ROLEPLAY UPRAK ETKEP KEL 5 Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pada suatu hari di Rumah Sakit Kabupaten Tangerang, di ruang ICU terdapat seorang pasien lansia yang menderita penyakit gagal ginjal kronis. Dokter tersebut memerintahkan bahwa perawat yang bertanggung jawab di ruangan tersebut untuk selalu memperhatikan asupan makanan dan kebutuhan obat dari lansia tersebut. Lansia tersebut sudah dirawat di ruang ICU selama kurang lebih 1 bulan. Dokter



:”Sus, tolong pantau perkembangan asupan makanan sama kebutuhan obat dari pasien yang ada di ruang Melati ya atas nama Ny. Nyimas ya!”



Perawat



:”Baik dok, saya akan segera memantaunya setelah ini, mari dok”



Setelah mendapatkan perintah dari dokter tersebut, perawat itupun bergegas ke ruangan tersebut untuk memantau asupan makanan dan kebutuhan obat pasien tersebut. Setelah datang ke ruangan tersebut perawat itupun langsung melakukan tugasnya sesuai dengan perintah dokter tersebut. Setelah selesai memantau asupan makanan dan kebutuhan obat pasien, perawat itupun keluar ruangan. Saat keluar dari ruangan, perawat tersebut dihampiri oleh keluarga pasien. Wali Pasien 1 : “Sus, saya rasa keadaan ibu saya, semakin hari semakin memburuk!” Perawat



: “Ibu tidak boleh berkata seperti itu ya bu, kita doakan saja semoga pasien cepat pulih dan bisa berkumpul kembali dengan keluarga”



Wali Pasien 2 : “Tapi sus, kami tidak tega melihat ibu kami seperti ini terus” Perawat



: “Ibu, tolong bersabar ya, kamipun akan berusaha semaksimal



mungkin



dalam menangani pasien, jadi doakan yang terbaik saja ya bu” Wali Pasien 1 : “Tapi sus, kami sudah pasrah jika memang ibu kami sudah tidak dapat disembuhkan lagi, bisakah suster dan dokter tidak memberikan penangan lagi kepada ibu kami?` Kami tidak tega melihat ibu kami seperti ini. Ini kami lakukan karena kami tidak ingin melihat ibu kami terus menerus menderita`” Wali Pasien 2 : “Iya sus, melihatnya terbaring lemah seperti ini membuat kami sedih” Wali Pasien 1 : “Kami selaku anaknya sudah ikhlas sus” Perawat



: “Baik bu saya akan bicarakan ini bersama dokter yang menangani ibu anda”



Wali Pasien 2 : “Baik sus, kami tunggu keputusannya ya” Akhirnya suster tersebut menemui dokter untuk membicarakan tentang keluarga pasien yang ingin mencabut alat-alat ditubuh pasien karena sudah pasrah. Perawat



: “Selamat sore dok. Saya ingin menyampaikan pesan dari keluarga pasien Ny. Nyimas untuk dokter”



Dokter



: “Pesan apa ya sus?”



Perawat



: “Ny. Nyimas yang di rawat di ruang ICU yang di tangani oleh dokter, keluarga pasien meminta untuk mencabut alat yang dipasangkan ke tubuh ibunya karena beliau tidak tega dengan kondisi ibunya yang seperti itu dan juga tidak ada perkembangan dengan ibu beliau”



Dokter



:



“Baik sus saya akan mendiskusikannya lebih lanjut dengan dokter spesialis penyakit dalam”



Perawat



: “Baik dok kalau begitu saya permisi dulu”



Di sebuah tempat, dokter yang menangani pasien dan dokter spesialis sedang berdiskusi tentang tindakan terbaik yang harus dilakukan untuk pasien . Dokter



: “selamat siang dok”



Dokter spesialis : “selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” Dokter



: “begini dok, pasien saya terpasang alat pada tubuhnya namun hanya dapat mempertahankan hidup pasien. Alat tersebut tidak dapat menyembuhkan



pasien.



Jika



saya



melepas



alat



tersebut



maka



kemungkinan besar yang akan terjadi adalah pasien akan meninggal dunia. pasien masih mampu bertahan hidup sampai sekarang karena mendapat dukungan dari alat yang kita pasang yaitu alat memacu jantung dan alat bantu pernafasan.Lalu bagaimana menurut anda dok? bagaimana tindakan yang tepat yang harus saya lakukan?” Dokter spesialis : “Penyakit ginjal kronis memang tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk meredakan gejala, mencegah kemungkinan komplikasi, serta menghambat perkembangan penyakit gagal ginjal kronis menjadi lebih parah. Langkah penanganan yang bisa dilakukan dokter adalah dengan pemberian obat. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengendalikan penyakit yang menyertai kondisi ginjal, sehingga penurunan fungsi ginjal tidak bertambah buruk. Sementara untuk penderita gagal ginjal kronis tahap akhir atau berada pada stadium 5, maka penanganan yang dapat dilakukan mengganti tugas ginjal dalam tubuh dengan terapi pengganti ginjal.” Dokter



