SATUAN ACARA PENYULUHAN Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN KANKER SERVIK



A. Pendahuluan Kanker serviks merupakan penyebab kanker ketiga dan penyebab kematian keempat dari seluruh jenis kanker pada wanita diseluruh dunia. Di Indonesia kanker serviks menjadi penyebab kanker dan penyebab kematian kedua



pada wanita akibat kanker berdasarkan data World Health



Organitation (WHO, 2018). Lebih dari 85% kasus baru kanker serviks didiagnosis pada masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi. Hampir 90% kematian akibat kanker serviks terjadi pada wilayah dengan sumber daya rendah (Bermudez, Bhatla and Leung, 2016). Kejadian kanker serviks berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita, keluarga serta aspek pembiayaan kesehatan oleh pemerintah, maka sangat diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini (Kemenkes, 2017). Kanker serviks dapat dicegah dan disembuhkan dengan deteksi dini karena memiliki fase preinvasif yang panjang (Bradford and Goodman, 2016). Program pencegahan kanker serviks di Indonesia meliputi pencegahan primer



melalui



pengendalian



faktor



resiko



dan



vaksinasi



Human



Papilomavirus (HPV). Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini kanker serviks menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) sebagai metode yang dapat diterapkan pada daerah dengan sumber daya rendah serta tatalaksana krioterapi untuk IVA (lesi prakanker serviks) positif di tingkat Puskesmas dan rujukan ke Rumah Sakit (Kemenkes, 2017).



Menurut data dari WHO setiap tahunnya sebanyak 490.000 perempuan didiagnosa  menderita kanker serviks. 240.000 di antaranya meninggal dunia. Dan 80 persennya terjadi di Negara berkembang, salah satunya Indonesia. Kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara global dalam segi angka kejadian dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian. Kanker leher rahim menjadi peringkat pertama di negara berkembang dan menjadi sepuluh besar penyakit terbanyak di negara maju. Kanker serviks menduduki peringkat ke-2 dari 10 kanker terbanyak di Indonesia dengan insiden sebesar 12,70% (Kemenkes RI, 2016). Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Kementerian Kesehatan menyebutkan prevalensi penyakit kanker mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi di Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018). Sedangkan Aceh prevelensinya sama dengan angka nasional yaitu sebesar 1,4. Di Aceh berdasarkan kasus yang dilaporkan sampai degan bulan Juli 2017, kanker payudara dilaporkan ada 350 kasus dan kanker leher rahim sebanyak 115 kasus ( Dinas Kesehatan Aceh, 2018).



Menurut data dari Gampong Daboh didapatkan hasil bahwa jumlah penduduk yaitu sebanyak 351 jiwa sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 108 KK, dan remaja sebanyak 50 jiwa serta ibu-ibu sebanyak 47 jiwa. B. Topik Kegiatan 1. Topik



: Penyuluhan Kanker Serviks



2. Sasaran



: Remaja putri dan Ibu-ibu



3. Tempat



: Gampong Daboh reubee



4. Hari/Tanggal



:



5. Waktu



:



C. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah proses penyuluhan diharapkan remaja putri dan ibu-ibu Gampong Daboh mengerti tentang kanker serviks. 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu: 1.



Menyebutkan pengertian kanker serviks.



2.



Menyebutkan penyebab kanker serviks.



3.



Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks.



4.



Mengetahui deteksi dini kanker serviks.



5.



Menyebutkan penatalaksanaan kanker serviks.



6.



Mengetahui cara pencegahan kanker serviks.



D. Materi 1. Pengertian kanker serviks. 2. Penyebab kanker serviks. 3. Manifestasi Klinis kanker serviks. 4. Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks.



5. Pencegahan kanker serviks. 6. Penatalaksanaan kanker serviks. E. Metode 1. Diskusi. F. Media 1. Leaflet. 2. Bokleat. 3. Labtop. G. Pengorganisasian 1. Penanggung Jawab



: Mukarramah



2. Moderator



: Miftahul Jannah



3. Penyaji



: Mukarramah



4. Observer/Fasilitator



: Dwina Aulia



H. Kegiatan Penyuluhan No 1



Waktu 5 menit



Kegiatan Penyuluhan Pembukaan a) Membuka



kegiatan



Kegiatan Peserta Mendengarkan dengan pembukaan yang



mengucapkan salam.



disampaikan oleh



b) Memperkenalkan diri. c) Menjelaskan



tujuan



moderator. dari



penyuluhan. d) Menyebutkan materi yang akan diberikan. 2



15 menit



e) Menyampaikan kontrak waktu. Pelaksanaan



Mendengarkan



Penyampaian materi oleh pemateri:



memberikan



dan umpan



a) Menggali pengetahuan peserta balik tehadap materi tentang kanker serviks. b) Menjelaskan tentang pengertian



yang disampaikan.



