Satuan Acara Agregat Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (S A P)



Laporan Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Keluarga dan Komunitas Disusun oleh: Della Yunita



2210721003



Fitrianih Azzahra



2210721009



Jihan Almira Dewi



2210721020



Srimpi Pamulatsih



2210721021



Pricilia Dewi Sulistyawati



2210721029



Afifah Afriana



2210721044



Ahmad Nursalam



2210721049



Faradilla Azzahra



2210721053



Ezzah Najlalya



2210721058



Frida Anindita Yulianti



2210721067



UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS 2022



SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN DAN PENANGANAN DEMAM THYPOID



Pokok Bahasan



: • Diare •



Cuci Tangan







Pembuatan Oralit







Demam Thypoid







Penanganan Demam







Penanganan Kejang Demam







Kebutuhan Nutrisi Saat Demam



Sasaran



: Keluarga Yang Memililiki Anak Usia 0-11 Tahun



Tempat



: Posyandu Mawar Rt.04 Rw.07



Hari / Tanggal



: Sabtu, 10 September 2022



Waktu



: 30 Menit



Susunan Anggota



: 1. Ezzah Najlalya – Ketua Pelaksana 2. Frida Anindita Yulianti – Wakil Ketua Pelaksana 3. Srimpi Pamulatsih - Pemateri 4. Pricilia Dewi Sulistyawati - Pemateri 5. Ahmad Nursalam - Pemateri 6. Faradilla Azzahra – Anggota 7. Della Yunita - Anggota 8. Fitrianih Azzahra - Anggota 9. Afifah Afriana – Anggota 10. Jihan Almira Dewi – Anggota



A. Tujuan Intruksional 1. Tujuan Intruksional Umum Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, keluarga memahami dan mampu menjelaskan tentang materi yang telah diberikan. 2. Tujuan Intruksional Khusus Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu memahami materi: a. Diare



b. Cuci Tangan c. Pembuatan Oralit d. Demam Tyoid e. Penanganan Demam f. Penanganan Kejang Demam g. Kebutuhan Nutrisi Saat Demam B. Metode dan Media Metode



: Diskusi dan Tanya Jawab



Media



: Lembar leaflet dan Lembar balik



C. Kegiatan No



Langkah-langkah



1



Pendahuluan



Waktu 5 menit



Kegiatan Penyuluhan  Memberi salam dan memperkenalkan diri  Menjelaskan maksud



Kegiatan Sasaran  Menjawab salam  Mendengarkan  Menjawab pertanyaan



dan tujuan penyuluhan  Melakukan Evaluasi Validasi 2



Penyajian



30 menit



Menjelaskan



materi  Mendengarkan



penyuluhan mengenai :



dengan seksama



 Diare  Cuci Tangan  Pembuatan Oralit  Demam Typoid  Penanganan demam  Penanganan kejang demam  Kebutuhan nutrisi saat demam 3



Evaluasi



5 menit



 Memberikan pertanyaan



 Menjawab akhir  Mendemonstrasikan



sebagai evaluasi 4



Penutup



5 menit



 Menyimpulkan bersama-sama hasil



 Mendengarkan  Menjawab salam



kegiatan penyuluhan  Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam D. Evaluasi 1. Pasien mampu menyebutkan pengertian : • Diare • Cuci Tangan • Pembuatan Oralit • Demam Typoid • Penanganan Demam • Penanganan Kejang Demam • Kebutuhan Nutrisi Saat Demam 2. Pasien mampu menyebutkan tujuan dari : • Diare • Cuci Tangan • Pembuatan Oralit • Demam Typoid • Penanganan Demam • Penanganan Kejang Demam • Kebutuhan Nutrisi Saat Demam 3. Pasien mampu menyebutkan apa saja cara : • Diare • Cuci Tangan • Pembuatan Oralit • Demam Typoid • Penanganan Demam • Penanganan Kejang Demam • Kebutuhan Nutrisi Saat Demam



