Proposal Kti Ilmania - 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SERTA PERAN ORANG TUA DENGAN KARIES PADA GIGI DI SD 05/VI DESA KUNGKAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKO TAHUN 2019



PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH



Rizqi Ilmania NIM :161271110009



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN YAYASAN HAJI SOEHEILY QARI BANGKO 2019



PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SERTA PERAN ORANG TUA DENGAN KARIES PADA GIGI DI SD 05/VI DESA KUNGKAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKO TAHUN 2019



Diajukan Oleh: Rizqi Ilmania NIM :161271110009



Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal seperti yang tertera di bawah ini dan akan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah



Bangko, 28 September 2019 Pembimbing I



Revinovita. SST.,M.Keb



Pembimbing II



Astari Seto.S.SiT



PROPOSAL KTI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SERTA PERAN ORANG TUA DENGAN KARIES PADA GIGI DI SD 05/VI DESA KUNGKAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKO TAHUN 2019



Diajukan Oleh : Rizqi Ilmania NIM : 161271110009



Telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Proposal KTI pada Tim Penguji Nama



Jabatan



Revinovita,SST,.M.Keb



Ketua Tim Penguji



Sirojudin Hamid,SKM.M.Kes Penguji Utama



Tanda Tangan ………………………. ……………………….



Astari Seto,S.Sit Anggota Penguji ………………………. tanggal 07 Oktober 2019 dan dinyatakan LULUS Mengetahui Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Merangin



Helti Lestari Sitinjak,.SST.M.Keb NUPN.9910676715



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….ii DAFTAR ISI..............................................................................................iii DAFTAR TABEL........................................................................................v DAFTAR BAGAN.....................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................vii KATA PENGANTAR..............................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang...............................................................................1



B.



Rumusan Masalah..........................................................................7



C.



Tujuan Penelitian............................................................................8



D.



Manfaat Penelitian..........................................................................9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.



Tinjauan Pustaka..........................................................................10



B.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi.........................28



C.



Kerangka Teori.............................................................................32



D.



Kerangka Konsep.........................................................................33



E.



Hipotesis Penelitian......................................................................33



BAB III METODELOGI PENELTIAN A.



Jenis dan rancangan penelitian.....................................................34



B.



Tempat dan waktu penelitian.......................................................34



C.



Subjek Penelitian..........................................................................34



D.



Identifikasi Variabel Peneltian.....................................................37



E.



Defenisi Operasional Variabel.....................................................37



F.



Instrumen penelitian.....................................................................39 iii



G.



Analisis Data................................................................................40



H.



Etika Penelitian.............................................................................41



I.



Rencana Kerja..............................................................................42



DAFTAR PUSTAKA................................................................................43 LAMPIRAN...............................................................................................46



iv



DAFTAR TABEL



Table 1 Jadwal Rencana Kegiatan Proposal KTI...................................................36 Table 2 Jumlah Sampel Perkelas............................................................................42



v



DAFTAR BAGAN



Bagan 1......................................................................................................32 Bagan 2......................................................................................................33



vi



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian...........47 Lampiran 2 Kuesioner penelitian...............................................................49



vii



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Serta Peran Orang Tua Dengan Karies Pada Gigi Di Sd 05/Vi Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangkotahun 2019”. Penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang peneliti rasakan sangat besar artinya. Sebagai rasa hirmat dengan setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak H. Handayani, SKM, MPH selaku Pembina Yayasan Haji Soeheilly Qary 2. Ibu Musrida, S.Pd selaku Ketua Yayasan Haji Soeheilly Qary. 3. Ibu Revinovita. SST.,M.Keb selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Merangin. selaku Pembimbing I atas segala bimbingan, petunjuk dan motivasi yang diberikan dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah. 4. Ibu Helti Lestari Sitinjak, SST,M.Keb selaku ketua program studi Diploma III Kebidanan 5. Ibu Astari Seto,S.SiT selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah 6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar



dan seluru staf Sekolah Tinggi Ilmu



Kesehatan (STIKes) Merangin. 7. Kepala Puskesmas dan Kepala Tata usaha beserta staf Puskesmas Bangko yang telah membantu dalam memperolah data dan sumber informasi yang dibutuhkan. viii



8. Kepala Sekolah Dasar Negeri 05/VI Desa Kungkai Kecamatan Bangko yang telah membantu dalam memperoleh data dan sumber informasi yang di butuhkan. 9. Teman- teman di STIKes Merangin, khususnya angkatan XV Tahun 2019 yang senantiasa membantu dan memotivasi selama Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 10. Rekan- rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat dan dorongan dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan, semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaatn bagi pembaca pada umumnya.



Bangko,



September 2019



Penulis



ix



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang masih harus mendapat perhatian khusus karena dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang mengabaikannya karena ketidaktahuan dan keterampilan mereka dalam menjaga kebersihan mulut dan gigi (Kent dan Blinkhorn, 2005). Salah satu masalah penyakit gigi yang paling banyak dijumpai dimasyarakat adalah karies gigi yang diperkirakan sekitar 90% dari anak-anak usia sekolah diseluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi (Irma dan Indah, 2013). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah



dasar agar tercapai



derajat kesehatan secara optimal. Untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal tersebut, maka upaya dibidang kesehatan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian (Kawuryan, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut besar di negara-negara industri besar, yang mempengaruhi 60-90 % dari anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa. Ini juga merupakan penyakit mulut yang paling umum di beberapa negara Asia dan Amerika Latin. Sejak dini anak perlu dididik untuk dapat memelihara kesehatan gigi dan mulut, terutama usia 6 – 12 tahun yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Pada usia tersebut merupakan masa peralihan gigi susu ke gigi permanen (Ramadhan, 2010).



1



2



Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa angka prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%,dan bahkan sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional tersebut. Dari masalah tersebut lebih dari 75% nya adalah berupa karies dan penyakit periodental. Ditemukan pula sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore (76,6%), di Indonesia masih banyak yang hanya menyikat gigi pada pagi dan sore hari saja, sedangkan hanya 2,3% penduduk Indonesia menyikat gigi secara benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur. Angka karies gigi pada usia Sekolah Dasar umur 5-9 tahun 28,9% dan 10-14 tahun 25,2% (Kemeskes,2015). Terjadi peningkatan prevalensi karies gigi di Indonesia yaitu dari 43,4 % (2007) menjadi 53,2 % (2013) (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2018 yaitu sebesar 57,6 %. (Riskesdas 2018). Survei kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral pada daerah kota menyatakan bahwa anak umur 8 tahun mempunyai prevelansi karies 45.2% , anak umur 12 tahun sebesar 76.62%, sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevelansi kariesnya 73.2% (Jenatu, 2014). Menurut data dari pengurus besar PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) menyebutkan bahwa sedikitnya. (Sariningsih, 2012). Berdasrkan data yang di dapat dari Riskesdas Provinsi Jambi dalam Marina Ersasmita 2017, menunjukkan sebesar 16,8 % penduduk Provinsi Jambi menyatakan mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Banyak yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut terdapat 36,2 % yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi /dokter spesialis gigi) .



