12 0 771 KB
BAB I PENDAHULUAN
Sindrom Cushing kortisol plasma berlebihan pemberian glukokortikoid
adalah gangguan
hormonal
yang
disebabkan
dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh jangka panjang dalam dosis
farmakologik
(iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis- adrenal (spontan). 1 2 Nama sindrom Cushing diambil dari
Harvey
Cushing,
seorang
ahli
bedah
yang
pertama
kali
mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini ditandai dengan
obesitas
badan
(truncal
obesity),
hipertensi,
mudah lelah,
amenorea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis, dan tumor basofilik hipofisis. 1 Sindrom Cushing relative langka dan paling sering terjadi pada usia 20 hingga 50 tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM-tipe 2, disertai dengan hipertensi dan gula darah yang tidak terkontrol, akan meningkatkan risiko terserang penyakit ini.3 Sebagian besar kasus sindrom Cushing
disebabkan
iatrogenik
pemberian glukokortikoid eksogen, sedangkan kejadian tahunan sindrom Cushing endogen telah diperkirakan sebesar 13 kasus per juta individu.
Dari kasus-kasus ini, sekitar 70%
disebabkan hiperplasi adrenal bilateral
oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi ACTH oleh tumor non endokrin (pituitary ACTH-producing tumor), 15% karena ACTH ektopik, dan 15% karena
tumor adrenal primer.4
Insiden hiperplasi hipofisis
adrenal tiga kali lebih besar pada wanita dari pada laki-laki, kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat.1 Insiden
puncak
dari
sindrom Cushing, baik yang disebabkan oleh adenoma adrenal maupun hipofisis terjadi sekitar usia 25-40 tahun.
Pada
ACTH ektopik, insiden
lebih sering pada laki-laki dibanding wanita. 4 Mengingat kejadiannya yang masih relatif langka dan namanya yang masih terdengar asing di masyarakat luas,tentunya penyakit ini masih jarang diperbincangkan baik dalam segi penatalaksanaan. Oleh karena itu,
patofisiologi,
diagnosis maupun
diperlukan suatu bahan
pembahasan
yang mungkin dapat menambah wawasan mengenai sindrom Cushing dan membantu para
praktisi
kesehatan
dalam menatalaksana pasien-pasien
tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi fisiologi Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar adrenal juga disebut sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya yang ada di atas ginjal. Selain itu kelenjar adrenal juga disebut kelenjar anak ginjal karena lokasinya yang menempel pada ginjal. Kelenjar adrenal tersusun dari dua lapis yaitu korteks dan medulla. Korteks
adrenal
esensial
untuk
bertahan
hidup.
Kehilangan
hormon
adrenokortikal dapat menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesis tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen. Hormon mineralokortikoid pada manusia yang utama adalah aldosteron dibentuk di zona glomerulosa. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dan mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Hormon glukokortikoid pada manusia yang utama adalah kortisol dibentuk di zona fasikulata. Kortisol memiliki efek pada tubuh seperti
