Revisi Makalah Bentuk Keluarga BAB I-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan social dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting dalam memimpin keluarga. Hal-hal yang menjadi bukti penting keluarga sebagai unit terkecil masyarakat dapat dijelaskan bahwa keluarga terbentuk untuk memenuhi dua tujuan penting yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Friedman et al, 2010). Keluarga memenuhi kebutuhan masyarakat melalui penghasilan dan sosialisasi anggota keluarga. “Unit dasar (keluarga) yang kuat mempengaruhi perkembangan individu yang dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan hidup individu tersebut” (Friedman et al, 2010). Keluarga adalah “penyangga” antara individu dan masyarakat. Keluarga memenuhi kebutuhan individu melalui penyediaan kebutuhan dasar (makanan, tempat tinggal, pakaian, dan kasih sayang). Pembentukan keluarga merupakan upaya pemberian dukungan pada pasangan dalam keluarga dengan memenuhi kebutuhan afektif, seksual dan sosioekomi. Bagi anak keluarga adalah guru pertama, karena keluarga yang akan mengenalkan anak pada peraturan sosial dan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kehidupan untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan suatu kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak, dan ibu-anak. Hubungan baik ini ditandai dengan adaya keserasian



1



dalam hubungan timbal balik antar semua pribadi dalam keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini ternyata berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah “bagaimana konsep dasar keluarga?” C. Tujuam Umum Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keluarga D. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat memahami definisi keperawatan keluarga. 2. Mahasiswa dapat memahami struktur keluarga. 3. Mahasiswa dapat memahami bentuk-bentuk keluarga. 4. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari keluarga.



2



BAB II PEMBAHASAN



1. Definisi Keluarga a. Menurut UUD RI No.52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Anak yang dimaksudkan dalam pengertian ini adalah anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami atau istri anak-anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi keluarga yang baru/keluarga lain. b. Menurut (BKKBN, 2011), keluarga adalah satuan individu yang tidak diikat hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam 1 rumah. c. Menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang terikat oleh ikatan darah maupun perkawinan yang satu sama lain saling berinteraksi dan memperhatikan.



2. Struktur Keluarga Struktur keluarga menurut Friedman (2010), digambarkan sebagai berikut : a.



Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adaya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri



3



b. Struktur peran Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misal, status sebagai istri/suami. c. Struktur kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan diri individu untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. d. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide – ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. 3. Bentuk-bentuk Keluarga Bentuk keluarga sering kali diklasifikasikan menjadi keluarga tradisional dan nontradisional. Pembentukan kembali kehidupan modern yang berbeda terdiri atas perpaduan berbagai struktur dan budaya keluarga yang muncul: ibu yang bekerja dan suami-istri sama-sama bekerja; keluarga yang bercerai, keluarga orang tua tunggal dan menikah lagi; serta pasangan rumah tangga, baik pasangan homoseksual maupun heteroseksual. a. Keluarga inti Keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. “Lenyapnya” keluarga inti yang ideal merupakan salah satu transformasi demografi dan sosial yang paling signifikan dalam sejarah yang terjadi baru-baru ini. Peningkatan angka perceraian, menikah lagi, wanita lajang yang melahirkan dan pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah saat ini menyebabkan bentuk keluarga selain keluarga inti berkembang dengan cepat.



