15 0 134 KB
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusunan Laporan Pratikum dengan Topik Menyusun Program Inovatif dalam Kesehatan Masyarakat dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia. Penulisan laporan ini berjudul “BUNTING”. Dalam penulisan laporan ini penulis dibimbing dan dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada dr. Fury Maulina, MPH selaku dosen pembimbing pratikum. Semoga dengan bantuan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan bernilai ibadah dan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis juga menyadari segala keterbatasan yang dimiliki. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua. Lhokseumawe, 03 Januari 2020 Penulis
RANGKUMAN EKSEKUTIF “BUNTING” (Buku monitoring cegah stunting) sebagai percontohan dilaksanakan di Lhokseumawe yang mncakup 4 kecamatan. Bunting merupakan program yang diselenggarakan khusus kepada ibu hamil dengan kegiatan memberikan buku monitoring cegah stunting dengan metode self monitoring. Program BUNTING dilaksanakan dalam 2 periode, mulai dari awal kehamilan sampai dengan 1000 hari kehidupan. BUNTING mencakup 10 cara intervensi stunting dan sanitasi dalam mendukung pencegahan stunting. Program ini dijalankan di setiap kecataman di kota Lhokseumawe yang di setiap kecamatannya telah ada kader yang bertugas memberikan buku saku monitoring cegah stunting dan dievalusi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pendek (stunting) adalah perbandingan antara tinggi seorang anak dengan
standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin yang sama. Anak dikatakan pendek (stunting) jika tingginya berada dibawah -2 SD dari standar WHO (1). Pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) dan sepertiganya (39%) di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data Prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 20052017 adalah 36,4% (2). Data Riskesdas 2018, provinsi Aceh menempati urutan ketiga tertinggi setelah Nusat Tenggara Timur dan Sulawesi Barat dalam hal status gizi sangat pendek dan pendek pada balita. Berbeda dengan proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada baduta di tahun 2018, Aceh menempati urutan pertama tertinggi(3). Stunting disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebab utama dari stunting diketahui karena kekurangan gizi pada anak usia di bawah lima tahun. Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab stunting adalah kurangnya akses rumah tangga atau keluarga untuk mendapatkan makanan bergizi dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi(4). Semua penyebab diatas dapat disebabkan karena asuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan, pada masa kehamilan, dan setelah ibu melahirkan, kemudian dapat disebabkan juga oleh layanan kesehatan yang terbatas termasuk layanan Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilan) dan Post Natal Care serta pembelajaran dini dan kesadaran pada ibu yang masih kurang berkualitas (5). Masalah stunting memiliki dampak yang cukup serius; antara lain, jangka pendek terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi atau balita(6), jangka menengah terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah, dan jangka panjang terkait dengan kualitas sumberdaya manusia dan masalah penyakit degeneratif di usia dewasa(7). Hal ini merupakan tragedi yang tersembunyi, sehingga stunting yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak bisa menyebabkan kerusakan pada perkembangan anak yang bersifat irreversible (tidak bisa diubah), sehingga anak tersebut akan sulit mempelajari atau kurang menangkap hal yang diajarkan (8). Saat ini, pemerintah telah mencanangkan program intervensi pencegahan stunting terintegrasi yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga. Pada tahun 2018, ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi penurunan stunting. Dengan adanya kerjasama lintas sektor ini diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia sehingga dapat tercapai target Suistainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40% (9). Implementasi kebijakan penurunan masalah gizi secara global tidaklah mudah. (10). Dalam usaha untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting di Indonesia, disusunlah suatu upaya inovatif yang dirancang oleh mahasiswa yaitu “BUNTING”. Program ini merupakan suatu program inovatif yang diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Indonesia. Selain mengikutsertakan peran layanan primer yang memiliki fungsi promotif dan monitoring secara tidak langsung terhadap perilaku ibu dan ibu hamil dalam upaya pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting, program ini juga berupaya untuk meningkatkan kemandirian ibu dan ibu hamil untuk dapat melakukan self monitoring menggunakan buku yang telah dirancang, sehingga tercapainya peningkatan kesadaran pentingnya mencegah stunting.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui program ini pada dasar
nya tidak lepas dari ruang lingkup permasalahan di atas, yaitu: 1.
Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam upaya pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting?
2.
Bagaimana cara mengoptimalkan kemandirian ibu dalam self monitoring pencegahan stunting?
3.
Bagaimana cara menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia khususnya Lhokseumawe provinsi Aceh?
1.3
Tujuan Adapun tujuan dari program yang akan kami rencanakan terbagi menjadi
dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1
Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari program yang kami rencanakan yaitu untuk
menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia khususnya Lhokseumawe provinsi Aceh. 1.3.2
Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari program yang kami rencanakan yaitu:
1.
Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam upaya pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting.
2.
Mengoptimalkan kemandirian ibu dalam self monitoring pencegahan stunting.
3.
Menurunkan
angka
kejadian
Lhokseumawe provinsi Aceh.
stunting
di
Indonesia
khususnya
BAB 2 PELAKSANAAN PROGRAM 2.1
Gambaran Program
2.2
Deskripsi Program
2.2.1
Nama dan tema program Nama dan tema dari program yang direncanakan antara lain: Nama program : BUNTING (Buku Monitoring Cegah Stunting) Tema program : “Self monitoring untuk mencegah stunting”
2.2.2
Bentuk program Bentuk program BUNTING adalah membantu dan memudahkan
ibu
dalam upaya mencegah terjadinya stunting. Prinsip program ini adalah dengan mengoptimalkan kemandiriin ibu dalam self monitoring sehingga tercapainya peningkatan kesadaran ibu terhadap pentingnya pencegahan stunting. Upaya ini dilakukan dengan cara memberikan agenda yang berisi panduan pencegahan stunting, kemudian agenda akan diisi oleh seorang ibu dan membawanya setiap jadwal yang sudah ditentukan untuk dievaluasi dan kemudian diperbaiki. Program ini. Program ini juga mendukung Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia. 2.2.3
Lokasi pelaksanaan program Program dilaksanakan pada setiap pelayanan kesehatan yang melayani
kesehatan ibu hamil dan tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat (Puskesmas dan Posyandu) 2.2.4
Jadwal pelaksanaan program Program BUNTING akan dilaksanakan mulai Januari 2020. Jadwal terbagi
dalam dua periode. Periode 1 pada masa kehamilan dan periode 2 masa setelah lahir hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa kehamilan agenda akan diberikan dan dimonitor sebanyak 4 kali dan pada masa setelah kelahiran sebanyak 3 kali. Pemberian agenda mengharapkan kerjasama dari para tenaga kesehatan dan kader yang terkait serta dilaksanakan setelah mendapatkan izin pelaksanaan dari Kepala Dinas Kabupaten Aceh Utara. Jadwal secara rinci dijelaskan dalam bagan sebagai berikut: Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan Program Periode 1. Masa
Kegiatan Pemberian agenda 1
Jadwal Keterangan Kunjungan ANC 1 Penjelasan self-
kehamilan
monitor
cara
Pemberian agenda 2
pengisian agenda. Kunjungan ANC 2 Evaluasi agenda 1
Pemberian agenda 3
Pemberian saran Kunjungan ANC 3 Evaluasi agenda 2
Pemberian agenda 4
Pemberian saran Kunjungan ANC 4 Evaluasi agenda 3
Monev 1
Kelahiran
Pemberian saran Evaluasi agenda 4 dan
kesimpulan
secara keseluruhan periode 1 (masa
2. Masa
Pemberian agenda 1
kelahiran
kehamilan) Kelahiran – usia Penjelasan anak 6 bulan
self-
monitor dan cara
Pemberian agenda 2
pengisian agenda Usia anak 6 bulan Evaluasi agenda 1
Pemberian agenda 3
- 1 tahun 1 tahun – 2 tahun
Pemberian saran Evaluasi agenda 2
Setelah 2 tahun
Pemberian saran Evaluasi agenda 3
Monev 2
dan
kesimpulan
kesuluruhan periode 2 (masa 3. Monev
Evaluasi keseluruhan Akhir
akhir
2.2.5
2 periode
periode
kelahiran) kedua Mendapatkan angka stunting
Metode pelaksanaan program Metode pengembangan yang akan dilaksanakan merupakan sebuah
rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan pendekatan POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling, Evaluating). Berikut adalah penjabaran mengenai metode pelaksanan program BUNTING dengan pendekatan POACE. 1.
