16 0 525 KB
Disease
OMA
OMSK
Definisi
Peradangan akut dari mukosa telinga tengah akibat infeksi kuman
Etiologi
Anamnesis
Strep. Hemolitikus Stap. Aureus Pneumococcus H. influenza ISPA -> reaksi radang akut pada mukosa cavum timpani -> mukosa menebal, edema, hiperemis, eksudat -> tuba tertutup -> prod. Eksudat meningkat tp ga bisa ngalir ke nasofaring -> eksudat dalam cavum timpani semakin banyak -> membran timpani terdesak -> perforasi Riwayat ispa? Alergi? Batuk pilek?
Infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan terdapat sekret keluar secara terus menerus atau hilang-timbul OMA+perforasi yang berlanjut jadi OMSK 12 minggu OMSK
Gejala Klinis
Demam, nyeri telinga, rasa penuh, pendengaran menurun
Patofisiologis
Pemeriksaan fisik
1. -
Stadium oklusi tuba Retraksi membran timpani Warna normal/keruh Tx: HCL efedrin 0,5% - 1% (mengurangi edema, membuka tuba) 2. Stadium hiperemis - Pembuluh darah melebar/seluruh MT hiperemis & edema - Sekret mungkin udah ada - Rasa penuh, otalgia - Tx: antibiotik, obat tetes hidung, analgetik
Dari OMA itu kalo pasien nya ga berobat secara adekuat, hygine kurang, pertahanan tubuh kurang.
Sekret hilang timbul? Terus menerus? Riwayat OMA? ISPA? Minum obat rutin? Rajin kontrol? Apa membaik setelah minum obat? Vertigo? Gang koordinasi? Lumpuh wajah? 1. Otorea (mukopurulen) 2. Gangguan pendengaran: 20-30 db 3. Gambaran membran timpani - Kemerahan - Mukosa menebal - Permukaan licin Permukaan basah OMSK Benigna (tipe mukosa) - Perforasi sentral - Peradangan terbatas pd mukosa - Biasanya tidak mengenai tulang - Jarang menimbulkan komplikasi - Kolesteatom (-) OMSK Maligna (tipe tulang) - Perforasi marginal/atik - Abses/fistel retroaurikular - Polip MAE
3. 4. 5. -
Stadium supurasi Edema hebat pada mukosa Timbunan eksudat purulen pada cavum timpani (bulging) Pasien ngerasa sakit banget, demam tinggi Tx: antibiotik, miringotomi Stadium perforasi Perforasi akibat tekanan yang tinggi dalam cavum timpani Gejala klinis berkurang anak jadi tenang Eksudat keluar Tx: antibiotik, cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari Stadium resolusi Perforasi menutup kalo imun baik Kalo ga nutup -> OMSK Kalo ga perforasi -> Otitis media serosa
Penunjang Tata laksana
Komplikasi
Antibiotik broad spectrum : co-amoxiclav 3x40 mg/kgbb Obat simptomatik : antipiretik, analgetik Anti peradangan : Kortikosteroid Dekongestan : OMSK
- Kolesteatom (+) Sekret bau khas kolesteatom
Xray mastoid Audiogram OMSK benigna: prinsip konservatif - Cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari - Obat tetes telinga ( antibiotik&steroid) - Oral antibiotik co-amox 3x40 mg/kgbb Intratemporal: mastoiditis, petrositis, labirinitis, abses retroaurikuler, parese CN. VII, Abses bezoid, Abses citeli Intrakranial: thromboplebitis sinus sigmoideus, abses perisinus, meningitis, abses subdura, epidura, abses serebri, hidrosefalus.
Disease Definisi
Etiologi Patofisiologis Anamnesis
Gejala Klinis
Pemeriksaan fisik Penunjang Tata laksana
Baro trauma Foreign Body padas hidung Suatu kerusakan akibat peningkatan tekanan udara atau tekanan dalam air yang dialami selama penerbangan atau pada saat menyelam dalam air
Hobi diving? Pilot? Riwayat naik pesawat? Kapan naik pesawat? Kapan mulai berasa budek? 1 atau 2 telinga? Terus menerus? Hilang timbul? Nyeri? Sejak kapan keluar sekret hidung? Warna? Nyeri pada rongga sinus? Demam? Penciuman berkurang? Hidung tersumbat? - Nyeri pada telinga - Ga nyaman rasa penuh - Penurunan pendengaran - Vertigo - Keluar cairan dari liang telinga THT Audiometri apabila ada penurunan pendengaran Mengunyah, nafas pake mulut tutup idung, makan permen, menguap Diemin aja, ga boleh berenang atau terbang dulu - Anti histamin - Dekongestan spray - kortikosteroid
Memakai pengait (haak) yang dimasukan kedalam hidung bagian atas menyusuri cavum nasi sampai menyentuk nasofaring. Lalu pengait diturunkan sedikit demi sedikit sampe terbawa keluar. Dapat pula menggunakan cunam nortman atau “wire loop” Apabila terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotik 5-7 hari
Komplikasi
Otitis media serosa akut
Disease Definisi
Tonsilitis Akut Peradangan akut dari tonsila palatina yang merup. Bagian dari cincin waldeyer.