: “Iya dok, dari pengamatan saya, pasien semakin hari semakin memburuk, keluarga pasien pun sudah membuat keputusan untuk mencabut alat alat yang



terpasang



pada



pasien



untuk



lebih



jelasnya



kita



akan



membicarakannya kepada keluarga pasien. Apakah keluarga pasien masih



ada diruang tunggu Sus ? Jika masih, tolong sampaikan kepada keluarganya untuk menemui saya.” Perawat



: “Sepertinya masih ada dok. Baik dok, saya akan sampaikan pesan itu kepada keluarga pasien. Saya permisi dulu dok”.



Dokter



: “Ya, silahkan”.



Akhirnya perawat meninggalkan dokter tersebut, dan tidak lama dokter melakukan diskusi dengan dokter lain untuk membicarakan bagaimana baiknya dengan kondisi pasien tersebut. Sedangkan perawat menyampaikan pesan itu kepada keluarga pasien. Perawat



: “Permisi ibu, selamat sore. Ibu keluarga dari pasien Ny. Nyimas? Saya ingin menyampaikan pesan dari dokter, kalau ibu harus menemui dokter untuk membicarakan tentang pencabutan alat yang di pasang di pasien”.



Wali Pasien 1 : “Ya baik sus, saya akan segera menemui dokter”. Perawat



: “Baik ibu, terimakasih. Saya permisi bu”.



Akhirnya ibu tersebut menemui dokter yang bertanggung jawab atas Ny. Nyimas di ruangannya. Wali Pasien 1 : “Permisi dok, saya wali dari pasien Ny. Nyimas” Dokter



: “Iya ibu, silahkan masuk”



Wali Pasien 1 : “Ada apa ya dok memanggil saya” Dokter



: “tadi siang salah satu perawat yang berjaga di ruang ICU menyampaikan pesan kepada saya, bahwasanya ibu selaku wali dari pasien Ny. Nyimas ingin melepaskan alat-alat yang terpasang di tubuh pasien”



Wali Pasien 1 : “iya dok. Saya tidak tega melihat ibu saya seperti itu, saya sudah pasrah dok” Wali Pasien 2 : “bagaimana kondisi terakhir ibu saya dok? Dokter



: “mohon maaf ibu, saya ingin memberitahukan bahwa kondisi ibu Anda semakin hari semkin memburuk”



Wali Pasien 2 : “lalu apa tindakan terbaik yang dapat dilakukan dok?” Dokter



: “semua tindakan yang saya lakukan tergantung dengan persetujuan dari keluarga pasien. Jika saya melepas alat pemacu jantung dan juga alat bantu pernafasan kemungkinan besar yang akan terjadi adalah ibu Anda bisa meninggal. Memang hidup dan mati ada di tangan Tuhan, tetapi menurut medis penyakit Ny. Nyimas sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Jika kita masih memasang alat tersebut sampai sekarang itu hanya



membantu Ny. Nyimas bertahan hidup tetapi kondisi nya tidak pernah membaik. Jadi semua keputusan ada di pihak keluarga. Bagaimana ibu?” Wali Pasien 1 : “baiklah, jika itu yang terbaik kami keluarga insyaallah ikhlas jika harus kehilangan ibu. Karena biaya nya juga terlalu mahal, kami sudah tidak sanggup lagi untuk membayarnya.” Wali pasien 2 : “ iya, dengan begitu ibu tidak akan merasa sakit lagi di dunia. Insyaallah kami ikhlas dok. Kami sebagai keluarga setuju jika harus melepas alat tersebut dan kami akan terima konsekuensi nya”. Dokter



: “Baik kalau itu keputusan ibu dan keluarga, saya tidak bisa memaksakan kehendak kalian. Tetapi, ibu harus membuat surat perjanjian untuk melepaskan alat”



Wali Paien 1



:



“Baik



dok,



saya



perwakilan



keluarga



akan



menuliskan



dan



menandatanginya” Dokter



: “ini ibu surat perjanjiannya. Silahkan di tanda tangani”



Wali Pasien 1 : “baik dok. Terima kasih dok” Dokter



: “sama-sama ya bu. Saya permisi”



Setelah mendapatkan persetujuan keluarga Ny. Nyimas alat yang melekat pada tubuh Ny. Nyimas akhirnya di lepas. Dan setelah beberapa jam alat tersebut dilepas, Ny.Nyimas meninggal dunia.