Planning Pada tahap ini, disusun beberapa perencanaan sebagai persiapan awal
untuk melaksanakan program BUNTING. Adapun perencanaan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Menyusun program BUNTING dengan metode Self monitoring
2.
Menentukan target, sasaran, output dan indikator keberhasilan program BUNTING
3.
Menyusun materi program BUNTING melalui pendekatan Selfmonitoring
4.
Menyusun buku panduan pencegahan stunting
5.
Menentukan jadwal sosialisasi program BUNTING kepada ibu dan ibu hamil.
6.
Melakukan pendekatan dan aksi terhadap program program BUNTING dengan memberikan buku monitoring cegah stunting kepada ibu dan ibu hamil.
7.
Melakukan penerapan wajib berbasis Self monitoring terhadap masyarakat wilayah Lhokseumawe khusus ibu dan ibu hamil.
8.
Evaluasi hasil penerepan program BUNTING.
9.
Melakukan pengecekan perhitungan angka stunting kembali.
10.
Menilai perbedaan angka stunting sebelum dan sesudah.
11.
Evaluasi program BUNTING melalui pendekatan Self monitoring apakah efektif terhadap penurunan angka stunting atau tidak.
2.
Organizing Pada tahap ini, dibentuk susunan organisasi program BUNTING di mulai
dari Ketua Program, Wakil Ketua Program, Sekretaris, Bendahara, Ketua Bidang Self monitoring yang terdiri dari ketua bidang dan perangkat penunjang lainnya. Pada tahap ini pula, materi program BUNTING yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya disampaikan kepada masyarakat melalui sosialisasi program di Puskesmas. Semua nama yang telah ditetapkan beserta jabatannya disusun ke dalam sebuah bagan organisasi program, di bawah ini adalah hasil dari penyusunan bagan organisasi program BUNTING
Ketua Program Lisna Agiara
Wakil Ketua
Sekretaris Cut Tasya Miranda
Ketua Bidang Self-
Bendahara Della Vega
monitoring
Yenza Fahera
Humas Rinawati
Kader 2 Kecamatan Blang Mangat
Kader 1 Kecamatan Banda Sakti
Kader 3 Kecamata n Muara Dua
Kader 4 Kecamatan Muara Satu
Gambar 2. 1 Struktur Pelaksana Program
Setelah penyusunan organisasi program, kemudian ditetapkan tugas dan wewenang pada masing-masing jabatan tersebut. Adapun rincian tugas dan wewenang di tiap jabatan adalah sebagai berikut: a.
Ketua Program Ketua Program bertugas untuk mengawasi, mengevaluasi, dan memonitoring secara umum pelaksanaan program BUNTING. Ketua program berwenang untuk memberikan arahan, menerima laporan, dan memutuskan keputusan terkait pelaksanaan program BUNTING
b.
Wakil Ketua Program
Wakil Ketua Program bertugas untuk membantu tugas Ketua Program dan berwenang untuk menggantikan posisi Ketua Program dalam kondisi tertentu, misal berhalangan hadir atau meninggal dunia. c.
Sekretaris Program Sekretaris bertugas dalam segala urusan kesekretariatan, dalam hal ini mengenai surat menyurat ataupun pengarsipan. Sekretaris berwenang untuk menyimpan data program selama program dilaksanakan.
d.
Bendahara Bendahara bertugas dalam segala kegiatan terkait keuangan, dalam hal ini bendahara mempertanggungjawabkan keuangan baik dana yang terkumpul, dana yang terpakai serta pertanggungjawaban atas setiap permasalahan terkait dana.
e.
Ketua Bidang Kabid bertanggung jawab atas kegiatan sosialisasi, edukasi, peningkatan
pemahaman
akan
masalah
stunting
dan
penatalaksanaannya dan mngawasi kader. f.
Humas Humas bertugas dalam segala hal baik eksternal maupun internal terkait perizinan
g.
Kader Kader bertugas memberikan buku monitoring cegah stunting yang berisi panduan pencegahan stunting, kemudian diisi oleh seorang ibu (dari awal kehamilan sampai dengan 1000 hari kehidupan ) dan membawanya setiap jadwal yang sudah ditentukan dievaluasi kembali oleh kader.
