Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3) REVISI II BAB. I PENDAHULUAN Pembangunan upaya kesehatan masyarakat dilakukan diseluruh pelosok Jawa Barat, melalui keberadaan Puskesmas, Puskesmas dengan Ruang Perawatan, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling dan juga keberadaan Bidan di Desa. Fungsi indtitusi kesehatan terdepan (Puskesmas) tidak sekedar sebagai pemberi pelayanan kesehatan saja, namun juga melaksanakan berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif bahkan terkadang sampai rehabilitasi. Disamping itu pembinaan terhadap sarananya baik milik pemerintah maupun swasta dan penggerakan peran serta masyarakat di bdang kesehatan yang berada di wilayah kerjanya yang menjadi tanggung jawabnya. Semua pelaksanaan kegiatan tersebut diatas perlu dicatat dan dilaporkan secara teratur, tepat waktu dan dengan pengisian data yang benar. Dalam era pembangunan ini keberadaan data dan informasi memegang peran yang sangat penting. Data yang benar-benar akurat, terpecaya, bersinambungan, tepat waktu dan mutakhir, sangat diperlukan dalam pengelolaan program, perencanaan, pemantauanpelakasanan program dan proyek serta kegiatan yang akan dilakukan. Salah satu pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan melalui pengumpulan data di Puskesmas. Dalam gerak pelaksanaannya masih banyak masalah dan kendala yang dihadapi baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun di Provinsi. Upaya pemecahan masalahnya antara lain melalui penyempurnaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) yang merupakan sebagaian kecil dari Sistem Informasi Kesehatan yang telah diakui sebagai sumber data yang berasal dari Puskesmas dan dapat dimanfaatkan diberbagai jenjang administrasi sejak tahun 1981, yang dulunya disebut Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Revisi I mulai dilaksanakan pada tahun 1996, sebagai penyempurnaan terhadap bentuk pelaporan yang ditetapkan pada tahun 1981. Perkembangan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) telah mengalami perubahan-perubahan sejak tahun 1996 sampai sekarang dalam upaya pembenahan untuk penyesuaian pemanfaatan data yang selalu berubah-rubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan waktu. Dari hasil supervisi dan pemantauan yang dilaksanakan oleh tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas, masih banyak hal-hal yang menjadi halangan dalam melaksanakan SP3 baik menyangkut tentang pencatatan, pengolahan maupun pelaporannya.



Hal-hal yang berakibatkan laporan SP3 menjadi tidak lengkap, tidak tepat waktu dan kebenarannya yang diragukan dapat diindentifikasikan antara lain meliputi : 1. Data yang dilaporkan tidak semuanya dapat dimanfaatkan baik dari aspek monitoring maupun dari aspek evaluasi; 2. Tidak adanya atau kurang petugas khusus di bidang informasi baik di tingkat Puskesmas maupun ditingkat yang lebih tinggi; 3. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pencatatan, pengolahan maupun pelaporan; 4. Kurang trampilnya petugas penyedia, pengumpul dan pengolah data dan pembuat laporan; 5. Kurangnya tingkat kesadaran petugas akan pentingnya dan manfaatnya Data dan Informasi; 6. Semua kegiatan harus dicatat selengkap mungkin, meskipun yang dilaporkan terbatas. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan informasi, maka tahun 2008, sistem pelaporan ini disempurnakan kembali sebagai Revisi II. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Revisi II merupakan “SP3-Program” yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para pemegang, pengelola maupun pelaksanaan program di masing-masing tingkatan administrasi. Oleh karena itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada kalau dalam penyusunan SP3, para pemegang, pengelola atau pelaksana program disemua tingkatan administrasi mempunyai peran yang sangat penting demi tercapainya “Evidence Based”. Diharapkan pembenahan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas ini dapat menghilangkan faktor masalah yang ada saat ini. Namun masih perlu dipikirkan tentang aspek pelaksanaan dan juga kesediaan pihak swasta untuk melaksanakan pelaporan tersebut dengan tertib. Dalam buku ini disajikan tentang Tujuan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Cara Pengisian, Pengertian-pengertian dan batasan-batasan operasional yang dipergunakan.



BAB. II TUJUAN 1. A.



TUJUAN UMUM :



Didapatkan semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan Ruang Perawatan, Puskesmas Keliling, Bidan di desa, Posyandu, dan sebagainya), dan data lainnya yang berkaitan, serta dilaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, akurat, berkala, teratur guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. 1. B.



TUJUAN KHUSUS : 1. Tercatatnya semua data dari hasil kegiatan Puskesmas dan data yang berkaitan dalam format-format yang telah ditentukan dengan benar dan bersinambungan;



2. Terlapornya data tersebut di jenjang administrasi yang lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan dan mempergunakan format yang telah ditetapkan secara benar, berkelanjutan dan teratur; 3. Terolahnya data tersebut menjadi informasi di Puskesmas dan disetiap jenjang administrasi di atasnya, sehingga bermanfaat untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat serta merumuskan cara penanggulangan secara tepat; 4. Diperolehnya kesamaan pengertian tentang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3), meliputi Batasan Operasional, tatacara pengisian format, pengolahan data dan informasi dan Mekanisme pelaporannya; 5. Mantapnya pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) disemua jenjang administrasi, sehingga dapat berhasil guna dan berdaya guna dalam pengelolaan upaya kesehatan masyarakat; 6. Diperolehnya satu sumber data yang dapat dipakai, dimanfaatkan data dengan benar, akurat dan sama;



BAB. III PENGORGANISASIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3)



A. TINGKAT PUSKESMAS Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat berupa tindakan operatif terbatas maupun perawatan sementara di ruangan rawat inap denagn tempat tidur rawat inap. Merupakan “Pusat Rujukan Antara” melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dirujuk ke rumah sakit. Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung dan Lintas Sektoral 2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan 3. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 4. Memelihara Bank Data 5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Puskesmas



6. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan pusat jaringan informasi di tingkat bawah sebagai ujung tombak segala informasi yang ada. Adapun anggota jaringannya meliputi : Puskesmas Pembantu (Pustu)



Pengobatan Tradisional (Batra)



Puskesmas Keliling (Pusling)



Akupuntur, Shinse



Bidan Desa ( Bides)



Lintas Sektoral



Posyandu



LSM , Yayasan



Wahana



Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta a.l : BP, RB, Praktek Dr/Drg/Bidan dll



Polindes Poskestren Organisasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) : Penanggung Jawab SP3 Koordinator SP3



: :



Anggota



:



Kepala Puskesmas Seseorang yang ditunjuk oleh kepala Puskesmas, dengan berpendidikan minimal SMA Pelaksana Program



Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut : a. Kepala Puskesmas :         



