Proposaldesign Thinking and Future Thinking Process [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proposal Paper “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



Individual Assignment Design Thinking and Entrepreneurship (OL)



Oleh : Permadi Setiawan (NIM : 2301985973)



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan, terutama ketika berbicara tentang peran internet yang sangat penting dalam teknologi. Tidak terkecuali, terutama pada kecepatan internet, sangat mempengaruhi kemampuan agensi untuk membangun lebih banyak sistem layanan dengan melibatkan teknologi informasi dan pengguna internet. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat telah secara konsisten meningkat dalam menggunakan teknologi selama pandemi hingga era new normal pasca covid 19. Melihat dari sisi masyarakat sangat membutuhkan pemeriksaan kesehatan selama covid19, dimana sangat mudah menular dari manusia yang sakit ke manusia sehat, sehingga jumlah kasus positif setiap hari terus mengalami peningkatan. Pandemi covid19 ini, berdampak pada status kesehatan masyarakat, juga ekonomi, pendidikan, kondisi sosial, keamanan, dan lain lain, sehingga upaya mengatasinya harus melalui multisektor secara terintegrasi dan sistematis. Bertambahnya kasus virus corono membuat kampanye tetap di rumah semakin kencang bergaung. Sebab, aksi tersebut merupakan langkah penting agar penyebaran virus tidak meluas. Dalam upaya mencegah penyebaran virus corona, pemerintah di banyak negara menerapkan kebijakan 'stay at home' atau bertahan diri di rumah selama pandemi virus ini, atau setidaknya selama 14 hari. Mengakibatkan masyarakat tidak bisa mengunjungi Klinik, Rumah Sakit dan Apotek karena kesibukan pekerjaan dan takut tertular covid 19. Berdasarkan cerita tersebut, maka seorang enterpreneur memikirkan solusi layanan home service untuk kesehatan, dimana layanan tidak dilakukan di rumah sakit, klinik dan apotek tetapi akan disediakan sebuah system digitalisasi berbasis aplikasi mulai pemeriksaan online dengan dokter dan pembelian obat secara online melalui aplikasi. Dengan model bisnis seperti ini, maka pasien tidak perlu bepergian ke tempat – tempat layanan kesehatan dengan resiko tertular Covid. Selain itu menurut saya, model seperti ini memungkinkan pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di mana saja melalui aplikasi tanpa berpergian ditengah pandemic covid-19. Smart Home Care Telepharmacy adalah salah satu aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan komunikasi serta bidang Design Thinking and Entrepreneurship



Page |1



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



kesehatan. Dengan adanya Smart Home Care Telepharmacy ini masyarakat dapat lebih mudah untuk mengakses layanan kesehatan dan juga dapat menghemat sejumlah biaya untuk mendapatkan layanan kesehatan. Dan memberikan pelayanan yang akurat dalam konteks “Online” dengan cara pertama, seperti membuat janji konsultasi kepada dokter, pemeriksaan dan pelayanan pembelian obat yang baik, cepat, mudah, aman, akurat, dan praktis dalam pencarian produk obat dan juga dapat memberikan sebuah edukasi meliputi kesehatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada pemaparan masalah yang dideskripsikan pada latar belakang, maka rumusan masalah dari proposal ini adalah bagaimana melakukan perancangan aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan menggunakan pendekatan design thinking. 1.3 Batasan Masalah Dalam pengajuan proposal ini terdapat beberapa batasan masalah agar pengerjaan lebih terarah, sebagai berikut : a. Perancangan aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan menggunakan pendekatan design thinking. b. Rancangan aplikasi berupa prototype.



1.4 Tujuan Proposal Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengajuan proposal ini adalah : a. Untuk merancang aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan dengan pendekatan design thinking. 1.5 Metode Penelitian Adapun metode proposal yang digunakan adalah : a. Metode perancangan menggunakan design thinking Design thinking adalah salah satu metode baru dalam melakukan proses desain. Design thinking merupakan metode penyelesaian masalah yang berfokus pada pengguna atau user dengan melakukan reframing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming, dan mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototype dan testing. Design thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan dengan membuat sketsa, membuat prototype, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide.



