Resume Tuna Grahita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Konsep Medis 1. Pengertian Tunagrahita Tunagrahita termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus (ABK). Pendidikan secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar biasa (SLB). Pengertian tunagahita pun bermacam-macam. Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda yang digunakan karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang. Pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal. Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu definisi yang diterima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan Grossman (1983) yang secara resmi digunakan AAMD (American Association on Mental Deficiency) sebagai berikut. “Mental retardaction refers to significantly subaverage general Intellectual functioning resulting in or adaptive behavior and manifested during the developmental period”. Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung (termanifestasi) pada masa perkembangannya.



2. Klasifikasi Tunagrahita Anak Tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu : 1) Tunagrahita Ringan Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok. Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu terus dilatih dan dididik. 2) Tunagrahita Sedang Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab pertanyan dari orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama orangtuanya, ,ereka akan mampu menjawab dengan jelas. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang. 3. Tunagrahita Berat Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehariharinya membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat.



3. Etiologi Tunagrahita Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok. Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain. Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir



(prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan. a. Faktor keturunan Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal berikut: 1) Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuk dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene karena melihatnya kromosom; delesi (kegagalanmeiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga trejadi kelebihan kromosom pada salah satu sel lainnya) translokasi ( adanbya kromosom yang patah dan patahnya menempel pada kromosom lain). 2) Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut, dan tempat gena (lucos)yang mendapat kelainan. 3) Gangguan metabolisme dan gizi Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu. Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan gizi, antara lain phenylketonuria (akibat metabolisme saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak ) dan gejala yang tampak berupa ketidak normalan tinggi badan ,kerangka tubuh yang tidak proporsional , telapak tangan lebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tuna grahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau saat dilahirkan ) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan. 4) Infeksi dan keracunan Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada didalam kandungan . penyakit yang dimaksut antara lain rubella yang



mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran , penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kueang ketika lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan. 5) Trauma dan zat radioaktif Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga memerluka alat bantuan. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinarX selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly. 6) Masalah pada kelahiran Masalah yang terjadi pada saat kelahiran,misalnya kelahiran yang disertai hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak ,kejang dan napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit 7) Faktor lingkungan Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan patton & Polloway bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan . Latar belakang pendidikan orangtua sering juga dihubungkan dengan masalahmasalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikian dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsangan poitif dalam masa perkembangan anak menjadi penyebab salah sau timbulnya gangguan.



4. Patofisiologi Tuna Grahita merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Tuna Grahita ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,



kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.Penyebab Tuna Grahita bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak 5. Manifestasi klinik Tunagrahita Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi : 1) Fisik (Penampilan) 



Hampir sama dengan anak normal







Kematangan motorik lambat







Koordinasi gerak kurang







Anak tunagrahita berat dapat kelihatan



2) Intelektual 



Sulit mempelajari hal-hal akademik.







Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.







Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50







Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.



3) Sosial dan Emosi 



Bergaul dengan anak yang lebih muda.







Suka menyendiri







Mudah dipengaruhi







Kurang dinamis







Kurang pertimbangan/kontrol diri







Kurang konsentrasi







Mudah dipengaruh







Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.



6. Pemeriksaam Diagnostik a. Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development ) b. Uji perkembangan seperti DDST II c. Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,v Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ). 7.



Penatalaksanaan a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif. c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil) Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal ) d. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan



8. Upaya Pencegahan Tunagrahita Beberapa alternatif upaya pencegahan timbulnya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut : 1. Diagnostik prenatal Adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan usaha ini diharapkan dapat ditemukan kemungkinan adanya kelainan-kelainan pada janin, baik berupa kelainan kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan janin. Seandainya ditemukan adanya kelainan, maka tindakan selanjutnya diserahkan kepada ibu hamil atau keluarganya atau pertimbangan-pertimbangan dari dokter ahli dalam masalah tersebut. 2. Imunisasi Dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak-anak balita. Dengan imunisasi ini dapat



mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang menganggu perkembangan



bayi/anak. 3. Tes darah Dilakukan terhadap pasangan-pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang berkelainan.



4. Pemeliharaan kesehatan Terutama bagi ibu-ibu hamil. Hal ini terutama menyangkut pemeriksaan kesehatan selama hamil, penediaan gizi/nutrisi serta vitamin yang memadai, menghindari radiasi, dan sebagainya. 5. Program KB Diperlukan untuk mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik dalam segi fisik maupun psikis. Keluarga kecil lebih memungkinkan terbinanya hubungan afeksi yang relative lebih baik serta terjaminnya kebutuhan fisik yang relative lebih baik pula. 6. Sanitasi lingkungan Terjaganya suatu lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang membahayakan perkembangan anak. 7. Penyuluhan genetik Yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah genetika dan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Ini dapat dilakukan melalui media cetak, elektronik, maupun secara langsung melalui posyandu atau klinikklinik kesehatan. 8. Tidakan operasi Diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk mencegah kelainan-kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran. 9. Intervensi dini Program ini diperlukan terutama bagi para orang tua agar secara dini dapat membantu perkembangan anak-anaknya.



