Sejarah Teologi Pastoral [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“SEJARAH TEOLOGI PASTORAL”



Disusun Oleh Kelompok 2: - Inggrid C. Siwu - Lourensia Kristiani - Treysonya Tumiwa



Mata Kuliah: PASTORAL Dosen Pengampuh: Mercy W. K Waney, S. TEOL., M. PAK Prodi/Semester: PAK/VI Kelas: PAK A



KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN TAHUN 2019



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Dalam upaya memahami pengaruh teologi untuk pendampingan



pastoral, penting sekali untuk memperhatikan sejarah teologi pastoral. Teologi Pastoral adalah sebuah cabang ilmu teologis yang berfokus pada perspektif penggembalaan pada semua kegiatan dan fungsi gereja dan pendeta, kemudian menarik kesimpulan teologis dari pengamatan yang dilakukan. Sejak zaman Reformasi Protestan, istilah “Pastoral” dipakai dalam dua pengertian. Pertama “Pastoral” sebagai kata sifat dari “pastor”. Karena Pastor melaksanakan penggembalaan, maka istilah Pastoral dalam konteks ini berarti sama dengan penggembalaan ittu sendiri. Pemahaman yang kedua adalah Pastoral sebagai studi tentang penggembalaan itu sendiri.



B.



Ruang Lingkup Penulisan 1. Untuk mengetahui Sejarah Teologi Pastoral 2. Untuk mengetahui Istilah Teologi Pastoral dalam Protestanisme 3. Untuk mengetahui Protestanisme pada Abad Permulaan 4. Untuk mengetahui Teologi Pastoral Abad Ini 5. Untuk mengetahui Pastoral Gereja Sekarang Dan Arahnya Menuju Abad XXI



C.



Tujuan Penulisan 1. Untuk bisa mengetahui bagaimana Sejarah Teologi Pastoral 2. Untuk bisa mengetahui Istilah Teologi Pastoral dalam Protestanisme 3. Untuk bisa mengetahui Protestanisme pada Abad Permulaan 4. Untuk bisa mengetahui tujuan Teologi Pastoral Abad Ini 5. Untuk bisa mengetahui bagaimana Pastoral Gereja Sekarang Dan Arahnya Menuju Abad XXI



BAB II PEMBAHASAN



A.



Sejarah Teologi Pastoral Penggunaan istilah "Teologi Pastoral" dalam Protestanisme baru



muncul pada abad ke-18. Bahkan, Teologi Pastoral belum diakui sebagai suatu disiplin ilmu baru muncul pada tahun 1830 melalui buku yang ditulis oleh Klaus Harms di Jerman, sementara di Amerika sendiri baru muncul pada tahun 1847. Pada masa-masa awal ini, Teologi Pastoral dimaknai sebagai upaya penerapan teologi ke dalam praktik. Perkembangan teologi pastoral Protestan dimulai pada zaman reformasi Jerman yaitu ketika perhatian atas cure of soul muncul. Jalan pikiran orang-orang Protestan mula-mula adalah bahwa sakramen pengampunan dosa merupakan pemahaman yang keliru dimana dalam anggapan jemaat, perbuatan yang diperlihatkannya setelah pengakuan dosa merupakan hal yang menyenangkan hati Allah dan menyebabkan ia diampuni. Sedangkan bagi pendeta, jabatannya memberikan kekuasaan untuk memberi pengampunan atau tidak atas nama Allah. Keberatan Luther bukanlah terhadap pengakuan dosa atau absolusi yang seperti itu, melainkan terhadap pengendalian manusia atas Allah. Menurut orangorang Reformasi gereja di dunia harus dimengerti terutama sebagai “kumpulan orang-orang percaya”, yang karena anugerah Allah tentu akan saling memperhatikan: memuji Allah, saling menjaga dan menolong serta mewartakan Firman itu kepada sesama manusia. Jadi jiwa manusialah yang diperhatikan dalam gereja. Sehingga ada kesimpulan dari Pauck tentang hakikat Protestanisme adalah: suatu sikap rohani, yang berakar dari iman yang hidup bahwa Allah telah menjelma di dalam Yesus dari Nazaret dan menyatakan diriNya pada hidup dan pikiran yang baru yang mencerminkan imannya sebagai suatu pewartaan akan kemuliaan Allah yang melampaui segala keterbatasan dan kecukupan manusia.



B.



Awal-awal Abad Protestanisme Penggunaan istilah Teologi Pastoral pertama kali di dalam



Protestanisme baru muncul pada abad ke 18. Secara historis, perhatian yang diberikan kepada teologi pastoral hanya terjadi pada periode seratus lima puluh tahun, dan baru secara penuh diakui sebagai ilmu kurang dari seabad



lamanya.



Sejarahnya



dikaitkan



dengan



Seelsorge



atau



pemeliharaan dan penyembuhan jiwa-jiwa. Sebagian besar dari Seelsorge ditujukan bagi “disiplin” dan bukan bagian langsung dari Teologi Pastoral, walaupun merupakan fungsi yang penting dari gereja dan pendeta. Pada abad ke-16 terhadap teologi Pastoral adalah dicurahkannya perhatian pada sikap dan motivasi. Penggembalaan pertama-tama membutuhkan seorang gembala Kristen dengan segala konsekuensinya. Gembala harus lemah lembut dan peka terhadap orang yang membutuhkan kepekaan, meskipun ia bersikap keras terhadap orang yang berada dalam situasi lain. Pada abad ke-17 Richard Baxter dalam bukunya yang berjudul “The Reformed Pastor” (Gembala yang diperbaharui) menuntut perasaan tanggung jawab pendeta terhadap jemaatnya. Pendeta yang tidak memiliki perasaan yang bertanggung jawab dikecamnya dengan keras. Namun ada titik kelemahan dari Baxter yaitu berpindah kepada segala situasi dengan sikap mampu menjawab kebutuhannya misalnya penggembalaan, kadang pengajaran; pada saat yang lain teguran atau koreksi.



