Proposal PTK Bu Ilfi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENELITIAN TINDAKAN KELAS Upaya meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.



Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas yang diampu oleh dosen Ibu Ilfi Johar Nafisah S.pd.I M.Pd. Disusun oleh: Siti Nurpajriah Islamiati NIM: 17,111,025 PROGRAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ASSHIDIQIAH KARAWANG 2019



BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Sebagaimana yang termaksud didalam UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2013 pasal 1 ayat 14 dan pasal 18 ayat 1, bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang sekolah dasar, dari sejak lahir sampai usia enam tahun yang melalui jalur pendidikan formal terbentuk dalam Taman Kanak-kanak (TK). Usia dini dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik, maupun psikis. Pada usia 4-6 tahun merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi dan psikis yang siap merespon stimulasi dan mengasimilasi atau menginternalisasikan kedalam pribadinya. Pada masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Depdiknas, 2007: 1). Berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan pada usia 4-5 tahun motorik halus anak sudah berkembang dengan baik. Tetapi pada kenyataannya di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang sebgian besar anak masih kurang berkembang keterampilan motorik  halusnya. Berdasarkan pengamatan di PAUD IT Nurul Hikmah terhadap kegiatan Pengembangan ditemukan adanya masalah anak-anak yang menunjukkan keterlambatan dalam keterampilam motorik halusnya, yang ditandai dengan kurang trampilnya anak dalam penggunaan media gunting, ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media, pengelolaan kelas serta kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya. Gunting sebagai salah satu benda tajam yang sering ditemukan pada anak-anak, baik dirumah maupun disekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-anak, dengan menggunakan gunting, itu sebenarnya gejala awal yang positif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, semestinya mendapat respon dari guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan modal dasar awal yang baik bagi suatu proses belajar, karena belajar hakekatnya adalah proses aktivitas yang terencana dan sadar tujuan. Namun demikian kenyataannya, guru dan orang tua justru melarang murid dan anak-anak mereka memegang dan menggunakan gunting tanpa menjelaskan kepada anak. Sikap kekhawatiran guru dan orang tua yang takut anaknya terluka karena gunting. Siakp seperti itu bukan hanya tidak bijaksana tetapi juga dapat mematikan potensi positif dalam diri anak. Dalam hal ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik adalah proses seseorang anak belajar untuk trampil menggerakkan anggota tubuh, Bambang Sujiono (2010:1 12 ). Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis bermaksud akan mengadakan suatu penelitian ini dengan judul “ Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.



Identifikasi Masalah Melihat latar belakang tersebut diatas dapat diidentifikasi permasahannya, yaitu sebagai berikut: 1. Anak kurang tertarik pada saat pembelajaran menggunting. 2. Pada saat proses pembelajaran berlangsung anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya 3. Media yang digunakan guru kurang menarik minat anak 4. Bentuk pola yang kurang tepat 5. Strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat 6. Kurangnya pemberian motivasi yang dilakukan guru 7. Analisis masalah Karena adanya faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak telah diidentifikasi masalah adapun faktor penyebab timbulnya masalah tersebut : 1. Penggunaan media yang kurang tepat 2. Bentuk pola yang tidak sesuai dengan anak usia 4-5 tahun 3. Kurangnya motivasi dari guru pada anak dan pengelolaan kelas yang kurang maksimal 4. Alternatif dan prioritas Pemecahan Masala Untuk meningkatkan kemampuan menggunting tersebut maka guru dapat melakukan tindakan dengan cara menggunakan metode menggunting berbagai pola, pola yang di gunakan beragam, dari tahap yang sederhana sampai pola yang sedikit rumit yang tentu sesuai dengan usia 4-5 tahun. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang?” Tujuan Perbaikan Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang



 Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Manfaat Secara Teoritis : 1. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan danketerampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran pada jenjang PAUD. 2. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan penelitian ilmiahdalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada jenjang PAUD 3. Manfaat Secara Praktis : 4. Bagi Guru, penelitian ini semoga menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan dalam pemilihan metode pembelajaran yang efektif bagi pembelajaran di tingkat PAUD. 5. Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas dan hasilbelajar siswa di tingkat PAUD. 6. Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam pengambilan kebijakankhususnyadalam kebijakan pengadaan media pembelajaran di tingkat PAUD.