Penanggung-jawab di Tingkat Puskesmas Bertanggung Jawab terhadap Kualitas Data Bertanggung Jawab terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data SP3 Bertanggung Jawab terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3 Bertanggung Jawab terhadap Validasi Data Bertanggung Jawab terhadap Analisa Data Membimbing Kepada Koordinator dan Para Pelaksana Program Koordinasi dengan fasilitas kesehatan swasta dll , dalam sistem pencatatan dan pelaporan. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana program setiap 1 bulan satu kali untuk mengvalidasikan data dan mengevaluasi pelaksanaan SP3.



b. Koordinator :     



Mengkoordinir Laporan Setiap Pemegang Program Mengumpulkan dan Mengolah Data Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3 kepada Kepala Puskesmas Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program Mengirimkan Laporan ke Kab/Kota Tepat Waktu



   



Distribusikan Format Laporan Ke Pemegang Program Meneliti Kelengkapan Isi Format Mengarsipkan Validasi Data



c. Pemegang Program :       



Mencatat setiap kegiatan pada buku catatan register yang ada Menerima laporan dan mengadakan bimbingan terhadap Pustu,Pusling, Bidan di Desa, Perawat Desa. Dan lain-lainnya. Membuat transformasi pengolahan data yang tercatat sebagai kegiatan program dan merekapitulasi data program Mengisi Format Laporan SP3 sesuai kegiatannya dengan Tepat Waktu Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program dan Koordinator Menyajikan Data/Informasi Membantu Kepala Puskesmas dalam Analisisi Data SP3



B. TINGKAT KABUPATEN / KOTA : Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Mencatat dan mengumpulkan data baik dari Puskesmas maupun Lintas Sektoral 2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan 3. Membuat Umpan Balik Laporan SP3 ke Puskesmas setiap 3 bulan sekali 4. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Provinsi 5. Memelihara Bank Data 6. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Kabupaten/Kota 7. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya. Organisasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) : Penanggung Jawab SP3 Koordinator SP3



: :



Anggota



:



Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Kepala Unit Kerja yang memiliki fungsi pengolahan data dan informasi atau seseorang yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (disesuaikan dengan SOTK di Kabupaten/Kota yang bersangkutan) Pelaksana Program



Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut : a. Penanggung Jawab SP3 :  



Penanggung-jawab terhadap pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program baik di Kabupaten/Kota maupun Puskesmas .







Mengadakan pertemuan berkala setiap 3 bulan sekali untuk melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan SP3 dan pencapaian kegiatan masing-masing program.



b. Koordinator SP3 :               



Mengkoordinir Laporan SP3 Mengumpulkan Dan Mengolah Data Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3 Bertanggung-jawab atas Kualitas Data SP3 Bertanggung-jawab terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sp3 Bertanggung-jawab terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3 Bertanggung-jawab terhadap Validasi Data Bertanggung-jawab terhadap Analisa Data Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program Mengirimkan Laporan Ke Propinsi dengan tepat waktu Distribusikan print out Laporan Ke Pemegang Program Membuat umpan balik SP3 secara periodik 3 bulan satu kali ke tingkat Puskesmas. Meneliti Kelengkapan Isi Format Mengarsipkan Validasi Data



c. Pemegang Program :    



Mengadakan validasi dan koreksi data SP3 yang diterima dari koordinator SP3 Kabupaten/Kota. Menganalisis hasil olahan data tersebut dan membuat laporan narative serta melaksanakan tindak lanjut kegiatan sesuai hasil analisa data. Membantu kelancaran pelaksanaan SP3 di Puskesmas dan Kabupaten/Kota Mengikuti pertemuan berkala SP3 setiap 3 bulan sekali dan memberikan bahasannya.



C. TINGKAT PROPINSI : Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Mencatat dan mengumpulkan data baik dari Kabupaten/Kota maupun Lintas Sektoral 2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan 3. Membuat Umpan Balik Laporan SP3 ke Kabupaten/Kota setiap 6 bulan sekali 4. Memelihara Bank Data 5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Provinsi 6. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya. Organisasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) : Penanggung Jawab SP3 Penanggung Jawab Pelaksana Koordinator SP3 Anggota



: : : :



Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Kepala Seksi Teknologi Informasi Kesehatan Pelaksana Program



Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut : a. Penanggung Jawab SP3 :  



1.   



Penanggung Jawab terhadap pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program di tingkat Propinsi Penanggung Jawab Pelaksana SP3 : Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan SP3. Mengadakan pertemuan berkala setiap 6 bulan sekali untuk melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan SP3 dan pencapaian kegiatan masing-masing program. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam hal fasilitasi.



c. Koordinator SP3 :          



     



Mengkoordinir Laporan SP3 Mengumpulkan Dan Mengolah Data Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3 Bertanggung-jawab atas Kualitas Data SP3 Bertanggung-jawab Terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sp3 Bertanggung-jawab Terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3 Bertanggung-jawab Terhadap Validasi Data Bertanggung-jawab Terhadap Analisa Data Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program Memberikan bimbingan dan pembinaan teknis dan substantif kepada koordinator, pelaksana program baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam hal fasilitasi. Mengirimkan Laporan Ke Pusat dengan tepat waktu Distribusikan hasil print out Laporan Ke Pemegang Program Membuat umpan balik SP3 secara periodik 6 bulan satu kali ke tingkat Kabupaten/Kota Meneliti Kelengkapan Isi Format Mengarsipkan Validasi Data



d. Pemegang Program :     



Mengadakan validasi dan koreksi data SP3 yang diterima dari koordinator SP3 Kabupaten/Kota. Mengirimkan hasil koreksinya ke koordinator SP3. Menganalisis hasil olahan data tersebut dan membuat laporan narative serta melaksanakan tindak lanjut kegiatan sesuai hasil analisa data. Membantu kelancaran pelaksanaan SP3 di Puskesmas dan Kabupaten/Kota Mengikuti pertemuan berkala SP3 setiap 3 bulan sekali dan memberikan bahasannya. BAB. IV



PETUNJUK PENGISIAN Dalam pelaksanaan Sistem Pencatatan dan pelaporan Puskesmas perlu diketahui beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan benar dan sama. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas adalah pencatatan dan pelaporan yang harus dibuat oleh Puskesmas dan direkapitulasi disetiap tingkatan administrasi dengan waktu tertentu. Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas disini sudah mencakup pelayanan kesehatan di puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas dengan Perawatan, Bidan Desa, Perawat Desa, Balai pengobatan, Dokter / Bidan Praktek swasta dan unit-unit pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta. 1. A.



FORMAT LAPORAN .



Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas digunakan Formulir standar yang terdiri dari 6 jenis laporan sebagai berikut yaitu : 1. Laporan LB-1 :



Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan



1. Laporan LB-3 :



Laporan Bulanan Program KIA/KB, Gizi, dan Pemberantasan Pencegahan Penyakit Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas



1. Laporan LB-4 : 1. Laporan LSD-1 :



1. Laporan LSD-2 :



1. Laporan LSD-3 :



1. B.



Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai data fasilitas dan data kesehatan lainnya serta data lingkungan kedinasan Puskesmas dan Jejaringnya Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai tenaga di Puskesmas baik dengan perawatan maupun tanpa perawatan dan Puskesmas Pembantu. Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai Jumlah dan Jenis Peralatan di Puskesmas baik dengan perawatan maupun tanpa perawatan, Puskesmas Pembantu dan lainlain.



