16 0 103 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)
I.
Konsep Dasar A. Definisi Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Smeltzer & Bare, 2002). Gagal ginjal kronis adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengerjakan fungsinya dimana ginjal sudah tidak mampu membuang produk sisa, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (termasuk keseimbangan asam dan basa), serta tidak mampu mengendalikan tekanan darah (Barbara C Long, 1996). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001) Katagori Tahapan GGK : 1. Penurunan faal ginjal (LFG = 40 –75%) Tanpa keluhan, faal ekskresi dan regulasi masih dapat dipertahankan 2. Insufisiensi ginjal (LFG = 20 – 50%) Keluhan yang berhubungan dengan azotemia, anemia, hiperurikemia. 3. Sindrom acute on CRF (oliguri, overhidrasi, edema perifer, asidosis,
hiperkalemia,
anemia, hipertensi) 4. Gagal ginjal (LFG = 5 – 25%) Gambaran klinis dan lab makin nyata : peningkatan kadar ureum kreatinin serum, anemia 5. Terminal/end state (LFG = 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium h) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus jika SDM dan fragmen juga ada i) 2.
PH, Kekeruhan, Glukosa, Keton, SDP dan SDM
Darah : a) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
(kreatinin plasma normal 0,7 sampai 1,5 mg per 100 ml. b) Hitung darah lengkap: Ht menurun adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl.
5
c) SDM: waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin. d) Analisa Gas Darah: pH: penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. PCO2 menurun e) Natrium serum: rendah f)
Kalium: meningkat
g) Magnesium/fosfat: meningkat h) Kalsium: menurun i) 3.
Protein khususnya albumin: menurun
Radiologi : a) USG : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas. b) Retrograde pyelografi : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan uretra. c) Renal arteriografi : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi d) Kelainan ekstravaskuler, massa. e) Sistouretrogram: Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, retensi. f)
Renal biopsy : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan jaringan untuk diagnosis histologis.
g) Nefroskopi: Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, adanya batu, hematuria. h) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan: dapat menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi. F. Penatalaksanaan 1.
Penatalaksanaan Konservatif a) Memperlambat progresifitas: 1) pengendalian tek.darah 2) diet rendah protein, rendah fosfat 3) mengendalikan proteinuri&hiperlipidemi 4) obati ISK dengan antibiotik non-nefrotoksik 5) Obati asidosis metabolik dg NaHCO3 tab/I.v. 6) Obati hiperuricemia / kel.sendi dg.diet&obat b) Mencegah kerusakan lebih lanjut : 1) Hindari nefrotoksik:OAINS, aminoglikosid, kombinasi 2) sefalosporin dengan Furosemid.
6
sel
3) Hindari gangguan elektrolit. 4) Hindari dehidrasi, hipovolemia, antihipertensi yang terlalu kuat diuretik berlebihan, pantang air & garam terlalu ketat, keseimbangan cairan yang baik. 5) Hindari kateterisasi urine yg tidak perlu. 6) Obati decomp.cordis agar cardiac output membaik. c) Mengurangi gejala uremia : 1) Diet rendah protein(GFR 5-10% 40-50g/h; GFR 4-5% protein 20-30 g/h; kalori harus > 2500 kal/hari 2) Asam amino esensial 3) Gatal (pruritus) : Diet TKRP 4) Kel.gastro intestinal : kadang membaik dg diet TKRP, memperbaiki asidosis dengan NaHCO3, obat anti muntah. Perbaiki asidosis dengan NaHCO3, obat anti muntah. 5) Neuromuskuler : vit.B1, B6, B12 dosis tinggi, diazepam 6) Anemia: preparat Fe.asam folat, hormon anabolik untuk menstimulasi eritropoetin 7) Osteodistrofi renal: koreksi asidosis, obat pengikat fosfat, suple-mentasi kalsium, vitamin D3. d) Bila terapi konservatif gagal : dialisis/transplantasi. 2.