BAB II KAJIAN PUSTAKA



Perkembangan Motorik Halus Pengertian Motorik Halus Menurut Moelichatoen (2004) motorik halus anak adalah merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan gerakan ini merupakan keterampilan gerak.







Perkembangan Motorik Halus Anak TK Anak usia 3-4 tahun



 Menggunting kertas menjadi dua bagian  Mencuci dan mengelap tangan sendiri  Mengaduk cairan dengan sendok  Menuang air dari teko  Memegang garpu dengan cara menggenggam  Membawa sesuatu dengan menjepit  Apabila diberi gambar kepala badan manusia yang belum lengkap ia akan dapat menambah paling sedikit dua organ tubuh  Membuka kancing dan melepas ikat pinggang  Menggambar lingkaran, namun bentuk masih kasar  Anak Usia 4-5 Tahun  mengikat tali sepatu  memasukan surat ke dalam amplop  memoleskan selai di atas roti  membentuk berbagai objek dengan tanah liat  mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju  memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16) Fungsi Perkembangan Motorik Halus Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembanganmotorik halus yaitu : 1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. 2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness(tidak berdaya) padabulan-bulan pertama kehidupannya. 3. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.



Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak Karakter perkembangan motorik halus menurut  Walkay dalam Mudjito (2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah: 1. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi. 2. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna. 3. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. 4. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.



Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat dilakukan oleh guru  PAUD adalah : 1. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya. 2. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu 3. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh. 4. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuaidengan perkembangannya.



Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak PAUD Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf  yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang. Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.



Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usiaPAUD, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya. Pengembangan motorik pada anak PAUD adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata.Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14). Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak PAUD sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru PAUD sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.Sehingga melalui metode latihan dapat meningkatkan kemampuan menggunting anak. Pengertian Media 1. Heinich dkk, (1993) media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara. 2. Briggs, (1977) media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran, seperti buku, film, video, slide. 3. Schramm, (1977) media diartikan sebagai sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk teknologi perangkat kerasnya. Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar kepenerima pesan belajar (siswa). Hasil penelitian dari British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diterima indra adalah : 75 % melalui indra penglihatan 13 % melalui indra pendengaran 6 % melalui indra sentuhan dan perabaan 1 % melalui indra pemciuman dan lidah



Pengertian Media Gunting Media gunting merupakan alat untuk memotong kertas yang digunakan dalam pembelajaran untuk memotong kertas berpola gambar. Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting 1. 2. 3. 4.



Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan sebelumnya Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola yang baik dan benar Anak mempraktekkan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang telah diperagakan guru 5. Guru memeriksa hasil pekerjaan anak cara menggunting kertas berpola gambar



 



 



BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN Subjek, Tempat dan Waktu Serta Pihak yang Membantu Penelitian Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok A PAUD IT Nurul Hikmah Desa Kaweron Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Tahun 2014/2015 dengan media gunting. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media ini, sehingga akan tercapai kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi anak. Nama Lokasi               : PAUD IT Nurul Hikmah Kelompok                   : A Tema / Sub Tema        : Siklus I Diri sendiri/Panca indra Siklus II Lingkungan/Rumah Waktu                         : Siklus I tanggal 1 – 5 September 2014 Siklus II tanggal 8- 12 September 2014 Jumlah seluruh siswa kelompok A adalah 13 orang, terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing anak di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan  berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti  latar belakang keluarga dan tempat tinggal. Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik, karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak PAUD.



Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Menurut I.G.A.K. Wardhani tahap perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap yaitu merencanakan (planning), melaksanakan (acting), observasi (observation), refleksi (reflection). 1. Rencana Rencana perbaikan pembelajaran meliputi  ; 1. 2. 3. 4. 5.



Membuat Rencana Kegiatan Harian Mempersiapkan metode latihan Mempersiapkan lembar observasi anak Mempersiapkan lembar obsevasi guru Mempersiapakan lembar penilaian. 



2. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran ini,mefokuskan kegiatan perbaikan kemampuan mengguntinganak sesuai dengan tema dan sub tema, dilanjutkan dengan proses belajar yang sesuai dengan rencana yang telah disusun meliputi kegiatan: pembukaan, inti dan penutup. 3. Observasi Selama proses kegiatan berlangsung, penilai mencatat kekurangan dan kelebihan melalui lembar observasi, dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran ini peneliti juga bekerja sama dengan teman sejawat sebagi pengamat sekaligus penilai 2. 4. Refleksi Setiap selesai kegiatan pembelajaran, guru selalu melakukan refleksi. Dan merenungkan kekurangan dalam melaksanankan kegiatan yang telah dilakukan dan mencoba memperbaikai pada pertemuan berikutnyasampai mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Penelitian ini terdiri dari komponen perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.



Siklus pertama 1. Pertemuan pertama 



Perencanaan



Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola bergambar.  



Pelaksanaan Kegiatan awal :



Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berjalan jinjit 



Kegiatan inti :



– Melengkapi gambar wajah dengan panca indra – Menempel sesuai urutan angka – Menggunting kertas berpola garis lurus Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola garis lurus sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan



benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola garis lurus seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.







Kegiatan akhir :



Mendengar cerita tentang panca indra, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang 



Observasi



Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola garis lurus sebagian besar anak menggunting dengan hasil yang belum  rapi. 



Refleksi



Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan kekurangan yaitu anak kurang tertarik dengan kegiatan yang dilaksanakan adapun kelebihannya adalah peneliti dapat menjelaskan tentang bahaya dan manfaat gunting kepada anak



Pertemuan kedua 



Perencanaan



Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting kertas berpola garis lurus  



Pelaksanaan Kegiatan awal :



Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berdiri diatas satu kaki 



Kegiatan inti :



– Menghubungkan alat indra sesuai kegunaannya – Menyusun kepingan geometri menjadi bentuk orang – Menggunting pola garis lurus Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola garis lurus sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola garis lurus seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.







Kegiatan akhir :



Menyanyi lagu “dua mata saya”, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang 



Observasi



Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola garis lurusmasih banyak anak yang belum menggunting pas garis, hasilnya masih banyak yang belum rapi. Jadi, kegiatan perbaikan yang dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal. 



Refleksi



Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan kekurangan yaitu ada beberapa anak yang merasa bosan dan capek pada saat menggunting hal itu disebabkan karena pola garis yang digunakan terlalu panjang dan banyak. Tetapi, selain itu ada juga kelebihannya yaitu anak mampu menggunting sesuai dengan penjelasan yang diberikan guru.



Siklus kedua Pertemuan pertama 



Perencanaan



Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola bergambar.  



Pelaksanaan Kegiatan awal :



Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu meloncat dari atas papan 



Kegiatan inti :



– Finger painting gambar rumah – Menghitung dan menulis jumlah gambar – Menggunting pola gambar rumah sederhan Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola gambar rumah sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar rumah seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.







Kegiatan akhir :



Meniru mengucap syair “rumahku” 



Observasi



Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola gambar rumah sederhanamenunjukan hasil yang cukup baik, dari 13 anak masih ada 5 anak yang mengguntingnya masih kurang rapi. 



Refleksi



Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan kekurangan yaitu pada saat kegiatan menggunting kurang memperhatikan anak. Tetapi ada juga kelebihannya yaitu saya dapat menjelaskan dan memberikan contoh cara menggunting cukup jelas kepada anak. Pertemuan kedua 



Perencanaan



Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar anak dalam menggunting pola bergambar.  



Pelaksanaan Kegiatan awal :



Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berlari di tempat. 



Kegiatan inti :



– Kolase gambar rumah – Menyusun kartu kata menjadi kata “ini rumahku” – Menggunting bebas berpola gambar almari Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola gambar almari sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar almari seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak. 



Kegiatan akhir :



Tanya jawab tentang guna rumah, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang







Observasi



Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola gambar almari masih saja ada 5 anak yang mengguntingnya belum rapi. 



Refleksi



Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan kekurangan yaitu pada saat menjelskan kepada anak suaranya kurang jelas karena sedang flu. Adapun kelebihannya yaitu, pola yang digunakan cukup sederhana dan mudah bagi anak usia TK A.



Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi : 1. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis kualitatif dengan menggunakan lembar observasi anak dan lembar pengamatan guru. 2. Teknik dan analisis data menggunakan teknik prosentase yaitu jumlah anak yang bisa melakukan kegiatan menggunting dengan tepat, rapi, dan mandiri dibagi anak yang hadir dikali 100% 3. Indikator keberhasilan yang ditetapkan mencapai +85 % atau 11 anak dari jumlah 13 anak yang hadir.



