19 0 365 KB
AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS Dosen Pengampu : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak.
INVENTORY MANAGEMENT AND TARGET COSTING
OLEH : KELOMPOK I Nama
NIM
No. Absen
Sintya Sisca Maranda
1981611003
03
Katharina Yuneti
1981611004
04
I Wayan Dana Ariantika
1981611006
06
Ida Bagus Surya Purwitha
1981611011
11
Kadek Nate Purnama
1981611021
21
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019
0
CHAPTER 21 INVENTORY MANAGEMENT AND TARGET COSTING 1. MANAJEMEN PERSEDIAAN TRADISIONAL Tingkat persediaan mempengaruhi beberapa hal dalam perusahaan seperti kualitas, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan, waktu tunggu dan lainnya. Umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat persediaan tinggi berada pada posisi kompetitif yang lemah. Ada dua biaya utama yang terkait dengan persediaan. Pertama, biaya pemesanan dan penyimpanan yang berhubungan dengan bahan baku yang dibeli dari sumber luar. Kedua, biaya persiapan dan penyimpanan yang berhubungan dengan bahan baku atau barang yang diproduksi sendiri. Biaya pemesanan terkait dengan menempatkan serta menerima pesananan. Biaya persiapan terkait dengan menyiapkan peralatan dan fasilitas untuk memproduksi suatu komponen sedangkan biaya penyimpanan terkait penyimpanan suatu persediaan. Beberapa alasan tradisional untuk menyimpan persediaan, yaitu: 1) Menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dengan biaya pemesanan. 2) Memenuhi permintaan pelanggan. 3) Menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibar rusaknya mesian atau komponen. 4) Mendukung proses produksi yang tidak dapat diandalkan. 5) Memanfaatkan diskon dan menghindari kenaikan harga di masa mendatang. Untuk mengetahui total biaya pemesanan dan penyimpanan, dihitung dengan rumus: TC = PD/Q + CQ/2 = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan Ada beberapa kuantitas pesanan lainnya yang meminimalkan total biaya, kuantitas ini disebut EOQ (Economic Order Quantity. EOQ dapat dihitung dengan rumus: Q = EOQ = 1.1 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Setelah mengetahui jumlah unit yang harus dipesan melalui perhitungan EOQ, maka kita harus tahu pula kapan harus memesan kembali yang disebut titik pemesanan kembali (reorder point atau ROP). Selain itu kita harus mengetahui waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang adalah lamanya waktu antara mulai dibutuhkan pemesanan bahan sampai dengan bahan-bahan yang dipesan datang dan diterima di gudang persediaan. Dengan 1
mengetahui tingkat penggunaan rata-rata dan waktu tenggang maka dimungkinkan untuk menghitung titik pemesanan kembali. ROP dihitung dengan rumus: ROP = Tingkat penggunaan rata-rata x Waktu tenggang 1.2 Ketidakpastian Permintaan dan Titik Pemesanan Kembali Persediaan mungkin akan habis jika tidak adanya kepastian permintaan atas suatu produk. Untuk itu perusahaan sering menyimpan persediaan pengaman (safety stock) . Persediaan pengaman dihitung melalui selisih penggunaan maksimal dengan rata-rata penggunaan dikali dengan waktu tunggu. Dengan adanya persediaan pengaman, maka ROP dihitung kembali dengan: ROP = (Tingkat rata-rata penggunaan x Waktu tunggu) + Persediaan Pengaman 1.3 EOQ dan Manajemen Persediaan Model EOQ berguna untuk mengidentifikasi pertukaran antara biaya penyimpanan persediaan dan biaya persiapan. EOQ juga berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian melalui penggunaan persediaan cadangan. 2. MANAJEMEN PERSEDIAAN JUST IN TIME (JIT) Kemajuan teknologi telah membuat siklus hidup produk menjadi lebih singkat, dan keberagaman produk menjadi semakin meningkat. Perusahaan asing telah menawarkan produk yang bermutu tinggi dan memiliki harga yang rendah dengan keunggulan yang khusus, hal ini membuat perusahaan domestik menjadi tertekan. Tekanan kompetitif ini menyebabkan banyak perusahaan meninggalkan model EOQ untuk beralih ke pendekatan JIT. Adapun tujuan strategis JIT antara lain: 1. Meningkatkan laba perusahaan. 2. Memperbaiki posisi kompetitif perusahaan. Kedua tujuan tesebut dapat tercapai dengan melakukan pengendalian biaya (memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan laba), meningkatkan kinerja pengiriman, dan peningkatan mutu produk. Sistem JIT menawarkan peningkatan efisiensi biaya dan secara simultan mempunyai fleksibelitas untuk merespon permintaan pelanggan dengan mutu yang lebih baik dan variasi yang lebih banyak. Proses manufaktur dan pembelian JIT menampilkan usaha yang secara terus menerus untuk meningkatkan produktivitas dengan mengeliminasi pemborosan yang memang merupakan tujuan utama JIT. Persediaan tertentu dipandang sebagai pemborosan 2