Etiologi
viral: - epstein barr virus - H. Influenza - Coxschakie
Tonsilitis Kronik Peradangan kronik dari tonsila palatina, bisa kelanjutan dari tonsilitis akut yang tdk sembuh. - Rokok - Hygine mulut yang buruk - Makanan - Cuaca - Tonsilitis akut gak berobat
Bacterial: - Step. Beta hemoliticus grup A Patofisiologis
Anamnesis Gejala Klinis
Pemeriksaan fisik
Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jar. Tonsil akan membuat inflamasi dengan keluarnya leukosit PMN sehingga terbentuk detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas.
Jar. Limfoid berubah jadi jar. Parut yang mengalami pengerutan sehingga kripta melebar
Nyeri tenggorokan/nyeri menelan Demam Foetor ex ore Otalgia (referred pain dari CN. IX) Malaise Snoring (OSA) - Mukosa tonsil hiperemis & edematous Terdapat detritus berbentuk folikel - Kelenjar sub mandibula membesar
Nyeri tenggorokan/nyeri menelan Demam Foetor ex ore Otalgia (referred pain dari CN. IX) Malaise Snoring (OSA) - Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata dan hiperemis - Kripta yang ditekan mengeluarkan pus
-
Penunjang Tata laksana
Faringoskopi Antibiotik - Amoxillin 3x500 mg - Methylpredisolono 3x4 mg - Clorhexidine 3x/hari Simtomatik - Pasetamol 3x500 mg
Komplikasi
OMA, sinusitis, abses peritonsil, abses parafaring, bronkitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi vena jugularis interna.
Diff. Diagnosis
Tumor tonsil, abses peritonsilar.
Kriptae melebar akibat proses penyembuhan limfoid yang diganti oleh jaringan parut faringoskopi Tonsilektomi indikasi - Serangan tonsilitis lebih dari 3x pertahun dengan terapi adekuat - Tonsil hipertrofi menimbulkan maloklusi gigi - Sleep apnea - Rinosinusitis kronis, peritonsilitis, abses tonsil yg ga sembuh - Nafas bau - Tonsilitis berulang oleh bakteri GABS - Hipertrofi tonsil dicuriga ganas - Otitis media OMA, sinusitis, abses peritonsil, abses parafaring, bronkitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi vena jugularis interna
Disease Definisi
Etiologi
Rhinitis Alergi Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut. Inhalan: debu rumah, tungau, jamur, bulu hewan Ingestan: susu, telur, kacang Injektan: penisilin, sengatan lebah Kontaktan: kosmetik, perhiasan
Patofisiologis Anamnesis
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 (immediate hypersensitivity) Riwayat atopi?
Gejala Klinis
Bersin, rinore encer, hidung tersumbat, gatal, lakrimasi Gejala spesifik - Allergic salute : menggosok hidung dengan punggung tangan - Allergic crease : ada garis di dorsum nasi karena di gosok - Allergic shiner : mata item akibat stasis vena akibat obstruksi hidung Kepala - Facies adenoid Hidung - Allergic crease Rhinoskopi anterior - Mukosa konka edema, pucat, dan banyak sekret Faring - Cobble stone
Pemeriksaan fisik
Rhinitis Vasomotor Suatu gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebakan oleh bertambahnya aktivas parasimpatis Simpatolitik - Ergotatamin - Metildopa Faktor fisik - Iritasi asap rokok - Udara dingin - Humidity Endokrin - Keadaan hamil - Hipotiroid - Pubertas Psikis - Stres - Cemas/neurosis Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi Obstruksi hidung bergantian Rinore Post nasal drip Bersin Rinoskopi anterior - Edema konka - Konka merah gelap - Konka licin - Sekret serous
Lidah geogrphic tongue Penunjang
Tata laksana
Komplikasi
Diff. Diagnosis
In vitro: - Sitologi sekret hidung Eosinofil - Darah lengkap : eosinofil, Ig E total dan Ig E spesifik In vivo - Tes kulit epidermal: prick test dan scratch test - Intradermal: skin endpoint titration (SET) tes cukil kulit intakutan 1. Hindari alergen 2. Medikamentosa - Anti histamin - Dekongestan - Kortikosteroid - Anti kolinergik 3. Operatif - Konkoplasty 4. Imunoterapi Dengan desensitisasi dan hiposensitisasi Polip hidung Otitis media berulang Sinusitis paranasalis Rhinitis vasomotor
