pasien dengan stupor tidak bergerak, tidak bicara dan tidak berespon meskipun ia sepenuhnya sadar. Sedangkan pasien dengan katatonik menunjukkan aktivitas motorik yang tidak terkendali. Kedua keadaan ini kadang-kadang terjadi bergantian. d. Gangguan afek Kadang-kadang emosi dan afek serta emosinya tidak mempunyai kesatuan, seperti menangis berhari-hari tetapi mulutnya seperti tertawa. e. Gangguan persepsi Pada penderita skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. f. Gangguan pikiran Pada skizofrenia penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya wahamnya merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Misalnya penderita berwaham bahwa ia adalah raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan bersedia untuk melakukan pekerjaan kasar (Yosef, 2011). 4. Macam-macam Skizofrenia Pembagian skizofrenia menurut Yosep (2011), antara lain : a. Skizofrenia Simplex



Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis somplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses berpikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. b. Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-perlahan/ subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan, dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism/perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada hibefrenia. c. Skizofrenia Katatonik Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. d. Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer,disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi baru dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi, dan kemauan. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. e. Skizofrenia akut Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam



keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu artiyang khusus baginya.



f. Skizofrenia Residul Keadaan skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia. 5. Diagnosa a. Waham b. Halusinasi c. Bicara disorganisasi d. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas e. Simptom negatif 6. Penatalaksanaan a. Farmakologi Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia yaitu untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Strategi pengobatan tergantun pada fase penyakit apakah akut atau kronis. Tujuan pengobatan ini untuk mengurangi gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalamwaktu 2-3 minggu. Setelah 4-8 minggu, pasien masuk ketahap stabilisasi sewaktu gejala-gejala sedikit demi sedikit teratasi namun resiko relaps masih tinggi, apalagi jika pengobatan



terputus dan pasien stres. Jika gejala sudah mulai merendah, maka obat diberikan terus menerus selama satu atau 2 tahun. Setelah 6 bulan, pasien masuk kefase rumatan (maintenance) yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan. Pada fase ini diberikan dosis afektif terendah yang dapat memberikan perlindungan kekambuhan dan tidak mengganggu fungsi psikososial pasien. Hasil pengobatan akan lebih baik jika mulai diberikan dalam dua tahun pertama dari penyakit (WHO,2015). b. Terapi Elektro-konvulsi (TEK) Seperti juga terapi konvulsi yang lain, cara kerja elektro konvulsi belum diketahui pasti, tetapi terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Namun terapiini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. Terapi konvulsiini lebih mudah diberikan, dapat diberikan secara ambulant, bahaya lebih sedikit,lebih murah, dan tidak memerlukan tenaga yang khusus. c. Psikoterapi dan rehabilitasi Terapi ini dilakukan untuk mendorong penderita bergaul dengan orang lain,



penderita lain, perawat, dan dokter, agar



penderita tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan buruk. Pada terapi ini dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah filsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis atau bermain musik dengan bebas.



d. Labotomi prefrontal Dapat dilakukan bila terapi lain yang diberikan secara intensif selama5 tahun tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu dalam lingkungannya. Namun cara ini sudah ditinggalkan sekarang (WHO, 2015)



C. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah 1. Pengkajian Harga Diri Rendah Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasiendan keluarga(pelaku rawat).Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri? b. Coba ceritakan apakah penilaian Anda terhadap diri sendiri mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain? c. Apa yang menjadi harapan Anda? d. Apa saja harapan yang telah Anda capai? e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai? f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi? Tanda dan gejala harga diri rendah adalah ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini.



a. Data Subjektif: Pasien mengungkapkan tentang:



b.



1)



Hal negatif diri sendiri atau orang lain



2)



Perasaan tidak mampu



3)



Pandangan hidup yang pesimis



4)



Penolakan terhadap kemampuan diri



5)



Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi



Data Objektif: 1)



Penurunan produktivitas



2)



Tidak berani menatap lawan bicara



3)



Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi



4)



Bicara lambat dengan nada suara lemah



5)



Bimbang, perilaku yang non asertif



6)



Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna



Menurut CMHN (2006) dalam Nurhalimah (2016), tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah: 1)



Mengkritik diri sendiri



2)



Perasaan tidak mampu



3)



Pandangan hidup yang pesimis



4)



Penurunan produktifitas



5)



Penolakan terhadap kemampuan diri



6)



Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.