kanker serviks. c) Menyebutkan penyebab kanker serviks. d) Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks. e) Menjelaskan tentang deteksi dini kanker serviks. f)



Menjelaskan



yang



dilakukan/



harus



penatalaksanaan



kanker serviks. g) Menjelaskan tentang pencegahan 3



20 menit



kanker serviks. Tanya jawab Memberikan peserta



5



5 menit



Mengajukan



kesempatan



untuk



bertanya



kepada pertanyaan tentang



materi yang kurang dipahami. Penutup a) Menjelaskan



kesimpulan



Mendengarkan dari dengan seksama dan



materi penyuluhan



menjawab salam



b) Ucapan terima kasih. c) Salam penutup



B. Kriteria Evaluasi 1.



Evaluasi struktur a) Peserta hadir ditempat penyuluhan. b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Gampong Daboh.



2.



Evaluasi proses a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan. b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar



3.



Evaluasi Hasil: Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan.



MATERI SATUAN PENYULUHAN KANKER SERVIK



A. Definisi Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita. Kanker leher rahim/Kanker serviks termasuk dalam kategori tumor ganas yang timbul di leher rahim wanita. Kanker ini dapat meluas ke vagina, rahim hingga indung telur (Shadine, 2012). Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti dan Walyani, 2015). Kanker adalah pertumbuhan sel-sel tubuh di luar kendali dan membentuk



sel-sel



baru



sehingga



mendesak



sel-sel



normal



yang



menyebabkan timbulnya masalah pada organ tempat kanker tumbuh (American Cancer Society, 2016a). Serviks adalah bagian bawah rahim berbentuk selinder yang terhubung dengan vagina. Pada bagian atas bertemu dengan korpus rahim yang disebut isthmus atau os internal dan batas bawah serviks yang terhubung dengan vagina disebut os eksternal. Dalam serviks itu sendiri secara anatomi terbagi atas endoserviks dan ektoserviks yang di lapisi oleh dua kelenjar yang berbeda. Endoserviks di lapisi oleh epitelium kolumnar dan ektoserviks



dilapisi epitel skuamosa dimana kedua kelenjar ini bertemu pada Scuamocolumnar Junction (SCJ) (Dunleavey, 2009; Bermudez, Bhatla and Leung, 2016).



B. Etiologi Human Papiloma Virus (HPV) merupakan penyebab tersering terjadinya kanker serviks pada wanita yang ditularkan melalui kontak seksual. Terdapat 15 tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73, dan 82. Penyebab paling umum yang menyebabkan lebih dari 75% kasus kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18 ( Jhingran and Rodriguez, 2017; Kessler, 2017). Faktor Resiko Kanker Serviks Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kanker serviks antara lain: 1) Faktor genetik: Kelainan genetik berperan dalam karsinogenesis dan agresivitas tumor serviks sekitar 32-34 %. Keluarga dengan riwayat kanker serviks dapat meningkatkan resiko dua sampai tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker serviks (Jhingran and Rodriguez, 2017; Kessler, 2017).



2) Perilaku seksual: Perilaku seksual terkait dengan usia awal melakukan hubungan seksual dan jumlah pasangan seksual atau pasangan dengan banyak pasangan seks. Hal ini berhubungan dengan kemungkinan serviks terpapar faktor karsinogen lebih tinggi dan lebih lama. Wanita yang pertama kali melakukan hubungan seksual 20 tahun (Jhingran and Rodriguez, 2017; Kessler, 2017; Lubis, Siregar and Sanusi, 2017) 3) Kebiasaan merokok: Wanita perokok dengan durasi dan intensitas yang tinggi menunjukan peningkatan dua kali lipat beresiko serviks intraepithelial neoplasia



grade 3 (NIS 3) / karsinoma in situ (KIS).



Wanita yang merokok dua kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok. bahan kimia penyebab kanker dan produk sampingan tembakau dalam rokok telah ditemukan di mukosa serviks wanita perokok dan zat-zat ini merusak DNA sels-sel serviks (Mazarico et al., 2014; Roura et al., 2014; Kessler, 2017). 4) Riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS): Infeksi klamidia dan herpes simplex menyebabkan peradangan kronis dan perubahan mikro ulseratif pada epitel serviks yang berperan dalam inisiasi dan progresi kanker (Kessler, 2017). 5) Faktor diet: Diet tinggi kalori dan gula, minuman manis dan daging olahan berhubungan dengan peningkatan berat badan yang dapat menyebabkan obesitas dan hal ini beresiko meningkatkan karsinogenesis.