Lab -
Ig E normal Skin test (-) Eosinofil normal
1. 2. 3. -
Menghindari faktor predisposisi Medikamentosa Dekongestan Anti histamin Kortikosteroid Operatif Neurektomi konkotomi
Disease Definisi Etiologi
Patofisiologis
Anamnesis
Gejala Klinis Pemeriksaan fisik
Epistaksis Pendarahan pada hidung Trauma: - ringan: ngorek, buang ingus - berat: kepukul, KLL infeksi: rinitis, sinusitis, dbd neoplasma: hemangioma, angiofribroma, karsinoma kelainan kongenital: telangiektasis hemoragik herediter kardiovaskular: HT kelainan darah: hemofilia, leukemia, trombositopenia, VWB disease perub tekanan: caisson’s disease endokrin: hamil a. epistaksis anterior - sumber pleksus kiesselbach ( A. ethmoidalis anterios, A. sfenopalatina, A. labialis superior, A. palatina mayor) b. epistaksis posterior - A. ethmoidalis posterior dan A. sfenopalatina - Biasanya pada pasien penyakit kardiovaskular - Lebih heboh Onset: spontan atau karena penyebab? Durasi dan frekuensi Jumlah darah yg keluar Riwayat keluarga Riwatat penyakit Konsumsi obat2 anti koagulan a. epistaksis anterior -dari little’s area atau bag. Anterior dinding lateral -pada anak atau dewasa muda -ringan dapat di kontrol dengan tampon anterior b. epistaksis posterior
-posterosuperior rongga hidung -usia >40 tahun -rx hipertensi -berat dapat di kontrol dengan tampon posterior Penunjang Tata laksana
1. 2. 3. 4.
Mencari sumber Menghentikan perdarahan Mencegah komplikasi Mencegah berulang
Suruh duduk tegak atau berbaring dengan bed di tinggikan kepalanya Suction darah atau bekuan darah a. epistaksis anterior - kompresi hidung manual selama 5 menit - pemsangan tampon anterior dengan kassa yang telah di basahi dengan adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocaine 2% selama 10-15 menit - kaustik pada daerah pendarahan dengan AgNO3 nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat 10% b. epistaksis posterior - tampon bellocq 2-3 hari - kateter folley dengan balon Komplikasi Diff. Diagnosis
Disease Definisi Etiologi
Rinosinusitis akut Peradangan pada sinus paranasal Sinusitis akut: Rhinitis akut, faringitis, adenoiditis, tonsilitis, infeksi dentogen, berenang, trauma maxillofacial, barotrauma Sinusitis kronik: Rhinitis alergi, obstruksi mekanik osteomeatal, bahan kimia, pengobatan infeksi akut yang tidak adekuat
Pemeriksaan fisik
OE superficial: - tipe basah: reaksi alergi - tipe kering: ada skuama OE profunda - OE sirkum kripta: radang folikel rambut pada 1/3 MAE - OE difus: pada 2/3 MAE (karbunkel) *OE maligna bentuk flegmon dari orang tua dengan DM ada jar. Granulasi pada MAE Perubahan ph kulit dari asam jadi basa Peningkatan suhu lingkungan Trauma korek kuping
Patofisiologis
Anamnesis Gejala Klinis
Otitis eksterna
Demam Sakit kepala Lesu Ingus kental dan berbau Hidung tersumbat Nyeri pada sinus yang terinfeksi Bisa ada referred pain anosmia Rinoskopi anterior: Mukosa konka hiperemis dan edema Sekret mukopurulen pada rongga hidung Rinoskopi posterior: Pus pada nasofraing Post nasal drip
Otalgia Gatal Demam
Nyeri tekan tragus MAE sempit, hiperemis Sekret bisa +/Furunkel +
Penunjang
Transiluminasi Xray water’s position, PA, lateral tampak perselubungan pada sinus..
Tata laksana
Sinusitis akut: Antibiotik 10-14 hari Dekongestan lokal Analgesik Sinusitis sub akut: Irigaris sinus Tindakan pencucian proetz Sinusitis kronik: Antibiotik 2 minggu: amox-clavulatane 3x500 mg Fluticasone Cuci hidung NaCl 0.9% Dekongestan *prinsip nya adalah membuka kembali kompleks OMK yang tersumbat sehingga ventilasi dan drainase sinus kembali normal
Komplikasi Diff. Diagnosis
os
Otopain 2x4 tetes Simptomatis Parasetamol 3x500 mg