Hemodialisa a)
Dialisis Peritoneal Adalah bentuk terapi gagal ginjal akut atau kronik dimana cairan dialisat dimasukan kedalam rongga abdomen, menggunakan peritoneum sebagai membrane semi permeable antara dialisat dan darah yang terdapat dalam pembuluh darah abdomen cairan dapat dimasukan lewat pertukaran secara manual atau menggunakan mesin. Tipe Dialis Peritoneal(DP) meliputi: 1) DP intermitten 2) DP mandiri berkesinambungan (DPMB) 3) DP Dialirkan berkesinambungan (DPDB) 4) DP Nokturnal
b) Hemodialisis (HD) 3.
Transplantasi Ginjal
7
G. Komplikasi Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain: 1.
Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic, kata bolisme dan masukan diit berlebih
2.
Perikarditis, efusi pericardial dan temponade jantung
3.
Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin angitensin aldosteron
4.
Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi
5.
Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
8
II.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) A. Pengkajian 1. Data Subyektif
Pasien mengeluh tidak BAK
Pasien mengeluh urin yang keluar sedikit
Pasien mengeluh rasa tidak nyaman di perut bagian bawah karena tidak bisa BAK
Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
Pasien mengatakan dada berdebar-debar, badan terasa lemas, kaki bengkak
Pasien mengatakan sesak nafas, sakit kepala, mual, muntah
Pasien mengatakan sakit kepala, mengantuk
Pasien mengatakan kulit terasa gatal
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya dan perawatan yang harus dijalani
Pasien menanyakan kondisi penyakitnya
2. Data Obyektif
TD meningkat
Nadi meningkat
RR meningkat
Distensi vena jugularis
Pemasukan lebih besar daripada pengeluaran
Oliguria: volume urin kurang dari 400 ml/24 jam
Anuria: urin tidak ada
Warna urin keruh
BJ urin kurang dari 1,015
Edema periorbital
Edema pada area yang tergantung yaitu kaki, tangan, area lumbosakral
Kesadaran CM s/d penurunan kesadaran
Kelemahan otot
Diare
Parestesia wajah, lidah kaki, tangan
Nadi : irreguler
Nafas pendek
Na: ......
9
K : meningkat
CL : ......
Jumlah urin menurun
EKG yang khas: gelombang T tinggi, interval PR memanjang.
Adanya muntah
Karakteristik muntah
Porsi makan yang dihabiskan
BB sebelum sakit dan saat ini
Konjungtiva anemis
HB turun
Suhu normal
CRT normal atau meningkat
Edema
Tanda-tanda vital
Tipe pernafasan kusmaul
Hasil AGD
Perubahan status mental: mengantuk, koma
Kulit tampak kering keabu-abuan
edema
Perdarahan..............
Hematemesis
Melena
PT : .....
APTT : .....
HB : ...... Ca serum : ...... Ekspresi wajah tegang Pasien banyak bertanya Ekspresi wajah tampak bingung
B.
Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan 1 Perubahan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih, retensi cairan dan natrium
10
Data Subyektif :
Pasien mengeluh tidak BAK
Pasien mengeluh urin yang keluar sedikit
Pasien mengeluh rasa tidak nyaman di perut bagian bawah karena tidak bisa BAK
Data Obyektif :
TD meningkat
Nadi meningkat
RR meningkat
Distensi vena jugularis
Pemasukan lebih besar daripada pengeluaran
Oliguria: volume urin kurang dari 400 ml/24 jam
Anuria: urin tidak ada
Warna urin keruh
BJ urin kurang dari 1,015
Edema periorbital
Edema pada area yang tergantung yaitu kaki, tangan, area lumbosakral
Tujuan : Perubahan kelebihan volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan bengkak pada kaki berkurang/ hilang
Pasien mengatakan sesak napas berkurang/ hilang
Mata tidak cekung
Membran mukosa lembab
Bibir lembab
Muntah tidak ada
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Produksi urin bertambah
Warna urine tidak pekat
Turgor kulit elastis
Diuresis 0.5-1 cc/kgbb/jam
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
CL...........
Creatinin
11
Ureum Intervensi Keperawatan : 1.