C.



Protestanisme Pada Abad-abad Permulaan Fakta yang menonjol tentang penggembalaan pada akhir abad ke-



18 dan awal abad ke-19 adalah pengaruh dari Pietisme. Sebagian orangorang pietis dan evangelis menilai penting pelayanan pastoral tetapi mereka merasa harus mempertentangkannya dengan teologi ketika mereka melakukannya. Koster membagi “ilmu pastoral” menjadi 4 fungsi: Liturgi, Seelsorge, Homiletika, dan Kateketik. Sheedd dari Auburn dan Union Theological Seminaries, memandang teologi pastoral sebagai studi atas



perkunjungan, pengajaran, kehidupan pribadi, doa dan akal budi dari pendeta.



D.



Teologi Pastoral Pada Abad Ini Karya yang paling populer dan paling berpengaruh pada pergantian



abad ini adalah The Cure of Soul (Penyembuhan jiwa-jiwa) oleh John Watson, yang pertama kali disajikan di Yale. Watson dengan semangat mengikuti model “Petunjuk dan Bantuan” dan menunjukkan keahlian dan kepekaannya, namun kurang memperhatikan teori sistimatis. Masalah besar ke-Kristenan Eropa pada saat sekarang adalah ketentuan dan penjagaan keunikan iman terhadap musuh-musuh sosial baru serta ancaman perpecahan. Oleh karena itu suasana hubungan dengan “psikologi modern” menjadi kurang positif. Injil sosial telah meletakan fondasi untuk teologi pastoral dengan perhatiannya terhadap sikap lembaga-lembaga ini pada kehidupan manusia dan perhatian injil pada relasi lembaga maupun pribadi. Karena penggembalaan lebih dari relasi antar pribadi dan bergerak ke arah kehidupan kelompok-kelompok yang terorganisir, maka pemisahan pietistis bidang-bidang rohani dari semua dimensi kehidupan manusia menjadi tidak mungkin lagi. Anton T. Boisen memberikan sumbangan besar kepada kesuburan teologi pastoral yang baru pada abad ini. Dalam mempelajari “vocabulary pastoral” (living human documents), bahkan kasus-kasus orang sakit jiwa pun, demikian ditegaskan, orang tidak semata-mata mempelajari psikolog atau psikiatri, tetapi juga teologi. Sebab hanya melalui pengalamanpengalaman yang demikian, pandangan-pandangan religius yang hebat telah muncul di dalam nabi-nabi dan orang-orang mistik di masa lalu.



E.



Pastoral Gereja Sekarang Dan Arahnya Menuju Abad XXI Clinebell dalam bukunya yang sangat terkenal dan yang telah



diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia “The Basic Types of Pastoral and Counseling” menunjukkan kecondongan-kecondongan berikut:



 Konseling sebagai satu-satunya paradigma bagi pelayanan pastoral gereja.  Suatu perpindahan dari pemusatan kepada hanya krisis dan masalah, pastoral gereja juga bisa melihat yang positif dan pembinaan (nurturing) dari kegiatan yang berkelanjutan.  Suatu penekanan baru pada pentingnya tradisi theologia Kristen bersama dengan keprihatinan pada spiritualitas dan etika sebagai suatu sumber dan elemen kritis dalam pastoral gereja.  Adanya penekanan baru pada komunitas Kristen sebagai konteks pelayanan pastoral dan peranan orang awam sebagai partisipan aktif pelayanan pastoral berbeda dengan masa lampau yang memisahkan



orang



awamhanya



sebagai



obyek



pelayanan



psikoterapi dari para pendeta.  Suatu penekanan baru pada konteks sosial dan politik yang lebih luas dan implikasinya terhadap pelayanan pastoral.



Pada era Post-Modern ini, pastoral gereja terancam untuk tidak setia lagi kepada doktrin atau aturan-aturan gereja Kristen, karena penyelesaian masalah pastoral selalu akan dikaitkan dengan konteks, bukan mencari benar atau salah, baik atau jahat, tetapi apakah penyembuhan itu cocok atau tidak cocok dengan konteksnya. Lihat Yohanes 8:2-11  Pelecehan terhadap perempuan  Penolakan terhadap hukum Yahudi secara halus  Poros tengah (pihak ketiga)



BAB III PENUTUP/KESIMPULAN



Dengan demikian terdapat bukti bahwa perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, mempengaruhi juga perkembangan pastoral gereja di masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Kalau demikian sebagai petugas pastoral kita hendaknya selalu tanggap terhadap perubahan. Namun, perlu diingat bahwa pastoral gereja harus lebih kritis dalam menanggapi perubahan yang terjadi di dalam masyarakat agar pastoral gereja tetap unggul dan relevan dalam usahanya melayani umat.



DAFTAR PUSTAKA



J.L. ch. Abineno, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000