Diet sehat dengan asupan makanan tingi nabati (buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan gandum), asupan rendah daging merah olahan, asupan rendah makanan manis, dan penghindaran asupan garam yang tinggi terkait dengan



rendahnya



resiko kanker dan meningkatkan



prognosis kanker menjadi lebih baik pada penderita yang sudah terdiagnosis kanker (Norat et al., 2015) 6) Faktor kemiskinan: Faktor kemiskinan dikaitkan dengan pendapatan rendah dan akses terbatas ke perawatan kesehatan tidak dapat di skrining prekursor kanker serviks atau diobati kanker serviks (Kessler, 2017). C. Manifestasi Klinis Wanita dengan kanker serviks awal dan pra kanker biasanya tidak mengalami gejala dan akan timbul ketika sudah menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker serviks yang sering timbul (American Cancer Society, 2016b; Jhingran and Rodriguez, 2017) adalah: 1) Perdarahan pervagina abnormal Perdarahan dapat terjadi setelah seks vaginal, perdarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul juga dapat terjadi. 2) Keputihan: Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin terjadi antara menstruasi atau setelah menopause. 3) Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.



4) Trias berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas. D. Cara Deteksi Dini Kebijakan mengenai pengendalian kanker serviks di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pada Pasal 161 ayat 3 yang menyebutkan bahwa manajemen pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dititikberatkan pada deteksi dini dan pengobatan penyakit tidak menular. Program deteksi dini yang telah dilakukan di Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks adalah dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yang telah tercantum di dalam Keputusan Menteri



Kesehatan



Republik



Indonesia



Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks Kanker leher rahim dapat dicegah dengan cara menerapkan pola hidup bersih dan sehat, misalnya tidak melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan. Program pencegahan dan pengendalian kanker serviks secara komprehensif dapat mengurangi angka kematian akibat kanker serviks pada remaja dan wanita dewasa, skrining kanker serviks secara teratur dengan metoda HPV test atau Inspeksi Visual Acid dan pengobatan yang sesuai dalam waktu yang lama (Setiati E, 2016). Metode IVA (inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat) layak dipilih sebagai metode screning alternative untuk kanker serviks.IVA merupakan



metode baru deteksi dini kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat (cuka) kedalam leher rahim. Bila terjadi lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa. IVA metode yang lebih mudah, sederhana, dan mampu terlaksana sehingga screning dapat dilakukan dengan cakupan yang lebih luas. Diharapkan temuan kanker serviks dini bisa lebih banyak karena kemampuan IVA dalam mendeteksi dini pada kanker serviks telah dibuktikan oleh berbagai penelitian (Savitri, 2018). E. Pencegahan Kanker Servik Kanker serviks 100% dapat di cegah dengan



vaksinasi



HPV,



menggunakan kondom, menghindari konsumsi tembakau, serta deteksi dini dan pengobatan lesi pra kanker (Garza-salazar, Morales-Vasquez and Meneses-Garcia, 2017). Upaya pencegahan kanker serviks dibagi atas pencegahan primer, sekunder dan tersier yang meliputi: 1) Pencegahan primer: Pencegahan primer yang dilakukan melalui vaksinasi Human



Papilloma



Virus (HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan



pengendalian faktor resiko (Kemenkes, 2014). Vaksinasi HPV di rekomendasikan kepada anak perempuan usia 11-12 tahun atau wanita 13-26 tahun yang belum aktif secara seksual Skinner et al., 2016; Jhingran and Rodriguez, 2017). 2) Pencegahan Sekunder: Pencegahan sekunder melalui deteksi dini prekursor



kanker



serviks



dengan



tujuan



memperlambat



atau



menghentikan kanker pada stadium awal (Kemenkes, 2014). Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan tes DNA HPV, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), Tes Pap , pemeriksaan sitology, Colposcopy dan Biopsi (Jeronimo et al., 2018). 3) Pencegahan Tersier: Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker serta pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat (Kemenkes, 2017). F. Penatalaksanaan Terapi yang diberikan pada kanker serviks tergantung dari stadium kanker serviknya. Menurut American Cancer Society (2016), terapi kanker serviks terdiri dari : pembedahan, radiasi, kemoterapi, dan kombinasi dari ketiga terapi tersebut. 



Pembedahan: Pembedahan dilakukan



untuk mengobati kanker pada



stadium awal, dan mencegah kanker tumbuh dan menyebar. Pembedahan dilakukan berdasarkan sejauh mana kanker serviks menginvasi jaringanjaringan yang sehat. 