Observasi keadaan umum pasien
2.
Kaji status cairan: adanya edema, distensi vena jugularis, edema periorbital.
3.
Ukur tanda tanda vital
4.
Timbang berat badan setiap hari
5.
Batasi intake cairan
6.
Ukur dan monitor balance cairan
7.
Berikan penkes pentingnya pembatasan cairan dan konsumsi garam berlebihan
8.
Libatkan keluarga untuk aktif dalam pembatasan cairan pasien
9.
Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium: BUN, ureum,Kreatinin, natrium dan kreatinin urine
10. Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit serum Diagnosa Keperawatan 2 Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia berhubungan dengan penurunnya fungsi pengaturan elektrolit di ginjal Data Subyektif :
Pasien mengatakan badan terasa lemas, dada berdebar-debar
Data Obyektif :
Kesadaran CM s/d penurunan kesadaran
Kelemahan otot
Diare
Parestesia wajah, lidah kaki, tangan
Nadi: ireguler
Nafas pendek
Na:
K : meningkat
CL
Jumlah urin menurun
EKG yang khas: gelombang T tinggi, interval PR memanjang.
Tujuan : Gangguan keseimbangan elektrolit teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan
12
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan badan tidak lemas
Pasien mengatakan dada tidak berdebar-debar
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak kelemahan otot
Diare tidak ada
Parestesia wajah, lidah kaki, tanganberkurang
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
Intervensi Keperawatan : 1. Observasi keadaan umum pasien 2. Kaji adannya tanda-tanda hiperkalemia: nafas pendek, berdebar debar, lemas, parestesia, kelemahan otot, diare. 3. Ukur tanda tanda vital 4. Batasi intake makanan tinggi kalium seperti pisang, kacang-kacangan, buah persik, kentang, salmon, tomat, semangka 5. Monitor EKG 6. Beri penkes tentang tanda-tanda hiperkalemia: nafas pendek, berdebar debar, lemas, parestesia, kelemahan otot, diare. 7. Berikan penkes pada pasien dan keluarga pentingnya diet rendah kalium 8. Libatkan keluarga untuk segera melapor keperawat jika ada tanda-tanda hiperkalemia 9. Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit serum 10. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan (deuretik, bicarbonat) Diagnosa Keperawatan 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang menetap, pembatasan asupan diet Data Subyektif :
Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
Data Obyektif :
Adanya muntah
Karakteristik muntah
Porsi makan yang dihabiskan
BB sebelum sakit dan saat ini
13
Tujuan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan mual berkurang
Pasien mengatakan napsu makan meningkat
Muntah berkurang
Porsi makan habis ½-1 porsi
Nyeri epigastrium berkurang
BB normal
HB dalam nilai normal
Albumin normal
Intervensi Keperawatan : 1. Kaji pola makan pasien sebelum dan sesudah sakit 2. Observasi KU pasien 3. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering 4. Timbang BB perhari 5. Beri penkes pentingnya pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal 6. Libatkan pasien dan keluarga dalam pemberian makan porsi kecil tapi sering 7. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk diet pasien Diagnosa Keperawatan 4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah Data Subyektif :
Pasien mengatakan lemas dan Pasien mengeluh sesak terutama jika beraktifitas
Data Obyektif :
Keadaan umum lemah
Konjungtiva anemis
HB turun
Tujuan : Intoleransi aktifitas tidak teratasi selelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan lemas berkurang
Pasien mengatakan tidak mudah lelah
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Konjungtiva tidak anemis
14
Hb dalam batas normal Intervensi Keperawatan : 1. Kaji toleransi pasien dalam beraktifitas 2. Ukur TTV sebelum dan sesudah aktifitas. 3. Tingkatkan aktifitas sesuai batas toleransi bantu melakukan ROM aktif dan pasif 4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien melakukan ROM aktif dan pasien 5. Jelaskan kepada pasien/ keluarga mengenai manfaat aktifitas ROM aktif dan pasif 6. Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit serum Diagnosa Keperawatan 5 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan volume sirkulasi ketidakseimbangan elektrolit Data Subyektif :
Pasien mengatakan dada berdebar-debar, badan terasa lemas, kaki bengkak
Data Obyektif :
KU
TD meningkat
Nadi cepat, ireguler
Suhu normal
RR meningkat
CRT normal atau meningkat
Edema