FREKUENSI LAPORAN.



Pada Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Frekwensi dan Periode disesuaikan dengan Jenis Data yang dikumpulkan : 1. Laporan Bulanan (LB-1, LB-3, LB-4) dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya 2. Laporan Tahunan (LSD-1, LSD-2, LSD-3) dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat pada tanggal 10 Januari tahun berikutnya. 3. Laporan Bulanan tersebut dikirimkan setiap bulan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya melalui disket/CD atau e-mail dengan alamat : [email protected]



4. Laporan Tahunan tersebut dikirmkan setiap tahun ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya melalui disket/CD atau e-mail.



1. C.



PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN.



Dalam petunjuk pengisian ini tidak dijelaskan hal-hal yang sudah cukup jelas. Penjelasan mengenai arti, pengertian dari variable dijelaskan khusus dalam batasan operasional. Agar Data/Informasi yang diperoleh berbasis Desa/Kelurahan, maka untuk mengisi Laporan ini, Puskesmas mengisi Data per-Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan Luar Wilayah kerja Puskesmas sesuai dengan kunjungan pelayanan kesehatan masyarakat. Kode Puskesmas adalah kode indentitas Puskesmas yang terdiri atas 11 digit alfanumerik yaitu:     







1 digit pertama diisi dengan huruf ”P” yang menandakan Puskesmas. 2 digit berikutnya diisi dengan kode Provinsi yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS. 2 digit berikutnya diisi dengan kode Kabupaten yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS. 3 digit berikutnya diisi dengan kode Kecamatan yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS. 1 digit beikutnya diisi dengan angka ”1” apabila Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Perawatan dan diisi dengan angka ”2” apabila Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Non Perawatan. 2 digit terakhir menyatakan nomor urut Puskesmas di kecamatan di mana Puskesmas yang bersangkutan berada.



1. LAPORAN BULANAN PENYAKIT (LB 1 ) Laporan Bulanan Penyakit (LB 1) merupakan Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan mencakup data di wilayah kerja Puskesmas, berdasarkan penderita yang berobat ke dalam gedung Puskesmas maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Kasus penyakit yang dilaporkan berbasis Desa/Kelurahan, baik berasal dari wilayah maupun luar wilayah kerja Puskesmas Data kesakitan yang dilaporkan dalam LB 1, juga mencakup data kesakitan yang sebelumnya telah dilaporkan baik melalui W1 maupun W2.



PETUNJUK UMUM



1. 2. 3. 4. 5. 6.



LB-1 terdiri dari 10 halaman LB-1 terdiri dari 18 kelompok penyakit dan 224 variabel penyakit LB-1 dilaporkan setiap bulan, setiap awal bulan, bulan berikutnya Kode Puskesmas terdiri 8 digit, diisi sesuai kode Puskesmas masing-masing Puskesmas, diisi dengan nama Puskesmas sesuai dengan SK Puskesmas Setiap membuat laporan dituliskan Kode Puskesmas, Nama Desa/Kelurahan, Nama Puskesmas, Nama Kecamatan, Nama Kabupaten/Kota, Provinsi asal, Nama Bulan dan Tahun yang jelas. 7. Nama-nama penyakit yang dilaporkan disesuaikan dengan nomor ICD X. 8. Data Kesakitan yang dilaporkan dalam LB-1 juga mencakup data kesakitan yang telah dilaporkan dalam W-1 dan W-2 9. Bulan : diisi dengan bulan pelaksanaan kegiatan yang dilaporkan 10. Tahun : diisi lengkap tahun berjalan 11. Laporan ini mencakup data dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu dalam wilayah kerja Puskesmas, penderita dalam gedung Puskemas maupun luar gedung Puskesmas (pengobatan, perawatan dilakukan di rumah, di panti, di posyandu dan melalui Puskesmas Keliling) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas 12. LB-1 terdiri dari 10 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :  



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)



1. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu Pelaksana Program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 2. Laporan ini diisi dengan data yang terkumpul selama 1 bulan. 3. Kolom yang telah di arsir, tidak perlu diisi. 4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh Penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.



PETUNJUK KHUSUS 1. Kolom menurut kelompok umur diisi dengan angka sesuai dengan jumlah penderita yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas pada kelompok umur tersebut. Bila tidak ditemukan penyakit pada kelompok umur tersebut isilah dengan angka 0 (nol). 2. Kelompok umur dibagi menjadi 12 kelompok umur yaitu 0 – 7 hari



:



8 – 28 hari



:



29 hr – 1 thn



:



1 – 4 thn



:



5 – 9 tahun



:



10 – 14 thn



:



Pasien bayi baru lahir sampai dengan berusia 7 hari Termasuk dalam periode Perinatal; dan Neonatal. Penderita berusia 8 hari sampai dengan 28 hari termasuk dalam masa neonatal. Penderita berusia 1 tahun sampai dengan 12 bulan kurang 1 hari Penderita berusia 12 bulan sampai dengan 5 tahun kurang sehari Penderita berusia 5 tahun sampai dengan 9 tahun kurang sehari Penderita berusia 10 tahun sampai dengan 14 tahun kurang sehari



15 – 19 thn



:



20 – 44 thn



:



45 – 54 thn



:



55 – 59 thn



:



60 – 69 thn



:



≥ 70 thn



:



Penderita berusia 15 tahun sampai dengan 19 tahun kurang sehari Penderita berusia 20 tahun sampai dengan 44 tahun kurang sehari Penderita berusia 45 tahun sampai dengan 54 tahun kurang sehari, disebut juga dengan pralansia Penderita berusia 55 tahun sampai dengan 59 tahun kurang sehari, disebut juga dengan lansia Penderita berusia 60 tahun sampai dengan 69 tahun kurang sehari, disebut juga dengan lansia Penderita 70 tahun atau lebih, disebut juga dengan lansia



1. Kolom 4 s/d 27 ; merupakan Kasus Baru menurut golongan umur dan jenis kelamin 2. Kolom 28, Kolom 29; merupakan penjumlahan dari Kolom 4 s/d 27 Kasus Baru menurut jenis kelamin 3. Kolom 30; merupakan penjumlahan kolom 28 + kolom 29 4. Kolom 31, Kolom 32; merupakan Jumlah Kasus Lama menurut jenis kelamin 5. Kolom 33; merupakan penjumlahan kolom 33 + kolom 34 6. Kolom 34 ; merupakan penjumlahan kolom 30 + kolom 33 7. kolom 35; merupakan Jumlah Peserta Keluarga Miskin (GAKIN) 8. Nama dan Kode penyakit diisi sesuai dengan ICD 10, menyangkut daftar kategori penyakit 3 angka atau 4 angka dari ICD-10. 9. Kelompok Penyakit terdiri dari : 10. BAB



KODE



KATEGORI JENIS PENYAKIT



1.