3



Secara keseluruhan penduduk yang memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya penyakit karies gigi dan periodontal tertinggi di Kabupaten Sungai Penuh, diikuti oleh Daerah Kabupaten Kerinci serta Kabupaten Tebo. Sedangkan Kabupaten Merangin di posisi ke-6 dari 12 Kabupaten kota di Provinsi Jambi. (Riskesdas Provinsi Jambi,2013). Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang secara kolektif disebut Streptoccocus mutans. Karies gigi banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis yang bisa



menyebabkan



terjadinya



karies



gigi.6,7



Pemeliharaan



kesehatan gigi dan mulut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak. Kontrol plak yang paling sederhana yang dapat kita lakukan di rumah adalah dengan cara menyikat gigi. ( Risti Afiati, Rosihan Adhani dkk). Karies gigi pada anak apabila dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan masalah kesehatan lain, antara lain menimbulkan masalah nyeri, infeksi ginjal, infeksi lambung, kelainan jantung, dan sebagainya (Minata, 2011). Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat mempengaruhi status gizi



dan



pada



akhirnya



dapat



mengakibatkan



gangguan



pertumbuhan fisik dan berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia (Situmorang, 2013).



4



Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak hanya menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik. Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko karies gigi yang tinggi karena pada anak sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensif karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh.



Anak-anak yang memasuki usia



sekolah mempunyai risiko mengalami karies gigi yang makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu



perlu



mengawasi



pola



jajan



anak



di



sekolah.



Jika



memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 65) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas juga diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Upaya preventif dan promotif paling efektif dilakukan dengan sasaran anak SD, karena perawatan kesehatan gigi harus dilakukan secara kontinyu agar menjadi suatu kebiasaan.(Kemenkes RI,2012). Pengetahuan merupakan suatu pemahaman tentang suatu hal yang



diperoleh



melalui



pengalaman,kesadaran,dan



informasi



5



(Suhartono ,2005). Pengetahuan anak diperoleh saat anak mengalami perkembangan kognitif. Memberikan pengetahuan anak mengenai merawat dan menjaga kesehatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi kesehatan gigi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang ( PotterPperry ,2009). Menurut hasil penelitian Tia Monica (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dengan karies gigi. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk terbentuknya tindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia sekolah merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan pada usia dini. Dalam hasil penelitian ini terdapat 38 anak (41,8%) yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak mengalami karies gigi. Terdapat 18 anak (17,8%) yang memiliki pengetahuan kurang baik mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak mengalami karies gigi. 53 anak (58,2%) dengan pengetahuan yang baik mengalami karies gigi. Dan 83 anak (82,2%) memiliki pengetahuan yang kurang baik mengalami karies gigi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan karies gigi,salah satunya adalah sikap anak. Sikap anak terhadap perawatan gigi sangat bervariasi, ada yang berani, takut bahkan ada juga yang menolak melakukan perawatan gigi ke dokter. Sebagian anak datang



kedokter



gigi



karena



mempunyai



masalah



(sariningsih,2012). Berdasarkan



hasil



penelitian



Tya



Nurjanah



(2013)



menunjukkan bahwa ada hubungan sikap dengan kejadian karies. Sikap merupakan respon yang masih terturup terhadap stimulus, baik



yang



bersifat



internak



maupun



eksternal



sebagai



manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.hasil



6



peneltian menunjukkan bahwa sikap responden mayoritas sedang sebnayak 13 responden (38,2%), kurang 11 responden (32,4%), dan baik 10 responden (29,4%). Peran orang tua sangat penting terhadap derajat kesehatan gigi, terutama utnuk karies gigi, maka diperlukan pendekatan khusus dalam bentuk perilaki positif. Orang tua mempunyai peran yang sangat dominan dalam upaya pencegahan karies gigi. Orang tua hatrus mengetahui cara merawat gigi anak, orang tua juga harus mengajarkan anaknya cara merawat gigi dengan baik sehingga tidak terjadi kerusakan pada gigi seperti karies gigi. Karies masih sering terjadi pada anak-anak, akan tetapi masih kurang mendapat perhatian dari orang tua. Banyak orang tua tidak mengetahui bahwa karies gigi menjadi indikayor keberhasilan upaya pemeliharaan kesehatan gigi. Maka dari itu, perhatian orang tua berperan penting terhadap kesehatan gigi anak, terutama anak-anak yang masih balita maupun usia dini. Sebab, kondisi gigi susu akan mempengaruhi pertumbuhan gigi anak. (Widyanto dalm wisnu,2017). Hasil penelitian Widyanto (2014) menunjukkan bahwa peran orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap karies gigi pada anak prasekolah, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak mengalami karies dentis yang disebabkan karena peran orang tua yang kurang, untuk mencegah terjadinya karies maka peran orang tua sangat dibutuhkan. Peran orang tua sangat penting terhadap derajat kesehatan gigi, terutama untuk karies gigi, maka diperlukan pendekatan khusus dalam bentuk perilaku positif. Orang tua mempunyai peran yang sangat dominan dalam upaya pecegahan karies gigi. Orang tua harus mengetahui cara merawat gigi anak, orang tua juga harus mengajarkan anaknya cara merawat gigi dengan baik sehingga tidak terjadi kerusakan pada gigi seperti karies gigi. Karies masih sering terjadi pada anak anak, akan tetapi masih kurang mendapat perhatian dari orang tua. Banyak



7



orang tua tidak mengetahui bahwa karies gigi menjadi indikator keberhasilan upaya pemeliharaan kesehatan gigi. Maka dari itu, perhatian orang tua berperan penting terhadap kesehatan gigi anak, terutama anak- anak yang masih balita maupun usia dini. Sebab, kondisi gigi susu akan mempengaruhi pertumbuhan gigi anak (Widyanto, 2014) Berdasarkan kejadian karies gigi pada anak SD Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019,dari 11 Sekolah Dasar (SD), prevalensi terendah yaitu SDN No 01/VI yaitu sebesar 53,65 % sedangkan yang tertinggi yaitu SDN No 05/VI Desa Kungkai yaitu sebesar 86,66 % . (Laporan Puskesmas Bangko Tahun 2019). Berdasarkan Laporan UKS SD 05/VI Desa Kungkai kecamatan Bangko dari hasil pemeriksaan kesehatan gigi siswa pada bulan juli tahun 2019, diketahui bahwa kasus karies gigi pada siswa SD 05/VI Desa Kungkai yaitu sebesar 86,66%. (Laporan UKS SDN 05/VI Desa Kungkai). Berdasarkan uraian tersebut peneliti untuk melakukan penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Serta Peran Orang Tua Dengan Karies Pada Gigi Di Sd 05/Vi Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangkotahun 2019. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih terdapat kejadian karies gigi di SDN 05/VI Desa Kungkai,dari rumusan masalah diatas maka pertanyaan peneliti sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran Pengetahuan tentang kejadian karies gigi pada siswa SD? 2. Bagaimanakah gambaran sikap tentang kejadian karies gigi pada siswa SD? 3. Bagaimanakah gambaran peran orang tua tentang Kejadian Karies