Design Thinking and Entrepreneurship



Page |2



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



Design thinking memiliki 5 tahapan : 1. Empathize Metode design thinking berpusat pada aspek user-centered design, dimana fokus proses berpikir berada pada nilai-nilai manusia sebagai pengguna. Dengan empati, desain sebuah inovasi akan relevan dengan nilai-nilai kebutuhan manusia. Maka dari itu, secara otomatis kebutuhan-kebutuhan pengguna akan sebuah solusi juga akan terpenuhi. 2. Define Pendefinisian akan membantu desainer dalam tim untuk mengumpulkan ide yang akan digunakan dalam pencarian ide terkait fitur, fungsi, dan elemen-elemen yang akan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Proses ini memiliki hasil sebuah pernyataan singkat dan jelas atas hasil pemahaman aktivitas riset dan inspirasi. 3. Ideate Ideate adalah tahap pengembangan ide atau biasa disebut dengan brainstorming. Dalam proses ini akan muncul banyak ide yang memungkinkan untuk menjadi solusi sebuah masalah. Seluruh ide-ide tersebut bernilai dalam kata lain, tidak ada ide yang tidak berguna. Pada proses inilah otak dipaksa untuk menjadi kreatif dengan merumuskan banyak ide. 4. Prototype Prototype yang biasa disebut purwarupa dalam Bahasa Indonesia adalah bentuk awal (contoh) atau standar ukuran dari sebuah model. 5. Test Prototype yang sudah dibuat selanjutnya akan diuji coba dengan cara mendemonstrasikannya kepada pengguna. Tahap pengujian memiliki tujuan untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna. Testing adalah tahapan dimana akan didapat kesempatan untuk dapat mengerti pengguna secara lebih dalam lagi.



Design Thinking and Entrepreneurship



Page |3



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process” BAB II METODE PROPOSAL



Dalam proposal ini, metode yang ditekankan dalam perancangan dan pengumpulan data adalah metode design thinking dan future thinking, yang dikenal sebagai metode berpikir komprehensif yang berkonsentrasi agar terwujud solusi, diawali dengan proses empathize yang berpusat terhadap kebutuhan pengguna untuk menuju suatu inovasi terbaru. Dalam proposal ini juga melakukan tinjauan literatur dengan mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. 2.1 Design Thinking Metode design thinking merupakan salah satu pendekatan untuk mendapatkan solusi dari sebuah masalah yang ada. Masalah yang akan diselesaikan disini adalah bagaimana sebuah rancangan aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara : teknologi informasi dan komunikasi serta bidang kesehatan. Lima tahap dalam design thinking adalah empathize, define, ideate, prototype, dan test. Setiap tahapan tersebut dibuat berdasarkan kepada kebutuhan pengguna.



Gambar 2.1 Diagram Hubung Design Thinking dalam Metode Perancangan Gambar 2.1 merupakan paparan kerangka alur metode yang didapatkan pada saat melakukan perancangan untuk mengatasi masalah pada proposal ini.



Design Thinking and Entrepreneurship



Page |4



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



2.1.1 Empathize Empathize merupakan tahapan awal dalam metode design thinking dan merupakan inti dari keseluruhan tahapan. Pada tahapan ini terdapat proses wawancara, observasi, tanya jawab dengan scenario yang sudah ditentukan. Tujuan dari tahapan empathize adalah untuk menggali permasalahan dari pengguna dan yang diinginkan oleh pengguna untuk pengembangan sistem kedepannya. Berdasarkan pada tahapan ini, akan ada masalah dan solusi yang didapatkan. Dengan melalui tahapan empathize, desain dari rancangan aplikasi akan relevan dengan kebutuhan pengguna. Maka, solusi dari permasalahan dan kebutuhan pengguna akan terpenuhi. Akan didapat sebuah tilikan dari hasil interaksi antara pembuat keputusan dan pengguna.