ICD – 10 A 00 – B 99 Penyakit Infeksi dan parasit tertentu



1.



C 00 – D 48 Penyakit Neoplasma



1.



1.



D 50 – D 53 Penyakit Darah dan Orga Pembuat Darah dan beberapa kelainan yang berhubungan dengan mekanisme Kekebalan E 00 – E 90 Penyakit Endokrin, Nutrisi dan Metabolik



1.



F 00 – F 99 Penyakit Gangguan Jiwa dan Perilaku



1.



G 00 – G 99 Penyakit Sususnan Saraf



1.



H 00 – H 59 Penyakit Mata dan Adneksa



1.



H 60 – H 95 Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid



1.



I 00 – I 99



Penyakit Sistim Sirkulasi



BAB



KODE



KATEGORI JENIS PENYAKIT



1.



ICD – 10 J 00 – J 99 Penyakit Sistim Pernafasan



1.



K 00 – K 93 Penyakit Sistim Pencernaan



1.



L 00 – L 99 Penyakit Kulit dan Jaringan Subkutan



1.



M 00 – M 99 Penyakit Sistem Muskulosketal dan Jaringan Ikat



1.



N 00 – N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin



1.



O 00 – O 99 Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas



1.



P 00 – P 96



1.



Q 00 – Q 99



1. XVIII. R 00 – R 99



Keadaan Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal Kelainan Bawaan, Kelainan Pembentukan dan Khromosom Gejala, Tanda dan Penemuan Abnormal secara Klinis dan laboratorium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain Cedera, Keracunan dan Akibat tertentu lainnya oleh Penyebeb dari luar Penyebab Luar dari kesakitan dan Kematian



1.



S 00 – T 98



1.



V 01 – Y 98



1.



Z 00 – Z 99 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan akses terhadap pe;ayanan Kesehatan



1.



10. Nama dan Kode penyakit diisi sesuai dengan ICD 10, menyangkut daftar kategori penyakit 3 angka atau 4 angka dari ICD-10.



2. LAPORAN BULANAN KIA/KB, GIZI DAN PEMBERANTASAN PENCEGAHAN PENYAKIT (LB 3 ) Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (LB 3) merupakan laporan bulanan Program KIA/KB, Gizi, dan Pemberantasan Pencegahan Penyakit, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.



PETUNJUK UMUM . 1. Data yang dilaporkan dalam format laporan LB-3 adalah semua data pelayanan baik dari dalam gedung Puskesmas maupun dari luar gedung Puskesmas (Posyandu, Pos



Immunisasi, sekolah, Bidan di desa, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas 2. Format laporan LB-3 mencakup laporan kegiatan KIA/KB, Gizi, Pemberantasan Pencegahan Penyakit (Immunisasi, Pengamatan Penyakit Malaria, Demam berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Rabies, Anthraks, Pes, Flu Burung /AI, Diare, TBC, Kusta, Keracunan Makanan, ISPA, Penyakit Kelamin dan HIV/AIDS) 3. Format laporan terdiri dari 6 halaman : ¨



Halaman 1 – 2 : Kegiatan KIA/KB



¨



Halaman 3



: Kegiatan Gizi



¨



Halaman 4 – 6



: Kegiatan Pemberantasan Pencegahan Penyakit



1. Isilah kolom dengan angka. Bila tidak ada data makan isilah dengan angka 0 (nol). 2. LB-3 terdiri dari 6 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada : ¨



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota



¨



Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip) 1. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Desa/Kelurahan, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditandatangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 2. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 3. Laporan ini diisi dengan data yang tercatat selama satu bulan. 4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.



PETUNJUK KHUSUS 1. Kolom 3; merupakan diisi dengan angka sesuai dengan Jumlah per- Variabel yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Bila tidak ditemukan isilah dengan angka 0 (nol). 2. Kolom 4; merupakan merupakan diisi dengan angka sesuai dengan Jumlah perVariabel Peserta Keluarga Miskin yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Bila tidak ditemukan isilah dengan angka 0 (nol). 3.



LAPORAN BULANAN KEGIATAN PUSKESMAS (LB 4 )



Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (LB 4) merupakan laporan bulanan kegiatan Puskesmas, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.



PETUNJUK UMUM.



1. Data yang dilaporkan dalam format laporan LB-4 adalah semua data pelayanan baik dari dalam gedung Puskesmas maupun dari luar gedung Puskesmas (Posyandu, Pos Immunisasi, sekolah, Bidan di desa, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas 2. Format laporan LB-4 mencakup laporan Data Sasaran, Kegiatan Pengunjung Puskesmas, Rawat Jalan, Rawat Inap, Upaya Kesehatan Giigi (Pelayanan Di BP Gigi, Pelayanan Di UKGS, Pelayanan UKMD), Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Pembinaan Keluarga Rawan, Tindak Lanjut Perawatan Yang Selesai Dibina, Pembinaan Kelompok Khusus/Panti), Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Mata, Upaya Penyuluhan dan JPKM Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Lingkungan, Gizi, Kegiatan Laboratorium dan Kegiatan Transfusi Darah. 3. Format laporan LB-4 terdiri dari 4 halaman : 4. Isilah kolom dengan angka, dalam kotak angka yang telah disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol). 5. LB-4 terdiri dari 4 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada : ¨



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota



¨



Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip) 1. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas 2. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Pustu yang ada dan yang melapor, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 3. Laporan ini diisi dengan data selama 1 bulan. 4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.



4.



LAPORAN SUMBER DAYA PUSKESMAS (LSD 1 )



Laporan Tahunan Sumber Daya Puskesmas (LSD-1) merupakan laporan tahuan kegiatan pelayanan kesehatan Puskesmas, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas. PETUNJUK UMUM . 1. Laporan ini dibuat sekali dalam setahun sekali (data dari bulan Januari s/d Desember). 2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya. 3. LSD-1 mencakup 2 kelompok yaitu  



Laporan Tahunan Puskesmas Lampiran LSD1 merupakan Data Lingkungan Kedinasan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu



1. LSD-1 terdiri dari 3 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada : ¨



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota



¨



Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip) 1. LSD-1 Lampiran terdiri dari 2 halaman, LSD-1 terdiri dari 3 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :



¨



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota



¨



Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip) 1. LSD-1 merupakan Data yang dilaporkan mencakup : Data Umum, Data Keadaan Sarana Puskesmas dengan Jejaringnya, Data Kesehatan Lingkungan, Data Upaya Kesehatan Sekolah, Data Peran Serta Masyarakat, Data Kesehatan lain dan data fasilitas lainnya. 2. LSD-1 Lampiran merupakan Data yang dilaporkan mencakup : Data jenis bangunan dan Transportasi di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. 3. Isilah kolom dengan angka, dalam kotak angka yang telah disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol). 4. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 5. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Desa/Kelurahan, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditandatangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 6. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.



