Scalling 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RS PONDOK INDAH- PONDOK INDAH LAPORAN KASUS TINDAKAN SCALLING PADA PASIEN DEWASA



Oleh: Raisya Yuliani Utari NRP:1904237



DEPARTEMENT POLI DENTAL RS PONDOK INDAH-PONDOK INDAH TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan dan rintangan. Penyusunan dan penulisan makalah ini merupakan suatu rangkaian dari proses training di RS Pondok indah Group dan sebagai persyaratan



dalam



menyelesaikan



training pada masa akhir kontrak kerja selama 3 bulan . Laporan kasus yang berjudul “tindakan scalling pada pasien dewasa”. Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ideide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin meyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, dan pengarahan dari. Ibu Asri Tuningsih, SKM selaku KUP Unit Polidental, kak Irma Yuniar, Amd.Kg selaku preseptor dan juga menyampaikan terimakasih kepada semua teman-teman dan kakakkakak Poli Dental yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan masa training ini Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Demikian makalah ini penulis buat, dalam makalah ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang penulis susun dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta,



November 2019 Penulis



Raisya Yuliani Utari



DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ....................................................................................... .... DAFTAR ISI .................................................................................................... ....



i iii



BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ .... B. Tujuan Makalah ...............................................................................



1 2



BAB II. LANDASAN TEORI A. Scaling dan root planing.....................................................................



3



B. Teknik tindakan scaling................................................................. ....



3



1. Teknik scaling manual....................................................................



3



2. Teknik Scaling dengan ultrasonic scaler..........................................



8



C. Aktivasi instrument (gerakan scaling).................................................



9



D. Polishing.............................................................................................



10



F. Laporan kasus tindakan scaling..........................................................



11



BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... .



12



Saran .............................................................................................



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



BAB I



12



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia, serta meningkatkan daya saing bagi pembangunan nasional.1 Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat memepengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh.2 Kesehatan gigi dan mulut secara umum sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Gigi dan mulut yang bermasalah dapat menyebabkan sumber masalah atau vokal infeksi bagi organ tubuh penting lainnya.3 Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan dari rongga mulut. Hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya deposit-deposit organik berupa materi alba, kalkulus sisa makanan, dan plak gigi. Karang gigi merupakan kumpulan plak gigi dan sisa makanan yang tidak dibersihkan dalam waktu lama sehingga mengalami pengerasan. Selain itu karang gigi juga dapat menyebabkan gusi berdarah hingga menyebabkan kerusakan jaringan penyangga gigi (periodontal dan tulang), sehingga gigi akan mengalami kegoyangan dan pasien beresiko kehilangan gigi baik secara spontan maupun karena pencabutan. Karang gigi tidak dapat dibersihkan dengan cara menyikat gigi biasa, melainkan dengan bantuan profesional dari dokter gigi. Karang gigi ini dapat dibersihkan dengan scaling, root planing dan polishing. Scaling, root planing dan polishing ini merupakan suatu prosedur pembersihkan karang gigi dengan menggunakan alat khusus sehingga prosesnya menjadi aman, efisien, dan nyaman untuk pasien. Peralatan yang biasa digunkan adalah



hands instrument scaler, manual scaler, dan ultrasonic scaler. Pasien dapat melakukan scalling minimal setiap 6 bulan sekali atau tergantung khasus masing-masing individu.



B. Tujuan Tujuan tindakan utama scaling untuk mengembalikan kesehatan ginggiva dengan jalan menghilangkan semua element yang menyebabkan radang ginggiva dari permukaan gigi seperti plak, kalkulus dan sementum yang tercemar.



BAB II



LANDASAN TEORI



A. Scalling dan Root Planing Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root planing merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar (sementum). Pada kasus periodontitis, scaling dan root planing tidak dapat dipisahkan. Scaling dan root planning adalah proses membuang plak dan karang gigi yang dapat menyebabkan inflamasi untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh. Scaling adalah proses dimana plak dan karang gigi dibuang dari permukaan supragingiva (bagian atas gusi) dan subgingiva (bagian bawah gusi), sementara root planing adalah proses dimana sisa karang gigi yang berada di sementum dikeluarkan dari akar gigi untuk menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras, dan bersih. Scaling dan root planing bukan merupakan dua prosedur yang terpisah; keduanya termasuk dalam perawatan periodontal dasar (Dibart, 2010). Scaling dan root planing merupakan terapi mendasar untuk perawatan penyakit periodontal. Meskipun perawatan ini mempunyai keterbatasan, antara lain yaitu tidak dapat mencapai daerah poket dengan kedalaman lebih dari 3mm dan tidak dapat mencapai daerah bifurkasi yang merupakan cekungan pada akar gigi, namun scaling dan root planing masih tetap merupakan perawatan utama, karena dapat mengurangi inflamasi dan mengurangi kolonisasi bakteri di dalam sulkus gingival.