Gambar 2.2 Empathize Map Gambar 2.2 merupakan paparan 9 dari 10 Persona yang merasa cemas dan takut untuk datang ke pelayanan kesehatan, sehingga memilih tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan selama pandemi covid19.



Design Thinking and Entrepreneurship



Page |5



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



2.1.2 Define Define merupakan tahapan yang berselaras dengan hasil dari tahapan awal. Pada tahapan ini, permasalahan yang dihadapi sudah ditentukan berdasarkan wawasan yang didapat pada tahapan empathize. Pada tahapan ini, desainer akan mendapatkan informasi untuk melakukan perancangan terhadap sistem terkait dengan fitur, fungsi, dan elemen-elemen yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Aktifitas terkait yang akan dilakukan adalah membuat list kebutuhan pengguna.



Gambar 2.3 Define - How Might We Gambar 2.3 merupakan paparan define “Bagaimana Kita Bisa” mengurangi resiko kontak erat / tertular covid 19 pada pasien saat berobat ke kliinik, Rumah sakit dan membeli obat di Apotek selama pandemic Covid 19.



Design Thinking and Entrepreneurship



Page |6



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



2.1.3 Ideate Ideate merupakan tahapan penentuan solusi terhadap permasalahan yang didapat pada tahap sebelumnya. Solusi ini nanti akan dijadikan pegangan dalam pengembangan sistem yang akan dibuat. Tahapan ini merupakan tahapan untuk brainstorming, mencatat seluruh ide-ide yang dianggap bahwa keseluruhan ide tersebut dianggap bernilai. Adapun ide-ide sistem yang akan dikembangkan merupakan sistem yang menggunakan sarana digital menggunakan aplikasi web. Untuk alur kerja dari permasalahan yang diangkat merujuk kepada framework yang sudah ada.



Gambar 2.4 Ide Terpilih Gambar 2.4 merupakan paparan ide terpilih yang dilakukan melalui brainstorming untuk mendapatkan ide sebanyak mungkin dan mengelompokkanya kedalam Feasibility, Viability, dan Desirability sehingga hasil pemilihan ide yang terpilih selanjutnya akan menjadi ide bisnis.



Design Thinking and Entrepreneurship



Page |7



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



Gambar 2.5 Value Proposition Canvas Gambar 2.5 merupakan paparan untuk membantu dalam pemilihan ide, kami menggunakan tools Value Proposition Canvas yang bertujuan untuk membantu mengenal lebih dalam mengenai ide bisnis dan apa yang menjadi kebutuhan pengguna. Value Proposition Canvas terdiri dari Customer Profile dan Value Map. Kemudian dilanjutkan dengan membahas model bisnis yang disajikan dalam tools Business Model Canvas yang terdiri dari Customer Segmen, Value Proposition, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partners, Cost Structure yang ditunjukkan Gambar 2.6.



Gambar 2.6 Business Model Canvas Design Thinking and Entrepreneurship



Page |8



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



2.1.4 Prototype Setelah melewati ketiga tahap sebelumnya, maka pada tahapan ini mulai dilakukan perancangan prototype terhadap sistem yang akan dibuat. Pada tahapan ini akan dibuat sebuah purwarupa dari sistem yang akan dibuat. Beberapa hal yang akan dibahas pada tahapan ini adalah context diagram atau use case diagram. Sehingga, purwarupa dapat disebut sebagai rupa awal yang dibuat untuk mewakili skala sebenarnya sebelum dikembalikan atau justru dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam skala sebenarnya. Dalam proses pengembangan prototype, terdapat prinsip untuk melihat kegagalan secepat mungkin (fall quickly). Prinsip ini sangat penting karena dapat menentukan langkah selanjutnya dan memperbaiki kesalahan yang ada tanpa harus terlalu lama terlarut dalam pengerjaan hal dengan kompleksitas yang dianggap tidak penting.