metabolisme glukosa yaitu glukoneogenesis yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas. Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Adrenal mensekresi sedikit androgen dan esterogen. 2.2 Hormon glukokortikoid (kortisol) Kortisol adalah glukokortikoid utama dihasilkan oleh zona fasikulata (ZF) dan zona reticularis (ZR) bagian dalam yang dirangsang oleh ACTH (adenokortikotropik hormon). Sekresi kortisol memiliki pola tertinggi ketika bangun tidur (pagi) dan terendah pada waktu tidur (malam atau bed time). Sekresi kortisol mencapai puncaknya antara pukul 06.00 sampai 08.00 WIB. Selain itu, produksi kortisol juga meningkat pada waktu latihan fisik karena penting untuk meningkatkan glukosa dan asam lemak bebas sebagai bahan pembentuk energi. Jumlah kortisol normal pada jam 09.00 WIB sebesar 6-20 µg/dl, pada tengah malam kurang dari 8 µg/dl. Kortisol terikat erat dengan transkortin atau Cortisol-Binding Globulin (CBG) ± 75% dari jumlah kortisol seluruhnya. 15% terikat kurang erat dengan albumin, dan 10% dari jumlah kortisol seluruhnya memiliki efek metabolik. Berikut beberapa efek metabolik kortisol, yaitu : (a) Protein : Proses katabolik sehingga meningkatkan glukoneogenesis
(b) Lemak :Proses lipolisis sehingga pelepasan lemak bebas (FFA) meningkat dan menyebabkan deposisi lemak sentripetal (Buffalo Hump) (c) Karbohidrat :Penyerapan glukosa di otot dan lemak menurun, sekresi glukosa oleh hepar meningkat sehingga sel beta pankreas dapat dilemahkan (DM tersembunyi muncul). Fungsi kortisol berlawanan dengan insulin yaitu menghambat sekresi insulin dan meningkatkan proses glukoneogenesis di Hepar. Sekresi kortisol juga dirangsang oleh beberapa faktor seperti trauma, infeksi, dan berbagai jenis stres. Kortisol akan menghambat proteksi dan efek dari berbagai mediator dari proses inflamasi dan imunitas seperti interleukin-6 (IL-6), Lymphokines, Prostaglandins, dan histamine Produksi kortisol dibutuhkan untuk produksi Angiostensin-II yaitu efek unutk vasokontriksi dan vasotonus sehingga dapat membantu mempertahankan tonus pembuluh darah yang adekuat (adequate vascular tone). Tonus pembuluh darah yang adekuat untuk mengatur tonus arteriol dan memlihara tekanan darah. Glukokortikoid juga meningkatan sekresi air (renal free water clearance), ekskresi K+, retensi Na+ dan menekan penyerapan kalsium di tubulus renalis.
Mekanisme sekresi kortisol yaitu ketika kadar kortisol dalam darah menurun maka target cells
yaitu
kelenjar
adrenal
menstimulasi
hipofisis untuk mensekresi ACTH, agar ACTH tersekresi maka perlu menstimulasi hipotalamus untuk sekresi ACRH.
ACRH Adrenocortico Releasing Hormon berperan mengontrol sintesa sekresi hormon hipofisis. TSH
A. Definisi Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik pemberian glukokortikoid jangka panjang
dalam
(iatrogen) atau oleh sekresi
berlebihan
kortisol yang
dosis
B. Klasifikasi Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 2
b.
Dependen ACTH, yang terdiri atas :
Hiperfungsi korteks adrenal tumor.
Sindrom ACTH ektopik.
Independen ACTH, yang terdiri atas :
farmakologik
akibat
aksis hipotalamus-hipofisis- adrenal (spontan). 1 2
a.
oleh
gangguan
Hiperplasi korteks adrenal autonom
Hiperfungsi korteks adrenal tumor ( adenoma dan karsinoma).
C. Etiologi Penyebab sindrom Cushing dapat berupa : 4 a. Pemberian steroid eksogen Pemberian
steroid
eksogen
dapat
menyebabkan
terjadinya
sindrom Cushing. 4 Gejala
kelebihan
glukokortikoid
umumnya
terjadi
dengan
pemberian steroid oral, namun kadang-kadang suntikan steroid ke dalam
sendi
dan penggunaan inhaler steroid juga
menyebabkan sindrom Cushing. Pasien terapi
steroid
dapat
mengalami
yang
sedang
dapat mendapat
sindrom Cushing dengan
gangguan yang mencakup berbagai penyakit rematologi, paru, saraf, dan nefrologi. 4 Pasien yang telah mengalami transplantasi organ juga beresiko terkena sindrom Cushing karena steroid eksogen diperlukan sebagai bagian dari rejimen obat antipenolakan. 4
b.