B. Teknik tindakan scaling 1.



Teknik scaling manual a.



Teknik scaling kalkulus supra ginggiva Kalkulus



supraginggiva



tidak



sekeras



kalkulus



subginggiva



keuntungan lain adalah pada kalkulus subginggiva tidak dibatasi oleh jaringan yang mengelilinginya. Hal ini merupakan kemudahan dalam



aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih umum digunakan untuk scaling supraginggiva, sedangkan hoe dan chisel lebih jarang digunakan. Tata cara scaling supraginggiva diawali dengan penempatan alat pada apikal dari kalkulus supraginggiva, membentuk sudut 450-900 terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), horizontal maupun oblique mendorong maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya sonde). Scaling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung yang tajam (sickle) hendaknya digunakan secara berhati-hati karena lebih mudah melukai jaringan lunak dibawahnya. b.



Teknik scaling dan root planing kalkulus subginggiva Scaling subginggiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling supraginggiva. Kalkulus subginggiva umumnya lebih keras dari pada supraginggiva, selain itu kalkulus subginggiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit dijangkau (misalnya daerah bivurkasi). Jaringan lunak yang membatasi kalkulus subginggiva juga merupakan masalah, karena pandangan operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan scaling. Darah yang keluar cukup banyak maka pandangan menjadi semakin tidak jalas. Oleh karena itu operator dituntut menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler untuk mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva. Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat terbatas dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Oleh karena itu untuk mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang lebih besar, maka alat scaler harus diaplikasikan dan digunakan secara hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah pemilihan alat dengan penampang yang tipis agar mudah masuk ke dalam subgingiva. Selain itu operator dituntut menguasi morfologi gigi per gigi dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini



penting untuk membedakan antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang variatif dari permukaan akar. Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah titik kontak antara 2 gigi, yaitu daerah batas sementum dan enamel (cementoenamel junction/CEJ) karena pada daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam dibandingkan CEJ pada permukaan fasial maupun lingual/palatal. Kalkulus pada daerah ini umumnya melekat erat pada cekungan, sehingga diperlukan berbagai variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun horizontal agar kalkulus dapat terlepas. Tata cara scaling kalkulus subgingiva mirip dengan scaling kalkulus supragingiva, hanya ada batasan-batasan tertentu seperti yang tersebut diatas. Scaling subgingiva diawali dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada apikal dari kalkulus subgingiva, membentuk sudut 450-900 terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique mengungkit dan menarik kalkulus terlepas dari gigi. Menurut putri dkk (2012) alat yang digunakan untuk scalling manual terdiri dari: a.



Sickle scaller Sickle scaler mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working end-nya mempunyai permukaan yang datar dan dua sisi potong yang mengerucut dan membentuk sudut lancip pada ujungnya. Sickle scaler digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva atau subgingiva pada permukaan proksimal gigi anterior dan posterior



gambar 1. Sickle scaler b.



Kuret



Kuret adalah alat yang mempunyai bentuk seperti sendok dan digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva, menghaluskan permukaan akar dari jaringan sementum yang nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik pada dinding poket. Kuret mempunyai dua sisi potong yang bertemu pada ujung alat dengan bentuk membulat . Ada dua jenis macam kuret, yaitu kuret universal dan kuret area spesifik (gracey). Kuret universal memiliki sisi potong yang dapat dimasukkan pada sebagian besar area gigi geligi dengan cara mengubah dan mengadaptasikan jari-jari, fulkrum, dan posiis tangan operator. Kuret gracey adalah satu setkuret yang terdiri dari beberpa instrumen yang didesain dan diberi lekukan untuk dapat beradaptasi pada area anatomis tertentu pada gigi geligi.