Gambar 2.7 Prototype – Aplikasi Smart Home Care Telepharmacy Design Thinking and Entrepreneurship



Page |9



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



Gambar 2.7 merupakan paparan untuk Aplikasi Smart Home Care Telepharmacy (Aplikasi berbasis web dan aplikasi). Aplikasi ini memiliki Fitur : Integrated with Health Application, Integrasi dengan Data pasien, Fitur Konsultasi dan Chat dengan Dokter, Fitur Informasi Konseling Dan Fitur Customer Service, Fitur Reminder Penggunaan Obat, Fitur Monitoring Kesehatan Pasien, Fitur Menu Pembelian Obat, Fitur system Pencarian Obat & ketersediannya), Fitur system Pencarian dengan Ragam Dokter Umum dan Dokter Specialis untuk Pasien serta Integrated with Iot (Wearable) – Jam Tangan Pintar. 2.1.5 Test Tahapan ini melakukan test atau pengujian terhadap prototype yang sudah dibuat melalui 3 parameter pengukuran performance, meliputi : Net Promotor Score, Customer Effort Index, Customer Satisfaction Index. Pengujian menggunakan metode usability dengan menyebarkan kuesioner penilaian kepada beberapa narasumber. Metode penilaian dari usability menggunakan system usability scale (SUS). System Usability Scale (SUS) merupakan kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur usability sistem komputer menurut sudut pandang subyektif pengguna. Hingga saat ini, SUS banyak digunakan untuk mengukur usability dan menunjukkan beberapa keunggulan, antara lain : (1) SUS dapat digunakan dengan mudah, karena hasilnya berupa skor 0–10 (2) SUS sangat mudah digunakan, tidak membutuhkan perhitungan yang rumit (3) SUS terbukti valid dan reliable. SUS berupa kuesioner yang terdiri dari 5 item pertanyaan, seperti ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Item pertanyaan System Usability Scale (SUS) Kode R1 R2 R3 R4 R5



Item Pertanyaan Apakah anda merekomendasikan untuk menggunakan “Aplikasi Smart Home Care Telepharmacy?” Apakah Aplikasi ini mudah digunakan? Apakah semua fitur dalam aplikasi ini sebagai alat bantu dirasa tepat? Apakah Aplikasi ini seusai dengan kebutuhan anda? Apakah anda puas dengan “Aplikasi Smart Home Care Telepharmacy?"



Parameter Performance Net Promotor Score Customer Effort Index Customer Effort Index Customer Effort Index Customer Satisfaction Index



Kuesioner SUS menggunakan skor 0 – 10. Responden diminta untuk memberikan penilaian “Sangat tidak setuju” , “Tidak setuju”, “Netral”, “Setuju”, dan “Sangat setuju” atas 5 item pernyataan SUS sesuai dengan penilaian subyektifnya.



Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 10



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



Gambar 2.8 Prototype – Aplikasi Smart Home Care Telepharmacy



Gambar 2.8 merupakan paparan tahapan yang akan dilakukan uji coba pada prototype yang sudah dibuat pada sebelumnya dengan menggunakan usability testing dengan memberikan kuesioner dan link pengujian prototype kepada 10 orang calon pengguna.



2.2 Future Thinking Pemikiran masa depan dengan menanam pola pikir dalam bentuk praktik desain. Praktik desain menjadi semakin berfokus pada masa depan, mencerminkan kompleksitas tantangan desain yang kita hadapi. Pemikiran masa depan dapat menawarkan alat dan metode untuk membantu kita dalam hal ini, tetapi lebih dari itu, mungkin menawarkan cara baru untuk melihat dunia yang kita rancang. 2.2.1 PESTLE Analysis Pestle analysis adalah metode manajemen risiko yang digunakan untuk mengevaluasi lingkungan eksternal bisnis. Analisis ini dilakukan dengan memecah peluang dan risiko menjadi faktor-faktor berikut : 1. Faktor politik Faktor ini mengevaluasi sejauh mana kebijakan pemerintah dalam penerapan karantina dan PPKM yang dapat berdampak pada perusahaan dan brand. 2. Faktor ekonomi Lingkungan ekonomi yang cocok dengan brand dapat dinilai melalui demografis tertentu hingga pada tingkat nasional. Faktor - faktor ini mungkin memiliki dampak jangka panjang Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 11