yang mengikat sumber daya seperti kas, ruang dan tenaga kerja. Persediaan juga menyembunyikan inefisiensi dan peningkatan kompleksitas sistem informasi perusahaan. 2.1 Sistem Pull (Tarik) Sistem tarik dalam JIT merupakan sebuah sistem yang menarik unit dimana unit tersebut diperlukan dan saat unit itu diperlukan. Salah satu pengaruh JIT adalah mengurangi persediaan hingga ke tingkat yang lebih rendah. Usaha untuk mencapai tingkat persediaan yang tidak signifikan adalah penting untuk kesuksesan JIT. 2.2 Biaya Penyiapan dan Penyimpanan : Pendekatan JIT JIT merupakan pendekatan untuk meminimalisasi total biaya penyimpanan dan penyiapan. Pendekatan tradisional yang mengakui biaya penyiapan dan kemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan saldo terbaik dari kedua kategori biaya. Di lain pihak JIT tidak mengakui biaya persiapan (pemesanan) tetapi sebaliknya JIT mencoba menekan biaya – biaya tersebut hingga berjumlah nol. Jika biaya penyiapan (pemesanan) menjadi tidak signifikan, maka biaya yang akan diminimalisasi adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan mengurangi persediaan sampai ke tingkat yang sangat rendah. 2.3 Kinerja Jatuh Tempo: Solusi JIT Kinerja jatuh tempo adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan untuk menanggapi kebutuhan pelanggannya. Sistem JIT memecahkan masalah kinerja jatuh tempo dengan mengurangi tenggang waktu secara dramatis, bukan dengan menimbun persediaan. 3. MANAJEMEN BIAYA SIKLUS-HIDUP DAN PERAN DARI PERHITUNGAN BIAYA TARGET Biaya siklus hidup merupakan seluruh biaya yang terkait dengan produk sehubungan dengan keseluruhan siklus hidupnya. Kepuasan total pelanggan adalah hal penting dalam persiapan sebuah bisnis, sehingga biaya hidup keseluruhan menjadi fokus utama manajemen biaya siklus-hidup. Biaya hidup keseluruhan adalah biaya siklus-hidup suatu produk plus biaya pascapembelian oleh pelanggan, seperti operasional, dukungan, pemeliharaan, dan pembuangan. Manajemen biaya siklus hidup berfokus pada aktivitas pengelolaan rantai nilai yang membentuk keunggulan bersaing jangka panjang. 3
3.1 Peranan Perhitungan Biaya Target Biaya target adalah selisih antara harga penjualan yang diperlukan untuk mengejar peluang pasar (market share) yang telah ditentukan dan laba per unit yang diinginkan oleh perusahaan.Dalam menentukan biaya target suatu produk, analisis biaya harus memasukann biaya dari aktivitas suatu siklus hidup produk. Apabila biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk baru melebihi biaya target, maka diperlukan usaha untu mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah agar tercapainya penurunan biaya sesuai dengan harapan perusahaan. 3.2 Komponen- komponen dalam proses taget costing adalah sebagai berikut : 1. Sumber daya yang dikonsumsi dalam planning and market analysis. Selama perencanaan, tempat pelanggan diidentifikasi dan didokumentasikan seluruhnya. 2. Pengembangan difokuskan pada product feasibilities studies. Pengembangan melibatkan siklus pengujian dan pemformulasikan ulang produk untuk memahami kebutuhan pelanggan. 3. Production design mengikuti pembentukan konsep produk dalam tahap pengembangan, perancangan dan personal produksi yang berpengalaman menggunakan value engineering untuk menentukan kombinasi sumberdaya dengan biaya paling rendah untuk menciptakan produk yang diinginkan oleh konsumen. 4. Permulaan production and continous improvement process digunakan untuk mencapai target costing. 3.3 Faktor yang penting dalam mempengaruhi struktur dari sistem target costing : 1. Jenis produk yang akan diproduksi Tipe dari produk yang akan diproduksi memiliki peranan penting karena dengan mengetahui jenis produk yang akan diproduksi, maka akan dapat mengestimasi biaya, kompleksitas dan waktu yang akan digunakan. Jika biaya , kompleksitas dan waktu yang akan timbul untuk memproduksi lebih besar maka target costing semakin kompleks. Semakin lama pengembangan siklus hidup suatu produk, semakin ketat pengendalian yang dibutuhkan dan begitu pula sebaliknya. 2. Jenis konsumen yang akan dituju Tipe konsumen yang dilayani juga memiliki peranan yang penting dalam perancangan target costing. Hal ini disebabkan oleh keputusan konsumen dalam menentukan karakteristik yang penting dari suatu produk. Karakteristik tersebut 4
adalah kualitas, fungsionality, dan harga pada suatu produk. Konsumen akan mempengaruhi tingkat keterlibatan dalam pemasaran dan analisis konsumen pada target costing 3. Tingkat pengaruh antar bagian dari supplier Tingkat pengaruh antara bagian dari supplier berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam bernegosiasi dengan pemasok untuk mendapatkan harga input yang lebih rendah dari pasar.Tawar menawar ini berpengaruh terhadap biaya material yang merupakan biaya utama dari proses produksi yang juga berpengaruh pada target costing yang diterapkan oleh perusahaan. Jika harga input lebih rendah, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
5
REFERENSI
Guan, Liming., Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2009. Cost Management: 6th Edition. South-Western: Cengage Learning. Hansen, Don R., dan Maryanne Mowen, 2009. Managerial Accounting Buku 2Edisi 8. Salemba Empat, Jakarta.