8



gigi pada siswa? 4. Apakah Pengetahuan berhubungan dengan kejadian karies gigi pada siswa SD ? 5. Apakah Sikap berhubungan dengan kejadian karies gigi pada siswa SD ? 6. Apakah Peran orang tua berhubungan dengan kejadian karies gigi pada siswa SD? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui Gambaran dan Faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan anak SD tentang kejadian karies gigi SD 05/VI Desa Kungkai wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019. b) Untuk mengetahui gambaran sikap anak SD tentang kejadian karies gigi SD 05/VI Desa Kungkai wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019. c) Untuk mengetahui gambaran Peran Orang tua tentang kejadian karies gigi SD 05/VI Desa Kungkai wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019. d) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian karies gigi pada anak SD 05/VI Desa Kungkai wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019. e) Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian karies gigi pada anak SD 05/VI Desa Kungkai wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019. f) Untuk mengetahui hubungan Peran orang tua dengan kejadian karies gigi pada anak SD 05/VI Desa Kungkai wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019.



9



D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Puskesmas Bangko Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan untuk meningkatkan upaya pencegahan penyakit gigi pada anak dan meningkatkan derajat kesehatan gigi pada anak. Serta sebagai evaluasi status kesehatan gigi di Puskesmas Bangko. 2. Bagi SD 05/VI Desa Kungkai Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang biasa disingkat UKGS, di lingkungan sekolah masing-masing. 3. Bagi STIKes Merangin Bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan dalam bidan kesehatan gigi dan mulut. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya mengenai penyakit kesehatan gigi dan mulut terutama karies gigi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi a. Pengertian Gigi merupakan salah satu aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur bervariasi dan banyak fungsi. Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi pada rahang atas dan bawah (Tarigan, 1989). Gigi tetap atau permanen adalah gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu apabila tanggal tidak akan diganti oleh gigi lainnya (Paramita, 2000). Gigi merupakan jaringan dalam tubuh yang paling keras jika dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain. Strukturnya terbentuk dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi juga merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan (Gibson, 2008,Dalam Solikin) b. Tahap Pertumbuhan Gigi 1) Masa usia bayi (0-12 bulan) Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang padat dapat diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Mengunyah dimulai usia 6-8 bulan dan pertumbuhan gigi pertama pada bayi muncul sekitar usia 6-8 bulan (Potter & Perry, 2005 dalam Siti). 2) Masa usia balita (1-3 tahun) Dua puluh gigi susu telah ada, usia 2 tahun anak mulai pada usia 6 tahun, gigi balita mulai tanggal dan diganti gigi permanen (Potter & Perry, 2005 dalam Siti Halima,. 2013).



10



11



Anak mulai menginginkan menggosok gigi secara mandiri pada usia 2 tahun, akan tetapi anak tetap membutuhkan pengawasan orang tua. Tujuan membersihkan



gigi



pada



masa ini adalah mengangkat plak yaitu deposit bakteri yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi. Salah satu metode yang paling efektif untuk mengangkat plak adalah menggosok gigi dengan sikat gigi yang kecil, berbulu pendek dan halus (Wong, 2003 dalam Siti Halima,. 2013). 3) Masa usia prasekolah (3-5 tahun) Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap. Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi primer. Kontrol motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua dalam menggosok gigi (Potter & Perry, 2005 dalam Siti Halima,. 2013). 4) Masa usia sekolah (6-12 tahun) Gigi susu diganti dengan gigi permanen ada pada usia12 tahun kecuali geraham kedua dan ketiga. Karies dan ketidak teraturan gigi dalam jarak gigi adalah masalah kesehatan yang penting. c. Fungsi Gigi Fungsi gigi menurut Rhamadhan, 2010 (dalam Siti Halima,. 2013): 1) Pengunyahan Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan. 2) Berbicara Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun hurufhuruf tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak terasa sempurna.



12



13



3) Estetik Sebuah senyuman tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang rapih dan bersih. d. Bagian – Bagian Gigi Bagian – Bagian Gigi menurut Achmad , (1996) antara lain : 1) Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan kristalin yang kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium, fosfat dan flourida. Email meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat keras dan melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah. 2) Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin lebih lunak dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah dan limfe. 3) pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah, fungsinya adalah berespon terhadap stimulus (panas dan dingin). Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik. 4) Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan/ berbatasan langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh. f. Bentuk dan Fungsi Gigi Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto dkk, 2009 (dalam Siti): 1) Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas dan empat buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan menggunting makanan. 2) Gigi taring, jumlahnya ada empat buah , di atas dua dan di bawah dua.Gigi taring terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing, berfungsi untuk mencabik makanan.



14



3) Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas dan empat buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan pengganti gigi geraham sulung. Letaknya di belakang gigi taring, akar gigi keraham kecil ini semua satu, kecuali yang atas depan, memiliki dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk menghaluskan makanan 4) Gigi geraham besar, jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan enam buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil, masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan bertonjol – tonjol, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi geraham terakhir, sering kali akarnya bersatu menjadi satu dan berfungsi untuk menggiling makanan. 2. Karies Gigi a. Pengertian Karies Gigi Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010). Karies gigi adalah kerusakan gigi atau rongga dimana proses bakteri mengubah karbohidrat menjadi asam yang menyebabkan demineralisasi struktur keras gigi seperti enamel, dentin, dan sementum (Gaurav Solanki, 2011 dalam desti). Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi, penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan menyebabkan nyeri, gangguan gigi,



infeksi



berbagai



tidur,



penanggalan



kasus berbahaya, dan bahkan kematian.



Penyebab penyakit tersebut karna konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian



15



kesehatan



gigi



dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali



memeriksa kesehatan gigi (Listiono, 2012,dalam Siti). Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak ini akan bergabung dengan air ludah yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam mineral yang keras. Plak muncul sebagai subtansi yang lembut dan liat/lengket yang melekat pada gigi hampir seperti selai melekat di sendok. Pertumbuhan plak dipercepat dengan meningkatnya jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasinya bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral yang disebut dengan



karang



gigi



yang



meningkatkan



resiko karies gigi (Muttaqin dkk, 2010 dalam Siti Halima,. 2013). b. Patofisiologi Karies Gigi. Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi (Kidd, 2012). Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara bahan- bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar



cair



yang lama



kelamaan menjadi lekat, tempat bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010) Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan PH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus



16



tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut.Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas (Suryawati,2010). c. Etiologi terjadinya karies Gigi Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor risiko karies yaitu etiologi adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor risiko karies adalah faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm dan dapat mempermudah terjadinya karies. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies (Chemiawan, 2004). Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor



waktu,



yang



digambarkan



sebagai



tiga



lingkaran



yang



bertumpang-tindih Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan, 2004). 1) Faktor Host Atau Tuan Rumah Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan



17



bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisasisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi pada anak-anak lebih mudah terserang karies dari pada gigi orang dewasa. Hal ini disebabkan karena enamel gigi mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit. Selain itu, secara kristalografis kristalkristal gigi pada anak-anak tidak sepadat gigi orang dewasa. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak (Chemiawan, 2004) 2) Faktor Agen Atau Mikroorganisme Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram positif, merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 10.000-100.000 sel/mg plak.