Overproduksi glukokortikoid endogen Adenoma penghasil ACTH hipofisis
Adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH berasal dari corticotrophs di hipofisis anterior. ACTH yang disekresi oleh corticotrophs dilepaskan ke dalam sirkulasi dan bekerja pada korteks adrenal untuk
menghasilkan hiperplasia dan merangsang sekresi
steroid adrenal. Adenoma yang
besar dapat menyebabkan hilangnya
produksi hormon lainnya dari
hipofisis anterior (TSH,
FSH, LH, hormon pertumbuhan, dan prolaktin) dan hormon vasopresin di
hipofisis posterior.
Adrenal lesi Primer Overproduksi glucocorticoids dapat disebabkan adenoma
adrenal, karsinoma
adrenal,
hyperplasia adrenal micronodular. Para dan reticularis
zona
zona
lapisan korteks
adanya
macronodular
atau
fasciculata adrenal
biasanya
menghasilkan glukokortikoid dan androgen. Kompleks Carney adalah bentuk familial micronodular hiperplasia kelenjar adrenal. Ini merupakan gangguan dominan autosomal
dan
ACTH yang menyebabkan sindrom Cushing
independen. Hiperpigmentasi merupakan salah satu ciri gangguan tersebut. 4
c.
Ektopik ACTH kadang-kadang disekresi oleh sel oat atau
small-cell lung tumors atau oleh tumor karsinoid. 4
D. Manifestasi Klinis 4
Pasien
dengan
sindrom
Cushing
dapat mengeluhkan berat
badannya bertambah, terutama di wajah, daerah supraclavicula, punggung atas, dan dada. Pasien sering melihat perubahan di kulit mereka, termasuk stretch mark ungu, mudah memar, dan tanda-tanda lain dari kulit yang menipis. Karena kelemahan otot proksimal yang progresif, pasien mungkin mengalami kesulitan naik tangga, keluar dari kursi yang rendah, dan mengangkat tangan mereka. Haid tidak teratur, amenore, infertilitas, dan penurunan libido dapat terjadi pada wanita karena inhibisi sekresi berdenyut dari luteinizing hormon (LH) dan kemungkinan
follicle-stimulating
hormone
(FSH),
yang
disebabkan gangguan luteinizing hormone-releasing
hormone (LHRH). Pada pria, penghambatan LHRH dan FSH / LH dapat menyebabkan penurunan libido dan impotensi. Masalah-masalah
psikologis seperti
depresi,
disfungsi kognitif,
dan emosional. Memburuknya hipertensi
dan
kesulitan dengan penyembuhan osteopenia, dan
diabetes
mellitus,
luka, peningkatan
infeksi,
osteoporosis sehingga dapat terjadi fraktur.
Pasien dengan tumor pituitari yang menghasilkan ACTH (penyakit Cushing) dapat mengeluh sakit kepala, poliuria dan nokturia, masalah penglihatan, atau galaktorea. Gejala
kelebihan
glukokortikoid
virilisasi pada wanita
atau
dalam
feminisasi
hubungannya
pada
pria
dengan
menunjukkan
sebuah karsinoma adrenal sebagai penyebab dari sindrom Cushing.
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan : Obesitas Pasien
mengalami
peningkatan
jaringan
adiposa
di
wajah
(moon face), punggung atas di pangkal leher (buffalo hump), dan di atas klavikula (bantalan lemak supraklavikularis). obesitas mediastinum
sentral
dengan
jaringan
adiposa
meningkat
di
dan peritoneum; peningkatan ratio pinggang-pinggul
yakni > 1 pada pria dan > 0,8 pada wanita. Hasil CT scan abdomen, menunjukkan peningkatan lemak visceral yang jelas. 4
Kulit Facial plethora terutama di pipi. Violaceous striae (striae ungu) > 0,5 cm, umumnya di abdomen, pantat, punggung bawah, paha atas, lengan atas, dan payudara. Terdapat ekimosis. Pasien dapat mempunyai telangiectasias dan purpura. Atrofi cutaneous
dengan eksposur jaringan vaskular subkutan
dan kulit tenting . Kelebihan glucocorticoid menyebabkan peningkatan lanugo facial hair. Acanthosis
nigricans,
yang
berhubungan
dengan
resistensi
insulin dan hiperinsulinisme . Umumnya ditemukan di axila, siku, leher, dan di bawah payudara.