Gambar 2. Kuret universal



Gambar 3. Kuret gracey



Gambar 4. Perbedaan antara sisi potong kuret universal dan kuret gracey, A. Kuret universal lurus, B. Kuret gracey melengkung.



c. Hoe Scaler Merupakan scaler yang mempunyai bentuk seperti cangkul. Digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga bebas dari sisa kalkulus. Hoe scaler digunakan dengan cara berikut : 1. Tangkai dimasukkan hingga mencapai dasar saku periodontal sehingga antara tangkai dan gigi ada 2 titik yang berkontak. Hal ini akan membuat instrumen menjadi stabil dan mencegah terbentuknya takikan pada akar. 2. Instrumen diaktivasi dengan gerakan menarik yang cukup kuat kerah mahkota sepanjang akar.



Gambar 5. Hoe scaler d.



File scaler File scaler mempunyai bentuk seperti kikir. Fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan kalkulus yang besar. File scaler dapat menyebabkan permukaan akar menjadi kasar jika penggunaannya tidak tepat. Dengan demikian, alat ini tidak dapat digunakan untuk melakukan scaling yang halus atau menghaluskan permukaan akar.



e.



Chisel scaler



Chisel scaler didesain untuk bagian proksimal gigi-gigi anterior.



Scaler ini mempunyai bentuk seperti pahat. Chisel



dimasukkan dari permukaan labial. Adanya lekukan dibagian tangkainya menyebabkan alat ini stabil ketika masuk kebagian proksimal dan sisi potongnya dapat mencapai kalkulus tanpa membuat takikan pada gigi. Alat diaktifkan dengan cara mendorong. 2.



Scaling dengan ultrasonic scaler Scaling dengan



alat



ultrasonic



scaler



lebih



mudah



untuk



menghilangkan kalkulus pada permukaan gigi dibanding scaling manual. Alat ini mempunyai ujung (tip) yang dapat bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan gigi. Alat ini dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan menjadi lebih bersih karena permukan gigi langsung dicuci dengan air yang keluar dari alat ini. Gerakan alat ini sama dengan gerakan scaler manual tetapi tidak boleh ada gerakan menggungkit. Ujung scaler hanya digunakan untuk memecah kalkulus yang besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan gigi kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertical, horisontal dan oblique) ke seluruh permukaan sampai diperkirakan halus. Kepekaan alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus scaler manual, sehingga umumnya setelah dilakukan scaling dengan ultrasonic, maka tetap disarankan untuk scaling dan root planing dengan manual scaler. Macam-macam alat scaler ultrasonic menurut putri dkk. (2012), yaitu: 1. Hoe insert gunanya untuk kalkulus supraginggival dan stain 2. Universal scaler bentuknya segitiga pada potongan melintang gunanya untuk kalkulus bagian proximal. 3. Fine scaler bentuknya, seperti periodontal probe, gunanya untuk kalkulus subgingival.



4. Flushing device gunanya untuk menyemprot sulkus gingiva pada kasus infeksi. Keuntungan scaler ultrasonic: 1. Praktis 2. Cepat, baik operator maupun pasien lebih menyukainya Kerugian scaler ultrasonic: 1. Harganya mahal 2. Penggunaanya harus hati-hati tidak boleh jatuh Scaling dengan menggunakan skeler ultrsonic dilakukan sebagai berikut : a. Alat diatur sedemikana rupa sehingga semburan air cukup memadai dan vibrasi tidak melebihi yang dibutuhkan untuk penyingkiran kalkulus b. Instrument dipegang dengan teknik modified pen grap c. Sandaran jari dibuat sebagaimana pada penskeleran manual d. Alat dihidupkan dengan menginjak pedal kaki atau menyetel pada handpiece , tergantung tipe alat e. Tip atau ujung alat yang telah bergetar digerakan dengansapuan vertikal pendek-pendek dengan tekanan ringan melintasi deposit yang hendak disingkirkan. Tekanan lateral yang kuat tidak dibutuhkan karena yang melepaskan deposit adalah vibrasi dari alat. f. Tip harus senantiasa bergerak, dengan bagian ujungnya tidak boleh diarahkan tegak lurus pada permukaan gigi untuk menghindari terjadinya guratan-guratan pada permukaan gigi.



C. Aktivasi instrument ( gerakan scaling) a.



Angulasi Angulasi adalah sudut antara permukaan sisi potong alat dengan permukaan gigi. Angulasi sering disebut sebagai relasi gigi-sisi potong scaler. Angulasi yang benar penting untuk membuang kalkulus. Untuk alat-alat yang masuk kedalam subgingival misalnya kuret, angulasi seharusnya mencapai 0 derajat atau yang mendekati 0 derajat. Selama scalling dan root planing. Angulasi optimal adalah anatar 45-900 . angulasi sisi potong scaller



tergantung pada jumlah dan sifat kalkulus, prosedur yang dilakukan dan kondisi jaringan lunak disekitarnya(putri dkk,2012). b.