Radiasi: Terapi radiasi menggunakan sinar x energy tinggi atau partikel radiaktif untuk membunuh sel kanker. Jenis terapi radiasi yang sering digunakan adalah radiasi eksternal dan radiasi internal (brachytherapy).







Kemoterapi: Kemoterapi menggunakan obat anti kanker yang diberikan melalui suntikan atau oral. Kemoterapi bertujuan unttuk membunuh selsel kanker. Obat-obatan kemoterapi yang digunakan adalah cisplatin,



carboplatin, paclitaxel, topotecan, gemcitabine atau menggunakan kombinasi dari beberapa obat-obatan tersebut. 



Terapi kombinasi 



Radiasi



dengan



pembedahan,



radiasi



dilakukan



sebelum



pembedahan yang bertujuan untuk mengecilkan kanker, batasbatas kanker menjadi jelas dan tegas sehingga memudahkan pada proses pembedahan. 



Radiasi dengan kemoterapi, kombinasi terapi ini biasa disebut dengan kemoradiasi. Kemoterapi membantu radiasi bekerja lebih efektif dibandingkan bila hanya menggunakan radiasi saja.



DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society (2016) Cervical Cancer Prevention and Early Detection : What is Cervical Cancer? Available at: https://www.cancer.org/cancer/cervical cancer/prevention-andearly-detection/what-is-cervical-cancer.html (Accessed: 8 September 2018). Bermudez, A., Bhatla, N. and Leung, E. (2016) ‘Cancer of the cervix uteri’, International Journal of Gynecology and Obstetrics. Elsevier B.V., 131, pp. S88–S95. doi: 10.1016/j.ijgo.2015.06.004. Bradford, L. and Goodman, A. (2016) ‘Cervical Cancer Screening and Prevention in Low-resource Settings’, 56(1), pp. 76–87. doi: https://doi.org/10.1097/GRF.0b013e31828237ac. Dunleavey, R. (2009) Cervical Cancer A Guide for Nurses. First publ. Wiley- Blackwell. Garza-salazar, J. G. De, Morales-Vasquez, F. and Meneses-Garcia, A. (2017) Cervical Cancer. Switzerland: Springer International Publishing Switzerland. Jeronimo, J. et al. (2018) ‘Secondary Prevention of Cervical Cancer : ASCO Resource-Stratified Clinical Practice Guideline’, Journal of Global Oncology, 3(5). doi: 10.1200/JGO.2016.006577. Jhingran, A. and Rodriguez, A. M. (2017) ‘Neoplasms of the cervix’, pp. 1–28. doi: 10.1002/9781119000822.hfcm103. Kemenkes (2017) Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes, R. (2016) Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta. Kemenkes RI. Keputusan menteri kesehatan RI nomor 796/Menkes/SK/VI/2010 (2015) tentang pedoman tekhnis pengendalian kanker payudara dan kanker leher rahim. Jakarta: Kemenkes RI. Kessler, T. A. (2017) ‘Cervical Cancer: Prevention and Early Detection’, Seminars in Oncology Nursing. Elsevier Inc., 33(2), pp. 172–183. doi: 10.1016/j.soncn.2017.02.005.



Mazarico, E. et al. (2014) ‘Relationship between smoking , HPV infection , and risk of cervical cancer’, (January 2016). doi: 10.12892/ejgo25042014. Norat, T. et al. (2015) ‘European Code against Cancer 4th Edition : Diet and cancer §’, Cancer Epidemiology. Elsevier Ltd, 39, pp. S56–S66. doi: 10.1016/j.canep.2014.12.016. Purwoastuti, E. & Walyani, E. S. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial bagi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka baru press. Savitri, A. (2018). Kupas Tuntas Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. yogyakarta: Pustaka Baru Press. Setiati E. (2016).Waspadai 4 kanker ganas pembunuh wanita. Edisi ke-I. Yogyakarta: CV Andi Offset. Shadine, Mahannad. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta. Skinner, S. R. et al. (2016) ‘Human papillomavirus ( HPV ) -16 / 18 AS04- adjuvanted vaccine for the prevention of cervical cancer and HPV-related diseases’, Expert Review of Vaccines. Informa Healthcare, 15(3), pp. 367– 388. doi: 10.1586/14760584.2016.1124763. WHO | Screening as well as vaccination is essential in the fight against cervical cancer’ (2018) WHO. World Health Organization. Available at: http://www.who.int/reproductivehealth/topics/cancers/fightcervical- cancer/en/ (Accessed: 30 August 2018).