Townsend (1998) dalam Nurhalimah 2016) , menambahkan karakteristik pasiendengan harga diri rendah adalah: 1)



Ekspresi rasa malu atau bersalah



2)



Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru



3)



Hipersensitifitas terhadap kritik



2. Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga diri rendah yang ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah berdasarkan hasil pengkajian dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut: Isolasi Sosial



CP



Harga diri rendah



Mekanisme koping individu tidak efektif



Mekanisme koping keluarga tidak efektif



Gambar 2.2 Pohon Masalah Pada Harga Diri Rendah



Berdasarkan gambar 2.2 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: gangguan Konsep Diri: Harga diri rendahmerupakan core problem (masalah utama). Apabila harga diri rendah pasien tidak diintervensi akan mengakibatkan isolasi sosial.



Penyebab harga diri rendah pasien



dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping yang inefektif dan dapat pula dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif.



3. Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan terhadap pasiendan keluarga/ pelaku yang merawat klien. Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa, Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasienuntuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi harga diri rendah yang dialami klien. Setelah perawat selesai melatih pasienmaka perawat kembali menemui dan melatih keluarga untuk merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasienmelatih kegiatan yang telah diajarkan oleh perawat untuk mengatasi harga diri rendah. Tindakan keperawatan untuk pasiendan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasiendan keluarga mampu mengatasi harga diri rendah. a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Harga Diri endah Tujuan: Pasien mampu: 1)



Membina hubungan saling percaya



2)



Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



3)



Menilai kemampuan yang dapat digunakan



4)



Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan



5)



Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan



6)



Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya



Tindakan Keperawatan: 1)



Membina hubungan saling percaya, dengan cara: a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien. b) Perkenalkan diri dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasienyang disukai. c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini. d) Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana. e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi. f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien. g) Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan.



2)



Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien(buat daftar kegiatan) b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan klien.



3)



Membantu



pasiendapat



menilai



kemampuan



digunakan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :



yang



dapat



a) Bantu pasienmenilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. b) Bantu pasienmenyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan klien. 4)



Membantu



pasien



dapat



memilih/menetapkan



kegiatan



berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan. b) Bantu pasienmemberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan. c) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya). d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari. e) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan klien. 5)



Membantu



pasiendapat



merencanakan



kegiatan



sesuai



kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : a)



Berikesempatan pada pasienuntuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.



b)



Beri pujian atas aktivitas/kegiatan pasien setiap hari.



yang dapat dilakukan



c)



Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas.



d)



Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasiendan keluarga.



e)



Beri kesempatan pasienuntuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.



f)



Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien.



Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila pasien dapat: 1)



Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



2)



Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan



3)



Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan



4)



Membuat jadwal kegiatan harian



5)



Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian



6)



Merasakan manfaat



melakukan kegiatan



positif dalam



mengatasi harga diri rendah b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan PasienHarga Diri Rendah Keluarga diharapkan dapat merawat pasienharga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi klien. 1) Tujuan: Keluarga mampu: a) Mengenal masalah harga diri rendah b) Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah c) Merawat harga diri rendah



d) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien e) Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien f) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan 2) Tindakan Keperawatan: a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan mengambil keputusan merawat klien c) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah d) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien f) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. h) Evaluasi Kemampuan Pasiendan Keluarga dalam Merawat PasienHarga Diri Rendah Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila keluarga dapat: 1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien(pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah) 2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah 3) Merawat harga diri rendah



4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasienuntuk meningkatkan harga dirinya 5) Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi harga diri rendah 6) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukan rujukan. 4. Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan dengan pasiendan keluarga. Berikut ini contoh pendokumentasian asuhan keperawatan harga diri rendah pada pertemuan pertama



BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Studi kasus oleh Yin (2011) yang menyatakan bahwa studi kasus adalah pencarian pengetahuan secara empiris yang menyelidiki tentang fenomena dalam kontek nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukti digunakan. Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan diatas, alasan peneliti menggunakan studi kasus yaitu untuk memahami subjek secara mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan harga diri rendah di RSJP Jawa Barat B. Subjek Studi Kasus Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah klien yang mengalami masalah harga diri rendah yang dirawat di RSJP Provinsi Jawa Barat. Penentuan subjek dilakukan dengan melihat beberapa kriteria yaitu : 1. Kriteria Inklusi a. Klien dengan masalah utama harga diri rendah yang dirawat inap minimal 3 x 14 jam di RSJP Provinsi Jawa Barat b. Klien yang bersedia jadi responden 2. Kriteria Eksklusi a. Klien mengalami waham. b. Klien mengalami gangguan kesadaran



C. Fokus studi kasus Fokus studi keperawatan ini adalah ganggaun konsep diri : harga diri rendah pada pasien skizophrenia. D. Defenisi Operasional 1. Harga diri rendah adalah masalah keperawatan ditandai dengan pasien merasa tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. 2. Skizofhrenia adalah gangguan jiwa psikotok ditaadai dengan ganggaun proses pikira, afektif dan gangguan persepsi berdasarkan diagnose medik dalam status rekam medik pasien. 3. Asuhan Keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang terdiri dari pengkajian, diagnose, perencanaa, implemenetasi dan evaluasi E. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan selama 1 minggu di RSJP Provinsi Jawa Barat. F.



Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari subjek yang diteliti atau bercakap-cakap berhadapan langsung misalnya mengenai biodata klien, alasan masuk RS, keluhan klien yang dirasakan saat wawancara sedang berlangsung, hubungan sosial dan spiritual, status mental.



2. Observasi Proses pengambilan data melalui pengamatan perilaku pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi 3. Dokumentasi Pengumpulan data melalui pendekatan literatur catatan rekam medis pasien G. Analisa Data 1. Instrumen penelitian Dalam penelitian ini alat yang digunakan peneliti adalah format Asuhan Keperawatan Jiwa. Format yang dimaksud teridiri dari pengkajian, diagnosa,intervensi, implementasi, dan evaluasi. 2. Pengumpilan data Pengumpulan data dilakukan melalui cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian peneliti menelaah seluruh data-data yang tersedia dengan menggunakan prinsip Asuhan Keperawatan. Cara pengumpulan data dimulai dari peneliti mencari klien sesuai dengan kasus atau judul penelitiannya. Setelah itu peneliti melakukan tindakan preorientasi atau memperkenalkan diri kepada klien. Kemudian peneliti dan klien membina hubungan saling percaya dan meminta kesediaan klien untuk dijadikan subjek penelitian. Setelah klien menyetujui, peneliti mulai melakukan pengkajian pada klien, kemudian merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan.



3. Mereduksi data Mereduksi data berarti merangkum data yang diperoleh dengan cara memilih hal-halyang pokok, kemudian memfokuskan pada-hal yang penting dan tidak mengambil hal-hal yang tidak diperlukan dalam penelitian. Dengan demikian data yang telah direduksi atau dirangkum akan memberikan data yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya. 4. Penyajian data Data yang sudah terangkum, ditafsirkan dan dijelaskan untuk menggambarkan proses Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di RSJP Provinsi Jawa Barat. Penyajian data yang sudah ditafsirkan dan dijelaskan kemudian diuraikan dalam bentuk teks atau bersifat naratif. 5. Kesimpulan Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisa data yang telah dilakukan sebaik mungkin. Penarikan kesimpulan dalam penelitian studi kasus ini akan menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal yaitu Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien yang mengalami Skizofrenia dengan Harga diri rendah di Ruangan Elang RSJ Provinsi Jawa Barat. H. Etika penelitian 1. Informed Consent (surat persetujuan) Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan tentang judul studi



kasus. Menjelaskan tujuan yang akan yang dilakukan, kemudian menjelaskan hak dan kewajiban subjek yang diteliti. Setelah dilakukan penjelasan kepada subjek, peneliti melakukan persetujuan, dengan subjek tentang dilakukannya penelitian. 2. Confidentiality (Kerahasiaan) Semua informasi yang diberikan oleh subjek kepada peneliti akan tetap dirahasiakan 3. Anominity (Tanpa nama) Peneliti melindungi hak-hak dan privasi subjek yang diteliti. Nama tidak digunakan dalam penelitian, serta menjaga kerahasiaan klien. Penelitiannya menggunakan inisial sebagai identitas.



DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2012. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition and Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic Course). Jakarta: EGC Keliat, B.A. & Akemat. (2006). Model praktik keperawatan profesional jiwa.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC. Nurhalimah (2016)., Modul Bahan ajar Cetak Keperawatan Jiwa, Jakarta, Pusdiknakes RI Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri: Mosby WHO. (2015). Shizophrenia. Diakses melalui http://www.who.int /mental_health /topics .html Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati 2015), Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa., —Jakarta: Salemba Medika



Lampiran 2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA RUANG RAWAT: I. IDENTITAS KLIEN Inisial : Umur



:



Alamat Pekerjaan Informasi



: : :



TANGGAL DIRAWAT:



(L/P) Tanggal Pengkajian : RM No.