E. Lampiran Materi 1. Diare a. Pengertian Diare merupakan penyakit yang sering dialami oleh manusia di kalangan manapun baik itu balita, anak-anak, dewasa, orangtua juga lanjut usia. World Health Organisation mendefinisikan diare sebagai penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali, perubahan bentuk dan konsistensi tinja lembek hingga mencair hingga dapat disertai dengan muntah atau tinja yang bercampur dengan darah (WHO, 2017). Penyakit diare didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Saputri, N. et.al. 2019). b. Tanda dan Gejala Diare Gejala dari diare biasanya ditandai dengan suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, kemudian timbul diare (mencret) yang terjadi lebih sering dari biasanya dan di dalam tinja dapat disertai atau tidak lendir maupun darah. Warna dari tinja lama kelamaan menjadi kehijauan akibat dari bercampurnya tinja dengan cairan empedu. Anus menjadi lecet akibat dari defekasi yang terus menerus yang terjadi pada penderita, tinja semakin berbau asam karna banyaknya asam laktat yang tidak dapat diserap oleh usus selama mengalami diare. Kemudian gejala muntahpun hadir bahkan sebelum maupun sesudah terjadi diare yang disebabkan oleh lambung perut yang ikut meradang akibat dari gangguan keseimbangan asam dan elektrolit, akibatnya elektrolit tubuh (deficit elektrolit) penderita akan mengalami devisit karbohidrat yang disertai dengan gejala muntah, nafas semakin cepat dan dalam, otot melemah, aritmia jantung, distensi abdomen dan hipoglikemia (yang pada umumnya terjadi pada anak yang malnutrisi (kekurangan gizi) dengan gejala kejang dan koma (Susanti, 2018) c. Faktor Penyebab Diare Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, menurut Depkes RI (2017), penyebab diare secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi enam golongan yaitu: 1. Infeksi Agen penyebab penyakit diare karena infeksi, dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: Tanda dan gejala yang muncul ialah:



a. Bakteri Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit diare diantaranya



shigella,



Salmonella, Echericia coli (E. Coli), Golongan vibrio, Bacilus cereus, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Camphylo bacter, serta Aeromonas. b. Virus Virus yang dapat menyebabkan penyakit diare diantaranya adalah Rotavirus, Norwalk dan Norwalk Like, serta Adenovirus. Penyebab diare terbesar disebabkan oleh virus yaitu virus dari golongan rotavirus. c. Parasit Parasit yang dapat menyebabkan penyakit diare diantarnya adalah Protozoa seperti



Entamoeba



histolytica,



Giardia



lamblia,



Balantidium



coli,



Cryptosporidium. Cacing perut, seperti: Ascaris, Trichuris, Stongloides, dan Blastissistis huminis. 2. Malabsorbsi Merupakan kegagalan usus dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus, atau dapat diartikan dengan ketidak mampuan usus menyerap zat-zat makanan tertentu sehingga menyebabkan diare. 3. Alergi Alergi yaitu tubuh tidak tahan terhadap makanan tertentu, seperti alergi terhadap laktosa yang terkandung dalam susu sapi. 4. Keracunan Keracunan yang dapat menyebabkan diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu keracunan dari bahan-bahan kimia, serta keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi oleh makhluk hidup tertentu (seperti racun yang di hasilkan oleh jasad renik, algae, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran). 5. Immunodefisiensi Immunodefisiensi dapat bersifat sementara (misalnya sesudah infeksi virus), atau bahkan berlangsung lama seperti pada penderita HIV/ AIDS. Penurunan daya tahan tubuh ini menyebabkan seseorang lebih mudah terserang penyakit termasuk penyakit diare. 6. Sebab-Sebab lainnya Faktor perilaku seperti tidak mencuci tangan setelah terhubung dengan feces ataupun setelah BAB, kemudian tidak mencuci tangan sebelum makan. Faktor lingkungan



seperti ketidaktersediaanya jamban, air bersih, tempat pengolahan air limbah juga tempat pengelolaan sampah. d. Pencegahan Diare Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara: 1. Membiasakan diri mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu penting: a. Sebelum makan. b. Sesudah buang air besar (BAB). c. Sebelum menyentuh anak terutama yang paling rentan adalah balita. d. Setalah membersihkahkan anak setelah buang air besar ataupun sesudah membersihkan kotoran anak pada pampers. e. Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk siapapun. 2. Menggunakan air dari sumber yang bersih, disimpan dalam tempat penampungan yang bersih dan terhindar dari sumber pencemaran. 3. Mengkonsumsi air minum yang telah di masak terlebih dahulu 4. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasian tempat pembuangan sampah ditempatkan ditempat yang sudah sesuai, yang tidak berdekatan dengan tempat penyediaan makanan yang sudah jadi ataupun makanan belum jadi, agar makanan dapat terhindar dari cemaran vektor pembawa penyakit (lalat, kecoa dan tikus). 5. Melakukan proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, dalam hal ini dalam pelaksanaanya sebaiknya dengan meggunakan WC/jamban yang memiliki septiktank (Ardyani, 2018).



e. Penanganan Diare Penanganan diare yang dapat dilakukan langsung dalam rumah yaitu: a. Terapi A Tanpa Dehidrasi Buang air besar 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajen, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A. Cara pemberian cairan yang dapat diberikan di rumah: 1) Memberikan lebih banyak cairan. 2) Memberikan makanan terus menerus.