18



Walaupun demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena Streptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam) (Chemiawan, 2004). 3) Faktor Substrat Atau Diet Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena



membantu



perkembangbiakan



dan



kolonisasi



mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi



metabolisme



bakteri



dalam



plak



dengan



menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies gigi (Chemiawan, 2004). 4) Faktor Waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Chemiawan, 2004). d. Faktor Risiko Terjadinya Karies Gigi Faktor risiko karies gigi adalah faktor-faktor yang memiliki hubungan sebab akibat terjadinya karies gigi atau faktor yang mempermudah terjadinya karies gigi. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies gigi, kurangnya penggunaan fluor, oral higiene



19



yang buruk, jumlah bakteri, saliva serta pola makan dan jenis makanan (Sondang, 2008). 1) Pengalaman Karies Gigi Penelitian epidemiologis telah memberikan bukti adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanen (Sondang, 2008). 2) Kurangnya Penggunaan Fluor Ada berbagai macam konsep mengenai mekanisme kerja fluor berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi, salah satunya adalah pemberian fluor secara teratur dapat mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Tetapi, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis (Farsi, 2007). 3) Oral Hygiene yang Buruk Kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi. Untuk mengukur indeks status kebersihan mulut, digunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari green dan vermillon. Indeks ini merupakan gabungan yang menetukan skor debris dan deposit kalkulus baik untuk semua atau hanya untuk permukaan gigi yang terpilih saja. Debris rongga mulut dan kalkulus dapat diberi skor secara terpisah. Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan teknik flossing untuk membersihkan plak yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi yang teratur, merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan kesehatan gigi. Selain itu penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor dapat mencegah terjadinya karies. Pemeriksaan gigi yang teratur tersebut dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan pembersihan



20



gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak dapat terjadi (Ireland, 2006). 4) Jumlah Bakteri Segera setelah lahir, terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Bayi yang telah memiliki S.mutans dalam jumlah yang banyak saat berumur 2 dan 3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi untuk mengalami karies pada gigi desidui (Sondang, 2008). 5) Saliva Selain memiliki efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran ratarata saliva meningkat pada anak-anak sampai berumur 10 tahun. Namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan (Sondang, 2008). Selain itu saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies, ini terbukti pada penderita Xerostomia (produksi ludah yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu singkat (Behrman, 2002). Saliva disekresi oleh 3 pasang kelenjar saliva besar yaitu glandula parotid, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi kelenjar anak-anak masih bersifat belum konstan, karena kelenjarnya masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Saliva berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, pelarut dan anti bakteri. Saliva memegang peranan lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva



juga



merupakan



media



yang



baik



untuk



kehidupan



mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi.



21



Sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies yang tinggi (Sondang, 2008). PH saliva normal, sedikit asam yaitu 6,5. Secara mekanis saliva berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Enzim-enzim mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva, mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat mencegah aktifitas bakteri mulut (Chemiawan, 2004). 6) Pola Makan dan Jenis Makanan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat (tinggi sukrosa) maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan (Sondang, 2008). Sehari-hari banyak dijumpai anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah. Anak yang sering mengkonsumsi jajanan yang mengandungi gula, seperti biskut, permen, es krim memiliki skor karies yang lebih tinggi di bandingkan dengan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik seperti buahbuahan (Sondang, 2008). Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan



22



remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies (Sondang, 2008). e. Gejala dan Tanda awal Karies Gigi adapun gejala dan tanda karies gigi sebgai berikut: 1) Sakit gigi ,setelah makan manis, asam, panas atau dingin. 2) Terlihat atau terasa lubang pada gigi. 3) Munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. 4) warnanya akan berubah menjadi cokelat, kemudian mulai membentuk lubang. 5) Terasa sakit dan ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, dingin. Kerusakan pulpa yang akut akan terjadi apabila keluhan sakit gigi terus menerus. (Pratiwi, 2007, dalam desti). f. Klasifikasi Karies Gigi klasifikasi karies menurut Tarigan ,2013 yaitu dibagi menjadi : 1) Bersasarkan kedalamnya 1) karies



superfisialis



yaitu



karies



baru



mengenai



email



saja,sedangkan dentin belum terkena. 2) karies media yaitu karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. 3) karies profunda karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadangkadang sudah mengenai pulpa. karies profunfa ini dapat kita bagi lagi menjadi : (1). karies profunda stadium I. karies telah melewati setengah dentin,biasanya belum dijumpai radang pulpa. (2). karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa. (3). karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumoai bermacam-macam radang pulpa. 2) Berdasarkan cara meluasnya karies gigi



23



a) karies berpenetrasi karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. perluasanya secara penetrasi,yaitu merembes ke arah dalam. b) karies Nonpenetrasi karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas kea rah samping hingga menyebabkan bentuk seperti periuk. 3) Berdasarkan Lokasi Karies G.V.Black mengklasifikasikan kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda dengan m=nomor romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. pembagian tersebut adalah : a) Klas I karies yang terdapat pada bagian oklusal ( ceruk dan fisura) dari gigi premolar dan moalr (gigi posterior). Dapat juga terdapat pda gigi anterior di foramen caecum. b) Klas II Karies yang terdapt pada bagian aproksimal gigi-gigi molar atau premoral,yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal. c) Klas III Karies yang terdapat pada bagian oproksimal dari gigi depan, tetapi belum mencapai margo-insisalis (belum mencapai sepertiga insisal gigi). d) Klas IV Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan dan sudah mencapai mango-insisal( tidak mencapai sepertiga insisal dari gigi) e) Klas V karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari gigi depan maupun gigi belakang pad apermukaan labial, lingual , palatal, ataupun bukal dari gigi.