:



II. ALASAN MASUK



III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG



IV. FAKTOR PREDISPOSISI  RIWAYAT PENYAKIT LALU 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?



ya



tidak



Bila ya jelaskan 2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil 3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) ya tidak Bila ya jelaskan  RIWAYAT PSIKOSOSIAL Pelaku/ usia usia



Korban/ usia



Saksi/



1. 2. 3. 4. 5.



Aniaya fisik Aniaya seksual Penolakan Kekerasan dalam keluarga Tindakan kriminal Jelaskan



:



6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural, spiritual):



Masalah :



keperawatan



7. Kesan Kepribadian klien :



extrovert



introvert



lain-lain:



 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA 1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ya tidak Hubungan keluarga gejala riwayat pengobatan/ perawatan



Masalah keperawatan :



V. STATUS MENTAL 1. Penampilan tidak rapi tidak seperti Jelaskan



:



Masalah keperawatan :



2. Kesadaran



Penggunaan pakaian



Cara



berpakaian



tidak sesuai



biasanya



 Kwantitatif/ penurunan kesadaran compos mentis sopor



apatis/ sedasi subkoma



somnolensia koma



 Kwalitatif tidak berubah meninggi hipnosa



berubah gangguan tidur: sebutkan disosiasi: sebutkan



3. Disorientasi waktu Jelaskan



tempat



orang



:



Masalah keperawatan :



4. Aktivitas Motorik/ Prikomotor Kelambatan: hipokinesia, hipoaktivitas katalepsi



sub stupor katatonik flexibilitas serea



Peningkatan: hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik TIK grimase tremor gagap stereotipi mannarism katalepsi akhopraxia command automatism atomatisma nagativisme reaksi konversi verbigerasi berjalan kaku/ rigit kompulsif lain-2 sebutkan 5. Afek/ Emosi adequat inadequat ambivalen



tumpul dangkal/ datar anhedonia merasa kesepian apati marah depresif/ sedih ringan sedang berat panik



cemas:



Jelaskan



:



Masalah keperawatan :



labil eforia



6. Persepsi halusinasi



ilusi derealisasi



Macam Halusinasi pendengaran pengecapan sebutkan.............. Jelaskan



depersonalisasi



penglihatan penghidu/ pembauan



perabaan lain-lain,



:



Masalah keperawatan :



7. Proses Pikir  Arus Pikir koheren fligt of ideas persevarasi tangensial neologisme main kata-kata sebutkan.... Jelaskan



inkoheren blocking



asosiasi longgar pengulangan pembicaraan/



sirkumstansiality bicara lambat afasi



logorea bicara cepat assosiasi bunyi



irelevansi lain2



:



Masalah keperawatan :  Isi Pikir obsesif ekstasi fantasi bunuh diri ideas of reference pikiran magis alienasi isolasi sosial rendah diri preokupasi pesimisme fobia sebutkan............... waham: sebutkan jenisnya agama somatik, hipokondrik kebesaran curiga nihilistik sisip pikir siar pikir kontrol pikir kejaran dosa Jelaskan



:



Masalah keperawatan :  Bentuk Pikir realistik



nonrealistik



autistik



dereistik



8. Memori gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan............................ paramnesia, sebutkan jenisnya............................................................. hipermnesia, sebutkan.......................................................................... Jelaskan



:



Masalah keperawatan :



9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi sederhana Jelaskan



:



Masalah keperawatan :



tidak mampu berhitung



10. Kemampuan Penilaian gangguan ringan Jelaskan



gangguan bermakna



:



Masalah keperawatan :



11. Daya Tilik Diri/ Insight mengingkari penyakit yang diderita dirinya Jelaskan



menyalahkan hal-hal diluar



:



Masalah keperawatan :



12. Interaksi salama Wawancara bermusuhan tidak kooperatif tersinggung kontak mata kurang defensif Jelaskan



mudah curiga



:



Masalah keperawatan :



VI. FISIK 1. Keadaan umum



2. Tanda vital:



TD:



3. Ukur: TB: naik 4. Keluhan fisik: tidak jelaskan...................................



5. Pemeriksaan fisik:



Jelaskan :



N:



S:



BB:



P: turun



ya



Masalah keperawatan :



VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit) 1. Konsep Diri a. Citra tubuh :



b. Identitas



:



c. Peran



:



d. Ideal diri



:



e. Harga diri :



Masalah keperawatan :



2. Genogram



3. Hubungan Sosial a. Hubungan terkdekat :



b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat



c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain



Masalah keperawatan :



4. Spiritual dan Kultural a. Nilai dan keyakinan



b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya



c. Kegiatan ibadah



Masalah keperawatan :



VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL) 1. Makan Bantuan minimal total