4



Dua variasi yang berkembang diantara keluarga inti adalah dualearning (kedua pasangan sama-sama memiliki penghasilan) dan keluarga diad (keluarga tanpa anak). Keluarga adopsi dan keluarga asuh adalah tipe lain keluarga yang memiliki kondisi dan kebutuhan yang khusus. 1) Dual-Earner Family Pada saat ini kebanyakan keluarga adalah dual-earner family, baik itu memiliki anak maupun tidak memiliki anak. Pada kebanyakan dual-earner family, baik keduanya bekerja secara penuh ataupun paruh waktu , sebagian besar wanita bekerja karena kebutuhan ekonomi. Meskipun ada kebutuhan istri untuk bekerja, namun juga ditemukan banyak wanita yang ingin bekerja tanpa melihat apakah mereka perlu bekerja atau tidak. Dalam dual-earner family, tantangan terbesar terutama berfokus pada: (1) mengatur rumah tangga dan pengasuhan anak; (2) memiliki dua pekerjaan dengan gaji tetap; (3) hubungan keluarga (Piotrkwoski & Hughes, 1993 dalam Friedman 2010). “pekerjaan keluarga” , menunjukan pekerjaan rumah tangga dan tugas pengasuhan anak, sebagai tantangan pertama yang telah disebutkan diatas. Meskipun terdapat perubahan peran wanita di luar rumah, tetapi dalam keluarga tradisional sikap peran sesuai jenis kelamin sering kali membentuk kehidupan keluarga. Ketika anak-anak masih kecil tantangan terbesar bagi dual-earner familiy adalah mengatur dan mengoordinasi pengahusan anak sementara orang tua bekerja. Pengaturan pengasuhan anak sering kali sulit dilakukan dan hanya sementara, Tantang dalam mengatur dua buah pekerjaan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan pasangan suami-istri dan stres yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Stres yang tinggi ditimbulkan oleh tuntutan pekerjaan yang sangat tinggi disertai dengan kendali yang lemah. Stres



5



oleh pekerjaan bukan masalah pribadi melainkan masalah keluarga karena dapat berdampak pada hubungan antara orang tua dengan anak. Tantangan yang ketiga yaitu mengatur hubungan keluarga, dipengaruhi oleh dua tantangan sebelumnya. Jika “pekerjaan keluarga” dan/atau pengaturan dua pekerjaan menimbulkan stres, maka dampak pada hubungan keluarga akan menjadi buruk. 2) Keluarga tanpa anak Salah satu tipe keluarga inti tradisional adalah keluarga tanpa anak. Bukan hanya disebabkan oleh penundaan pernikahan dan pola persalinan, melainkan juga saat ini banyak tersedia pilihan pendidikan dan karir bagi perempuan. 3) Keluarga Adopsi Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga. Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya saling menguntungkan baik orang tua maupun anak. Di satu pihak, orang tua adopsi mampu memberikan asuhan dan kasih sayangnya bagi anak adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka. Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, jenis lain adopsi dapat terbentuk melalui kloning embrio, yaitu dimana anak lahir dari orang tua pengganti yang sifat genetiknya serupa. Adopsi pilihan ini dilakukan saat pasangan atau seseorang atau seorang dewasa memutuskan mengadopsi seorang anak untuk berbagai alasan agama, moral, keluarga atau pribadi. b. Keluarga Asuh Keluarga asuh adalah sebuah pelayanan kesejahteraan anak, yaitu anak ditempatkan di rumah yang terpisah dari salah satu orang tua atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan fisik



6



serta emosional mereka. Anak-anak ditempatkan di rumah asuh saat orang tua mereka tidak sanggup atau dianggap tidak layak mengasuh anak-anak mereka. Pada kebanyakan kasus, penempatan tersebut bersifat sementara dan pada akhirnya mereka dikembalikan kepada orang tua kandung mereka. Kebanyakan dari keluarga asuh yang memiliki hubungan kekerabatan adalah keluarga nenek/kakek dimana nenek/kakek mengambil alih pengasuhan cucu mereka. Nenek/kakek mengajukan permohonan untuk menjadi orang tua asuh bagi cucu mereka dan jika situasi ini mengharuskan pengasuhan keluarga asuh, menemrima pembayaran atas pengasuhan tersebut. c. Extended Family Extended family tradisional adalah keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk perilaku mereka. Tipe keluarga seperti ini adalah tipe keluarga kelas pekerja dan keluarga imigran baru kebanyakan. Extended family, yang secara lebih jelas didefinisikan oleh U.S Bureau of the Census adalah keluarga yang didalamnya tinggal seorang anak dengan minimal salah satu orang tua dan seseorang di luar anggota keluarga inti, baik memiliki hubungan kekerabatan atau tidak (U.S Bureau of the Census, 1996 dalam Friedman, 2010). Ahli demografi juga menemukan bahwa akibat peningkatan usia hidup, empat-lima generasi di dalam sebuah keluarga merupakan hal yang biasa dalam keluarga miskin dan kelas pekerja (Otten, 1989 dalam Friedman,2010). Menurut U.S Bureau of the Census, pada tahun 1996 terdapat 14% anak yang tinggal di dalam extended family. Selain itu, terdapat bentuk dari extended family- keluarga dengan jaringan kekerabatan yang luas. Dalam hal ini, dua rumah tangga inti atau lebih dari kerabat dekat atau kerabat yang belum menikah tinggal berdekatan dan bekerja sama dalam



