Proposal - REKA L. POLUAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF BERKAITAN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-24 BULAN DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SONDER KECAMATAN SONDER



PROPOSAL PENELITIAN



OLEH:



REKA LESTARI POLUAN NIM: 1714201149



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO 2020



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulanbulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestifus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal. ASI tidak akan menganggu sistem dalam tubuh bayi yang belum dapat bekerja dengan sempurna seperti pada orang dewasa. ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI terdiri atas 87% air, 700 kalori/liter, 1,2% protein, 3,8 % lemak dan 7,0% laktosa serta sejumlah vitamin, mineral, dan gizi. Berbagai zat kekebalan juga terkandung didalamnya, seperti immunoglobin, lisosim, dan ASI juga menekan pertumbuhan bakteri usus (Prita,2009). Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI



bagi bayi. Akibatnya, program



pemberian ASI Ekslusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono,2009) Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur enam bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (WHO,2005). Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI Ekslusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu menyusui ekslusif, menyusui sesuai predominan, dan menyusui parsial sesuai definisi WHO.



Menyusui ekslusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui ( kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tets, ASI perah juga diperbolehkan ). Pada Riskesdas 2010, menyusui ekslusif adalah komposit dari pertanyaan: bayi masih disusui,sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui (tidak diberi makanan selain ASI). Beberapa peraturan hukum terkait ASI ekslusif yaitu diantaranya UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan ditempat kerja dan tempat sarana umum. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekslusif , pasal 6 “ Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya “. Pada tahun 2012 telah diterbitkan peraturan pemerintah tentang pemberian ASI Ekslusif (PP Nomor 33 Tahun 2012). Dalam PP tersebut diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI Ekslusif. Menindaklanjuti PP tersebut, telah diterbitkan PermenKes nomor 15 tahun 2013 tanggal 18 februari 2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI dan Permenkes nomor 39 tahun 2013 tanggal 17 mei 2013 tentang Susu Formula bayi dan produk lainnya. Dalam rangka mendukung keberhasilan menyususi, sampai tahun 2013, telah dilatih sebanyak 4.314 orang konselor menyusui dan 415 fasilitator pelatihan konseling menyusui. Cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bergluktuatif. Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukkan kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.



Menurut data WHO (2016), cakupan ASI Ekslusif diseluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Secara nasional berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2017, dilaporkan bahwa cakupan bayi mendapat ASI Ekslusif sebesar 61,33%. Angka tersebut sudah melampaui target renstra tahun 2017 yaitu 44% presentase tertinggi cakupan pemberian ASI Ekslusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%), sedangkan presentase terendah terdapat pada papua (15,32%). Ada lima provinsi yang belum mencapai target renstra tahun 2017, salah satu diantaranya adalah Sulawesi Utara yaitu hanya 36,93% (Profil kesehatan RI,2017). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang pemberian ASI Ekslusif Berkaitan dengan Status Gizi Anak Usia 024 Bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder kecamatan Sonder”. C. Tujuan Penelitian 1.



Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang pemberian ASI Ekslusif berkaitan dengan status gizi anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder kecamatan Sonder.



2.



Tujuan Khusus a.



Untuk mengetahui gambaran Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif



b.



Untuk mengetahui gambaran Status Gizi bayi usia 0-24 bulan



c.



Untuk menganalisa Gambaran Pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif berkaitan dengan Status Gizi bayi usia 0-24 bulan.



D. Manfaat Penelitian 1.



Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya



2. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemberian ASI Ekslusif berkaitan dengan Status Gizi Bayi 0-24 bulan. Dan sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan di pendidikaan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1.



Definisi Pengetahuan Pengetahuan



adalah



suatu



istilah



uang pergunakan



untuk



menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapi. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk manusia untuk memahami suatu objek tertentu (Surajiyo,2008). Secara umum pengetahuan dapat diartikan suatu informasi yang telah diketahui berdasarkan atas seseorang. Pengetahuan sendiri tidak memiliki batas baik pada segi deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip serta prosedur. Notoadmjo (2002), Mendefenisikan pengetahuan berupa ide atau hasil dari sebuah aktifitas atau prilaku manusia yang telah terjadi setelah penginderaan dari objek tertentu, teori ini pun sama halnya yang dikatakan oleh locke. Keraf (2001), Menuturkan bahwasanya pengetahuan merupakan buah pikir, ide, gagasan, konsep, serta pemahaman manusia, yang kemudian mengambil insiatif untuk berbagi pengetahuan dengan ber4bagai metode seperti : (1) pola, dan (2) jenis yang di lukiskan dalam beberapa uraian. Onny S.Prijono Pengetahuan dapat di artikan yang mana di dapatkan dari nilai karena terbiasa dari orang-orang tersubut dalam mengembangkan rasa kengintahun. 2.



Faktor-faktor (Notoadmodjo,2012)



Yang



Mempengaruhi



Pengetahuan



a.



Tingkat Pendidikan Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Tingkat pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan. Berdasarkan



indikator



kesejahteraan



rakyat



(2007),



pendidikan terdiri atas pendidikan formal, jenjang pendidikan formal terdiri atas: 1) SD 2) SMP 3) SMA 4) Perguruan Tinggi b.



Informasi Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit akan menurunkan tingkat pengetahuan seseorang tentang hal tersebut



c.



Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut



d.



Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan tingkat pendidikan



seseorang,



maksudnya



pendidikan



yang



tinggi



pengalaman akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah. 3.



Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : a.



Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar >70% dari seluruh pertanyaan



b.



Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 60-69% dari seluruh pertanyaan



c.



Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar 70%



Ibu tentang



sesuatu



Cukup: 60-



pemberian



yang



69%



ASI Ekslusif



diketahui



Kurang:



atau