PETUNJUK KHUSUS. 1. Kolom 1; diisi dengan nomor urut. 2. Kolom 2; merupakan Jenis Bangunan dan Transportasi 3. Kolom 3; diisi dengan Jumlah Jenis Ruangan dan Transportasi yang ada di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 4. Kolom 3; diisi dengan Luas Bangunan untuk setiap Ruangan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. 5. Kolom 5-9; diisi dengan Kondisi Jenis Bangunan dan Tranportasi di Puskesmas menurut Fungsinya yaitu Baik, Ringan, Sedang, Berat dan Persetase yang Rusak. 6. Kolom 10-14; diisi dengan Kondisi Jenis Bangunan dan Tranportasi di Puskesmas Pembantu menurut Fungsinya yaitu Baik, Ringan, Sedang, Berat dan Persetase yang Rusak. 5.



LAPORAN SUMBER DAYA TENAGA KESEHATAN (LSD 2 )



Laporan Sumber Daya Puskesmas (LSD-2) merupakan laporan Tahunan data Tenaga yang berada di Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Jenis Tenaga Kesehatan dikelompokan menjadi 2 kelompok sesuai dengan PP 32 tahun 1996, yaitu Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan. Untuk Tenaga Kesehatan di bagi atas 7 kategoti yaitu :



1. Tenaga Medik, adalah Dokter Umum dan Dokter Gigi serta Dokter Ahli berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi 2. Tenaga Keperawatan, yaitu tenaga lulusan sarjana perawat, akademi perawat, sekolah perawat, perawat mahir, sekolah bidan dan sekolah juru rawat dan sejenisnya 3. Tenaga efarmasian, yaitu lulusan sarjana farmasi s/d tenaga kefarmasian lainnya 4. Tenaga Kesehatan Masyarakat termasuk sanitarian 5. Tenaga Gizi 6. Tenaga Keterapian Fisik 7. Tenaga Keteknisan Medis Tenaga Non Kesehatan dibagi atas 6 kategori yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Doktoral (S3) Pasca Sarjana (S2) Sarjana ( S1) Sarjana Muda / D 3 / Akademi Sekolah Menengah Tingkat Atas Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan SD ke bawah



PETUNJUK UMUM. 1. Laporan ini dibuat Laporan ini dibuat sekali dalam setahun (data dari bulan Januari s/d Desember). 2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya. 3. LSD-2 terdiri dari 2 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada : ¨



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota



¨



Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip) 1. Data yang dilaporkan mencakup : Data Jumlah dan Jenis Tenaga Puskesmas yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas. 2. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 3. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.



PETUNJUK KHUSUS. 1. Kolom 1; diisi dengan nomor urut. 2. Kolom 2; diisi dengan nama dari masing-masing pegawai di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP ( PNS maupun Honorer ). 3. Kolom 3; diisi sesuai dengan Jenis Tenaga yang terdapat pada kategori jenis tenaga 4. Kolom 4; diisi dengan NIP (Nomor Induk Pegawai) dan Karpeg yaitu nomor seri dari kartu pegawai tersebut. 5. Kolom 5; diisi dengan tempat dan tanggal lahir dari masing-masing pegawai.



6. Kolom 6; diisi dengan Jenis Kelamin “P” (Perempuan) atau “L” (Laki-Laki). 7. Kolom 7, 8, 9; diisi dengan Pendidikan dari masing-masing pegawai yaitu tentang pendidikan terakhir dan tahun lulusan. 8. Kolom 10 dan 15; diisi dengan status kepegawaian PNS dan non PNS, data terhitung mulai tanggal berapa status tersebut disandang oleh pegawai tersebut. 9. Kolom 16, 17, 18, 19; diisi dengan golongan dan pangkat dari masing-masing pegawai, TMT Golongan dan masa kerja dan diisi dengan tanggal mulai menduduki status tersebut. 10. Kolom 20, 21; diisi dengan jabatan masing-masing pegawai, TMT Golongan diisi dengan tanggal mulai menduduki status tersebut. 11. Kolom 22; diisi dengan nama Jabatan Fungsional/Struktural/Teknis dari masingmasing pegawai 12. Kolom 23; diisi dengan nama dimana Tempat kerja di Puskesmas atau Desa dari masing-masing pegawai 13. Kolom 24; diisi dengan tanggal mulai bekerja di Puskesmas ini. 14. Kolom 27 diisi dengan pendidikan tambahan / Diklat yang telah diikuti oleh pegawai tersebut. 15. Kolom 28–46; diisi dengan Pelatihan Fungsional yang telah diikuti oleh pegawai tersebut. Bila Ya datanya maka isilah dengan angka 1 (satu).diisi Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol) dan sebutkan tahunnya. 6.



LAPORAN SUMBER DAYA PERALATAN PUSKESMAS (LSD 3 )



Laporan Sumber Daya Peralatan Puskesmas (LSD-3) merupakan laporan Tahunan data peralatan yang berada di Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas. PETUNJUK UMUM. 1. Laporan ini dibuat Laporan ini dibuat sekali dalam setahun (data dari bulan Januari s/d Desember). 2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya. 3. LSD-3 terdiri dari 4 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada : ¨



Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota



¨



Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip) 1. Data yang dilaporkan mencakup : Data Peralatan yang ada di Puskesmas, Puskesmas DTP, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling. Sekolah, . 2. Nama-nama dari peralatan telah dicantumkan di dalam format laporan 3. Bagian yang telah diarsir tidak perlu diisi. 4. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 5. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. 6. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.



PETUNJUK KHUSUS. 1. Kolom 1; diisi dengan nomor urut. 2. Kolom 2; merupakan Jenis Peralatan yang ada di di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP, Puskesmas Keliling, Sekolah dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas 3. Kolom 3-5; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut. 4. Kolom 6-8; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, Pembantu, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut. 5. Kolom 9-11; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas Keliling, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut. 6. Kolom 12-14; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut. 7. Kolom 15-17; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Pos Bersalin Desa (Polindes), menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut. 8. Kolom 18-20; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.



BAB. V BATASAN OPERASIONAL



1. A.



PENGERTIAN- PENGERTIAN



Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) menganut konsep wilayah kerja Puskesmas berbasis Data per-Desa/Kelurahan, oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan Puskesmas (termasuk bidan desa, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas dengan Perawatan dan Jejaring Puskesmas termasuk unit pelayanan kesehatan swasta).