Jantung dan renal Hipertensi dan edema dapat terjadi karena aktivasi kortisol dari reseptor mineralokortikoid menuju natrium dan retensi air.
4
Gastroenterologi Ulkus peptikum dapat terjadi dengan atau tanpa gejala. Khususnya pada risiko pasien yang diberi dosis tinggi glukokortikoid.
4
Endokrin Galaktore dapat terjadi ketika tumor hipofisis anterior menghambat tangkai hipofisis yang mengarah ke tingkat prolaktin tinggi.
4
Rendahnya kadar testosteron
pada
pria
dapat
mengakibatkan penurunan volume testis dari penghambatan LHRH dan LH / FSH fungsi. 4
Rangka / otot Dapat terjadi kelemahan otot proksimal. Terjadinya osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang, kyphosis, kehilangan tinggi, dan nyeri tulang rangka aksial.
4
Tanda klinis pada sindrom cushing berdasarkan frekuensi penderitanya : Tanda Klinik Sindrom Cushing Tipikal habitus Berat badan bertambah Lemah dan lelah Hipertensi (TD> 150/90 mmHg) Hirsutisme Amenore Striae Kutan Perubahan personal Ekimosis
Frekuensi Penderita (%) 97 94 87 82 80 77 67 66 65
1 7
Edema Poliura, polidipsi Hipertrofi klitoris
62 23 19
Physical findings in Cushing syndrome. 4
Patofisiologi Secara fisiologis hipotalamus berada di otak dan kelenjar hipofisis berada tepat di bawahnya. Inti paraventrikular (PVN) dari hipotalamus melepaskan Corticotrophin-releasing
hormone
(CRH),
yang
merangsang
kelenjar
hipofisis untuk melepaskan adrenocorticotropin (ACTH). ACTH bergerak melalui darah ke kelenjar adrenal kemudian merangsang pelepasan kortisol. Kortisol disekresi oleh korteks kelenjar adrenal dari daerah yang disebut
zona
fasciculate sebagai
respons terhadap ACTH. Peningkatan kadar
kortisol menyebabkan umpan balik negatif (negative
feedback) pada
hipofisis sehingga menurunkan jumlah ACTH yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis.
5
Sindrom Cushing mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun, baik kelebihan kadar pemberian glukokortikoid eksogen ataupun overproduksi kortisol endogen. Overproduksi glukokortikoidendogen atau hiperkortisolisme yang independen ACTH biasanya disebabkan oleh neoplasma yang mensekresi kortisol dalam korteks kelenjar adrenal (neoplasma adrenocortical primer).
4,5
Biasanya merupakan sebuah adenoma
5
dan jarang karsinoma.