3.
Actuating
untuk
Tahap ini adalah tahap inti dari program BUNTING, yaitu tahap pelaksanaan program ini di lokasi program. Adapun tahapan dalam pelaksanaan program BUNTING adalah sebagai berikut: 1.
Ketua/Wakil Ketua Program memberikan arahan kepada Ketua Korlap untuk melaksanakan program BUNTING
2.
Sekretaris dan Bendahara bertanggung jawab atas pelaksanaan masing-masing tugas.
3.
Ketua Bidang Self monitoring bertanggung jawab atas kegiatan sosialisasi, edukasi, peningkatan pemahaman akan masalah stunting dan penatalaksanaannya.
4.
Melakukan evaluasi pada setiap jadwal yang telah ditentukan.
5.
Melakukan perbandingan angka stunting di wilayah kerja tiap Kecamatan di Lhokseumawe.
4.
Controlling Tahap ini bertujuan untuk mengawasi jalannya program agar sesuai
dengan perencanaan agar bisa mencapai hasil yang diinginkan. Pengontrolan program BUNTING dilakukan setiap jadwal yang telah ditentukan dengan cara koordinasi antar jabatan. Laporan yang dikirim oleh Kader masing-masing kecamatan merupakan salah satu cara untuk mengontrol program BUNTING . Melalui laporan tersebut, dapat diketahui apakah program telah dijalankan atau belum. Jadwal pelaporan oleh Kader akan disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Setelah laporan pun akan dilakukan evaluasi setiap jadwal yang telah ditentukan untuk melihat dan menilai apakah program berjalan dengan baik dan semestinya, dan apakah berdampak baik pada penurunan angka stunting. 5.
Evaluating Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan program BUNTING.
Secara umum, evaluasi program BUNTING dilakukan melalui rapat evaluasi pada akhir periode yang diikuti oleh semua panitia program. Rapat ini ditujukan untuk menilai tingkat pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang dihadapi masing-
masing jabatan dalam pelaksanaan program selama sebulan ke belakang, untuk selanjutnya dijadikan masukan dalam perbaikan pelaksanaan program ke depannya. Secara spesifik, evaluasi program dibagi ke dalam 3 tahapan: 1. Evaluasi Periode selama masa kehamilan a. Evaluasi setiap kunjungan ANC Evaluasi setiap kunjungan ANC dilakukan oleh Ketua Program beserta Wakil, Sekretaris dan Bendahara, serta Kabid dari program “ Self-monitoring” apakah program berjalan dengan baik dan dilaksanakan secara baik oleh ibu yang telah menerima edukasi tentang program kerja BUNTING. Pemantauan dilakukan guna mendukung berjalannya program dengan baik agar penurunan angka stunting dapat terjadi. Evaluasi tahap ini untuk menilai pencapaian program dengan hitungan per kunjungan ANC, mulai dari ANC pertama sampai keempat. 2. Evaluasi Periode selama masa kelahiram b. Evaluasi per 6 bulanan dan 1 tahun Evaluasi per 6 bulanan dilakukan dengan cara pengawasan apakah program kegiatan masih berjalan dan apakah ada kendala dalam pelaksanaan. Evaluasi juga dilakukan untuk solusi penyelesaian masalah yang terjadi di lapangan. Evaluasi terhadap berat badan dan tumbuh kembang bayi dan melakukan evaluasi data terkait penurunan maupun peningkatan angka stunting. Evaluasi per 6 bulanan dan 1 tahun ini dilakukan hingga 1000 hari kehidupan. 3. Evaluasi Akhir Evaluasi dilakukan melalui data yang telah dikumpulkan diakhir kedua periode. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah angka stunting mengalami penurunan dan apakah program BUNTING efektif dan berjalan sesuai dengan tujuan program atau tidak.