3) Membawa ke petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari. b. Dehidrasi Ringan Atau Sedang, Dengan Terapi B Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan 6-7% dari berat badan. Untuk mengobati diare pada derajat dehidrasi ringan/sedang digunakan terapi B, yaitu pada jam pertama, jumlah oralit yang digunakan bila berumur kurang dari 1 tahun sebanyak 300 ml, umur 1 – 4 tahun sebanyak 600 ml, dan umur lebih dari 5 tahun sebanyak 1.200 ml. c. Dehidrasi Berat, dengan Terapi C Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau RS untuk diinfus RL (Ringer Laktat). d. Pemberian makanan Pemberian makan seperti semula, namun dalam penanganan diare, makanan yang dikonsumsi dipastikan kebersihan baik dalam mengolah maupun menyajikan hingga boleh menjadi penyembuh bagi penderita diare. e. Antibiotik Bila Perlu Tidak semua yang mengalami diare harus menggunakan antibiotic karna sebagian penyebab



diare



adalah



rotavirus



yang



tidak



memerlukan



antobiotik



dalam



penatalaksanaan kasus diare, karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya juga dapat merugikan penderita (Widoyono, 2011:198). Dalam hal inicperhatikan lebih dulu penyebab dari pada diare hingga boleh memutuskan menggunakan antibiotic atau tidak. f. Pemberian Zinc Merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.



KEJANG DEMAM a. Pengertian Kejang pada anak terutama pada balita sering orang tua.



kali



tidak



dimengerti oleh



para



Akibatnya, orang tua kerap menjadi panik dan berpotensi melakukan



langkah yang justru pada anak. Kejang



salah



dan



membahayakan untuk lebih memahami kejang



demam merupakan



bangkitan



kejang



yang



terjadi



akibat



kenaikkan suhu mencapai 38ºC, karena proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Kejang demam sederhana merupakan kejang bersifat umum berlangsung beberapa detik dan kurang dari 15 menit (Nova et al., 2020). Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu tubuh diatas 38°C), tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan elektrolit atau metabolik, terjadi pada anak diatas usia 1 bulan, dan tidak terdapat riwayat kejang tanpa demam (Handryastuti, 2021) b. Penyebab Airlangga Universty Press (AUP) (2015) menyatakan bahwa kejang demam (febris convulsion/stuip/step) merupakan kejang yang timbul pada waktu demam yang tidak disebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya karena



ada



nya



infeksi



di saluran



pernapasan,



telinga



atau



infeksi



di



saluran pencernaan. Biasanya dialami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang paling sering dicetuskan oleh suhu yang tinggi pada anak. Penyebab suhu tinggi pada anak 80% diakibatkan oleh infeksi virus yang menyebabkan penyakit ISPA, roseola infantum, influenza A, otitis media, faringitis, dan disentri (Handryastuti, 2021). 1.



Infeksi



Adanya infeksi pada tubuh meningkatkan risiko anak alami kejang demam, seperti infeksi virus flu, radang amandel, dan infeksi telinga. 2.



Dampak Imunisasi



Kejang demam yang dialami anak setelah imunisasi merupakan dampak dan imunisasi yang dijalani bukan penyebab anak alami kejang demam. 3.



Faktor Genetik



Jika orangtua pernah mengalami kejang demam berulang, kondisi ini juga rentan dialami oleh anak. Faktor genetik dapat menjadi salah satu penyebab anak mengalami kejang demam. 4.