Pemberian nomor Kode Puskesmas terdiri dari 12 angka, dengan mengikuti pengelompokan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Puskesmas PENGUNJUNG PUSKESMAS Data untuk pengisian banyak Pengunjung Puskesmas diambil dari Buku register Penomoran yang ada pada addmiting office ( Loket penerimaan pasien atau tempat penjualan karcis yang dibuat setiap hari) . Pengunjung terdiri dari 2 kelompok yaitu 1. Pengunjung Baru Pengunjung Baru adalah pengunjung yang baru pertama kali dating yang akses di Puskesmas . Setiap Pengunjung Baru diberikan Nomor Rekam Medik dengan menggunakan register penomoran dan dibuatkan Folder Rekam Medik. Nomor Rekam Medik diberikan hanya 1 (satu) kali seumur hidup 1. Pengunjung Lama Pengunjung Lama adalah pengunjung yang dating untuk kedua dan seterusnya. yang datang ke Puskemsas dengan jejaringnya yang sama atau berbeda sebagai kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan kasus baru. Tidak mendapat nomor rekam medik lagi, tapi dicatat dalam register pendaftaran pasien.



1. B.



DEFINISI OPERASIONAL



1. LAPORAN BULANAN PENYAKIT (LB1)



KODE



ICD – 10 I A00-A09 A00



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT TERTENTU PENYAKIT INFEKSI USUS Kolera ¨ Diare mendadak dan terus menerus, tidak disertai rasa sakit perut. ¨



Muntah terus menerus.



¨ Kotoran seperti cucian air beras, berbau amis.



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Dalam waktu singkat dapat terjadi dehydrasi dan menimbulkan syok.



A01.0



Demam tifoid



¨ Pemeriksaan laboratorium ditemukan Vibrio Cholerae di tinjanya. ¨ Gejala Umum : ¨ Sakit kepala, lemah, tidak ada nafsu makan, demam selama 2-3 minggu



A01.4



Demam paratifoid, tidak Spesifik



¨ Demam Tifoid adalah Infeksi Usus yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. ¨ Gejala Umum : ¨ Sakit kepala, lemah, tidak ada nafsu makan, demam selama 2-3 minggu.



A02 A03 A04 A05



A06



A08 A09



¨ Demam Paratifoid adalah Infeksi Usus yang disebabkan oleh Salmonella Paratyphi. Infeksi salmonela lainnya ¨ Diare, mual, muntah, pusing dan nyeri perut. Shigelosis; Disentri Basiler ¨ Diare dengan tinja tidak Spesifik berdarah dan berlendir. Infeksi usus karena bakteri ¨ Diare, mual, muntah, lainnya tidak spesifik Kejang / kaku perut. Keracunan makanan karena ¨ Diare, sering muntah bakteri lainnya dan panas, sakit perut, sakit kepala Amubiasis, Disentri Amuba ¨ Diare, mual, sakit perut, tinja bercampur darah dan lendir.



Infeksi virus dan Infeksi usus tertentu lainnya Diare dan Gastroenteritis



¨ ¨



Anus terasa pedih. Diare dan Demam.



¨ Penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari melembek hingga cair serta



KODE



ICD – 10



A02, A04, A07- A08 A15-A19 A15.0



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT bertambahnya frekuensi buang air besar (lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari). ¨ Diare, mual, muntah, Kejang / kaku perut.



Penyakit infeksi usus lainnya TUBERKULOSIS Tuberkulosa Paru BTA (+) ¨ Penyakit Tuberkulosa dengan/tanpa pemeriksaan Paru yang di diagnosa biakan. dengan pemeriksaan sputum (secara bakteriologi dan histopatologi) positif mengandung bakteri tuberkulosa. ¨ Gejala yang mungkin ada pada penderita adalah : p Batuk berdahak 3 minggu atau lebih, tidak sembuh dengan antibiotik p Pernah mengeluarkan dahak bercampur dengan darah. p Mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada.



A16.0



Tuberkulosis paru klinis



p Nafsu makan berkurang dan Berat Badan menurun. ¨ Penyakit Tuberkulosa Paru yang tidak berdasarkan pada pemeriksaan secara bakteriologi maupun histopatologi. ¨ Gejala yang mungkin ada pada penderita adalah : p Batuk berdahak 3 minggu atau lebih, tidak sembuh dengan antibiotik



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT p Pernah mengeluarkan dahak bercampur dengan darah. p Mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada.



A 15.1 – A 16.2



A16.3 -.9 A17.0



p Nafsu makan berkurang dan Berat Badan menurun. Tuberkulosis paru lainnya ¨ Demam, penurunan berat badan, nyeri dada, berkeringat malam hari Tuberkulosis alat nafas ¨ lainnya Meningitis Tuberkulosa ¨ Tuberkulosa pada Selaput Otak. ¨ Gejala yang ada pada penderita Meningitis Tuberkulosa adalah : p Kesadaran yang menurun / tidak sadar. p Demam.



A18



A19



A20-A29 A20



p Sering diikuti dengan kejang pada seluruh tubuh. Tuberkulosis organ lainnya ¨ Penyakit Tuberkulosa yang terdapat pada organ lain selalin paru. Misal : usus, tulang, kelenjar lymphe. Tuberkulosis Miliaris ¨ Penyakit tuberkulosa yang menyerang pembuluh darah baik pada paru maupun organ lainnya. PENYAKIT INFEKSI BAKTERI HEWAN Pes/Sampar ¨ Penyakit ini ditimbukan karena Infeksi yang disebabkan oleh kuman/bakteri yersinia pestis (Pasteurella pestis), yang ditularkan melalui gigitan pinjal.



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Demam tinggi secara mendadak disertai pembesaran kelenjar pada lipat paha dan ketiak atau leher (disebut Bubo), shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur,gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan kona (tidak sadar)



A22



Antraks



¨ Mengeluarkan dahak berdarah tanpa didahulukan oleh gejala batuk sebelumnya (Pes type paruparu sekunder). ¨ Antraks adalah suatu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bacillus anthracis ditularkan melalui kulit yang lecet, abrasi/luka, dapat melalui pernapasan (inhalasi) dan melalui mulut karena makan bahan makanan yg tercemar kuman antraks ¨ Gejala awal rasa gatal tanpa disertai rasa sakit dlm kurun waktu 2-3 hari membesar menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan, dengan gejala konstitusi berupa demam yg sedang, sakit kepala, malaise jarang ada, terjadi pembengkakan lunak pd kelenjar limpha dengan masa inkubasi 1-5 hari (antraks kulit). ¨ Rasa sakit perut yg hebat, mual, muntah, tdk nafsu makan dan suhu badan meningkat, terjadi gastroenteritis akut yg kadang-kadang berdarah,



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT hematemesis, kelamahan umum, demam, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal/lipat paha, perut membesar dan keras, acites, edema scrotum dengan masa inkubasi 2-5 hari (antraks pencernaan).