Tarikan dan tekanan Ada tiga jenis tarikan atau tekanan yang digunakan selama instrumentasi, yaitu : (1) tekanan eksplorasi, (2) tarikan skaling, (3) tarikan root planing. Masing-masing tarikan tersebut dapat di aktivasi dengan gerakan menarik atau mendorong dalam arah vertical, horizontal, maupun oblique, sedangkan tarikan horizontal dipakai secara selektif pada sudut gigi atau pada saku dalam dimana tarikan vertikal maupun oblik sulit dilakukan. Tarikan scaling adalah tarikan yang pendek dan kuat menggunakan alat yang tajam untuk menghilangkan kalkulus supra-dan subgingiva. Sisi alat menyentuh batas apikal kalkulus dan melepaskan dengan gerakan yang kuat mengarah ke koronal. Gerakan scaling seharusnya diawali dilengan bawah dan diteruskan dari pergerakan tangan pada telapak tangan dan menggerakan dengan lentur jari-jari tangan (Putri dkk, 2012).



D. Polishing Polishing atau prophilaksis adalah pembersihan permukaan gigi dan stain ekstrinsik, kalkulus atau plak yang mungkin masih tersisa setelah proses scaling agar permukaan gigi menjadi lebih halus. Prosedurnya adalah dengan kombinasi handpiece low speed dan rubber cup (untuk bagian facial) dan bristle brush (untuk permukaan oklusal) dengan bahan abrasif yang mengandung natrium bikarbonat powder, aluminium trihydroxide, kalsium natrium, atau kalsium bubuk karbonat untuk menghapus noda ekstrinsik yang tersisa setelah scalling. Bahan berbentuk pasta tapi kasar seperi berpasir. Permukaan gigi dioles dengan bahan tersebut kemudian gigi disikat dengan rubber cup dan bristle brush. Dengan permukaan giig yang halus diharapkan plak dan bakteri sulit terakumulasi kembali, terbentuknya perlekatan gingival baru yang lebih baik, dan berkurangnya kedalam poket gingival yang menjadi media bakteri(Mohan dkk.,2015) Gambar Macam-macam alat poles menurut Putri dkk(2012) 1. Rubber cups



Rubber cups adalah alat poles yang terbuat dari bahan karet berbentuk seperti mangkok. Rubber cups terpasang pada hand piece low dan setiap kali setlah pemakaian harus disterilkan. Pada penggunaannya dapat disertai dengan pasta poles yang mengandung fluoreide dan usahakan tetap lembab karena penggunaan cups disertai dengan bahan abarasif yang terlalu menakan akan menghilangkan lapisan pelindung sementum, karena lapisan ini menipis dibagian servikal gigi. 2. Bristle brush Bristle brush tersedia dalam bentuk seperti roda dan mangkok. Brush dipasang pada handpiece low dan digunakan dengan pasta poles. Karena bulunya kaku, penggunaan brush terbatas pada mahkota untuk menhindari luka pada sementum gingiva. 3. Dental tape Dental tape dengan pasta poles digunakan untuk memoles permukaan proksimal/aproximal yang tidak tercapai oleh alat poles lainnya.



E. LAPORAN KASUS 1. Kasus Seorang pasien perempuan



usia 56 tahun datang dengan keluhan terdapat



karang gigi pada rongga mulutnya. Pasien memiliki kebiasaan mengunyahkan makanan hanya pada sisi kiri, dan pada saat sikat gigi pasien mengeluhkan gusinya sering berdarah. 2. Identitas Pasien MRN