Riwayat Kejang Demam



Kejang demam dapat terjadi secara berulang pada anak apalagi jika anak pernah mengalami kejang demam sebelum usianya 1 tahun dan anak mengalami kejang demam ketika suhu tubuh tidak terlalu tinggi. c. Pencegahan Kejang Demam Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk cegah kejang demam pada anak selain dengan memberikan obat penurun panas untuk menurunkan suhu tubuh anak. Parasetamol dan ibuprofen menjadi dua jenis obat penurun panas yang biasa diresepkan dokter untuk menurunkan demam pada anak agar tidak terjadi kejang. Namun, ibu bisa melakukan tindakan pencegahan kejang dengan 1) Memberikan kompres hangat pada bagian dahi, lipatan siku, dan ketiak anak. 2) Berikan anak minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tubuhnya terpacu untuk buang air kecil. 3) Siapkan ibu memiliki satu atau dua buah termometer di rumah agar bisa mengukur suhu tubuh anak sewaktu-waktu demi cegah kejang demam pada sang buah hati. d. Penanganan Kejang Demam Berikut ini adalah cara tepat untuk menangani kejang demam pada anak: 1. Ketika anak mengalami kejang demam, hindari untuk menahan gerakan anak. Letakkan anak pada tempat yang nyaman dan empuk untuk mencegah anak terkena cedera. 2. Jangan meninggalkan anak dalam keadaan kejang demam. Perhatikan gerakan dan perilaku anak ketika mengalami kejang demam. 3. Hindari memasukkan apa pun ke dalam mulut anak, termasuk obat-obatan. Kondisi ini untuk menghindari anak tersedak ketika mengalami kejang demam. 4. Anak yang mengalami kejang demam rentan mengeluarkan busa atau muntah, sebaiknya ibu posisikan anak dalam keadaan miring. Hal ini untuk mencegah cairan yang keluar dari mulut masuk kembali dalam tubuh anak jika anak dalam posisi telentang. Kondisi ini bisa membahayakan anak karena dapat tingkatkan risiko tersedak. 5. Ibu perhatikan kejang demam yang terjadi pada anak. Umumnya, kejang demam anak yang sederhana dapat reda dengan sendirinya. Jika kejang demam pada anak berlangsung lebih dari 5 menit, segera bawa anak menuju rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan secara medis dan mengetahui penyebab kejang demam.



e. Kebutuhan Nutrisi Anak Ketika Demam Terdapat beberapa intervensi yang dapat disusun untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien anak dengan demam



1. 2. 3. 4. 5.



Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik, Anjurkan makan porsi kecil dan sering, Timbang berat badan secara teratur Beri umpan balik positif pada anak yang menunjukkan peningkatkan nafsu makan Beri penjelasan kepada anak dan orang tua tentang pentingnya nutrisi bagi penyembuhan penyakit 6. Beri pendidikan kepada orang tua mengenai sakit anaknya agar menerapkan diit yang tepat 7. Kolaborasi dalam pemberian diit dan cairan parenteral jika demam tidak kunjung turun Zat gizi yang dianjurkan kepada anak ketika sedang sakit 1. Protein Untuk mencegah hilangnya massa otot anak. Protein berfungsi membangun sel tubuh anak, membantu menyeimbangkan cairan tubuh, dan meningkatkan kemampuan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit itu sendiri. 2. Vitamin C Vitamin ini bermanfaat untuk menjaga daya tahan, menjaga fungsi kerja organ-organ tubuh, membantu proses pemulihan tubuh dari penyakit, membantu penyerapan zat besi, serta membantu proses penyembuhan luka. 3. Vitamin A Vitamin yang berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, bekerja sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas, memulihkan jaringan yang luka, dan menjaga kesehatan mata. 4. Zinc Ketika anak sakit, sistem pertahanan tubuhnya rendah. Zat gizi ini bisa meningkatkan kekebalan tubuh anak kembali. Zinc bisa didapat dari bahan makanan seperti ayam, yang juga kaya akan protein dan vitamin A. THYPOID a. Pengertian Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013). Terjadinya penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal) (Rosasi, 2019)



b. Penyebab Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016). c. Pencegahan Thypoid Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni: a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid. b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan. c. Perlindungan dini agar tidak tertular. Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala macam. Lewat tangan kita bisa memindahkan kuman. Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid: a. Cuci tangan. Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam Thypoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air. b. Hindari minum air yang tidak dimasak. Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik Thypoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya.



Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi. c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah. Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas. d. Pilih makanan yang masih panas. Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi. Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain: 1) Sering cuci tangan anda. Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. 2) Bersihkan alat rumah tangga secara teratur. Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari. 3) Hindari memegang makanan. Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella. 4) Gunakan barang pribadi yang terpisah. Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan menggunakan air dan sabun. ]



d. Penanganan Thypoid 1. Penderita demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk di isolasi, observasi serta pengobatan 2. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring 3. Penderita diberi makan bubur saring. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari perdarahan usus atau perforasi usus (pantang sayuran yang berserat kasar).



SOP PEMBUATAN ORALIT 1.



Pengertian



ORALIT adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium Klorida (NaC1) kalium klorida). Sitrat dan glukosa.



Oralit



osmoralitas



rendah



telah



direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF. 2.



Tujuan



Larutan untuk mengatasi diare dan mencegah dehidrasi



3.