Adenoma ini menyebabkan kadar kortisol dalam darah sangat tinggi, terjadinya umpan balik negatif terhadap hipofisis dari tingkat kortisol yang tinggi akan menyebabkan tingkat ACTH sangat rendah.5 Pada kasus lain dengan dependen ACTH, merujuk kepada hiperkortisolisme
sindrom Cushing hanya
sekunder akibat produksi berlebihan
ACTH dari corticotrophic pituitary adenoma. Hal ini menyebabkan kadar ACTH dalam darah
meningkat
bersamaan
dengan kortisol dari kelenjar
adrenal. Kadar ACTH tetap tinggi karena tumor menyebabkan hipofisis menjadi tidak responsif terhadap umpan balik negatif dari kadar kortisol yang tinggi.5 ACTH juga dapat disekresi berlebihan
pada
pasien-pasien
dengan
neoplasma
yang
memiliki
kapasitas
untuk menyintesis
dan
melepaskan peptida mirip ACTH baik secara kimia maupun fisiologik. ACTH berlebihan yang dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan rangsangan adrenal
yang
berlebihan
terhadap
sekresi
kortisol
oleh
korteks
dan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH hipofisis. Jadi,
kadar ACTH yang tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma dan bukan dari kelenjar hipofisisnya. 2 Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH. Neoplasma-neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan-jaringan yang berasal dari lapisan neuroektodermal selama perkembangan embrional. Karsinoma sel oat paru, karsinoid bronkus, timoma, dan tumor sel-sel pulau di pankreas, merupakan contoh-contoh yang paling sering ditemukan. Beberapa tumor ini mampu menyekresi CRH ektopik. Pada keadaan ini, CRH ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis, yang menyebabkan terjadinya sekresi kortisol secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis sindrom Cushing yang disebabkan oleh sekresi ACTH yang berlebihan –hipofisis atau ektopik- seringkali disertai hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi ini disebabkan oleh sekresi peptida yang berhubungan dengan ACTH dan kerusakan bagian-bagian ACTH yang memiliki aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit dan selaput lendir.
2
Hiperplasia bilateral micronodular dan hyperplasia
macronodular
4
merupakan penyebab Cushing sindrom yang langka.
Sindrom Cushing
juga merupakan penyakit autoimun pertama kali diidentifikasi pada manusia.
F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
kadar
ACTH
plasma
dapat
digunakan
untuk
membedakan berbagai penyebab Sindrom Cushing, terutama memisahkan penyebab dependen ACTH dan independen ACTH. Pada sindrom ACTH ektopik,kadar ACTH bisa jadi meningkat > 110 pmol/L (500pg/mL), dan pada kebanyakan pasien, kadar ACTH berada
di
atas
40
pmol/L
(200pg/mL). Pada sindrom Cushing sebagai akibat mikroadenoma atau disfungsi hopotalamik pituitari, kadar ACTH berkisar 6- 30pmol/L (30150pg/mL) [normal : < 14 pmol/L (< 60pg/mL) ]. 1
Pada pemeriksaan laboratorium juga biasanya ditemukan leukositosis dengan granulositosis dan limpopenia relatif. Hipokalemia, hipokloremi, dan alkalosis metabolik biasanya ditemukan pada kasus ACTH ektopik.
1, 6
Diagnosis adenoma adrenal yang menghasilkan kortisol disangkakan dengan peningkatan tidak proporsional kadar kortisol bebas basal urin dengan hanya perubahan sedang pada 17-ketosteroid urin atau DHEA
sulfat
plasma. Sekresi estrogen adrenal menurun pada pasien ini
sehubungan dengan supresi ACTH yang diinduksi kortisol dan involusi zona retikularis yang menghasilkan androgen.
7
Pemeriksaan radiologik untuk memeriksa adrenal adalah pencitraan tomografi komputer (CT Scan) abdomen. CT Scan bernilai untuk menentukan lokalisasi tumor adrenal dan untuk mendiagnosis hiperplasia bilateral.1 CT scan resolusi tinggi pada kelenjar hipofisis dapat menunjukkan daerah-daerah dengan penurunan atau peningkatan densitas yang konsisten dengan mikroadenoma pada sekitar 30% dari penderitapenderita ini. CT scan kelenjar adrenal biasanya menunjukkan pembesaran
adrenal
pada
pasien
dengan
sindrom
Cushing
dependen ACTH dan massa adrenal pada pasien dengan adenoma atau karsinoma adrenal.