: 106695



Nama



: NY. L F



Jenis kelamin



: Perempuan



Tanggal lahir



: 14-10-1963



Usia



: 56 tahun



Pekerjaan



: Wirausaha



3. Pengkajian Rawat Jalan a.



Pemeriksaan subjektif



1. Keluhan utama : pasien datang ke RSPI-Pondok indah dengan keluhan adanya lobang gigi pada gigi kiri atas dan pasien juga mengeluhkan terdapat karang gigi pada rongga mulutnya. 2. Keluhan tambahan: pasien juga mengeluhkan karang gigi tersebut terasa kasar dan terkadang merasakan bau mulut 3. Post medical history Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik dan tidak sedang mengkonsumsi obat / menjalani perawatan apapun tetapi pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan yaitu obat bisolvon. Pasien juga memiliki gangguan terhadap penglihatan. 4. Post dental history Sebelumnya pasien sudah pernah ke dokter gigi untuk tindakan pencabutan gigi kanan atas dan kanan bawah dan pasien disarankan untuk menggunakan braces tetapi pasien belum sempat untuk memasangnya. 5. Psikososial history Pasien dalam kondisi tenang dan pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau konsumsi minuman beralkohol 6. Status fungsional Pasien tidak memiliki gangguan terhadap aktivitas sehari-hari. 7. Masalah keperawatan lainnya Pasien dapat mengalami resiko infeksi, resiko gangguan nutrisi dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut 8. Kebutuhan edukasi Pasien diberikan edukasi DHE ( Dental Health Education) yaitu pasien disarankan untuk periksa gigi kedokter gigi mininal 6 bulan sekali atau bila ada keluhan, menyikat gigi 2x sehari setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur dengan cara yang baik dan benar., pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang manis dan lengket dan perbanyak makan buah dan sayur. b. Pemeriksaan objektif 1. pemeriksaan tanda-tanda vital 1) Sistole



:110 mmHg



2) Diastole



: 70 mmHg



3) Posisi pemeriksaan



: duduk



4) Suhu



: 36.10c



5) Lokasi pengukuran



: frontalis (dahi)



6) Nadi



: 87x/menit



7) Irama



: teratur



8) Respirasi



: 19x/menit



9) Irama



: teratur



10) Berat badan



: 60.2 kg



11) Tinggi badan



: 150cm



12) BMI



: 26.76 (OVERWEIGHT pre-obesitas)



13) Inspeksi



:



Ekstra Oral



: Tidak ada kelainan



Intra Oral



: kondisi gigi pasien crowding, terdapat kalkulus



kalkulus supragingiva di regio 1 dan 4 Terdapat pembengkakan gusi dan diantara gigi 36 dan 37 ada retensi makanan, gigi 46,47 dalam kedaan missing. 4. Assessment Chronic gingivitis, plague induced 5. Planning  Scaling semua permukaan gigi, brush, flossing, rinsing  Bersihkan sisa makanan diantara gigi 36,37  Pro-Missing teeth gigi 18,27,38,46,47,48 6. Prognosis Fair 7. Prosedur Perawatan Anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan anastesi, persiapan alat dan bahan 1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam tindakan sebelum menerima pasien.  Alat pelindung diri: Sarung tangan, masker, googgles , baju pelindung



 Set pemeriksaan gigi (kaca mulut, pincet, ekscavator, plastis instrumentsonde lurus dan sonde bengkok)  Hand piece low  Suction besar dan kecil  Gelas kumur  Polibib  Cotton roll panjang, pendek, cotton pellet, lidi kapas, kassa  Deppen disk berisi betadine  Steril tip water syringe  Scaler ultrasonic  Scaler Air flow dan powder air flow  Periodontal prob  Bristle brush  Pumice, pasta/raden  Dental tape/Dentalfloss 2) Pastikan keamanan dan persiapan pasien meliputi: 



Memastikan telah melakukan identifikasi positif dengan benar dengan meminta pasien menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahirnya serta mencocokkan dengan yang tertara pada daftar perjanjian pasien sesuai urutan







Memastikan bahwa pasien tersebut telah dilakukan pengkaijan rawat jalan sebelum dipanggil masuk keruangan dokter







Pastikan dokter dan perawat mencuci tangan (hand rub atau hand wash) sebelum kontak dengan pasien



3) Memberikan salam pada saat membuka rungan dan memperkenalkan diri dengan pasien . 4) Mempersilahkan pasien dan pendamping pasien untuk duduk di kursi konsultasi dokter 5) Pastikan dokter memberikan salam kepada pasien dan melakukan identifikasi positif 6) Pastikan dokter telah menjelaskan