24



4) Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi a) Karies Simple karies yang dijumpai pad asatu permukaan saja, misalnya labial,bukal,lingual,mesial,distal,oklusal b) Karies Kompleks Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang,permukaan



gigi.Misalnya,



mesio-distoinsisal,mesio-



oklusal. 5) Berdasarkan Keparahan a) Karies insipient,kurang dari setengah ketebalan email b) Karies moderat,lebih dari setengah ketebalan email,tetapi tidak mencapai pertemuan dentin-email. c) Karies lanjutan, mengenai pertemuan dentin-email dan kurang dari setengah jarak pusat. d) Karies parah,mengenai lebihh dari setengah jarak ke pulpa. f. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi. menurut Tarigan,2013 ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada manusia sebagai berikut: 1) Keturunan dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan kesehatan gigi yang baik,terlihat bahwa anak-anakn dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik. Disamping itu,dari 46bpasang orang tua dengan presentasi karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 pasang dengan presentase karies yang tertinggi. 2) Ras pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Namun,keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gugi-geligi pada rahang sering tumbuh tidak



25



teratur. Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggu persentase karies pada ras tersebut. 3) Usia Sepanjang hidup dikenal 2 fase umur dilihat dari sudut gigi-geligi. a) periode gigi campuran,di sini molar 1 paling sering terkena karies. b) periode pubertas(remaja) usia antara 12-20 tahun. pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan yang menyebabkan persentase karies lebih tinggi. c) usia antara 40-50 tahun pada usisa ini sudah terjadi retraksi atau menurunya gusi dan papil



sehingga



sisa-sisa



makanan



sering



lebih



sukar



dibersihkan. 4) Makanan makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut,isi dari makanan yang menghasilkan energi



.terjadi



ketika



proses



remineralisasi menjadi lebih lambat proses demineralisasi, serta adanya kehilangan mineral. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari



makanan



manis



dan



menghilangkan



plak.



Remineralisasi gigi dapat terjadi pada pH lingkungan yang bersifat: a) sedikit jumlah bakteri kariogenik b) keberadaan fluoride c) gagalnya substansi penyebab metabolism bakteri d) peningkatan sekresi saliva. e) kemampuan buffer yang tinggi f) keberadaan anorganik saliva g) pembersihan makanan yang tertahan



26



g. Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 5-12 tahun merupakan kelompok usia yang rentan terhadap karies. Anak-anak lebih cenderung suka terhadap makanan yang mengandung banyak gula, sedangkan gula merupakan sumber diet terbesar yang dapat menyebabkan karies. Kebiasaan makan diantara waktu makan juga sangat berpengaruh terhadap karies pada anakanak. Hampir semua anak menyukai makanan minuman kariogenik yang merupakan faktor resiko terhadap karies. Selain itu, anak-anak juga cenderung malas membersihkan rongga mulutnya sehingga plak dapat dengan mudah terbentuk yang akhirnya menyebabkan karies (Hamrun, 2009). h. Pencegahan Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi seluruh aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu, dan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis) dan sesudah timbulnya penyakit (Rethman, 2000 dalam Desti 2015). 1) Pencegahan primer (Drummond) Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagaicara,yaitu : untuk rnencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi diet melalui berbagai cara yaitu: a) Modifikasi diet Untuk rnencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi diet melalui berbagai cara,yaitu (1). Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti lemak,protein dan fluor. Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah mengkonsumsi karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi sebelum memakan makanan yang manis. Protein meningkatkan urea saliva yang dapat menetralisir asam. Mengkonsumsi makanan tinggi protein setelah



27



makan karbohidrat dapat mengembalikan pH menjadi 7 dengan cepat. Fiuor dapat rnencegah terjadinya karies. Fluor secara alami terdapat dalam jumlah yang kecil pada teh dan makanan laut. Fluor dari makanan, air atau minuman melindungi gigi dari serangan asam. Fluor mempunyai efek anti bakteri dan anti plak. (2). Mengganti gula Gula sintetik seperti saccharine danaspartam serta gula alcohol



banyak



digunakan



pada



makanan



untuk



mengurangi karies. Gula sintetik dan gula alkohol bersifat noncariogenic.



Contoh dari gula alcohol



adalahxylitol,sorbitol dan maltitol. Xylitol merupakan bentuk alcohol darixylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik karena bakteri plak tidak bisa memetabolisme



xylitol



dan



dapat



mengurangi



Streptococcus mutans pada mulut. Sorbitol secara alamiter dapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Maltitol merupakan bentuk alkohol dari mannose. Secara alami terdapat pada nenas, asparagus,kentang dan wortel. (3). Mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan asam. (4). Mengurangi



konsurnsi



snack



yang



mengandung



karbohidrat sebelurn tidur. (5). Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan manis setelah makan protein dan lemak atau setelah konsurnsi keju setelah memakan makanan yang manis. (6). Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi saliva dengan makanan yang dimasak. (7).



Buah-buahan



yang



asam



dapat



menstimulasi



produksisaliva. (8). Membatasi meminum minuman yang manis.



28



b) Pemakaian fluor Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan



dalam



bentuk



fluoridasi



air



minum,



pasta



gigi,obatkumur,dan tablet fluor. c) Pit dan fissuresealant Pit danfissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang dalam yang beresiko terhadap karies. d) Pengendalian plak Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat interdental serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri lain selainantibiotik. Kontrol plak merupakan cara menghilangkan plak dengan menyikat gigi untuk menjaga kebersihan rongga mulut dimulai pada pagi hari, baik sebelum maupun setelah sarapan dan malam sebelum tidur. e) Menyikat gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. 1) Tahap pencegahan sekunder Pencegahan



sekunder



dilakukan



dengan



melakukan



pengobatan dan perawatan gigi dan mulut serta penambalan pada gigi berlubang. 2) Tahap pencegahan tersier Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi) atau melakukan pencabutan gigi.



29



E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan suatu pemahaman tentang suatu hal yang diperoleh melalui pengalaman,kesadaran,dan informasi (Suhartono ,2005). Pengetahuan anak diperoleh saat anak mengalami perkembangan kognitif. Memberikan pengetahuan anak mengenai merawat dan menjaga kesehatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi kesehatan gigi anak. Penngetahuan tersebut dapat diperoleh melali pendidikan formal, penyuluhan dan informasi dari media massa. Pengetahuan adalah hasil dari tau yang terjadi setelah penginderaan terhadap suatu objek tertentu, Perilaku didasari pengetahuan. Pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain (Notoatmodjo, 2010). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, media masa, social budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia ( Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian Firdausy et.al (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi (oral hygiene) pada anak tuna rungu usia sekolah. Hal ini didukung oleh hasil Penelitian Evyana (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi anak SD. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan teknik wawancara dengan paduan kuesioner yang menanyakan isi materi yang akan diukur dari subjektif penelitian atau responden. Menurut Arikunto pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga jenjang atau peringkat, dan diinterprestasikan dengan skala kualitatif yaitu: 1. Pengetahuan baik



: > 65 %



2. Pengetahuan cukup



: 56-75 %



3. Pengetahuan kurang : < 56 %



30



2. Sikap a. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Notoatmodjo (2007) menyatakan



bahwa



sikap



seseorang



sering



diperoleh



dari



pengalaman sendiri ataupun orang lain yang paling dekat, walaupun seseorang mempunyai pengetahuan tentang karies gigi. Sedangkan menurut Azwar (2005), selain dipengaruhi pengalaman pribadi, sikap juga dipengaruhi pleh kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga tertentu sera faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Hasil penelitian Tia Monica (2015), menunjukkan hubungan sikap dengan karies gigi, dari 192 sampel terdapat 92 anak dengan sikap yang baik terhadap karies gigi, diantaranya 55 anak (59,8%) yang menderita karies gigi, dan 37 anak (40,2%) yang tidak menderita karies gigi. Dalam penelitian ini terdapat ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan karies gigi pada anak. b. Pengukuran sikap Menurut



Notoatmodjo



(2010)



menjelaskan



bahwa



sikap



merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Kriteria Penilaian sikap yaitu: a.