Tujuan : Resiko penurunan curah jantung tidak terjadi/ teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan dada berdebar debar berkurang/ hilang
Pasien mengatakan tidak mudah lelah
Pasien mengatakan kaki bengkak berkurang
Tanda-tanda vital dalam batas normal
CRT < 3 “
Edema berkurang
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
CL dalam batas normal
15
Intervensi Keperawatan : 1. Observasi keadaan umum pasien 2. Auskultasi bunyi jantung 3. Kaji adanya tanda-tanda sesak, edema, dan distensi vena jugularis 4. Observasi tanda-tanda vital 5. Kaji adanya keluhan nyeri dada meliputi lokasi, penjalaran, intensitas 6. Evaluasi nadi perifer, CRT, kelembaban kulit 7. Berikan penkes pentingnya istirahat, pencegahan terhadap valsava manouver 8. Libatkan keluarga untuk memotivasi pasien tentang pentingnya istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen 9. Kolaborasi dengan dokter : a.Pemeriksaan elektrolit (Na, K, Mg, Ca) b.
Pemberian oksigen
Diagnosa Keperawatan 6 Gangguan keseimbangan asam basa berhubungan dengan penumpukan sampah metabolik, kerusakan ginjal sebagai mekanisme buffer Data Subyektif :
Pasien mengatakan sesak nafas, sakit kepala, mual, muntah
Data Obyektif :
KU
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Tipe pernafasan kusmaul
Hasil AGD
Hasil elektrolit
Tujuan : Gangguan keseimbangan asam basa teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan sesak nafas,
Pasien mengatakan sakit kepala
Pasien mengatakan mual, dan muntah
Tanda-tanda vital :
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
16
CL dalam batas normal Hasil AGD dalam batas normal Intervensi Keperawatan : 1. Observasi keadaan umum dan tingkat kesadaran 2. Kaji adanya tanda tanda gangguan kesimbangan asam seperti: mual, muntah, sakit kepala, penurunan ,tipe pernafasan kusmaul 3. Ukur tanda - tanda vital 4. Ukur balance cairan 5. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda asidosis metabolic seperti, sesak nafas, sakit kepala, mual muntah dan mengantuk 6. Libatkan pasien/keluarga untuk segera melapor ke perawat jika ada keluhan sesak nafas, sakit kepala, mual, muntah dan penurunan kesadaran(cenderung mengantuk) 7. Kolaborasi dengan dokter: a.
Untuk pemberian bicarbinat
b.
Pemantauan AGD dan Elektrolit
c.
Pemeriksaan albumin darah
d.
Pemberian bicarbonat
e.
Hemodialisa
Diagnosa Keperawatan 7 Resiko cedera berhubungan dengan perubahan status mental akibat abnormalitas kimia darah Data Subyektif :
Pasien mengatakan sakit kepala, mengantuk
Data Obyektif :
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Perubahan status mental: mengantuk, koma
Tujuan : Resiko cedera tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien tidak mengeluh sakit kepala
Keadaan umum baik
Kesadaran compos mentis
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Kejang tidak ada
17
Intervensi Keperawatan : 1. Observasi ku dan tingkat kesadaran 2. Observasi tanda tanda vital 3. Observasi adannya perubahan perilaku pasien 4. Pasang pengaman tempat tidur, jauhkan benda2 yang membahayakan 5. Berikan penkes pentingnya segera melapor perawat jika ada keluhan pusing dan pandangan kabur 6. Libatkan keluarga untuk memantau adannya perubahan status mental pasien seperti: pasien cenderung mengantuk 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antikonvulsan jika muncul kejang Diagnosa Keperawatan 8 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gannguan status metabolic, pruritas, edema Data Subyektif :
Pasien mengatakan kulit terasa gatal
Data Obyektif :
Kulit tampak kering keabu-abuan
edema
Tujuan : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan gatal pada kulit berkurang
Edema tidak ada
Luka pada kulit tidak ada
Intervensi Keperawatan : 1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskulerekimosis. 2. Pantau intake & output cairan, hidrasi kulit dan membrane mukosa. 3. Jaga kulit tetap kering dan bersih. 4. Ubah posisi tidur tiap 2 jam sekali,beri bantalan pada penonjolan tulang. 5. Beri perawatan kulit, batasi sabun, olesi lotion. 6. Pertahankan linen kering dan kencang. 7. Ajarkan menggunakan kompres lembab dan dingin pada area pruritas 8. Libatkan keluarga untuk menjaga kelembaban kulit dan membantu kompres lembab dan dingin
18
Diagnosa Keperawatan 9 Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan faktor pembekuan skunder kerusakan ginjal dalam memproduksi vit D Data Subyektif :
Pasien mengatakan gusi mudah berdarah
Data Obyektif :
Keadaan Umum …………..
