19 0 1 MB
BAB I LAPORAN KASUS 1. Identitas pasien Nama
: Tn. A
Umur
: 49 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jln. Jamur no. 5
Pekerjaan
:
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Tanggal pemeriksaan: 07 oktober 2019 2. ANAMNESIS Autoanamnesis a. Keluhan utama Nyeri perut b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien laki-laki berumur 49 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut pada seluruh bagian perut yang dirasakan sejak 2 hari. Nyeri di rasakan menjalar ke bagian buah zakar sebelah kanan. Sebelumnya pasien selalu merasakan nyeri perut pada bagian ulu hati sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri perut sangat terasa sakit apabila ingin menyentuh bagian perut terutama bagian bawah sebelah kanan dan kiri. Pasien juga mengeluhkan demam (+) mual (-) muntah (-) pusing (-) sesak (-) Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal. BAK normal tidak ada lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB (+) berdarah frekuensi 1 kali tadi sore. c. Riwayat penyakit dahulu : Keluhan serupa (-), Infeksi saluran kemih (-), Alergi (-), riw keluar nanah & darah lewat kemaluan (-), Riw Trauma(-)
d. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa. e. Riwayat pengobatan :
Riwayat minum tidak ada 3. Pemeriksaan fisik Status generalisata : sakit sedang, compos mentis, GCS : E4M6V5 Tanda vital : Tekanan darah : 150/90 mmHg Nadi :90 kali/menit Pernafasan : 20 kali/menit Suhu aksilla : 38.0oC Kepala : Bentuk ; Normochepal Konjungtiva : Anemis (-/-) Sclera : Ikterik (-/-) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-) Thorax : Paru paru : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
: Simetris bilateral : Vocal fremitus kanan = kiri : Sonor : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra Perkusi : Batas jantung normal Auskultasi: Bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, gallop (-), murmur (-) Abdomen : Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi
: Kesan datar (+) normal, distensi (-), jejas (-) : Peristaltik usus (+) kesan normal : Tymphani (+) : Tidak ada nyeri tekan
Status lokalis : Scrotum Inspeksi : tampak pembesaran scrotum dextra, sikatriks (-) Palpasi
: nyeri tekan (+) regio scrotum dextra, kalor (-) Tes
illuminasi (-)
Pemeriksaan Tambahan: Rectal toucher : spinter ani mencekik, ampula kosong, mukosa licin, massa (-), nyeri tekan arah jam 12. Handscone : Feses (+) darah (-) lendir (-) Pemeriksaan phren’s test : negatif
Gambar. Pasien dengan inguinal scrotal pain susp orchitis testis dextra Ekstremitas - Superior : Akral hangat (+/+), Edema (-/-) - Inferior : Akral hangat (+/+), Edema (-/-) 4. Pemeriksaan penunjang
Tanggal: 07/10/2019 Pemeriksaan HEMATOLOGI Hb Hct Wbc
Hasil
Nilai Rujukan 11,6 34.2 7,5
12 -15 g/dL 35 - 49 % 4.500-11.500/ul
Trombosit
233
150.000-400.000/ul
Rbc
4,2
4.0 juta-5.4 juta/ ul
MCV MCH MCHC KIMIA DARAH GDS
83 29,1 35,1
80,0-94.0 fl 26,0 – 32,0 pg 32.0-36.0 g/Dl
80
76 - 180 mg/dl
5. Resume Pasien laki-laki berumur 49 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut pada seluruh bagian perut yang dirasakan sejak 2 hari. Nyeri di rasakan menjalar ke bagian buah zakar sebelah kanan. Sebelumnya pasien selalu merasakan nyeri perut pada bagian ulu hati sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri perut sangat terasa sakit apabila ingin menyentuh bagian perut terutama bagian bawah sebelah kanan dan kiri. Pasien juga mengeluhkan febris (+) nausea (-) vomitus (-) pusing (-) sesak (-) Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal. BAK normal tidak ada lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB (+) berdarah frekuensi 1 kali tadi sore. Pemeriksaan fisik: Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu aksilla
: 150/90 mmHg : 90 kali/menit : 20 kali/menit : 38.0oC
Status lokalis : Scrotum Inspeksi : tampak pembesaran scrotum dextra, sikatriks (-)
: nyeri tekan (+) regio scrotum dextra, kalor (-) Tes
Palpasi
illuminasi (-) 6. Diagnosa kerja Inguinal scrotal pain susp orchitis testis dextra 7. Penatalaksanaan RL 20 tpm Drips metamizol 1gr/8jam/iv Ceftriaxone 1gr/12jam/iv Dexamethason 5mg/8jam/iv
8. Follow Up Hari/ Tanggal
Follow Up
Senin,8-10 2019
S : nyeri perut dirasakan pada seluruh bagian perut (+) menjalar ke buah zakar sebelah kanan (+) nyeri ulu hati (-) mual (-) muntah (-) pusing (-) sakit kepala (-) demam (+) sesak nafas (-) BAK (+) lancar berwarna kuning, BAB (+) biasa O : KU: sakit sedang, compos mentis (E4V5M6) TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36.5 oC A : Inguinal scrotal pain susp orchitis dextra P: -
Rabu,9/10/2019