9. Permainan bagi Tuna Grahita Beberapa model permainan yang menekankan pada pengembangan kecerdasan dan motorik halus yang cenderung bersifat individual, antara lain sebagai berikut: 1) Latihan menuangkan air 2) Latihan menyusun 3) Bermain pasir 4) Bermain tanah liat



5) Meronce manic manic 6) Latihan melipat 7) Mengelem dan menempel 8) Menggunting dan memotong 9) Latihan menyobek 10) Jarum dan benang. Model permainan lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak tunagrahita, yaitu bermain mengandung unsur olahraga. Misalnya, berjalan diatas bangku dan latihan lain yang menggunakan alat, misalnya menendang bola. Khusus yang sifatnya kelompok, pengembangan aktivitas bermain pada anak tunagrahita materinya dapat digali dari permainan-permainan tradisional, pendidikan olahraga, atau kombinasi keduanya. Misalnya bermain jala ikan, kucing dan tikus, dan lainnya.



7. Strategi dan Media bagi Anak Tunagrahita a. Strategi Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunagrahita pada prinsipnya tidak berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pada prinsipnya menentukan strategi pembelajaran harus memperhatikan tujuan pelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Strategi yang efektif pada anak tunagrahita belum tentu akan baik bagi anak normal dan anak berinteligensi tinggi. Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi pembelajaran bagi mereka yang belajar di sekolah luar biasa. Berikut penjelasan tentang macam-macam strategi pengajaran untuk anak tunagrahita: 1) Strategi pengajaran yang diindividualisasikan Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan berbeda maknanya dengan pengajaran individual. Pengajaran individual adalah pengajaran yang diberikan kepada seorang demi seorang dalam waktu tertentu dan ruang tertentu pula, sedangkan pengajaran yang diindividualisasikan diberikan kepada tiap murid meskipun mereka belajar bersama dengan bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan keluasan materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap anak.



2) Strategi kooperatif Strategi kooperatif memiliki keunggulan, seperti meningkatkan sosialisasi antara anak tunagrahita dengan anak normal, menumbuhkan penghargaan dan sikap positif anak normal terhadap prestasi belajar anak tunagrahita sehingga memungkinkan harga diri anak tunagrahita meningkat, dan memberi kesempatan pada anak tunagrahita untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Dalam pelaksanaannya guru harus memiliki kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, seperti untuk meningkatkan kemampuan akademik dan lebih-lebih untuk meningkatkan keterampilan bekerja-sama. 3) Strategi modifikasi tingkah laku Strategi ini digunakan apabila menghadapi anak tunagrahita sedang ke bawah atau anak tunagrahita dengan gangguan lain. Tujuan strategi ini adalah mengubah, menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak baik ke tingkah laku yang baik. Dalam



pelaksanaannya



guru harus terampil memilih tingkah laku yang harus



dihilangkan. Sementara itu perlu pula teknik khusus dalam melaksanakan modifikasi tingkah laku tersebut, seperti reinforcement. Reinforcement ini merupakan hadiah untuk mendorong anak agar berperilaku baik. Reinforcement dapat berupa pujian, hadiah atau elusan. Pujian diberikan apabila siswa menunjukkan perilaku yang dikehendaki oleh guru. Dan pemberian reinforcement itu makin hari makin dikurangi agar tidak terjadi ketergantungan. b. Media Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa. Hanya saja pendidikan anak tunagrahita membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan kecerdasan intelektualnya. Alat-alat khusus yang ada diantaranya adalah alat latihan kematangan motorik berupa form board, puzzle; latihan kematangan indra, seperti latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk mengurus diri sendiri, seperti latihan memasang kancing, memasang retsluiting; alat latihan konsentrasi, seperti papan keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.



B. KONSEP KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan tunagrahita. Pengkajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial, yang terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau kunjungan kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari orang tua anak maupun guru sangat berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi : Riwayat kesehatan, riwayat penyakit sebelumnya, perkembangan personal dan sosial, perkembangan kognitif, keterampilan bahasa, perkembangan motorik dan sensorik, dan lingkungan tempat anak tinggal dan belajar. Riwayat kesehatan : perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anak mengenai keluhan dan perilaku anak di rumah. Masalah fisik seperti alergi, nafsu makan, masalah eliminasi, penyakit infeksi yang baru diderita, dan masalah pernapasan bagian atas, serta penyakit yang biasa dialami anak juga perlu diproleh dari orang tua. Riwayat penyakit sebelumnya : meliputi riwayat operasi dan pengobatan, kebiasaan anak (bicara, emosi, tiks dan riwayat perkembangan dan pendidikan). Sangat penting untuk mengetahui usia anak pada tiap tahap perkembangan : kapan anak mulai berjalan, berbicara, makan dan berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai masalah prenatal dan perinatal ibu perlu dikaji. jika memungkinkan catatan kesehatan bayi ketika baru lahir perlu diketahui. Menurut Capute 89 % anak-anak didiagnosa sebagai tunagrahita pada usia sekolah Riwayat perkembangan personal dan social : Gejala yang terlihat pada anak tunagrahita melalui ketidakmatangan perilaku sosialnya, dimana mereka lebih suka bermain dengan anak yang lebih kecil. Anak-anak tunagrahita mungkin tidak berbicara dan melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin berperilaku “acting out” atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain. Pada umumnya mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah frustasi serta menangis. Perkembangan kognitif



Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu mentransfer hal-hal yang telah dipelajarinya dari satu situasi ke situasi lainnya. Mereka belajar bahwa langit berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal rumah atau mobil yang berwarna biru. Anakanak tunagrahita juga tidak dapat berfikir secara abstrak, seperti kematian, surga, dan Tuhan. Begitu pula mereka tidak dapat membandingkan obyek yang besar dan kecil tanpa melihat obyek secara langsung. Daya konsentrasi mereka terbatas, tidak mampu mengingat sesuai dengan baik dan bermasalah untuk mengenal hal-hal baru. Keterampilan berbahasa Anak-anak tunagrahita pada umumnya tidak berketerampilan menggunakan bahasa dengan baik. Mereka biasanya mengalami kesulitan mengkomunikasikan sesuatu sehingga sulit dimengerti dan umumnya mereka mungkin tidak mampu untuk mengingat instruksi atau perintah verbal secara berurutan. Perkembangan motorik dan sensorik Perkembangan motorik mungkin terbatas, sehingga anak mudah jatuh. Jika melakukan kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik, perhatiannya mungkin teralih pada hal lain dan mereka tidak mampu mengikuti pengarahan berkaitan dengan kegiatan motorik. Anak tersebut tidak mau melakukan kegiatan baru tetapi hanya melakukan hal yang sama berulangkali. Anak tunagrahita tidak seaktif anak lain dan hanya sering duduk sendirian. Kadang-kadang mereka melakukan gerakan-gerakan yang sama berulang-ulang seperti membenturkan kepalanya, menggerak-gerakkan tangannya dan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang. Lingkungan tempat tinggal dan belajar Sangat penting untuk dikaji oleh perawat hal-hal sebagai berikut (1). Perlengkapan : tempat tidur, kursi, toilet, lemari pakaian. Apakah tingginya dapat dicapai oleh anak ? Apakah anak terlindungi dari kemungkinan celaka ? (2). Perlengkapan bermain : apakah anak mempunyai mainan yang sesuai ? Apakan mainan tersebut menstimulus anak untuk bermain? Apakah ada tempat bermain yang leluasa ? (3). Orang-orang yang berarti bagi anak : Apakah ada orang dekat yang mendukung perkembangan anak ? Apakah anak diberi kesempatan untuk memilih dan belajar



mandiri ? Apakah anak disiplin ? Apakah ada orang yang dapat mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari ?



2. D I A G N O S A K E P E R A W A T A N 1.



Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf



2.



Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.



3.



Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan atrofi hemisfer kiri (disfungsi otak).



4.



Kurang pengetahuan (pada keluarga tentang penyakit) b.d. kurang paranan informasi



5.



Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan



3. Intervensi a. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf. Intervensi keperawatan / rasional. 1) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk 2) membantu memaksimalkan perkembangan anak. 3) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan. 4) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri. 5) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran. 6) Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak mencapai kesiapan. 7) Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal. 8) Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.



b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental. Intervensi keperawatan / rasional. 1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran. 2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi. 3) Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak. 4) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan. 5) Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan. 6) Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing. c. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan atrofi hemisfer kiri (disfungsi otak). 1) Buat interaksi terjadwal 2) Dorong pasien ke kelompok atau program keterampilan interpersonal yang



membantu meningkatkan pemahaman tentang pertukaran informasi atau sosialisasi, jìka perlu 3) Identifikasi perubahan perilaku tertentu 4) Berikan umpan balik positif jika pasien berinteraksi dengan orang lain 5) Fasilitas pasien dalam memberi masukan dan membuat perencanaan 6) Anjurkan bersikap jujur dan apa adanya dalam berintraksi dengan orang lain 7) Anjurkan menghargai orang lain 8) Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan



dalam berkomunikasi dengan orang lain 9) Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik



berkomunikasi



DAFTAR PUSTAKA



Adil, Nasrun. 1994. Hubungan Kemampuan Berbicara dengan Penyesuaian Sosial Anak Tunagrahita



Ringan.



Medan:



Institut



Keguruan



dan



Ilmu Pendidikan.



http://rianande.blogspot.co.id/2013/11/anak-berkebutuhan-khusustunagrahita_24.html(diakses



tanggal



03



april



2018,



20:05 WITA) Ciptono, dkk. 2009. Guru Luar Biasa. PT.Mizan Publika http://nailarahma-plbuns2012.blogspot.com (diakses



tanggal



03



april



2018,



18:03 WITA) Fattah. N. M.A. (2002). Kumpulan Kuliah Psikiatri. Makassar. Program pendidikan Ners FKUNHAS.



h.



42,44.



mental.html



http://asuhankeperawatan05.blogspot.co.id/2013/12/retardasi-



(diakses



tanggal



03



april



2018,



20:00 WITA) Muttaqin.2008. Buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : salemba medika. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.