A27



A30-A49 A30.0



Leptospirosis



¨ Lesu, lemah, suhu subfebril dan batuk yg non produktif sesuai dg tandatanda bronchitis, dalam waktu 2-4 hari timbul gangguan respirasi berat, suhu meningkat, cyanosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan, detak jantung lebih cepat, nadi lemah dan cepat, edema subkutan di daerah dada dan leher, pembesaran limpheu daerah abdomen (antraks paruparu) ¨ Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bakteri leptospira ditularkan melalui kontak dengan air, lumpur, tanaman yg dicemari oleh air seni dari rodent (tikus) dan hewan yg mengandung bakteri leptospira,



¨ Gejala umum : demam, nyeri kepala, nyeri otot khususnya di daerah betis, paha, serta gagal ginjal. INFEKSI BAKTERI LAINNYA Kusta I/T (MB) Gejala Umum Kusta : ¨ Bercak putih (Hipopigmentasi) atau Hiperpigmentasi, atau bercak kemerahan (eritema) atau adanya penebalan kulit



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT dan sub kutis (Infitrat) serta adanya nodul atau benjolan di bawah kulit. ¨ Hilangnya atau kurangnya rasa = Hypesthesia atai Hypoesthesia pada daerah bercak. ¨ Pada daerah bercak tidak ditemukan keringat dan rambut. ¨ Otot dibangian sebelah bawah bercak cenderung untuk mengecil utamanya otot tangan (telapak tangan) dan tungkai bawah. Tanda-tanda Klinis Kusta MB : ¨ Tampak Makula dalam jumlah yang banyak ¨ Makula tersebar bilateral tetapi asimetris ¨ Permukaan macula halus dan mengkilap ¨ Batas macula tidak tegas / tidak jelas. ¨ Rasa hypesthesia atau hypoesthesia tidak jelas ¨



A30.5



Kusta B/L (PB)



Infiltrat menyebar.



¨ Nodul tidak selalu ada. Tanda-tanda Klinis Kusta MB :



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Makula dapat muncul dalam jumlah yang tidak banyak yaitu 1 – 5 makula. ¨ Dengan distribusi unilateral, bilateral atau asimetris. ¨ Permukaan macula kering dan kasar ¨ Batas macula jelas dan tegas ¨ Hilang rasa, hypesthesia maupun hopoesthesia sangat jelas ¨ Infiltrat tidak selalu ada, bila ada biasanya terbatas pada daerah makula



A33



Tetanus Neonatorum



¨ Nodul tidak selalu ada. ¨ Tetanus neonatorum adalah yang terjadi pada bayi yang baru lahir. ¨



Tanda-tanda klinis :



p Demam. p Bayi lahir hidup dan bisa menyusui tiba-tiba hari ketiga tidak dapat/sulit minum / menyusu, p Mulut mencucu seperti mulut ikan p Kejang-kejang. p Kesadaran menurun.



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT p Tidak menangis hanya merintih



A35



Tetanus lainnya



p Sering diikuti dengan sesak nafas. ¨ Adalah Tetanus yang terjadi pada anak (balita, selain neonatus) dan orang dewasa. ¨



Tanda-tanda klinis :



p Biasanya didahului dengan adanya luka pada tubuh. p Kesadaran menurun p Demam p Kejang



A36



Difteria



p Tidak dapat makan maupun minum. ¨ Penyakit yang timbul karena infeksi Corynebacterium diphtaeria ¨ Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan apus tenggorokan ¨



Tanda-tanda klinis :



p Panas p Terdapat selaput putih (pseudomembrane) pada laring. pharing atau tonsil. p Sakit waktu menelan. p Lehermembengkak disebut dengan bulls neck.



KODE



ICD – 10



A37



JENIS PENYAKIT



Pertusis/Batuk rejan



GEJALA PENYAKIT p Sesak nafas disertai dengan nafas berbunyi disebut sebagai stridor. Disebut Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis Tanda-tanda klinis terdiri dari 3 fase yaitu : ¨



Fase Katarak.



p Berlangsung selama 2 minggu. p Didahului dengan batuk ringan, bersin-bersin dan pilek. ¨



Fase Paroksismal.



p Berlangsung pada minngu ke 4 – 6. p Batuk semakin kuat dan berlangsung terus menerus, sulit berhenti, sehingga dapat menimbulkan cyanosis, mata melotot sampai dengan timbul perdarahan sub kunjungtiva, lidah menjulur, dan menimbulkan kesan sesak nafas hebat. ¨ Fase Penyembuhan = Konvalesen.



A39 A40-A41



Infeksi Meningokok Septisemia



p Berlangsung pada minggu ke 9 – 10. ¨ ¨ Manifestasi umum infeksi disertai gangguan fungsi organ multipel antara lain berupa hiperpireksi, cutis marmoratae,



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT menggigil, gaduh gelisah, proteinuria



A50-A64 A50



¨ Pemeriksaan penunjang : leukopenia atau leukositosis, granulasi toksik, trombositopenia, anemia dan CRP positif. Penurunan kadar protrombin, fibrinogen PENYAKIT INFEKSI YANG DITULARKAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL Sifilis kongenital/bawaan ¨ Sifilis bawaan sejak lahir biasanya pada bayi yang ditularkan oleh ibu yang menderita IMS



A51



Sifilis dini



A54



Infeksi Gonokok



A65-A66 A66



¨ Gejala umum : matanya banyak sekret mata sampai tertutup ¨ Tampak lesi “chancre” pada daerah kemaluan. ¨ Pada Pria : keluarnya cairan abnormal dari alat kelamin berupa nanah yang terjadi secara akut, disertai rasa sakit / panas waktu buang air kecil.



¨ Pada Wanita : seringkali tidak tampak adanya gejala. Pada keadaan lanjut maka akan tampak pembesaran kelenjar Bartholini dan Skene di daerah bibir kecil kemaluan. PENYAKIT SPIROKAETAL LAINNYA Frambusia ¨ Lesi pertama berbentuk Papiloma akan muncul di daerah dimana Treponema masuk ke dalam tubuh, berbentuk buah arbei dengan permukaan basah, tidak ada nanah.



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Ditemukan juga demam, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. ¨ Papiloma tersebar disekitar dubur, mulut vagina. ¨ Tampak “Wet Crab” papiloma pada telapak tangan dan kaki. ¨ Makula, papula, macula-papula, mikropapula, plak dan nodule. ¨



Hyperkeratosis



¨ Kelainan pada tulang dan sendi yaitu ekstremitas gangosa, hydraarthosis, module di artikulasi.



A70-A74 A71



¨ Tampak Gummata, Ulcerasi. PENYAKIT LAIN KARENA CHLAMYDIA Trakoma ¨ Kedua mata tampak merah dan berair ¨ Penderita sukar melihat cahaya terang dan merasa gatal di matanya



A80-A89 A80



¨ Ditemukan folikel terutama di konjungitiva tarsalis superior dan kornea daerah limbus superior INFEKSI VIRUS PADA SUSUNAN SARAF PUSAT Poliomielitis akut ¨ Demam waktu mulai sakit ¨ Rangsangan pada selaput otak ¨



Nyeri otot berat.



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Kelumpuhan ekstremitas dan biasanya asimetris, timbul antara hari ke 3 dan 4. ¨ Reflek Tendon menurun



A82



Rabies



¨ Rasa raba biasanya normal. ¨ Demam tinggi ¨



Sakit kepala hebat



¨ Kelumpuhan mulai dari tungkai menjalar ke atas. ¨



Sulit menelan.