RL 20 tpm Drips metamizol 1gr/8jam/iv Ceftriaxone 1gr/12jam/iv Dexamethason 5mg/8jam/iv
S : nyeri perut dirasakan pada seluruh bagian perut (+) menjalar ke buah zakar sebelah kanan (+) nyeri ulu hati (-) mual (-) muntah (-) pusing (-) sakit kepala (-) demam (+) sesak nafas (-) BAK (+) lancar berwarna kuning, BAB (+) biasa
O : KU: sakit sedang, compos mentis (E4V5M6) TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36.5 oC A : Orchitis testis dextra P: -
RL 20 tpm Drips metamizol 1gr/8jam/iv Ceftriaxone 1gr/12jam/iv
Kamis,
Dexamethason 5mg/8jam/iv S : nyeri perut dirasakan pada seluruh bagian perut (+)
10/10/2019
menjalar ke buah zakar sebelah kanan (+) nyeri ulu hati (-) mual (-) muntah (-) pusing (-) sakit kepala (-) demam (+) sesak nafas (-) BAK (+) lancar berwarna kuning, BAB (+) biasa O : KU: sakit sedang, compos mentis (E4V5M6) TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36.5 oC A : Orchitis testis dextra P: -
RL 20 tpm Drips metamizol 1gr/8jam/iv Ceftriaxone 1gr/12jam/iv
Dexamethason 5mg/8jam/iv 9. Prognosis Dubia at Bonam
BAB II PENDAHULUAN
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.1 Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama pasien yang mengalami penyakit gondong. Bakteri yang dapat menyebabkan orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus, bakteri tersebut biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH.1.2 Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu untuk menegakkan diagnosis orchitis. USG dapat membantu menyingkirkan diagnosis lain nya seperti torsio testis.3 Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya sebagian besar pasien orchitis akan sembuh spontan dalam 3- 10 hari, kecuali bila penyebabnya bakteri, perlu diberikan antibiotik.3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS
Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra.4 Masing-masing testis dikelilingi capsula fibrosa yang kuat, disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi lobulus-lobulus testis. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan epididimis.5 Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk kelangsungan spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang disebut sawar darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar.3.5 Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis..Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:6.7
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.
Dinding scrotum terdiri dari : 1. Cutis 2. Fascia superficialis 3. Musculus dartosq1 4. Fascia spermatica externa 5. Fascia cremasterica 6. Fascia spermatica interna 7. Tunica vaginalis
B. DEFINISI ORCHITIS Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.8 C. ETIOLOGI9.6
Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi Coxsackievirus tipe A, varicella, dan echoviral jarang terjadi.
Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus
Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae, Actinomycetes
Trauma sekitar testis
Virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .
Beberapa laporan kasus telah dijelaskan imunisasi gondong, campak, dan rubella (MMR) dapat ,enyebabkan orchitis
Bakteri penyebab biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH; bakteri termasuk Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus
Idiopatik
D. EPIDEMIOLOGI11.12
Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki
Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).
Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong.
E. FAKTOR RISIKO7
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan faktor risiko yang umum untuk epididymis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi faktor risiko.
Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke epididymis melalui saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalaui Valsalva atau pendesakan kuat.
F. PATOFISIOLOGI Hippocrates pertama kali melaporkan orchitis pada abad ke-5 SM. Radang pada testis dapat disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri. Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor, rubor, dolor, tumor, dan function laesa.12 G. DIAGNOSIS13 Anamnesis
Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
Kelelahan / mialgia
Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
Demam dan menggigil
Mual
Sakit kepala
Pemeriksaan Fisik
Pembesaran testis dan skrotum
Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
Pembengkakan KGB inguinal
Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan darah tidak dapat membantu menegakkan diagnosis orchitis.
USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis.
H. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL15
Epididimitis
Hernia scrotalis
Torsio testis: kemungkinan besar jika nyeri memiliki onset tiba-tiba dan parah. Lebih umum pada pria di bawah 20 tahun (tetapi bisa terjadi pada usia berapapun). Membedakan torsi testikular ini dalam diagnosis sangat penting dari segi bedah.
Tumor testis
Hydrocele
I. PENATALAKSANAAN Pengobatan suportif:
Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling
penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus. Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan
ceftriaxone,
doksisiklin,
atau
azitromisin. Antibiotik
golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten. Contoh antibiotik:16 1.Ceftriaxone Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d 2. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S dan
kemungkinan
50S
subunit
ribosom
bakteri.
Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
3.Azitromisin Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari 4.Trimetoprim-sulfametoksazol Menghambat
pertumbuhan
bakteri
dengan
menghambat
sintesis
asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis. Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari 5.Ciprofloxacin Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan J. KOMPLIKASI7
Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis.
Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.
Abscess scrotalis
Infark testis
Rekurensi
Epididymitis kronis
Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara.
Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
K. PROGNOSIS10
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10 hari.
Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
.
BAB III PEMBAHASAN Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Diagnosis kerja orchitis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri pada buah zakar yang diawali nyeri pada ulu hati menjalar ke buah zakar kanan. Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus. Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium
leprae,
Actinomycetes,
trauma,
virus
lain
meliputi
coxsackievirus , varicella , dan echovirus . Orchitis yang disebabkan oleh virus, biasanya diawali dengan nyeri yang tiba-tiba dan biasanya dan bersifat unilateral. Pada pasien ini nyeri timbul mendadak dan bersifat unilateral
BAB IV KESIMPULAN
Orchitis adalah peradangan pada testis, jalur utama infeksi adalah hematogen dan virus adalah organisme penyebab orkitis yang paling sering.
Gejala klinis dapat bervariasi, dari gejala sistemik pada infeksi viral pada umumnya sampai nyeri pada scrotum seperti bengkak.
Diagnosis utama ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Untuk penatalaksanaan secara umum adalah bersifat suportif
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah atrofi testis, abses skrotum dan epididimitis berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC 2. Tae bum , Hum Byeong , Kim jae , dkk . 2012. Clinical Features of Mumps Orchitis in Vaccinated Postpubertal , Males: A Single-Center Series of 62 Patients. 2012 . clinical featured “Department of Urology, Korea University School of Medicine, Seoul, Korea “ : diunduh tanggal 15 juni 2014 . www.kjurology.org . http://dx.doi.org/10.4111/kju.2012.53.12.865 3. Yung et al. 2012 . Mumps vaccine effectiveness againt orchitis. “ Emerging Infectious Diseases “ Vol. 18, No. 1, diunduh tanggal 15 juni 2014. www.cdc.gov/eid 4. Guilermo Hugo , Boronat Mauro , Ojeda Antonio , dkk.2010. Mumps Orchitis in the Post-Vaccine Era (1967-2009) A Single-Center Series of 67 Patients and Review of Clinical Outcome and Trends : Volume 89, Number 2 . www.md-journal.com. 5. Tania, Marisa Stephanie. 2009. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika. FK UI : Jakarta. 6. Trojian, Thomas H. dkk. 2009. Epididymitis and Orchitis : An Overview. Diunduh pada 17 juni 2014 dari : www.aafp.org. 7. Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997 8. Masarani M , wazait H , dkk. 2006 . Mumps orchitis . “ Journal of the royal society of medicine “ : V o l u m e 9 9 . diunduh tanggal 15 juni 2014 . http://jrs.sagepub.com/content/99/11/573 9. Maphilindawati,
Susan
Noor
.
2006.
Brucellosis
www.litbang.com . diunduh tanggal 16 juni 2014.
di
Indonesia.
10. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC. Patofisiologi
konsep
klinis
proses-proses
penyakit.Jakarta
:
Media
Aesculapius 11. Itoh M , Yano A. , iwahashi . 1997. Essential pathogenic role for endogenous interferon – gamma during onset phase of murine experimental autoimmune orchitis. “ clinical and experimental immunology”. Diunduh tanggal 15 juni 2014 12. Adamopoulos,Laurence, dkk. 1987. Pituitary-testicular interrelationships in mumps orchitis and other viral infections.” British medical journal “di unduh tanggal 15 juni 2014. www.british 13. R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC. 14. Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC. 15. Benninghoff.
2003.
Testis
Gross
Anatomy.
http://www.urology-
textbook.com/testis-anatomy.html. 2 December 2010 16. Mark,
B.
2010.
Orchitis-
Department
of
Emergency
http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010
Medicine.