7



sebuah sistem dukungan sosial yang timbal balik, termasuk pertukaran barang dan jasa. Tipe keluarga seperti ini merupakan hal yang biasa pada komunitas Hispanik. d. Keluarga Orang Tua Tunggal Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu (83% keluarga) atau ayah (17% keluarga) sebagai kepala rumah (U.S Bureau of the Census, 1998 dalam Friedman,2010) keluarga orang tua tunggal tradisional adalah



keluarga



dengan



bercerai,ditelantarkan,



atau



kepala



rumah



berpisah.



tangga



Keluarga



duda/janda



orang



tua



yang tunggal



nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah. KECENDERUNGAN DEMOGRAFI, Perubahan demografi di Amerika



Serikat yang paling dramatik adalah pergeseran radikal rumah tangga umum, dari rumah tangga yang dikepalai oleh pasangan menikah yang membesarkan anaknya yang masih dibawah umur menjadi rumah tangga yang dikepalai oleh satu orang dewasa (Biachi,1995; U.S Bureau of the Census, 1996 dalam Friedman,2010). Faktor-faktor yang terkait dengan peningkatan cepat jumlah keluarga orang tunggal adalah (1) angka perceraian yang tinggi, (2) jumlah bantuan keuangan yang besar bagi keluarga orang tua tunggal yang memiliki anak dengan usia dibawah umur, (3) hilangnya stigma yang melekat pada ibu tidak menikah, dan (4) pertumbuhan yang besar dalam jumlah dan proporsi kelahiran yang terjadi pada ibu yang tidak menikah. Dari semua keluarga orang tua tunggal, kelompok yang terbesar adalah keluarga yang dikepalai oleh ibu yang bercerai dan berpisah. Umumnya, keluarga yang dikepalai oleh ibu yang bercerai dan berpisah mempunyai kondisi keuangan yang lebih baik sehingga mereka memiliki keadaan yang lebih baik daripada keluarga yang tidak menikah yang sebagian besarnya ibu berusia muda.



8



Pada kenyataannya keluarga orang tua tunggal amat beragam dalam hal



sumber



daya,



kesempatan,



dan



keterbatasan.



Mendes



(1988)



mengidentifikasi lima gaya hidup yang sering terjadi pada orang tua tunggal : 1. Gaya hidup kepemimpinan tunggal. Pada gaya hidup tipe ini, orang tua tunggal adalah satu-satunya orang tua yang secara aktual terlibat dalam kehidupan dan pengasuhan anak-anaknya. Dalam beberapa kasus, orang tua tunggal berusaha untuk memenuhi peran baik sebagai ayah maupun ibu dan mudah sekali terpajan stres, keletihan, dan kelebihan peran. 2. Auxiliary parent (orang tua bantu) dalam gaya hidup ini, orang tua yang memegang hak pengasuhan anak berbagi satu tanggung jawab pengasuhan atau lebih dengan orang tua bantu, biasanya ayah dari satu anak atau lebih. 3. Pengganti yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Dalam gaya hidup ini, orang tua yang memegang hak pengasuhan anak berbagi satu fungsi pengasuhan atau lebih dengan seorang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga, seperti pembantu rumah tangga yang menginap dan “orang yang seperti seorang ibu” bagi anak-anak. 4. Pengganti yang memiliki hubungan kekerabatan. Dalam kondisi ini, intividu pengganti adalah kerabat yang memiliki hubungan darah atau sah secara hukum yang memngemban peran sebagai orang tua. 5. Titular parent (orang tua hanya sebutan). Orang tua hanya sebutan tinggal dengan anak-anak, tetapi untuk maksud dan tujuan tertentu melepaskan peran sebagai orang tua. Dalam kasus ini, dapat saja anak dari orang tua hanya sebutan berperan sebagai orang tua, atau orang tua dari titular parentyang mengurusi pengasuhan anak dan tanggung jawab rumah tangga (Kalil, Spencer, Spleker, & Gilchrist, 1998 dalam Friedman,2010). Masing-masing tipe keluarga orang tua tunggal ini memiliki beragam masalah dan kekuatannya sendiri. Namun, yang penting bagi keberhasilan fungsi masing-masing tipe keluarga ini adalah integrasi keluarga ke dalam sistem pendukung psikososial yang mungkin. Karakteristik keluarga orang tua tunggal



