Resume Full Metal Crown &amp Bridge [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fara
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Full Metal Crown a. Definisi Full metal crown digunakan untuk merestorasi gigi dengan jumlah kehilangan yang signifikan dari struktur gigi. Full metal crown akan memberikan retensi maksimum yang mungkin dalam situasi tertentu, tetapi penggunaannya terbatas pada tempat yang tidak membutuhkan nilai estetik.Biasanyauntukmerestorasimolar dua, beberapa molar pertama mandibula, dankadang-kadang premolar keduamandibula.Ketika melakukan restorasi metal crown hanya sedikit strukturgigi yang dihilangkan ketika akan melakukan preparasi daripada crown yang terbuatdari ceramic, dan pemanipulasiannya lebih mudah dibandingkan dengan yang lainnya. [Sumber: Marcia Gladwin, Clinical Aspects of Dental Material, fourth edition.] -



Full Metal Crown for Deciduous Stainless steel crown sudah digunakan oleh dokter gigi sejak akhir tahun 1940-an.



Campuran besi, karbon, kromium, dan logam lain yang membentuk baja yang tahan karat sehingga jika tidak akan diperburuk oleh saliva. Sifatnya sangat tahan lama, tetapi tidak memiliki warna seperti gigi asli sehingga penggunaannya diutamakan untuk gigi molar karena alasan estetika. [Sumber: Jurnal pediatric Dentistry] b. Jenis Material -



Logam Restorasi indirect dibuat dengan cara pengecoran. Pengecoran melibatkan pelelehan



logam dan kemudian menuangkan logam cair yang kemudian menjadi cetakan. Proses pengecoran memungkin bentuk yang kompleks dan khusus agar mudah diproduksi. Logam sangat keras dan bekerja pada tekanan yang tinggi. Sumber: Marcia Gladwin, Clinical Aspects of Dental Material, fourth edition. c. Sifat metal crown •



Tahankorosi







Logamcenderungmenjadikonduktor yang baik







Resistivitaslistrikrendah







Koefisien ekspansi termal tinggi







Kuat







Memiliki titik leleh yang tinggi



[Phillips’ Science Dental materials : Kenneth J. Anusavice, PhD, DMD. Hal: 370-374] [Dental materials and their selection : William J. O’Brien, PhD, FADM. Hal:1-24] -



Keramik •



Bersifat getas







Ketahanan terhadap abrasi tinggi







Tidak mengalami perubahan dimensi dalam cairan rongga mulut







Suhu distorsi panas tinggi







Tampak alami







Koefisien ekspansi termal antara logam dan keramik kompatibel







Titik leleh tinggi







Titik lebur rendah



[Craig’s restorative dental material, 12th ed. Hal : 465 & 544] -



Polimer •



Ketahanan terhadap abrasi rendah







Tidak larut dalam mulut







Ringan







Suhu distorsi panas rendah







Tampak alami



[Craig’s restorative dental materials, 12th ed. Hal : 544] d. Kegunaan metal crown •



Karies yang meluas







Mengembalikan fungsi pengunyahan







Frakturmahkota







Hipoplasia email



[Jurnal universitas jember fakultas kedokteran gigi]



e. Mekanisme Adhesi Metal Crown Adhesi dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi antara dua material pada permukaan yang berkontak. Secaraumum interakasi ini merupakan pencegahan dari pemisahnya. Material yang mampu mengikat (bonding) dua permukaan menjadi satu disebut adhesive atau bahan perekat, sedangkan. Material tempat bahan adhesive diaplikasikan disebut aderen (adherend) atau tempat melekat. Sifat adhesi dikenali sebagai sifat yang sangat penting untuk material restorasi, material lutting, dan pelapis area fissure (fissure sealants). Pada setiap kasus tujuannya adalah untuk menghasilkan pelapisan erat antara substansi gigi dan material dengan destruksi minimal dari jaringan gigi. [Sumber : John F. McCabe, Angus W.G. Walls, Edisi 9 , EGC Terjemahan, Hal 33.] Kekuatan ikatan antara porselen dan logam merupakan persyaratan penting untuk kinerja jangka panjang yang baik dari restorasi logam-keramik. Secara umum ikatan adalah hasil dari chemisorption oleh difusi antara lapisan oksida permukaan pada alloy dan porselen. Untuk paduan logam yang tidak mengoksidasi secara mudah, lapisan oksida ini terbentuk selama siklus pembakaran khusus sebelum aplikasi porselen. Untuk paduan logam yang mudah teroksidasi, lapisan oksida terbentuk selama membasahi logam paduan dengan siklus pembakaran berikutnya. Kegagalan mekanik yang paling umum untuk restorasi logam-keramik adalah debonding porselen dari logam.. Faktor yang mengendalikan logam-keramik adhesi: 



Pembentukan ikatan kimia yang kuat,







Mekanik saling mengunci antara dua bahan, dan







Tegangan sisa termal.