Tanda Klinis : Osteoporosis DM Hipertensi diastolic Adipositas sentral Hirsutisme dan amenore
Tes Skrining Kortisol plasma pada jam 08.00 > 140nmol/L (5µg/dL) setelah 1 mg dexamethason pada tengah malam ; Kortisol bebas urin > 275 nmol/L (100µg/hari)
Tes supresi dexamethason Respon kortisol pada hari ke-2 menjadi 0,5mg/6jam
Respon Normal
Supresi Hiperplasi adrenal sekunder terhadap sekresi ACTH hipofisis
ACTH Tinggi Hiperplasi adrenal sekunder terhadap tumor yang menghasilkan ACTH
Negatif Tumor ektopik
Positif Adenoma hipofisis
Respon Abnormal Sindrom Cushing
Tidak ada respon Hiperplasi adrenal sekunder terhadap tumor yang menghasilkan ACTH Neoplasma adrenal
ACTH rendah Neoplasma adrenal
Tinggi > 6 cm Karsinoma adrenal
Normal-rendah (150/90), hirsutisme, amenore, striae kutan, ekimosis, edema, poliuria, polidipsi, dan hipertrofi klitoris.4 Secara patofisiologi, sindrom Cushing mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun, penigkatan kadar kortisol menyebabkan umpan balik negative (negative feedback) pada hipofisis sehingga menurunkan jumlah ACTH yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis.5 Namun pada kasus lain, kadar ACTH dalam darah meningkat bersamaan dengan kortisol dari kelenjar adrenal. Kadar ACTH tetap tinggi karena tumor menyebabkan hipofisis menjadi tidak responsive terhadap umpan balik begatif dari kadar kortisol yang tinggi. 5 Salah satu tumor yang berperan adalah corticotrophic pituitary adenoma. Penegakan diagnosis sindrom Cushing didapat dari tanda-tanda klinis ditambah dengan pemeriksaan penunjang.1 Pemeriksaan kadar ACTH plasma dapat digunakan untuk membedakan berbagai penyebab sindrom Cushing, terutama memisahkan penyebab dependen ACTH dan independen ACTH.1 Pencitraan yang biasanya dilakukan adalah CT scan kelenjar adrenal. CT scan kelenjar adrenal biasanya menunjukkan pembesaran adrenal pada pasien dengan Sindrom Cushing
dependen ACTH dan massa adrenal pada pasien dengan adenoma atau karsinoma adrenal.2,7 Penatalaksanaan yang diberikan tergantung etiologinya, sebagai contoh bila diagnosis adenoma atau karsinoma ditegakkan, maka dapat dilakukan eksplorasi adrenal dengan eksisi tumor. Sindrom Cushing, jika tidak diobati, menghasilkan morbiditas serius dan bahkan kematian. Pasien mungkin menderita dari salah satu komplikasi hipertensi atau diabetes. Kerentanan terhadap infeksi meningkat. Kompresi patah tulang belakang osteoporosis dan nekrosis aseptic kepala femoral dapat menyebabkan kecacatan.5
DAFTAR PUSTAKA
1.
Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV FKUI. 2006.halm .1979-1983.
2.
Schteingart D. Gangguan Hipersekresi Adrenal. In : Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC; 2003.hlm.1237-1244. 3.
NIDDK. Cushing Syndrome. U.S Department of Health and Human Services.2010. http://endocrine.niddk.nih.gov/pubs/cushings/Cushings_Syndrom e_FS. pdf
4.
Adler GK. Cushing Syndrome. Harvard Medical School. USA 2009. Available from http://emedicine.medscape.com/article/117365.
5.
The History of Cushings Disease: a controversial tale, J R Soc Med. 1991 June; 84(6): 363–366
6.
Stephen J, McPhess, Maxine A. Current Medical diagnosis and Treatment2010. Chapter 26-Cushing Syndrome. McGrawHill : 2010
7.
Gordon H, et al. Disorders of the Adrenal Cortex-Cushing syndrome. In: Kasper D, et al, editors. Harrison Principle Of Internal Medicine Sixteenth Edition.Mc. Graw-Hill. New York. USA 2005.hlm.2134-2138