Pertanyaan positif



SS



:4



S



:3



STS



:4



TS



:2



TS



:3



STS : 1



S



:2



Keterangan :



SS



:1



SS



: Sangat Setuju



S



: Setuju



b. Pertanyaan negatif



31



TS



: Tidak Setuju



STS : Sangat Tidak Setuju Hasil Ukur



:



a. Sikap Positif



: Bila nilai ≥ mean/median



b. Sikap Negatif



: Bila nilai < mean/median



(Nasir,2011). 3. Peran orang tua. Keberhasilan perawatan gigi anka tidak lepas dari kerja sama antara



beberapa



pihak



salah



satunya



adalah



orang



tua



(Sariningsih, 2012). Adapun peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anak yaitu: a. Orang tua sebagai teladan yang akan memberi contoh yang baik terhadap perawatan gigi anak. b. Orang tua sebagai figure yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perawatan gigi anak. c. Orang tua sebagai kontroler untuk mengawasi anak untuk memperhatikan kebersihan giginya. Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan



faktor



predisposisi



dari



perilaku



yang



tidak



mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Riyanti,2005 dalam arif).



32



Dalam penelitian Wisnu (2017) menyatakan bahwa sebagian besar responden peran orang tua cukup dengan karies gigi anak sebanyak 8 responden (34.8%), sedangkan hasil tabulasi silang paling sedikit yaitu peran orang tua kurang dan baik, dengan tidak karies dan karies adalah yaitu 0 responden (0.0%).



Hasil



pengujian menggunakan uji Chi-Square menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,002. Nilai uji signifikan 0,002 yang lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan antara peran orang tua dengan kejadian karies gigi pada anak. peranan orangtua adalah pola tingkah laku dari ibu berupa tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya



untuk



mencapai



tahapan tertentu yang



menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Melalui lingkungan inilah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Pada usia 2 tahun terjadi proses identifikasi yaitu proses mengadopsi sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan pandangannya sendiri. Anak akan melakukan segala sesuatu dengan cara menirunya.. Usia ini adalah saat paling baik untuk mulai mengajarkan



anak



menggunakan



sikat gigi. Orangtua sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.



Ibu



mempunyai



peran



yang



besar



dalam merawat anak. Berdasarkan



hasil



penelitian



yang



dilakukan



oleh AD



Simanjuntak (2014) mengenai hubungan antara peran orangtua dengan kejadian karies gigi pada siswa di 10 Sekolah Dasar Kelurahan Sungai Beliung Pontianak tahun 2014 bahwa ada hubungan peran orangtua dalam perawatan gigi anak terhadap kejadian karies gigi pada anak. Peranan orangtua dalam perawatan gigi anaknya pada kategori baik yaitu 53,1% sedangkan pada



33



kategori kurang baik yaitu 46,9%. Tingginya peranan orangtua dalam kategori baik di Sekolah Dasar Kelurahan Sungai Beliung Pontianak



membuktikan



perawatan



gigi



anak



bahwa dengan



orangtua baik.



telah



Pengukuran



melakukan peran



menggunakan alat ukur kuesioner, dimana hasil ukurnya yaitu jika positif ≥ mean/median, dan jika negatif < mean/median. (Simanjuntak, 2014). F. Kerangka Teori Berdasarkan hasil penelaah kepustakaan dan mengacu pada konsep dasar tentang perilaku perawatan gigi pada anak SD,Maka kerangka teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagan 1 Kerangka teori



Faktor Predisposisi: o Pendidikan o Pengetahuan o



Sikap



o persepsi Faktor Pendukung : o Pendapatan Keluarga o Ketersediaan Makanan



PERILAKU KESEHATAN



Faktor Pendorong : o Sikap dan perilaku petugas o Media promosi o Keluarga Sumber



:Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007)



34



G. Kerangka Konsep Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep peneltian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :



Bagan 2 Kerangka Konsep Variabel Independen



Varieabel Dependen



1. Pengetahuan 2. Sikap



Karies Gigi



3. Peran Orang tua



H. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan Karies Gigi 2. Ada hubungan antara sikap dengan Karies Gigi 3. Ada hubungan antara Peran oreang tua dengan Karies Gigi



BAB III METODELOGI PENELTIAN



A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan



adalah jenis analitik



dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari antara faktor- faktor resiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran yang dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo S, 2012). Dalam rancangan penelitian ini untuk menjelaskan hubungan pengetahuan dan sikap siswa serta peran orang tua dengan karies pada Gigi Di SD 05/VI Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko tahun 2019. I.



Tempat dan waktu penelitian



1. Tempat Penelitian Tempat penelitian akan dilakukan di SD 05/VI



Desa Kungkai



Wilayah Kerja Puskesmas Bangko tahun 2019. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2019. J.



Subjek Penelitian



1) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas 3, 4, 5 dan 6 sd berjumlah 78 Siswa di SD 05/VI Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko tahun 2019.



35



36



2) Sampel a. Besar Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen, sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau dapat juga lebih (Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini yaitu jumlah perkelas anak Di SD 05/VI Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko tahun 2019.Cara untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin yaitu :



Keterangan : n



= Ukuran sampel



N



= Ukuran populasi



e



= Persen kelonggaran ketidaktelitian



Karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir Persen kelonggaran yang di gunakan adalah 10%. Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang dapat diambil sebagai berikut: n=



N



1 + N.e2 n=



78



_



1 + 78 (0,12) n=



78



_



1 + 78 (0,01) n=



78 _ 1.78



37



n= 78 1.78 n= 43,8 di digenapkan menjadi 44. Jadi dapat disimpulkan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 44 orang dari dari total populasi. b. Besar Sampel Perkelas Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karkteristik unit-unit tersebut. Strata



Stratified



Random



Sampling



digunakan



bila



populasi



mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional ( Notoatmodjo, 2010). Strata yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 3, 4, 5 dan 6 SD. Adapun besarnya sampel masing – masing kelas digunakan perhitungan proporsional sebagai berikut : Table 1 Jumlah Sampel Siswa N o



Kela Sisw Jumlah Sampel s a 24 x 44=14 78



1 K el as 3



24 oran g



2 K el as 4



21 21 x 44=12 oran78 g



3 K el



12 12 x 44=6 oran78



38



as 5 4 K el as 6



g 21 24 x 44=14 oran78 g



78 Ju oran m g la h



44



c. Tekhnik Sampling Dilakukan



dengan



menggunakan



tekhnik



stratified



random



sampling. dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1) Membuat daftar siswa perkelas 2) Menetapkan interval sampel perkelas berdasarkan hasil bagi antara



jumlah



populasi



perkelas



dengan



jumlah



sampel



perkelas. 3) Menetapkan sampel pertama dengan cara diundi. 4) Sampel kedua dan seterusnya sampai dengan terpenuhinya jumlah sampel perkelas diambil berdasarkan interval sampel dari sampel pertama. K.