2.2.7
Rincian biaya
Kebutuhan Buku monitoring
Jumlah 7 buku
Harga satuan @10.000
Total Biaya 70.000/ibu
cegah stunting Kegiatan monitoring
1 kali pertemuan
@250.000
250.000
evaluasi terakhir 2.2.8
Sumber dana dan sponsorship Sumber dana yang diharapkan berasal dari pemerintah kota lhokseumawe
dan sponsor dari berbagai pihak yang memenuhi persyaratan. 2.3
Sasaran, Target, Output, dan Indikator Keberasilan
Sasaran Target
Ibu hamil dan ibu dengan anak usia 0-2 tahun Angka stunting di kota lhokseumawe mengalami
Output
penurunan, 1. Ibu dan ibu hamil memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang
bagus
tentang
pentingnya
pencegahan terhadap stunting. 2. mengoptimalkan kemandirian ibu dalam selfmonitor
sehingga
tercapainya
peningkatan
kesadaran ibu terhadap pentingnya pencegahan Indikator keberhasilan
stunting. Terjadinya penurunan angka stunting di di kota lhokseumawe setelah program dilaksanakan selama 2 tahun
BAB 3 PENUTUP 3.1
Kesimpulan Adapun kesimpulan kami mengenai penerapan program BUNTING yaitu: 1. Tingginya angka stunting di Indonesia, termasuk di Aceh dimana masalah tersebut memiliki dampak yang serius pada anak. Implementasi kebijakan yang dibuat pemerintah dalam menangani stunting sudah menunjukkan hasil yang baik tetapi masih jauh dari target yang telah ditetapkan. 2. Program BUNTING merupakan program inovatif yang dirancang oleh mahasiswa untuk menurunkan angka stunting yang bekerjasama dengan lintas sektor. 3. Prinsip program ini adalah dengan mengoptimalkan kemandirian ibu dalam self monitoring sehingga tercapainya kesadaran ibu pentingnya pencegahan
stunting
selama
kehamilan
dan
1000
hari
periode
pertumbuhan. 4. Program BUNTING dalam penerapannya melibatkan pihak puskesmas sebagai penyedia sarana dan prasarana yang menunjang program, pemerintah kota sebagai penyedia dana program serta kader BUNTING yang berperan aktif dalam promosi dan monitoring program dilapangan. Demikian program ini kami buat, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkannya dan juga menambah kepedulian terhadap pentingnya pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting pada anak. 3.2
Saran Adapun saran kami mengenai penerapan BUNTING yaitu: 1. Agar program ini benar-benar dilaksanakan dengan baik maka dibutuhkan dukung oleh semua pihak yang terkait terutama pihak pemerintah kota lhokseumawe dalam hal pengadaan sarana dan prasarana dan dana yang
dibutuhkan untuk program ini supaya tujuan dan penerapan program BUNTING dapat tercapai dengan maksimal. 2. Panitia pelaksana program BUNTING yang terlibat dalam program ini diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan tugasnya, promosi dan pengawasan terhadap pelaksanaan program di lapangan. 3. Agar melakukan monitoring serta evaluasi secara berkala terhadap program yang telah direncanakan, Serta melakukan perbaikan terhadap berbagai permasalahan yang mungkin ditemukan dalam penerapan program untuk tercapainya tujuan dari program.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Organization W health. The World Health Report 2005 Make every mother and child count The World Health Report 2005. switzerland; 2005.
2.
Kesehatan buletin jendela data dan informasi. Topik Utama Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. 1st ed. Sakti eka satriani, editor. Jakarta: pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI; 2018. 1-56 p.
3.
Kesehatan RI K. Hasil Utama Riskesdas 2018. Indonesia; 2018.
4.
Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK, Nandy R. Determinants of stunting in Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health. 2016;
5.
Ramadhan R, Ramadhan N. Determinasi Penyebab Stunting di Provinsi Aceh. SEL J Penelit Kesehat. 2018;5(2):71–9.
6.
Lppm M, Hang S, Pekanbaru T. Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan) Stunting Problems and Interventions to Prevent Stunting (A Literature Review). J Kesehat Komunitas. 2015;
7.
Aryastami NK. Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi Stunting diIndonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Bull Heal Res. 2017;45(4):233–40.
8.
Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. 1st ed. Sudomo M, editor. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes; 2015. 1-218 p.
9.
Saputri RA, Tumangger J. Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting di Indonesia. J Polit issues. 2019;1:1–9.
10.
Morris SS, Cogill B, Uauy R, Undernutrition C, Group S. Maternal and Child Undernutrition 5 Eff ective international action against undernutrition : why has it proven so diffi cult and what can be done to accelerate progress ? Lancet. 2008;371:608–21.