9



biasanya memiliki angka kemiskinan yang tinggi, mengalami ketidakseimbangan akibat latar belakang minoritas yang tidak menguntungkan, lebih sering berpindah-pindah, dan memiliki pendidikan yang relatif rendah. Keadaan ini lebih sering terjadi pada keluarga dengan ibu sebagai kepala keluarga dibanding jika ayah menjadi kepala keluarga. Perubahan, kelebihan, dan konflik peran adalah adalah gambarangambaran umum lainyang terjadi pada orang tua tunggal. Masalah peran berkisar seputar memainkan kedua peran sekaligus sebagai ayah dan ibu; dan kelebihan peran dalam pekerjaan, membesarkan keluarga; tanggung jawab rumah tangga, dan upaya untuk memiliki kehidupan pribadi. Dan yang terakhir, karena kebanyakan dari orang tua tunggal akan menikah lagi, sehingga terdapat kebutuhan untuk membuat perubahan besar peran lainnya, melepaskan peran orang tua ganda dan membentuk peran baru pernikahan serta menjadi orang tua yang



menyesuaikan



dengan



pernikahan



baru



(Goldenberg



&



Goldenberg,2002:Hogan, Buchler, & Robinson, 1984; LeMaster, 1974; Maclin,1988 dalam Friedman,2010). IBU USIA REMAJA YANG TIDAK MENIKAH ,Angka kehamilan remaja



remaja sangat tinggi, terutama di kalangan remaja putri. Kelahiran dari ibu yang tidak menikah juga tinggi dan dapat lebih tinggi lagi jika tidak ada aborsi. Penyebab prevalensi keluarga remaja yang tidak menikah beragam. Faktor utama yang disebutkan di literatur adalah aktivitas seksual dini, tidak menggunakan atau menggunakan menggunakan alat kontrasepsi tidak efektif, tidak menikah sebelum anak lahir, dan terdapat penerimaan yang lebih besar terhadap remaja yang menjadi ibu diluar pernikahan di kalangan kelas penghasilan rendah di Amerika Serikat (Chilman, 1988; Prater, 1995 dalam Friedman,2010). Layanan bagi remaja yang menjadi orang tua tunggal hingga saat ini masih belum memadai. Dibutuhkan sebuah rangkaian pelayanan. Layanan ini berkisar dari layanan pencegahan primer mengenai pendidikan seks dan keluarga



10



berencana hingga program sasaran, jaringan pendukung, konseling, klinik yang berbasis sekolah, dan kelas menjadi orang tua, serta layanan untuk extended family dari ibu usia remaja yang tidak menikah. Orang tua tunggal secara keseluruhan juga memiliki kebutuhan khusus. Selain penyediaan kelas menjadi orang tua dan jaringan dukungan teman sebaya, dibutuhkan perubahan kebijakan sosial sehingga fasilitas perawatan anak yang adekuat dan dukungan institusi seperti kelonggaran jam kerja dapat ditetapkan. e. Dewasa Lajang Yang Tinggal Sendiri Menurut sensus tahun 2000, jumlah orang Amerika yang tinggal sendiri dilaporkan hamper 26% dari keseluruhan populasi. Banyak wanita lansia yang tinggal sendiri, tetapi peningkatan jumlah orang yang tinggal sendiri terjadi pada orang dewasa perusia 20 – an dan 30-an. (Glick, 1998b ; U.S Bureau of the Census, 2000 dalam Friedman,2010). Banyak klien yang diraat di rumah, terutama lansia yang mengalami penyakit kronik atau individu cacat, adalah orang dewasa yang tinggal sendiri. Walaupun individu ini tinggal sendiri, biasanya mereka memiliki saudara kandung atau anak – anak yang mereka kenali sebagai keluarganya.kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari suatu keluarga besar yang terdiri atas kerabat, jika tidak mereka tinggal bersama teman – teman di rumah pension, panti jompo, atau hidup bertetangga. Hewan peliharaan juga dapat menjadi anggotakeluarga yang penting. Selanjutnya, terdapat individu yang benar – benar seorang “penyendiri”. Mereka memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap layanan kesehatan dan psikososial, karena mereka tidak memiliki system pendukung dan kadang – kadang tidak tertarik untuk membentuk system pendukung tersebut.perawat rawatan rumah (homecare) dan pemberi asuhan jangka panjang dapat membantu klien seperti ini dengan membina hubungan yang suportif dengan mereka, sehinga dapat mengurangi isolasi social klien. f. Keluarga Orangtua Tiri