Adhesi dapat terjadi dengan ikatan kimia atau fisik, interlocking mikromekanik, atau gesekan. Beberapa semen asam-basa dan semen resin self-adhesive terikat pada jaringan gigi oleh chelation yang melibatkan ion logam dan gugus karboksilat atau fosfat. Semen resin membutuhkan penggunaan system perekat untuk membentuk ikatan yang kuat terhadap dentin dan enamel. [Sumber: Craig’s Restorative dental material, hal 265 & 337, 13th ed]



B. Bridge a. Definisi Bridge Bridge atau dalam bahasa Indonesia berarti jembatan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang, umumnya bagi pengguna edentulous. Full crown bridge dapat juga disebut sebagai retainer, untuk retainer yang mendukung keberadaan gigi disebut sebagai abutment. Sedangkan untuk bridge yang menggantikan gigi yang hilang disebut sebagai pontic. [Bernard G.N. Smith, Leslie C. Howe. 2007. Planing and Making Crowns and Bridge Ed. 4. p. 197] [Marcia Gladwin, Michael Bagby. 2012. Clinical Aspects of Dental Materials. p. 139] b. Macam Material yang digunakan untuk Bridge 1. Noble Alloy Terdiri dari beberapa campuran material antara lain : a) Campuran emas (88%), platinum (4%), paladium (6%), bisa juga ditambahkan juga perak dan tembaga. Dikarenakan alloy ini memiliki komposisi campuran emas proporsinya banyak maka alloy ini menghasilkan warna kuning, khas warna emas. b) Campuran antara emas (50%), paladium (40%). Alloy ini berwarna putih, pada alloy ini memiliki komponen mekanik yang lebih baik dibandingkan campuran emas-platinum-paladium. c) Alloy antara paladium (60%) dan perak (30%) akan menghasilkan alloy berwarna putih, lebih putih dari emas-paladium. Alloy ini memiliki harga yang lebih murah. d) Alloy paladium (80%), alloy ini memiliki harga yang lebih murah dibandingkan gold alloy dan lebih mahal dibandingkan alloy paladium-perak. 2. Alloy Lainnya a) Alloy nikel (80%) dan kromium (10%). Alloy ini berwarna putih, dan dapat meleleh pada temperatur tinggi dan harga yang lebih murah dibandingkan gold alloy. b) Alloy chromium (65%) dan cobalt (25%) juga menghasilkan warna putih. Memiliki kekuatan yang sama dengan alloy nikel-kromium.



[Marcia Gladwin, Michael Bagby. 2012. Clinical Aspects of Dental Materials. p. 139] 3. Resin Akrilik Resin akrilik adalah bahan plastik yang diproses dengan cara polimerisasi dalam tungku khusus pada 150-200 derajat Celsius (300-400 Fahrenheit).Paling sering, mahkota gigi dibuat dengan veneer akrilik parsial yang hanya mencakup aspek mahkota yang terlihat sementara sisa mahkota tetap telanjang logam. Itu tidak diindikasikan untuk menempatkan resin akrilik pada sisi oklusal gigi karena resistansi rendah. Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket sementara (menunggu mahkota jaket permanen). Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah. Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah berubah warnanya. Harganya pun murah tetapi tampilan menarik. Kontraindikasi dari bahn ini adalah tidak digunakan pada gigi yang memiliki beban kunyah yang besar karena kekerasan akrilik hanya 1/16 kekerasan dentin. Gigi tiruan yang menggunakan bahan ini juga tidak cocok digunakan pada penderita dengan bruxism. Alasan dari penggunaan akrilik untuk pembuatan bridge, karena: 1) Estetik yang baik 2) Mudah dikerjakan dibandingkan dengan proses membakar porselen 3) Dapat dikerjakan hanya menggunakan peralatan sederhana 4) Harganya relatif murah [Craig’s restorative dental materials, 12th ed.] 4. Porcelain fused to Metal Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak menutup kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelain fused to Metal ini lebih kuat daripada all porselen bridge. Meskipun porcelain fused to metal dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa kelemahan utama yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya. Berikut adalah beberapa kelemahan Porcelain Fused to Metal:







Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi dimahkotai masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif terhadap panas dan dingin.







Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan pada gigi antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol sehingga tidak dapat diawasi.







Bagian porselen bisa terkelupas mati dan logam yang mendasari dapat terlihat sebagai garis gelap



c. Kegunaan Bridge Kegunaan Bridge ialah: 1) Untuk memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang menjadi kurang karena hilangnya satu atau lebih dari satu gigi asli. 2) Untuk memperbaiki estetika. 3) Mencegah terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar ruangan yang kosong (sudah hilang giginya). Pemindahan tempat tersebut dapat berupa migrasi, rotas miring, atau ekstrusi. 4) Untuk memelihara/mempertahankan kesehatan gusi. 5) Untuk memulihkan fungsi fonetik (pengucapan). [Sumber: Martanto,P. 1981. Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan Fixed Partial Orthodontic. Hal. 3. Bandung: Penerbit Alumni.]



5. Porselen (keramik) Material ini adalah bahan yang mudah retak pada bagian yang tipis kecuali pada permukaan yang dilakukan (etsa dan silanisasi) dan restorasi adalah sebuah perekat dengan menggunakan resin-based cement (porselen veneers dan dentin-bonded ceramic crowns). pengurangan margin minimum dari 0,8 mm 2.0 mm insisal/oklusal. crown margin dipreparasi tepat dibawah margin gingiva (intracreviculary) jika keperluan estetika diperlukan. Retensi memadai untuk non-adhesive ceramic crowns tergantung pada dekat keparalelan dengan dinding lawan, terutama pada gingiva ketiga yang dipreparasi. porselen crowns adalah sebuah restorasi yang relatif lemah dan terbatas pada gigi anterior kecuali keramik berkekuatan tinggi (incream,procera atau impress II) yang digunakan.