 



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN   1. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus terdiri dari rancangan kegiatan tiap siklus, RKH, skenario, dan hasil refleksi. RANCANGAN SATU SIKLUS Siklus                               : Pertama Tema                                : Diri sendiri Kelompok                        : A Tanggal                           : 1 September 2014 sampai dengan 5 September 2014 Tujuan perbaikan            : Untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUDIT Nurul Hikmah Desa WonoleloKecamatan MuntilanKabupaten Magelang Identtifikasi masalah            : 1. Siswa kurang tertarik pada saat pembelajaran menggunting, hal itu disebabkan karena penggunaaan  media yang kurang tepat, bentuk pola yang tidak sesuai dan kurangnya motivasi guru kepada anak. 2. Pada saat proses pembelajaran berlangsung anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya 3. Media yang digunakan guru kurang menarik minat anak 4. Bentuk pola yang kurang tepat 5. Strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat 6. Kurangnya pemberian motivasi yang dilakukan guru Analisis masalah                   : 1. Penyebab timbulnya masalah tesebut adalah karena penggunaan media yang kurang tepat, bentuk pola yang tidak sesuai, dan kurangnya motivasi guru kepada anak. 2. Masalah penggunaan pola yang kurang tepat dapat diatasi dengan menggunakan pola yang bervariasi dan sesuai kebutuhan anak usia TK A. Perumusan masalah              : Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang?  



1. Skenario Perbaikan Siklus pertama Pertemuan pertama Tujuan perbaikan        : Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Siklus                          : I Hari / Tanggal             : Senin/ 1 September 2014 Hal yang diperbaiki    : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola Judul Kegiatan           : Menggunting pola garis lurus Pengelolaan kelas       : 1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran 2. Posisi duduk anak membentuk lingkaran Langkah-langkah perbaikan    : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak Guru membagikan kertas berpola garis lurus sesuai dengan jumlah anak Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola garis lurus yang baik dan benar Anak mempraktekan cara menggunting kertas tanpa pola sesuai dengan kreasi anak Guru memeriksa hasil pekerjaan anak Guru memberikan reward dan umpan balik



  Pertemuan kedua Tujuan perbaikan        : Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Siklus                          : I Hari / Tanggal             : Selasa/ 2 September 2014 Hal yang diperbaiki    : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola Judul Kegiatan           : Menggunting pola garis lurus Pengelolaan kelas       : 1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk formasi U 2. Posisi duduk anak membentuk formasi U



Langkah-langkah perbaikan    : 1. Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak 2. Guru membagikan kertas berpola garis lurus sesuai dengan jumlah anak 3. Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola garis lurus dengan baik dan benar 4. Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola garis lurus 5. Guru memeriksa hasil pekerjaan anak 6. Guru memberikan reward dan umpan balik   2. Skenario Perbaikan Siklus kedua Pertemuan pertama Tujuan perbaikan        : Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Siklus                          : II Hari / Tanggal             : Senin/ 8 September 2014 Hal yang diperbaiki    : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola Judul Kegiatan           : Menggunting gambar rumah sederhana Pengelolaan kelas       : 1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran 2. Posisi duduk anak membentuk lingkaran Langkah-langkah perbaikan    : 1. Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak 2. Guru membagikan kertas berpola gambar rumah sederhana sesuai dengan jumlah anak 3. Guru memperagakan cara menggunting gambar rumah sederhanayang baik dan benar 4. Anak mempraktekan cara menggunting gambar rumah sederhana sesuai 5. Guru memeriksa hasil pekerjaan anak 6. Guru memberikan reward dan umpan balik  Pertemuan kedua Tujuan perbaikan        : Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan



Siklus                          : II Hari / Tanggal             : Selasa/ 9 September 2014 Hal yang diperbaiki    : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola Judul Kegiatan           : Menggunting gambar almari Pengelolaan kelas       : 1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran 2. Posisi duduk anak dibagi menjadi tiga kelompok Langkah-langkah perbaikan    : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak Guru membagikan kertas berpola gambar almari sesuai dengan jumlah anak Guru memperagakan cara menggunting gambar almariyang baik dan benar Anak mempraktekan cara menggunting gambar almari Guru memeriksa hasil pekerjaan anak Guru memberikan reward dan umpan balik