11



Walaupun perceraian semakin umum terjadi, kecenderungan ini disertai tingginya angka menikah lagi. 75 % individu yang bercerai pada akhirnya akan menikah lagi. Angka menikah lagi yang tinggi menyebabkan pesatnya pertumbuhan keluarga orangtua tiri atau keluarga campuran. Biasanya terdiri atasa seorang ibu, anak kandung ibu tersebut, dan seorang ayah tiri. Sepertiga anak – anak di Amerika tinggal dalam keluarga orangtua tiri sebelum mereka mencapai ,asa dewasa (Bumpass, Raley, & Sweet, 1995 dalam Friedman,2010 ) Biasanya keluarga orangtua tiri adalah keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh setres.walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seringkali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas perkembangan mereka, serta karena keanggotaan ganda mereka. Tiga kekuatan keluarga tipe ini menurut Coleman, Ganong dan Goodwin (1994) : 1. Menikah lagi merupakan peluang lain untuk membentuk hubungan yang baru, suportif, dan memuaskan yang meningkatkan kesejahteraan anak – anak serta orang dewasa yang menikah lagi. 2. Bagi anak tiri, orang tua tiri dapat menjadi panutan tambahan yang positif, dengan memberikan anak – anak tersebut kasih saying, pengetahuan dan perhatian yang mungkin tidak dapat diberikan oleh orang tua kandung. 3. Sebuah jalan keluar dari kemiskinan dan perbaikan kondisi keuangan juga merupakan keuntungan yang bermakna dari pembentukan keluarga orang tua tiri, terutama untuk wanita dan anak – anak mereka. Enam sumber stress menurut Coleman, Visher, Ganong dan Fine (2001) : 1. Masalah disiplin dan kesulitan anak tiri dalam menerima orangtua tiri sebagai orangtua nya disebabkan munculnya rasa “tidak setia”



biasanya



menyebabkan ketegangan dalam hubungan dan menikah lagi. Masalah kekuasaan juga dapat muncul. Wanita yang bercerai seringkali hanya menginginkan hubunganyang setara dengan suami baru mereka. Namun, 12



suami barony mungkin memiliki harapan yang berbeda. Anak – anak juga dapat bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dengan strategi “menaklukan dan memecah belah” yang menyebabkan kedua orangtua kandung mereka saling bermusuhan. Dapat timbul konflik yang lebih besar. 2. Peran dan hubungan yang rumit serta beragam dapat menjadi sumber utama kesulitan baik bagi orangtua maupun anak, sejalan dengan usaha mereka untuk mempertahankan hubungan kekerabatan yang terdahulu serta menghadapi hubungan kekerabatan yang baru. 3. Orangtua tiri seringkali tidak tahu bagaimana sebaiknya bersikap sebagai orangtua tiri dan kurangnya norma yang jelas bagaimana cara memainkan peran sebagai orangtua. Suami/istri mereka dapat memiliki harapan peran yang tinggi dan tidak realistic terhadap mereka, dan anak tiri mungkin tidak menerima anggota baru dalam peran orangtua tiri. 4. Tekanan financial dapat muncul. Orangtua tiri harus menyediakan sokongan keuangan untuk anak – anak dari kedua belah pihak, yang akan menimbulkan ketegangan financial pada kedua keluarga. 5. Hubungan dengan mantan suami/istri dapat menyebabkan ketegangan dan menjadi sumber perseturuan serta konflik, terutama jika berhubungan dengan tunjangan anak, waktu berkunjung, dan cara pengasuhan anak. 6. Harapan yang tidak realistic mengenai bagaimana keluarga seharusnya berjalan dan menciptakan sumber utama ketidakpuasan dan tidaksepahaman pada keluarga orangtua tiri, terutama pada beberapa bulan awal keluarga baru tersebut. Enam karakteristik keluarga orantua tiri yang sehat menurut Visher (1996) dan Goldenberg (2002) : 1. Harapan keluarga orantua tiri realistis. Orang dewasa menyadari bahwa segala sesuatunya akan sulit pada awalnya, perlu waktu untuk beradaptasi, dan adaptasi tersebut tidak dapat dipaksakan. Rasa kehilangan harus diberikan waktu untuk diungkapkan. Orang dewasa mendukung dan membantu anak –