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



langsung atau tidak langsung pada brand. Faktor ini akan mempengaruhi tingkat inflasi ekonomi dan pertumbuhan industri kesehatan dan farmasi. 3. Faktor social budaya Dimensi sosial budaya yang dimaksud adalah perubahan gaya hidup masyarakat yang serba praktis dan digital. 4. Faktor teknologi Faktor ini berkaitan dengan era revoluasi industri 4.0 yang mendorong untuk terus berinovasi dalam teknologi yang dapat mempengaruhi operasi industry dan pasar secara menguntungkan atau tidak menguntungkan. Ini mengacu pada ranah perekonomian digital, platform digital yang berkembang pesat. 5. Faktor hukum Faktor ini adalah undang-undang yang lebih spesifik. Misalnya undang – undang ITE tentang informasi dan transaksi elektronik, serta undang – undang kesehatan. Perlu mengetahui apa yang legal dan apa yang tidak legal agar promosi dan penjualan produk dapat berjalan sukses dan sesuai etika. Selain itu, perlu mengetahui potensi perubahan dalam undang-undang dan dampaknya terhadap bisnis di masa mendatang. 6. Faktor lingkungan Faktor lingkungan menjadi penting karena meningkatnya pandemi covid19. Ini termasuk aspek kesehatan dan lingkungan yang dapat mempengaruhi tumbuhnya kesadaran akan potensi dampak perubahan kesehatan masyarakat yang mempengaruhi produk yang ditawarkan. Perancangan keberlangsungan bisnis dalam mengimplementasikan ide bisnis, Kami tentu memperhatikan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keberlansungan dari ide bisnis tersebut. Selanjutnya kami menggunakan PESTLE Analysis untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor – faktor tersebut, sebagai berikut :



Gambar 2.9 Pestle Analysis Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 12



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



2.2.2 Clustering Driving Forces Dari hasil PESTLE Analysis selanjutnya melakukan Clustering Driving Force yang bertujuan untuk mengelompokkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi implementasi ide bisnis :



Gambar 3.0 Clustering Driving Forces 2.2.3 Diagram Impact / Uncertainty Matrix Setelah membuat Clustering Driving Force, selanjutnya membuat Diagram Impact/Uncertainty Matrix yang bertujuan untuk mengidentifikasi dampak yang ada pada masing – masing faktor, mempertimbangkan tingkat ketidakpastian pada implementasi ide bisnis.



High Impact



High Uncertainty



Perubahan Perilaku Masyarakat



Pandemic Covid 19



Perubahan gaya hidup/perilaku masyarakat yang serba praktis dan digital, pertumbuhan industri kesehatan dan farmasi meningkat



Belum berakhirnya pandemic Covid 19 dan adanya varian virus baru yang terus berkembang sehingga pemerintah menetapkan kebijakan karantina dan PPKM



Gambar 3.1 Diagram Impact/Uncertainty Matrix



Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 13



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



2.2.4 Business Model Innovation 2.2.4.1 Membuat Skenario Keberlangsungan Bisnis Skenario keberlangsungan bisnis melalui proses framing the scenario dan scoping the scenario dengan memperhatikan storylines yang dapat divisualisasikan dalam time chart dan memfokuskan pada pengaruh – pengaruh eksternal, sebagai berikut :



Gambar 3.2 Skenario Keberlangsungan Bisnis Gambar 3.2 merupakan paparan skenario keberlangsungan bisnis yang dilihat dari framing scenario bisnis Smart Home Care Telepharmacy adalah : 1. Penggunaan teknologi dalam proses bisnis dengan Integrasi Data Layanan Kesehatan di Indonesia 2. Penetapan strategi brand dan harga jual produk melalui Platform Digital Layanan Kesehatan (Customized Dashboard Pasien) Dan dilihat dari scoping the scenario bisnis Smart Home Care Telepharmacy adalah : 1. Penggunaan teknologi yang massive, Penetapan harga jual konservatif : 2. Adanya digitalisasi dan penggunaan Artificial Intelligence dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. 3. Memanfaatkan big data untuk memahami pasar, karakteristik masyarakat sehingga mampu memahami calon konsumen dan konsumen existing. 4. Pertumbuhan cashless society sehingga membantu pemerintah dalam mengontrol peredaran uang di masyarakat. 5. Munculnya berbagai perusahaan start up yang dapat dijadikan sebagai partner kerja untuk Bisnis Smart Home Care Telepharmacy . 6. Penggunaan teknologi saturated, Penetapan harga jual konservatif: 7. Tidak meratanya pembangunan infrastruktur teknologi di daerah tertentu menyebabkan terhambatnya perluasan cakupan wilayah bisnis.



Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 14



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



8. Adanya regulasi pemerintah yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap Smart Home Care Telepharmacy, misalnya kebijakan adanya UU ITE yaitu UU no. 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik. 2.2.4.2 SWOT Analysis Implementasi dari ide bisnis juga harus melihat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dari keberlangsungan bisnis. Berikut identifikasi analisis SWOT :



Gambar 3.3 SWOT Analysis



Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 15



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



BAB III Kesimpulan & Saran



3.1 Kesimpulan 1. Mengembangkan aplikasi Smart Home Care Telepharmacy sebagai digitalisasi pelayanan kesehatan, dan juga dapat menghemat sejumlah biaya untuk mendapatkan layanan kesehatan yang akurat dalam konteks “Online” dengan cara pertama, seperti membuat janji konsultasi kepada dokter, pemeriksaan dan pelayanan pembelian obat yang baik, cepat, mudah, aman, akurat, dan praktis dalam pencarian produk obat dan juga dapat memberikan sebuah edukasi meliputi kesehatan. 2. Dalam menghadapi perubahan kondisi pasar, bisnis, dan kebutuhan konsumen, maka sebuah perusahaan wajib melakukan inovasi terhadap proses bisnisnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari konsumen agar menjadi pilihan konsumen. 3. Perusahaan dapat melakukan perubahan model bisnis dengan melakukan analisis SWOT. Dengan analisis SWOT, perusahaan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dihindari, ditingkatkan atau dimaksimalkan dan yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mencapai keunggulan bisnis. 3.2 Saran 1. Rancangan prototype aplikasi yang melayani dari segi kesehatan dengan adanya kombinasi antara teknologi informasi dan komunikasi di bidang kesehatan dapat dikembangkan melalui metode design thinking yang telah diuji menggunakan metode usability dan metode future thinking agar menghasilkan business model innovation yang unggul melalui framing the scenarios dan scoping the scenario. 2. Dalam perancangan menggunakan metode design thinking, diperlukan tiga tahap iterasi hingga prototype sesuai dengan kebutuhan pengguna. 3. Potensi bisnis Smart Home Care Telepharmacy yang dapat di kembangkan ke depannya seperti : 3D Visual. Dengan adanya 3D Visual digunakan untuk memproduksi peralatan medis, seperti ventilator dan masker. Teknologi ini juga dapat membantu untuk lebih siap menghadapi ancaman-ancaman virus, seperti pandemic covid 19, bahkan pandemic virus masa depan lainnya yang akan terjadi.



Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 16



Individual Assignment “Principles Of Design, System, And Future Thinking Process”



DAFTAR PUSTAKA



Alexander Osterwalder & Yves Pigneur. (2010). Business Model Canvas. (T. Clark, Ed.). New Jersey: john wiley & sons, inc. Brown, T (2009). Change By Design: how design thinking transforms organisations and inspires innovation. New York: Harper Collins. Davidsson, P. (2015). Entrepreneurial opportunities and the entrepreneurship nexus : A re-conceptualization. Journal of Business Venturing, 30 (5), 674 – 695 :10.1016/j.jbusvent.2015.01.002 2 Freddy Rangkuti. 20014. ANALISIS SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Osterwalder, A. et.al., 2010. Business Model Generation, John Wiley & Sons, Inc., Terjemahan Sihandrini, N.R, PT. Elex Media Komputindo, 2012



Design Thinking and Entrepreneurship



P a g e | 17