Kesadaran : ……….
Tanda-tanda vital ..........
Perdarahan..............
Hematemesis
Melena
PT : .....
APTT : .....
HB : ......
Ca serum : ......
Tujuan : Resiko perdarahan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan gusi tidak mudah berdarah
Keadaan umum baik
Kesadaran compos mentis
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Perdarahan tidak ada
Hematemesis tidak ada
Melena tidak ada
PT/ APTT dalam batas normal
Hb dalam batas normal
Ca serum dalam batas normal
Intervensi Keperawatan : 1. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan seperti: hematemesis, melena, purpura, ekimosis 2. Ukur tanda-tanda vital 3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan
19
4. Libatkan pasien dan keluarga untuk segera melapor perawat jika ada tanda-tanda perdarahan 5. Kolaborasi dengan dokter: untuk pemberian tranfusi 6. pemberian obat-obat anti perdarahan Diagnosa Keperawatan 10 Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Data Subyektif :
Pasien menanyakan kondisi penyakitnya
Data Obyektif :
Ekspresi wajah tegang
Tanda- tanda vital
Tujuan : Cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien menyatakan pemahaman tentang kondisi penyakitnya
Ekspresi wajah rileks
Intervensi Keperawatan : 1. Kaji tingkat kecemasan pasien 2. Anjurkan dan beri kesempatan pasien dalam mengungkapkan kecemasannya 3. Dengarkan permasalahan pasien dengan penuh perhatian 4. Libatkan keluarga dalam menggali pasien untuk mengungkapkan kecemasannya 5. Batasi pengunjung 6. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman 7. Kolaborasi dengan dokter dalam menjelaskan kondisi penyakit pasien 8. Jelaskan kepada pasien/ keluarga tentang pentingnya membatasi pengunjung Diagnosa Keperawatan 11 Kurang pengetahuan tentang perawatan, kondisi, prognosis, tindakan berhubungan dengan kurangnya informasi/ salah interpretasi dan krisis situasi Data Subyektif :
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya dan perawatan yang harus dijalani
Data Obyektif :
Pasien banyak bertanya
Ekspresi wajah tampak bingung
20
Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditetapkan Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan pemahaman tentang penyakit yang dialaminya dan perawatan yang harus dijalani
Pasien tidak banyak bertanya
Ekspresi wajah tampak tenang
Intervensi Keperawatan : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien. 2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan 3. Beri penkes pada pasien dan keluarga mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan penanganannya penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal, pembatasan cairan diet dengan gagal ginjal 4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya. 5. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
menjelaskan
tentang
pnyakit
dan
penatalaksanaannnya C.
Implementasi Setelah intervensi keperawatan disusun, selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tindakan keperawatan harus mendetail agar semua tenaga keperawatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan pelayanan kepada pasien dan dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
D.
Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah: Suatu pendekatan proses keperawatan. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran. Price, S. A., Wilson, L. M. (1995). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C., Bare, B.G. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
22