13



anak mereka dalam menghadapi kehilangan yang menyertai terbentuknya sebuah keluarga baru. 2. Terbentuk hubungan antara orangtua dan anak tiri yang memuaskan. Hal ini tidak hanya mencakup hubungan pernikhan, teteapi juga hubungan antara pasangan yang menikah dan extended family masing – masing. 3. Terbina hubungan yang kuat dan bersatu. 4. Rumah tangga yang tadinya terpisah, belajar untuk bekerjasama untuk menciptakan pengaturan yang memuaskan yang melibatkan anak – anak. 5. Tercipta ritual, peran, dan peraturan yang memuaskan. Anggota dari keluarga orangtua tiri ini mampu menentukan ritual dan cara melakukan sesuatu yang ingin mereka adopsi dalam keluarga mereka yang baru tercipta. 6. Karena terdapat perbeddaan keseimbangan kekuasaan dalam sebuah keluarga orantua tiri ini, orangtua andunglah yang menangani masalah disiplin. (Friedman, 2010) g. Keluarga Binuklir Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah system keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Ahrons & Perlumetter, 1982). Dengan adanya gerakan kesetaraan peran gender, peningkatan partisipasi ayah dalam kegiatan sebagai orangtua, dan peningkatan kesadaran akan kehilangan hak pengasuhan anakserta akibat negative pada anak apabila tidak ada kontak dengan ayah mereka, maka muncul beragam cara untuk terlibat aktif menjadi orangtua bersama. Bentuk menjadi orangtua bersama yang aktif paling banyak dibahas adalah hak asuh bersama, yaitu kedua orangtua memiliki hak dan kewajiban yang sama atas anak dibawah usia tanpa memandang dengan siapa anak tinggal. h. Cohabiting Family Pada era sebelumnya, cohabiting family terbataspada kalangan yang sangat kaya, dan juga yang sangat miskin. Namun dewasa ini, cohabiting family telah



14



menjadi bentuk keluarga nontradisional yang dapat lebih diterima dikalangan kaum muda sebelum dan diantara pernikahan. Diperkirahkan bahwa ada lebih dari separuh cohabiting family. Yang membuat cohabiting family sangat signifikan bukan hanya karena prevelensinya tetapi juga penerimaannya yang makin luas. Faktanya, cohabiting fa,ily tampaknya semakin dipandang sebagai proses normative menuju pernikahan. Tidak hanya kaum muda yang tinggal bersama tanpa menikah, tetapi individu yang lebih tua, dan janda atau individu yang bercerai juga mulai tinggal bersama tanpa menikah, seringkali untuk alas an pertemanan dan berbagai sumber financial yang terbatas. Yang mendasari kecenderungan cohabiting family ini adalah pergeseran budaya yang luas dari masyarakat yang religius menjadi masyarakat sekuler (Friedman, 2010) i. Keluarga Homoseksual Keluarga homoseksual sangat berbeda dalam hal bentuk dan komposisinya. Mereka adalah keluarga yang terbentuk dari kekasih, teman , anak kandung dan adopsi, kerabat sedaragh, anak tiri dan bahkanmantan kekasih. Selain itu, keluarga tidak perlu untuk tinggal dalam rumah tangga yang sama. Oleh karena itu tidak ada bentuk keluarga normative atau seragam dalam keluarga homosekseual. Biasanya keluarga homoseksual adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama, tetapi keluarga tersebut dapat juga dikepalai oleh orangtua tunggal yang homoseksual atau berbagai figure orangtua. Menurut Goldenberg (2002), pasangan homoseksual yang tinggal bersama tanpa menikah memiliki banyak persamaan dengan pasangan heteroseksual yang tinggal bersama tanpa menikah. Akan tetapi, keluarga homoseksual memiliki perbedaan yang nyata, yaitu homophobia yang melekat kuat di masyarakat dan kemungkinanan stigmatisasi yang dihadapi atau mungkin dihadapi oleh keluarga homoseksual jika mereka mengungkapkan mengenai homoseksualitas dan pengaturan kehidupan mereka yang nontradisional. Upaya menyembunyikan diri, menghukum diri sendiri karena homoseksualitasnya, member julukan yang buruk bagi diri akibat julukan negative yang diberikan masyarakat dan untuk kaum