prosedure tindakan yang akan



dilakukan dengan lengkap dan jelas kepada orang tua pasien atau



keluarga pasien 7) Pasien dipersilahkan duduk di dental chair 8) Pastikan doketr dan perawat melakukan cuci tangan (hand rub/sabun) 9) Pastikan dokter dan perawat menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan dan goggles) 10) Perawat membukan dan menjelaskan kepada pasien bahwa alat yang digunakan , termaksuk set pemeriksaan , saliva ejektor masih dalam keadaan steril serta terdapat lable expirary date 11) Meletakkan bahan dan alat perlengkapan yang sudah disiapkan dimeja instrument dental unit serta alat dan bahan lain yang akan digunakan sesuai instruksi dokter. 12) Perawat memakaikan polibib ke leher pasien 13) Mempersilahkan pasien berkumur-kumur 14) Asistensi pasien selama tindakan berlangsung 15) Mananyakan kondisi pasien setelah tindakan 16) Mempersilahkan pasien berkumur-kumur kembali jika sudah selesai tindakan 17) Membersihkan mulut pasien dengan tissue 18) Melepaskan polibib dari mulut pasien 19) Mempersilahkan pasien turun dari dental chair 20) Dokter mencuci tangan setelah kontak dengan cairan tubuh pasien 21) Mempersilahkan pasien untuk duduk kembali ke kursi konsultasi dokter 22) Kemudian dokter memberikan edukasi kepada orang tua pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulutnya 23) Perawat melakukan proses pembrsihan dan desinfeksi serta wraping dental unit 24) Seluruh alat-alat kesehatan gigi yang ada dimeja kerja dokter/meja instrument dental unit diangkat dan dimasukkan ke box alat kotor untuk kemudian langsung dibawa ke ruang kotor dan selanjutnya dibawa ke cssd oleh petugas sterilisasi. 25) Perawat membuang sampah medis dan non medis pada tempatnya



26) Untuk benda tajam yang digunakan agar langsung dibuang kedalam sharp container yang tersedia. Bila sudah ¾ penuh, maka perawat segera menutup sharp container yang ada dan menggantikannya dengan yang baru. 27) Semua bagian dental unit (bagian tangan, kepala, tempat duduk, lampu sorot, water syiringe, selang hand piece, ligh cure, intra oral camera, dan meja) dibersihkan dengan menggunakan cairan meliseptol dan paper towel. 28) Bila merupakan pasien terakhir di poli, bagian suction dibersihkan dengan cairan alproject DD dan tempat kumur dibuka dan dicuci dengan cairan dan dibilas dibawah air mengalir . bila masih terdapat pasien berikutnya, maka hanya tempat kumur yang dicuci dengan cairan desinfektan dan dibilas dibawah air mengalir 29) Setelah proses pembersihan dilakukan, sarung tangan dilepas dan dilanjutkan denga cuci tangan 30) Lakukan wraping pada bagian tertentu dental unit menggunakan sarung tangan baru. 31) Mengingatkan pasien untuk kembali kontrol sesuai instruksi dari dokter 32) Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dan instruksi yang diberikan pada sistem 33) Perawat membuka kan pintu dan mengantarkan pasien kekasir untuk menyelesaikan admistrasi dan mengarahkan kepada pasien untuk mengambil obat dibagian farmasi kelantai 1 jika ada resep obat dari dokter 34) Perawat meninggalkan pasien dan mengucapkan terimakasih serta memberi salam 35) Pasien berikutnta dipanggil untuk masuk.



8. Pembahasan Perawatan scaling dan root planning dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Setelah dilakukan scaling dan root planning dilakukan kontrol 1 minggu dan 2 minggu kemudiann



BAB V SIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan Gigi yang sehat merupakan gigi yang rapih bersih dan bercahaya yang didukung oleh gusi yang sehat yaitu gusi yang kenjang dan berwarnah merah muda. Untuk mencapai kesehatan gigi yang optimal, maka harus dilakukan perawatan sevara berkala, sehingga didapatkan kondisi gigi dan jaringan rongga mulut yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali dan bukan bila hanya terdapat keluhan saja.



DAFTAR PUSTAKA



Andriani, I., 2012, Efektivitas Antara Scaling Root Planing Dengan dan Tanpa Pemberian



Ciprofloxacin



Per



Oral



Pada



Penderita



Periodontitis,



International Dental Journal, 1(2):70-81. Dibart, S., Dietrich, T., 2010, Practical Periodontal Diagnosis and Treatment Planning, Bllackwell Publishing, Lowa. Kodir, A.I.A., Herawati, D., Murdiastuti, K., 2014, Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin dan Amoksisilin Setelah Scaling dan Root Planing pada Periodontitis Kronis Penderita Hipertensi, Jurnal Kedokteran Gigi, 5(4): 323-328. Krisnariono, A., 2018, Prinsip-Prinsip Dasar Scaling dan Root Planing dalam Perawatan Periodontal, Periodontic Journal, 1(1):1-5.