Satuan Acara Bermain [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nike
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA BERMAIN MENEBAK GAMBAR PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN (TODDLER) SATUAN ACARA BERMAIN Pokok Bahasan



: Terapi Bermain pada Anak di Rumah Sakit



Sub Pokok Bahasan



: Terapi Bermain Anak Usia 2-3 Tahun



Tujuan



: Mengoptimalkan Perkembangan Motorik Halus



Tempat



: Ruang Seruni RSU. Karsa Husada Batu



Waktu



: Jumat, 5 Februari 2016 selama 30 menit (jam 09.30 s.d 10.00).



Sasaran



: 1. Klien”An. W” umur 2 tahun 2. Klien “An. A” umur 2 tahun 3. Klien “An. N” umur 2 tahun



Jenis Permainan



: Skill play



TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu : 1; Bisa merasa tenang selama dirawat. 2; Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat 3; Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat 4; Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan 5; Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi 6; Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal 7; Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu permainan 8; Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat



9; Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit 10; Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah sebagai alat komunikasi antara perawat – klien



RENCANA PELAKSANAAN No Kegiatan 1 Persiapan:



Waktu Subyek Terapi M  enit Ruangan, alat, anak



a; Menyiapkan ruangan b; Menyiapkan alat – alat c; Menyiapkan anak dan



dan



keluarga siap



keluarga



2



Proses :



20 menit



a; Membuka proses terapi



Menjawab



salam,



memperkenalkan



dengan mengucapkan sala



diri,



memperhatikan



m,memperkenalkan diri. b; Menjelaskan pada anak



dan keluarga tentang tujuan dan manfaat bermain, menjelaskan cara



Bermain



permainan



bersama



dengan



antusias dan mengungkapkan



c; Mengajak anak bermain d; Mengevaluasi respon anak



perasaannya



dan keluarga 3



Penutup



5 Menit



Menutup dan mengucapkan salam



Metode



: Bermain bersama



Media



: Lembar gambar dan alat gambar



Materi



: Terlampir



Memperhatikan dan menjawab salam



Pembagian tugas kelompok : 1; Leader 1



: Yeti Utami



2; Fasilitator



: As’ad Durrahman



3; Observer



: Ikke Chendy Vergantari



SETTING Leader



Fasilitato r



Anak Usia 2-3 tahun Observer



EVALUASI Peserta terapi bermain Tebak Gambar mampu: 1; Struktur a; Persiapan pasien 1; Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain 2; Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan 3; Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar b; Lingkungan 1; Lingkungan bermain menunjang 2; Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada



gangguan c; Media 1. Lembar gambar dan alat gambar 2; Proses 1; Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain 2; Fasilitator memberikan contoh 3; Anak mamapu menebak gambar dengan baik



4; Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya 5; Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai



3; Hasil 1; Anak mampu menebak gambar 2; Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar 3; Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan 4; Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan



MATERI SATUAN ACARA BERMAIN



1.1; PENDAHULUAN



Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya.Hal di atas di temukan juga pada Ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruan Kepanjen, di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi.



Dari latar belakang di atas menurut kelompok 4 perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya. PRESCHOOL 1. Pengertian Preschool Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. 2. Aspek Bahasa Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit



membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya. Hal di atas di temukan juga pada Ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruan Kepanjen, di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi. Dari latar belakang di atas menurut kelompok 4 perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainya. 3. Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang. Personal social : 1; Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di anggap di masyarakat 2; Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan 3; Menyadari hak dan kepentingan orang lain 4; Mulai dapat bermain dengan teman sebaya 5; Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan dan



6; penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain. 7; Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan sosialisasi dengan teman sebaya



4. Aspek Kognitif Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku ,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik,menilai



sesuatu



menurut



dimensinya,penilaian



muncul



berdasarkan



persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia. 1; Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak, X 2; Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi



1.2; FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN



1; Faktor Herediter Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. 2; Faktor lingkungan



Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain : 1; Lingkungan pranatal



Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok dan lain-lain. 2; Lingkungan post natal Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.



1.3; MACAM BERMAIN 1; Bermain aktif



Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar. 2; Bermain pasif



Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : 1; Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain. 2; Tidak ada variasi dari alat permainan. 3; Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. 4; Tidak mempunyai teman bermain.



1.4; APE ( ALAT PERMAINAN EDUKATIF )



Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : 1; Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. 2; Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll. 3; Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang



benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,



majalah, radio, tape, TV, dll. 4; Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll. 5; Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain 3; Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 4; Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 5; Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 6; Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. 7; Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. 8; Permainan yang dianjurkan : 



Menggambar







Bermain kertas lipat







Menyusun balok







Menyanyi







Alat olahr raga, masak, menghitung







Mobil – mobilan dll.



MATERI BERMAIN TEBAK GAMBAR



2.1; Pengertian



Tebak Gambar adalah permainan yang mendorong anak untuk mengenal objek gambar yang berbeda-beda seperti gambar hewan, buah, dan bangunan, dan lain-lain.



2.2; Tujuan umum



Klien mampu mengembangkan kemampuan kognitif dengan menebak gambar yang telah disediakan. 2.3; Tujuan khusus ; ; ;



Anak mampu menebak gambar yang diberikan Anak dapat mengetahui aturan dan cara bermain Anak tidak ragu-ragu dalam melaksanakan permainan



2.4; Keuntungan Menebak Gambar



Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan, antara lain: 1; Melatih kemampuan kognitif 2; Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak. 3; Mengembang imajinasi. 4; Meningkatnya daya kreativitas. 5; Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak. 6; Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan. 7; Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya. 8; Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan. 9; Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. 10; Membantu anak untuk mengenal benda-benda yang ada di sekitar 2.5; Metode Tebak Gambar



Ada beberapa metode dalam Tebak Gambar yaitu :



1; Tebak Gambar dengan cara mengamati (observasi). Anak bisa menebak gambar dan mengenal gambar sendiri tanpa diberitahu. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara menciptakan, perpikir, dan melampaui kemampuannya.



2.6; Hal – hal yang perlu diperhatikan saat Tebak Gambar



1; Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2; Menebak Gambar disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3; Ulangi suatu cara menebak gambar sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4; Jangan memaksa anak menebak gambar, bila anak sedang tidak ingin menebak gambar



2.7; Evaluasi



Peserta terapi bermain menggambar mampu: 1; Membedakan warna dan bentuk gambar sesuai dengan tingkat perkembangan 2; Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi



DAFTAR PUSTAKA



Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Gunawan, S. D. (2005). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT BPK Media. Hidayat, A. A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta. Whaley and Wong, 1991