15



homo, ketakutan akan penurunan imun sebagai akibat krisis AIDS juga merupakan stress yang dialami keluarga homoseksual. (Friedman,2010) 4. Fungsi Keluarga



Terdapat 5 fungsi keluarga yaitu fungsi ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi , fungsi afektif, dan fungsi perawatan kesehatan (stanhope & lancaster, 2012). a. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi keluarga ialah keluarga memperoleh sumber-sumber penghasilan dan pengatura penggunaan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa depan yang dalam prosesnya fungsi ekonomi ini mampu membagikan kerangka keluarga, misalnya



ayah sebagai pencari uang



untuk kebutuhan dan ibu mengurus anak (BKKBN, 2016) b. Fungsi Reproduksi Fungsi



reproduksi



keerlangsungan



keluarga



antar



merupakan



generasi



keluarga



sebuah



bentuk



jaminan



dan



masyarakat,



yaitu



memberikan anggota baru kepada masyarakat. c. Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi adalah proses sepnjang hidup ketika individu secara berkelanjutan memodifikasi perilaku mereka sebagai respon terhadap keadaan yang terpola secara sosial yang mereka alami. Funsi sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah keluarga atau komunitas melalui pengalaman selama hidup mereka yang penuh makna dan terdiri dari unsur karkteristik yang berpola secara sosial. d. Fungsi Afektif Fungsi afektif merupakan kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh atau saling menyayangi. Fungsi afektif sebagai respon terhadap berbagai kebutuhan anggota keluarga tidak



16



dapat terpenuhi secara adekuat, maka akan menimbulkan tekanan dalam keluarga, gangguan kesehatan dan kesedihan lebih dari satu anggota keluarga. e. Fungsi Perawatan Kesehatan Friedman (2010) menyatakan bahwa fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan maalah kesehatan yang memberdayakan sumber daya keluarga dan berbasis keluarga. Fungsi perawatan keluarga bukan hanya sebagai fungsi esenisal dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang mengemban fokus setral dalam keluarga agar keluarga berfungsi dengan baik dan sehat.



17



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Terdapat beberapa bentuk-bentuk keluarga yaitu keluarga inti, keluarga tanpa anak, keluarga adopsi, keluarga asuh, extended family, keluarga orang tua tunggal, dewasa lajang yang tinggal sendiri, keluarga orangtua tiri, keluarga binuklir, cohabiting family, dan keluarga homoseksual. Selain itu, keluarga juga memiliki beberapa fungsi yang harus dijalankan sebagai keluarga yaitu fungsi biologis, psikologis, sosialisasi, ekonomi dan pendidikan.



B. Saran Diharapkan



mahasiswa



danmasyarakat



dapat



membaca



serta



mengetahui definisi keluarga, struktur keluarga, bentuk-bentuk keluarga dan fungsi keluarga.



18



DAFTAR PUSTAKA



Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset, teori & praktik; alih Bahasa, Achir Yani S. Hamid; editor edisi Bahasa Indonesia, Estu Tiar – Ed. 5. Jakarta: EGC Stanhope, M and Lancaster J. (2012). Community Public Health Nursing. St Louis-Missouri: Mosby



19