Sebagian



Bantuan



2. BAB/ BAK Bantuan minimal total



Sebagian



Bantuan



3. Mandi Bantuan minimal total



Sebagian



Bantuan



4. Berpakaian/ berhias Bantuan minimal total



Sebagian



Bantuan



5. Istirahat dan tidur Tidur siang lama : Tidur malam lama :



s/d s/d



Aktivitas sebelum/ sesudah tidur :



6. Penggunaan obat Bantuan minimal total



s/d



Sebagian



Bantuan



7. Pemeliharaan kesehatan Perawatan Lanjutan Sistem pendukung



Ya Ya



Tidak Tidak



8. Aktivitas di dalam rumah Mempersiapkan makanan Menjaga kerapihan rumah Mencuci pakaian Pengaturan keuangan



Ya Ya Ya Ya



Tidak Tidak Tidak Tidak



9. Aktivitas di luar rumah Belanja Transportasi Lain-lain Jelaskan



Ya Ya Ya



Tidak Tidak Tidak



:



Masalah keperawatan :



IX. MEKANISME KOPING Adatif Bicara dengan orang lain Mampu menyelesaikan masalah berlebih Teknik relokasi Aktivitas konstruktif Olah raga Lainnya........................ Lainnya...................... Masalah keperawatan :



Maladaptif Minum Alkohor Reaksi lambat/ Bekerja berlebihan Menghindar Mencederai diri



X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan Masalah dengan pendidikan, uraikan Masalah dengan pekerjaan, uraikan Masalah dengan perumahan, uraikan Masalah dengan ekonomi, uraikan Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan Masalah lainnya, uraikan Masalah keperawatan :



XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG Penyakit jiwa Faktor presiptasi Koping



Sistem pendukung Penyakit fisik Obat-obatan



Lainnya Masalah keperawatan :



XII. Diagnosa medik :



ASPEK MEDIK



Terapi medik :



XIII. KEPERAWATAN



DAFTAR



MASALAH



Lampiran strategi pelaksanaan tindakan keperawatan SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian ORIENTASI : “Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“. ”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih” ”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ? KERJA : ” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “. ” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. ”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?” “Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !” ” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan. TERMINASI : “Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T



praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.” ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00” ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”



SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien. ORIENTASI : “Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ” ”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?” ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini” ”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!” KERJA : “ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan. “Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya” “Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai… “Sekarang coba T yang melakukan…” “Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya TERMINASI : ”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?” “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan seharihari T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.” ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel” ”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ” Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien. 2. Tindakan keperawatan pada keluarga Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien. a. Tujuan : 1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien



2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien 3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien 4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien b. Tindakan keperawatan : 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien 3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas kemampuannya 4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah 5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah 6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya 7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat ORIENTASI : “Assalammu’alaikum !” “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?” “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!” KERJA : “Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T” “Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri” “Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?” “Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti” “Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T” ”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T) ” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu



menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”. ”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas” ”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T” ”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring” ”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus” TERMINASI : ”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?” “Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara merawatnya?” “Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.” “Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada T” “Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”



SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien ORIENTASI: “Assalamu’alaikum Pak/Bu” ” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?” ”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?” “Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.” ”Waktunya 20 menit”. ”Sekarang mari kita temui T” KERJA: ”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?” ”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut) ”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya). ”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?” ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga) TERMINASI: “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?” « «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T » « Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu » « Assalamu’alaikum »



SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga ORIENTASI: “Assalamu’alaikum Pak/Bu” ”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di rumah” ”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor KERJA: ”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T



dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya” ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (081)355002202 xxx ”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah TERMINASI: ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!” E. EVALUASI 1. Kemampuan pasien dan keluarga PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH Nama pasien: ........................... Ruangan: .................................. Nama Perawat:.......................... Petunjuk pengisisan: 1. Berilah tanda (V) jika pasien mampu melakuykan kemampuan dibawah ini 2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi No



Kemampuan



A 1



Pasien Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan Melatih kemampuan yang telah dipilih Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih Melakukan kegiatan sesuai jadwal Keluarga



2 3 4 5 6 B



Tgl



Tgl



Tgl



Tgl



Tgl



Tgl



Tgl



1 2



3 4



Menjelaskan pengertian serrta tandatanda orang dengan harga diri rendah Menyebutkan tiga cara merawat pasien harga diri rendah (memberikan pujian, menyediakan fasilitas untuk pasien, dan melatih pasien melakukan kemampuan) Mampu mempraktekkan cara merawat pasien Melakukan follow up sesuai rujukan