Sap 9 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • YUNI
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSES POLITIK DALAM PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI



Oleh : Kelompok 8 :



Ni Putu Yuni Kusuma Dewi



(1707531126)



Vebyeta Listiani



(1707531139)



Niellashastri Shania Gayatri



(1707531156)



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITA UDAYANA 2019



A. KONSEKUENSI EKONOMI Konsekuensi ekonomi (economic consequences) adalah konsep, yang menyatakan bahwa walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal, efisiensi, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi pemakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi adalah penting dengan alasan: 1) Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi. 2) Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi yang berbeda. Konsep konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata. 3) Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan, khususnya kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang.



Munculnya Konsekuensi Ekonomi Munculnya konsekuensi ini diawali dari penelitian yang dilakukan oleh Stephen Zeff (1978) dalam jurnalnya “The Rise of Economic Consequences”. Adapun Stephen Zeff mendefiisikan kosekuensi ekonomi sebagai dampak dari pelaporan akuntansi pada kebiasaan pembuatan keputusan dalam bisnis, pemerintah, dan kreditur. Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi keputusan riil yang dibuat oleh manajer (atau pihak lain), daripada secara sederhana mencerminkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mencontohkan tindakan beberapa perusahaan di Amerika Serikat yang mengurangi laba yang dilaporkan dengan mengimplementasikan akuntansi biaya penggantian selama 1947 – 1948 atau selama periode inflasi tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghindari pajak serta menghindari persepsi publik terhadap laba tinggi perusahaan. Berbagai argumen muncul terkait intervensi tersebut dan



akuntan khususnya para pembuat standar mengalami dilema terkait pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Oleh karena itu, otoritas pembuat standar akuntansi secara berkala juga membuka diskusi dengan berbagai pihak termasuk pihak perusahaan terkait standar baru yang diusulkan. Zeff mendokumentasikan beberapa contoh dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board (pendahulu FASB) dan pendahulunya The Committee on Accounting Procedure. Menurut Zeff “intervensi pihak ketiga” sangat mempersulit penyusunan standar akuntansi. Adapun alasan lain munculnya konsekuensi ekonomi yaitu : a) Perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif dan kontrak utang b) Kebijakan akuntansi yang digunakan merupakan sumber informasi yang penting bagi investor c) Teori pasar modal efesien gagal menjelaskan perilaku pasar d) Diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi



B. MOTIVASI MANAJEMEN Scott (2006: 344) membagi cara pemahaman atas motivasi manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Definisi manajemen diungkapkan oleh Schipper (1989) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Aktivitas laba dapat terjadi karena



tiga faktor yaitu dengan cara: pemanfaatan transaksi akrual, perubahan metoda akuntansi, dan penerapan suatu kebijakan. Scott (2006: 346-355) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Program Bonus Healy (1985) menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan manajemen laba, manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan manajemen yang secara oportunistik mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan program kompensasi perusahaan. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah (di bawah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer akan melakukan manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap. 2. Motivasi Politik (Political Motivations) Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. Pada periode kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka. 3. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations) Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Motivasi perpajakan adalah motivasi yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan jumlah laba yang sedikit, maka akan meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk



menghitung pendapatan kena pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam keputusan manajemen laba. 4. Motivasi Perubahan Chief Executif Officer (Changes of CEO Mativations) Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka. Motivasi melakukan manajemen laba juga dapat dilakukan oleh CEO baru, terutama jika cost dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan operasi yang tidak diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan. 5. Penawaran Perdana (Initial Public Offering) IPO Ketika suatu perusahaan dinyatakan go public, informasi keuangan yang ada di dalam persuahaan merupakan sumber informasi penting. Informasi ini dapat digunakan untuk menilai perusahaan oleh calon investor. Untuk mempengaruhi calon investor, manajer akan berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. 6. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations) Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap covenant mengakibatkan cost yang tinggi pelanggaran terhadap covenant. C. CONTOH KASUS FASB menerbitkan SFAS nomor 2 mengenai peraturan pengakuan biaya riset dan pengembangan, yaitu biaya riset dan pengembangan langsung diakui sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut, dengan pengecualian biaya pengembangan software. Pada kasus SFAS No 2 ini diterapkan rigit uniformity. Akan lebih representational faithfulness bila biaya riset dan pengembangan sebagai finite uniformity, misalnya di dalam akuntansi minyak dan gas.



Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan industri lainnya. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak dan gas bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya, seperti: a. Adanya sifat untung-untungan (gambling) dari usaha explorasi menimbulkan beberapa alternatif dalam penggunaan metode pengakuan biaya atas cadangan yang tidak berisi minyak atau gas. b. Ada pendapat yang menyatakan bahwa pengakuan biaya harus dikaitkan dengan aktivitas sampai diketemukannya cadangan minyak atau gas di suatu negara, sehingga semua biaya yang terjadi ditangguhkan dan akan dikapitalisasi sebagai bagian dari cadangan minyak yang ditemukan di negara tersebut. c. Pendapat lain menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk pencarian minyak dan gas harus dikaitkan dengan hasil dari aktivitas pencarian suatu cadangan. Biaya tersebut akan dikapitalisasi bila cadangan tersebut dalam kenyataan berisi minyak atau gas dan sebaliknya akan dinyatakan sebagai beban kalau cadangan tersebut tidak berisi minyak atau gas. Perbedaan perlakuan akuntansi terjadi karena adanya perbedaan pandangan dalam perlakuan biaya yang dikapitalisasikan, beban yang diakui serta perhitungan amortisasinya. Sehingga perbedaan tersebut pada akhirnya memperkenalkan konsep pencatatan biaya dengan dasar Full Cost Method (FC) dan Successful Effort Method (SE) yang pada akhirnya mengakibatkan perbedaan pada laporan keuangan yang dihasilkan. Metode successful effort hanya akan mengakui biaya-biaya penelitian atas sumur yang sukses mendapatkan cadangan terbukti saja yang akan dikapitalisasikan. Biaya-biaya atas sumur-sumur yang tidak berhasil dinyatakan tidak memiliki manfaat di masa mendatang dan karena itulah harus dibebankan pada periode terjadinya. Sebaliknya, karena tidak ada cara untuk menghindarkan biaya-biaya yang tidak berhasil dalam pencarian cadangan minyak dan gas bumi, maka full cost method menganggap baik biaya-biaya yang terjadi pada sumur sukses menemukan cadangan minyak dan gas bumi maupun tidak, tetap diakui sebagai bagian biaya penemuan cadangan minyak dan gas bumi. Hubungan langsung antara biaya-biaya yang terjadi dengan penemuan cadangan minyak dan gas bumi tidaklah penting dalam metode full cost. Dengan demikian, bila digunakan metode full cost baik biaya yang sukses maupun tidak, akan



dikapitalisasikan walaupun biaya yang terjadi pada sumur yang tidak sukses tidak memiliki manfaat sama sekali bagi perusahaan dimasa mendatang.



Daftar Pustaka Zeff, Stephen A. “The Rise of Economic Consequences.” The Journal of Accountancy (December 1978), pp.56-63. https://www.slideshare.net/chappunk/tugas-8-konsekuensi-ekonomi (diakses pada 19 Oktober 2019) Astika, I.D.B. https://docs.google.com Manajemen Laba dan Motif yang Melandasinya. Fakultas Ekonomi Udayana. https://dokumen.tips/download/link/materi-kelompok-2-manajemen-laba-konsekuensiekonomi. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2019