Referat Berat Badan Lahir Rendah BBLR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFRESHING “BERAT BAYI LAHIR RENDAH”



Disusun oleh : Andi Fahripa Nur Rahma 2009 730 125



Pembimbing : Dr. Desiana D, Sp.A



STASE ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan refreshing yang berjudul “Berat



Bayi



Lahir



Rendah“



yang



merupakan



salah



satu



penyakit



terseringpadaanakdengantepatpadawaktunya. Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Desiana D, Sp.A,selaku pembimbing dibagian IlmuKesehatan Anak RSIJ Cempaka Putih dan rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan refreshing ini masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan laporan kasus selanjutnya. Semoga refreshing ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan rekan-rekan sejawat.



Jakarta, November 2013



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama. Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan perawatan.



B. EPIDEMIOLOGI Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering



dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.



C. INSIDENSI Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %. Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH, 2002). Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta Tahun 1986 Penyebab



Kematian Neonatus ( %



) Cacat bawaan



33.8



Sindrom gawat nafas



20.1



Infeksi



19.4



Asfiksia



17.7



Imaturitas (tidak spesifik) Penyebab lain



6.3 3.2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3).



2.2 Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).



2.3 Klasifikasi Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1) Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :



1. Berat badan lahir a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir 2500 gram 2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) 3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).



C. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain3: 1. Pemeriksaan Skor Ballard



2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan Mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian dita



mbah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung



kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri. Interpretasi hasil: (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan terdapat dalamparu dengan jumlah cukup. (-)



: Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.



Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. 3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. 4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan



kurang



bulan



dimulai



pada



umur



didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.



8



jam



atau



5. USG kepala terutama bayi dengan umur kehamilan 25 -