Pembahasan dari Setiap Siklus Siklus pertama Berdasarkan hasil observasi kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan pada siklus pertama siswa yang mengikuti ada 13 anak. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 : hasil rekapitulasi observasi siklus pertama No. 1 2 3 4 5



BM Frekuensi Prosentase 8 61 % 7 54 % 6 47 % 5 38 % 4 31 %



Keterangan : BM             : Belum Muncul MM             : Mulai Muncul



MM Frekuensi Prosentase 3 24 % 4 31 % 2 15 % 3 24 % 5 38 %



BSH Frekuensi Prosentase 2 15 % 2 15 % 5 38 % 5 38 % 4 31 %



BSH            : Berkembang Sesuai Harapan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap harinya terjadi peningkatan hasil perbaikan. Awal pertemuan jumlah anak yang BM berjumlah 8  anak (61 %) menjadi 4 anak (31 %) pada pertemuan kelima. Sedangkan yang BSH awal pertemuan hanya 2 anak (15%) meningkat menjadi 4 anak (31 %). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan perbaikan ini menunjukan hasil yang cukup baik meskipun masih memerlukan kegiatan perbaikan lanjutan.



Siklus kedua Berdasarkanhasil observasi kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan pada siklus kedua  siswa yang mengikuti ada 13 anak. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 : hasil rekapitulasi observasi siklus pertama No. 1 2 3 4 5



BM Frekuensi Prosentase 2 15 % 1 8% 1 8% – – – –



MM Frekuensi Prosentase 3 24 % 4 31 % 3 24 % 4 32 % 2 15 %



BSH Frekuensi Prosentase 8 61 % 8 61 % 9 68 % 9 68 % 11 85 %



Keterangan : BM      : Belum Muncul MM     : Mulai Muncul BSH    : Berkembang Sesuai Harapan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap harinya terjadi peningkatan hasil perbaikan pada siklus kedua ini. Awal pertemuan jumlah anak yang BM berjumlah 2 anak (15 %) menjadi  tidak ada sama sekali pada pertemuan kelima. Sedangkan yang BSH awal pertemuan hanya 8 anak (61 %) meningkat menjadi 11 anak ( 85%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan perbaikan ini menunjukan hasil yang sudah baik. Grafik 4.2 : hasil rekapitulasi obsservasi siklus kedua Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari siklus I menunjukan bahwa aktivitas anak masih harus ditingkatkan lagi. Jumlah anak yang masih BM yaitu sebesar (31 %) di akhir pertemuan siklus pertama. Sedangkan yang BM mencapai prosentase sebesar (38 %) dan yang sudah BSH meningkat menjadi (31 %).



Pada pengamatan di siklus kedua ini menunjukan peningkatan yang baik, jumlah anak yang BM sebesar (0 %) diakhir pertemuan siklus kedua, sedangkan jumlah anak yang MM sebesar (15 %) dan yang BSH mencapai (85 %). Dengan demikian berarti kegiatan perbaikan pembelajaran dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil pembelajaran yang baik.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berbagai aktivitas kegiatan menggunting yang dilaksanakan di kelompok A PAUD IT Nurul Hikmah telah dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting. Peningkatan tersebut terlihat dari pengamatan hasil belajar anak yang sudah Berkembang Sesuai Harapan (BSH) meningkat secara kuantitatif. Hal itu  dapat dilihat pada grafik hasil pencapaian siklus 1 yaitu sebesar 31 % dan berdasarkan grafik hasil pencapaian siklus 2 yaitu sebebsar 85 %. Sedangkan yang Belum Muncul (BM) pada siklus sebesar 31% menurun menjadi 0 %.   1. Saran Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan metode menggunting pola untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah disarankan sebagai berikut : 1. Pemilihan media yang menarik sehingga anak tidak cepat bosan dan mudah dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Penggunaan pola yang tepat dan sesuai tingkat perkembangan anak serta yang bervariatif sehingga anak tidak merasa kesulitan, cepat bosan, dan mudah lelah. 3. Selalu memberikan motivasi kepada anak agar anak tetap bersemangat dan tidak merasa putus asa. 4. Menggunakan metode demonstrasi yang menyenangkan dan bahasa sehari-hari sehingga anak mudah menerima penjelasan yang diberikan.