Identifikasi Variabel Peneltian



1. Variabel independen (Variabel Bebas) : Pengetahuan, sikap, Peran orang tua 2. Variabel dependen (Variabel Terikat) : Kejadian karies gigi pada anak SD 05/VI Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko 2019 L.



Defenisi Operasional Variabel



1. Karies Gigi Adalah kerusakan gigi dalam bentuk karies yang di diagnosa oleh tenaga puskesmas. Cara ukur



: Pemeriksaan gigi oleh tenaga kesehatan



39



Alat ukur



: Mouth miror



Skala ukur



: Ordinal



Hasil ukur



: 1. Mengalami Karies gigi 2.Tidak Mengalami karies gigi



2. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa/i tentang perawatan gigi yang baik dan benar. Cara Ukur



: Wawancara



Alat Ukur



: Kuesioner



Skala Ukur



:Ordinal



Kriteria Ukur : Jawaban benar



: Nilai 1



Jawaban salah



: Nilai 0



Hasil Ukur



: Pengetahuan baik



: 76-100 %



Pengetahuan cukup : 56-75 % Pengetahuan kurang : < 56 % (Arikunto,2006). 2. Sikap Penilaian sikap diukur dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan mengenai sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Cara Ukur



: Angket



Alat Ukur



: Kuesioner



Skala Ukur



: Ordinal



Kriteria Ukur



: a. Pertanyaan Positif SS



:4



S



:3



TS



:2



STS



:1 b. Pertanyaan Negatif



SS



:1



S



:2



TS



:3



40



STS



:4



Keterangan : SS



: Sangat Setuju



S



: Setuju



TS



: Tidak Setuju



STS



: Sangat Tidak Setuju



Hasil Ukur



: a. Sikap Positif b. Sikap Negatif



: Bila nilai ≥ mean/median : Bila nilai < mean/median



(Nasir,2011). 3



Peran Orang tua Adalah Kepedulian ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut siswa. Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala ukur : Ordinal Kriteria ukur



: a = 2, jika jawaban ada b = 1, jika jawaban kadang-kadang c = 0, jika jawaban tidak ada



Hasil ukur



: Positif ≥ median : Negatif < median ( Notoatmodjo,2007)



M.



Instrumen penelitian



1. Instrument Penelitian Instrument dalam penelitian ini adalah Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak) (Notoatmojo S, 2012). Selain Kuesioner juga di gunakan untuk memperoleh data tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap



41



siswa tentang karies pada gigi di SD 05/VI Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko tahun 2019. 2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan data primer dan data skunder yang diperoleh secara wawancara langsung kepada responden, tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang karies pada gigi di SD 05/VI Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko tahun 2019.



42



3. Pengolahan Data Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dengan tahap-tahap antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo S, 2012): a. Editing merupakan kegiatan atau tahap penyuntingan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. b. Coding merupakan kegitan memberikan pengkodean atau mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Scoring merupakan kegiatan untuk menetapkan skor variabel sesuai dengan kategori hasil ukur yang ditetapkan pada defenisi operasional. d. Tabulasi merupakan kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. N.



Analisis Data



1. Analisis Univariat Analisa Univariat adalah distribusi frekuesi menurut kategori variabel dengan proporsi setiap kategori variabel dari jumlah responden, proporsi dihitung dengan menggunakan rumus yaitu : f P= x 100 n Keterangan P = Persentase F = Frekuesi N = Jumlah Kasus 2. Analisis Bivariat Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Noatmodjo S, 2012). Dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan rumus yaitu :



43



X2



=



(O−E)2 ∑ Keterangan:E X2 = Chi Square O = Nilai Observasi E = Nilai Harapan Kriteria Penolakan dan Penerimaan H0 : a. H0 ditolak bila, X2 Hitung > X2 Tabel b. H0 diterima bila, X2 Hitung ≤ X2 Tabel O. Etika Penelitian Menurut Noyoatmodjo(2010) etika penelitian harus memperhatikan antara lain 1.



Informed consent Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.



2.



Anominity Memberikan inisial nama responden yang dilteliti untuk kerahasiaan pada data penelitian.



3.



Confidentiality Peneliti menjamin kerahasian informasi yang diberikan.



4.



Privacy Peneliti menjamin responden dengan tidak menanyakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan ruang lingkup penelitian.



44



P.



Rencana Kerja Table 2 Jadwal Rencana Kerja Penelitian Proposal KTI



No



Kegiatan



Jadwal pelaksanaan mar



1.



Pengajuan judul



2.



Survey awal



3.



Penyusunan proposal



4.



Konsul BAB I- III



5.



Ujian Proposal



6.



Perbaikan Proposal



7.



Penelitian



8.



Penyusunan KTI



9.



Konsul BAB IV-V



10. Ujian KTI 11. Perbaikan KTI



apr



Mei



jun



jul



ags



Se p



okt



nov



DAFTAR PUSTAKA



Achmad,Muh,2015.Buku saku karies dan perawatan pulpa pada gigi anak. Jakarta: Rineka Cipta Arif, R., (2017). Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Siswa Kelas Iii - Vi Sdn Iv Donorojo Kecamatan Sempor Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Dorland.W.M(2010). Kamus Kedokteran Dorland.(terj) ed 31.EGC.Jakarta Data Karies Gigi Puskesmas Bangko Tahun 2019. Data Uks Sekolah Dasar Negeri 05/VI Desa Kungkai Kecamatan Bangko Tahun 2019. Desti Junarti.2015 . Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dengan Status Karies. Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Firdausy, Ismail dan Agusta, 2016. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dengan Kondisi Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia Sekolah. Semarang: FKG Universitas Islam Sultan Agung. Harry Maulana P.2016.Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud.Surakarta. Kawuryan. (2008). Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Anak SDN Kleco II kelas V dan VI Kecamatan Laweyan Surakarta.



Kemenkes, RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Nasir, dkk. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Risti Afiati,dkk. 2017. Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap status Karies Gigi Anak.Banjarmasin. Riset Kesehatan Dasar, (2013). Hasil Pelaksanaan Riskesda 2013, tersedia dalam http://digilib.unila.ac.id. Riset Kesehatan Dasar, (2018). Hasil Pelaksanaan Riskesda 2018. Sariningsih. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta: Elex Media. Simanjuntak, AD., (2014). Hubungan Peran Orang Tua Dalam Perawatan Gigi Anak Terhadap Resiko Kejadian Karies Pada Anak Usia 6-8 Tahun Di Sekolah Dasar Kelurahan Sungai Beliung Pontianak. Siti Halimah,S.(2013).



Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan



Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6.Tanggerang. Situmorang, EP. (2013). Analisis Perilaku Kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Solikin. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Karanganyar. Sri,R . (2013).Peran Makanan terhadap Kejadian Karies Gigi. Sugiyono. (2007).Statistik Untuk Penelitian.Bandung.Alfabeta,cv.



Tarigan. (2013).Karies Gigi.Ed.2.EGC.Jakarta. Tia Monica. (2017). Hubungan Antara Pola Makan, Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah.Makassar. Tya Nurjanah.(2013). Hubungan Antara pengetahuan dan sikap anak tentang karies gigi dengan kejadian karies gigi Widyanto. (2014). Pengaruh Peran Orang Tua tentang Perawatan Gigi terhadap Terjadinya Karies Dentis Pada anak Prasekolah. Jurnal Keperawatan. Wisnu. C,. (2017). Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di Tk Karta Rini Sleman Yogyakarta.



LAMPIRAN



Lampiran 1 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian INFORMED CONSENT



Kepada Yth ............................... Di Tempat Assalamu’alaikum, Wr, Wb. Dengan Hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan (STIKes) Merangin Nama



: Rizqi Ilmania



Nim



: 161271110009



Saya sedang melakukan penelitian tentang “”Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dengan Karies Pada Gigi Di Sd 05/Vi Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019” Penelitian ini tidak akan berakibat buruk pada siswa/siswi sehingga tidak perlu khawatir untuk menyampaikan pendapat dan jawabannya akan dijamin



kerahasiaannya



dan



hanya



digunakan



untuk



kepentingan



penelitian.Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Ilmania, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Merangin. Seandainya siswa/siswi mengerti dan memahami penjelasan diatas sudi kiranya menanda tangani lembar kuesioner dilakukan dengan sukarela dan tanpa paksaan dari siapapun.



Peneliti



(Rizqi Ilmania)



Responden



(............................)



Lampiran 2 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KARIES PADA GIGI DI SD 05/VI DESA KUNGKAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKO TAHUN 2019



No Responden



:



Jenis Kelamin



:



Kelas



: PENGETAHUAN ANAK TENTANG KARIES GIGI



Petunjuk : Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda di anggap benar ! 1. apa kegunaan dari sikat gigi ? a. Untuk membersihkan Gigi b. Untuk memutihkan Gigi c. Untuk merontokan Gigi 2. Gigi Berlubang disebabkan karena? a. Makanan yang manis b. Makanan yang pedas c. Makanan Pahit 3. dibawah ini manakah yang termasuk gejala Gigi berlubang? a. Gigi Sehat b. Menular c. Gigi sakit 4. Jajanan yang tidak merusak Gigi? a. Es krim b. Buah-buahan



c. keripik 5. Makanan dibawah ini mana yang menyebabkan Gigi berlubang ? a. Buah b. Permen c. Tempe 6. Apa yang digunakan pada saat menyikat gigi? a. Tidak ada b. Pasir c. Odol 7. Waktu yang tepat menyikat gigi adalah ? a. setiap mandi sore hari b. setiap mandi c. pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur 8. Jika gigi adik sudah berlubang apa yang harus dilakukan ? a. Kumur-kumur b. Pergi Ke dokter Gigi c. Pakaikan odol ke gigi 9. Apa yang harus dilkakukan saat setelah menyikat gigi? a. Membuang sikat gigi b. Mencuci sikat gigi c. Menyimpan sikat gigi 10. Berapa kali mengganti sikat gigi ? a. setiap bulan b. 1 tahun sekali c. 3-4 bulan sekali



Kuesioner Sikap Anak tentang karies gigi petunjuk pengisian : 1. Berilah tanda (√) pada jawabn yang sesuai dengan jawaban anda. 2. pilihlah jawaban: a. SS



: Sangat Setuju



b. S



: Setuju



c. TS



: Tidak Setuju



d. STS



: Sangat Tidak Setuju



3. setiap pertanyaan hanya boleh dijawab dengan satu jawaban 4. bila adik ingin mengganti jawaban,coretlah tanda (√) dengan tanda (-) seperti ini (√) lalu beri tanda (√) pada jawaban yang baru. Soal Sikap NO



Pernyataan



1.



Saya dapat mencegah gigi saya agar tidak berlubang dengan rajin membersihkan dan merawat gigi saya saya menyikat gigi hanya dilakukan pada saat mandi saja. Saya tidak perlu menyikat gigi setelah saya makan Saya tidak perlu menyikat gigi sebelum tidur Saya menyikat gigi menggunakan odol



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Saya menyikat gigi dengan lembut agar tidak melukai gusi Saya menggunakan sikat gigi sendiri saat menyikat gigi Saya tidak perlu ke dokter gigi karena gigi saya tidak ada yang sakit Saya perlu memerikasakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali Sikat harus diganti jika bulu sikat sudah tidak beraturan



SS



S



TS



STS



Kuesioner Peran Orang Tua 1



Apakah dirumah selalu ada sikat gigi dan odol ? a. Ada b. Kadang – kadang c. Tidak ada



2



Apakah orangtua adik selalu mengingatkan untuk menggosok gigi setiap setelah sarapan pagi ? a. Ada b. Kadang – kadang c. Tidak ada



3



Apakah orangtua selalu mengingatkan adik untuk menggosok gigi setiap mau tidur malam ?



4



a.



Ada



b.



Kadang – kadang



c.



Tidak ada



Apakah orangtua pernah melihat kebersihan gigi adik ? a.



Ada



b. Kadang – kadang c. Tidak ada 5



Apakah orangtua pernah membawa adik ke dokter gigi setiap sekali enam bulan? a. Ada b. Kadang–kadang c. Tidak ada



6



Apakah orangtua pernah memberi tahu adik tentang makanan yang dapat merusak gigi? a. Ada b.



Kadang – kadang



c. Tidak ada 7



Apakah orangtua pernah mendampingi adik saat sikat gigi ?



a. Ada b. Kadang – kadang c. Tidak ada 8



Apakah Orangtua adik pernah menjelaskan tentang kegunaan menyikat gigi ? a. Ada b. Kadang- kadang c. Tidak ada



9



Apakah orangtua adik selalu mengingatkan untuk menggosok gigi setiap setelah mengkonsumsi makanan manis ? a. Ada b. Kadang- kadang c. Tidak ada



10 Apakah orangtua adik selalu menyediakan sayur dan buah-buahan ? a. Ada b. Kadang- kadang c. Tidak ada



KUNCI JAWABAN Pengetahuan 1. A 2. A 3. C 4. B 5. B 6. C 7. C 8. B 9. C 10. C Sikap pertanyaan positif : pertanyaan no 1,6,7,9,10 pertanyaan negatif: pertanyaan no 2,3,4,5,8