Prosedur



a. Persiapan Bahan dan Alat : 1. Gula pasir sebanyak satu sendok teh 2. Garam dapur sebanyak seperempat sendok teh 3. Air masak atau air teh yang masih hangat namun tidak selagi mendidih.Takarannya sebanyak satu gelas atau sekitar 200 ml 4. Gelas kaca yang berukuran normal 5. Sendok teh b. Langkah – Langkah Prosedur : 1. Cuci tangan sampai bersih agar tidak ada kuman penyakit yang menyebar. 2. Tuangkan air masak atau air teh tersebut ke dalam gelas sebanyak satu gelas penuh 3. Masukkanlah gula pasir serta  garam dapur itu sesuai dengan takaran yang telah ditentukan kedalam gelas tersebut 4. Gelas tersebut  kita aduk sampai gula dan garamnya benar-benar larut dalm air. Setelah selesai kita bisa langsung meminumnya



5.



Tahap Kerja



Tahap Orientasi 1. Ucapkan salam dan perkenalkan nama 2. Jelaskan tujuan 3. Kontrak waktu Tahap Kerja



1. Lakukan 6 langkah cuci tangan : a) Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan b) Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan sebaliknya c) Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin d) Punggung



jari-jari



pada



telapak



tangan



berlawanan dengan jari-jari saling mengunci e) Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya f) Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya. g) Keringkan tangan dengan tissue 2. Tuangkan air panas atau hangat kedalam gelas sebanyak 200 cc 3. Masukan ¼ sendok teh garam dan 1 sendok teh gula pasir kedalam gelas 4. Aduk sampai garam dan gula benar-benar larut 5. Setelah larut bisa langsung diberikan atau meminumnya Tahap Terminasi 1. Evaluasi verbal dan non verbal



SOP CUCI TANGAN 1.



Pengertian



Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah membasahi



tangan



dengan



air



mengalir



untuk



menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang 2.



Tujuan



1. Menjaga Kebersihan diri 2. Mencegah infeksi silang 3. Sebagai pelindung diri



3.



Manfaat



1. Untuk menghindarkan penularan penyakit melalui tangan. 2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan) 3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar. 4. Supaya tidak menjadi agen penular bibit penyakit kepada orang lain



4.



Indikasi



1. Sebelum dan setelah makan. 2. Setelah ganti pembalut. 3. Sebelum



dan



setelah



menyiapkan



makanan,



khususnya sebelum dan setelah 4. memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan. 5. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan. 6. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan. 7. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu. 8. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka. 9. Setelah menangani sampah. 10. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak. 11. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain – lain). 12. Pulang bepergian dan setelah bermain. 13. Sesudah buang air besar dan buang air kecil. 5.



Tahap Kerja



Tahap Orientasi 1. Ucapkan salam dan perkenalkan nama



2. Jelaskan tujuan 3. Kontrak waktu Tahap Kerja 1. Basahkan tangan dengan air mengalir 2. Lakukan 6 langkah cuci tangan : a) Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan b) Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan sebaliknya c) Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin d) Punggung



jari-jari



pada



telapak



tangan



berlawanan dengan jari-jari saling mengunci e) Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya f) Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya. 3. Keringkan tangan dengan tissue Tahap Terminasi 1. Evaluasi verbal dan non verbal



DAFTAR PUSTAKA



Ardyani, Diyah. 2018. Studi Deskriptif Hemodinamika Pada Pasien Diare Anak Dengan Dehidrasi Di RSI Muhammadiyah Kendal. Thesis, Universitas Muhammadiyah. Semarang Departemen Kesehatan RI. 2017. Informasi Singkat Pengendalian Penyakit Dan Penyuluhan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyuluhan Lingkungan Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical Association, 71(5), 241–247. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.52021-558 Laino D, Mencaroni E, Esposito S. Management of Pediatric Febrile Seizures. Int J Environ Res Public Health. 2018 Okt;15:22–32 National Institute of Neurological Disorder and Stroke. Diakses pada 2021. Febrile Seizures Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical Association, 71(5), 241–247. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.52021-558 Nova, A. P., Bayu, S. R. A., & Kiki, A. (2020). Penerapan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Hipertermia Pada Anak Yang Mengalami Kejang Demam Sederhana. Nursing Science Journal (NSJ), 1(1), 29–35. https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.18 ROSASI, L. P. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Typhoid Dengan Hipertemi Di RSIA ‘Aisyayah Klaten. 1. Susanti, dkk. 2018. Hubungan Perilaku Sehat Ibu Dan Lingkungan Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Daerah Aliran SungaiDeli kota Medan Tahun 2018. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan Saputri, N. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Bernung. Ilmu keperawatan dan kebidanan, 10 (1). pp.101-110.