¨



Takut air.



¨ Sulit bernafas dan kesadaran menurun



A87



A90-A99 A90



Meningitis karena virus



¨ Keadaan ini terjadi beberapa minggu samapai dengan satu tahun setelah gigitan. ¨ Lesu, demam, muntah, sakit kepala dan anoreksia



¨ Kesadaran menurun, kejang, ubun-ubun besar menonjol dan tegang DEMAM BERDARAH VIRUS dan DEMAM VIRUS DITULARKAN OLEH ARTROPODA Demam Dengue ¨ Peningkatan suhu mendadak (39 – 40 0C disertai menggigil ¨ Nyeri kepala dan muka kemerahan ¨ Nyeri pada belakang mata apabila mata



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT digerakkan atau bola mata digerakkan ¨



Fotofobia



¨



Nyeri otot atau sendi



¨



Anoreksia



¨ Konstipasi, nyeri perut/kolik ¨



A91



Nyeri tenggorokan



¨ Depresi pada pasien demam Demam Berdarah Dengue ¨ Demam mendadak 2 – 7 hari tanpa penyebab yang jelas ¨ Gelisah, nyeri pada ulu hati. ¨ Timbul bercak merah “Purpura” dan pendarahan kulit berbentuk bintik-bintik “Ptechiae”. ¨ Pada keadaan lanjut dapat terjadi buang air besar bercampur darah, mutah darah, keluar darah dari hidung.



A92.0



Chikungunya



¨ Pada keadaan berikutnya dapat terjadi kesadaran menurun sampai syok ¨ Demam ¨



Persendiaan sakit



¨



Nyeri otot



¨ Ruam kemerahan pada kulit



KODE



ICD – 10 B00-B09 B00



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



INFEKSI VIRUS DENGAN LESI KULIT DAN MEMBRAN MUKOSA Infeksi herpesvirus (herpes ¨ Gejala awal : Demam simplex) yang berlangsung kira-kira 3 minggu ¨ Kelainan umumnya berupa vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematous. ¨ Isi vesikel dapat jernih maupun seropurulen



B01



Varisela/Cacar Air



¨ Pada daerah genitalis sering terjadi infeksi sekunder, sehingga ruamnya dapat berubah menjadi ulserasi ¨ Demam. ¨ Timbul merah-merah pada kulit seluruh tubuh dan kemudian berisi nanah karena sering disertai dengan infeksi sekunder.



B05



Campak



¨ Rasa gatal dan pedih di daerah bintik kemerahan ¨ Demam ¨ Timbul kemerahan pada kulit ¨ Becak koplik pada daerah mukosa mulut bagian bukal. ¨ Radang selaput mata (konjungtiva). ¨ Sering diikuti dengan batuk dan pilek.



B15-B19 B15



HEPATITIS VIRUS Hepatitis A akut (klinis)



¨



Demam



KODE



ICD – 10



B16



JENIS PENYAKIT



Hepatitis B akut



GEJALA PENYAKIT ¨



Badan lemas



¨



Mual



¨ Selaput mata berwarna kuning atau air kencing berwarna seperti air teh ¨ Tidak nafsu makan ¨



Demam, mual, muntah



¨ Pegal linu dan sakit kepala



B17-B19



Hepatitis Virus lainnya



¨ Selaput mata berwarna kuning atau air kencing berwarna seperti air teh ¨ Demam ¨



Badan lemah



¨ Mual berkepanjangan sehingga nafsu makan menurun. ¨ Selaput mata (konjungtiva) berwarna kuning.



B20-B24 B20-B24



¨ Air kencing berwarna kuning tua seperti air teh dan kental. PENYAKIT VIRUS GANGGUAN DEFISIENSI IMUN PADA MANUSIA Penyakit HIV /AIDS ¨ Gejala : Asimptomatik, limfadenopati generalisata, berat badan menurun 140 mmHg dan atau diastolic > 95 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang), yang penyebabnya tidak diketahui/tidak diikuti oleh penyakit lainnya Hipertensi sekunder ¨ Hipertensi yang diakibatkan oleh kelainan/penyakit pada organ-organ tertentu atau penggunaan obat-obat tertentu jangka panjang (obat golongan kortikostreroid, pil kontrasepsi) Angina pektoris ¨ Penderita mengeluh nyeri dada ¨ Keluhan nyeri dada sebelah kiri atau tengah seperti tertekan, berat/diremas-remas, terbakar



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Lama serangan nyeri < 20 menit dan hilang bila istirahat



I21



I23-I25 I26 I50 I 63 I 64



I 65-I69 I 84 I 95 I 99



Infark miokard Akut



Penyakit Jantung Iskemik lainnya Emboli paru Penyakit Gagal Jantung (Decompensatio Cordis) Infark serebral Stroke, tidak menyebut perdarahan atau infark.



Penyakit Serebrovaskular tidak spesifik Hemoroid (Wasir) Hipotensi tidak spesifik Penyakit Pembuluh darah lain tidak spesifik



¨ Pada pemeriksaan EKG didapatkan gambaran depresi atau elevasi segmen ST ¨ Nyeri dada seperti pada angina tetapi lama serangan nyeri > 20 menit dan tidak bisa hilang walaupun beristirahat. ¨ Bersifat khas, dapat diikuti dengan peningkatan kadar enzim jantung ¨ ¨ ¨ ¨ ¨ Gangguan neurologik berupa kelemahan atau kelumpuhan dapat berupa hemiparese, hemiplegia, hemiestesia dengan atau tanpa gangguan sensibilitas yang timbul secara mendadak ¨ Pada progressive stroke, gejala berkembang, meluas dan bertambah berat selama beberapa jam hingga beberapa hari sedangkan pada completed stroke, gejala neurologik tidak berkembang lagi ¨ ¨ ¨ Tekanan darah di bawah normal ¨



KODE



ICD – 10 X J00-J06 J00



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



PENYAKIT SYSTEM PERNAFASAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT Nasofaringitis Akuta ¨ Diawali rhinitis (Common Cold) dengan/tanpa conjuctivitis ¨ Demam, sakit kepala, nyeri menelan ¨ Pembesaran kelenjar Limfe leher



J01



Sinusitis Akuta



¨ Dinding pharynx hyperemis (merah) ¨ Nyeri pada daerah hidung, muka dan sakit kepala ¨ Sumbatan hidung, nasal discharge purulent dan berbau ¨ Mukosa kemerahan dan post nasal drip



J02



Faringitis Akuta



¨ Udem periorbita (keadaan lanjut) ¨ Infeksi terbatas pada kelenjar limphe faring dan tonsil, sering berasal dari sinusitis ¨ Demam. Nyeri telan, post nasal drip



J03



Tonsilitis Akuta



¨ Faring merah dan udem ¨ Nyeri menelan, demam, bau mulut. ¨ Tonsil membesar dan kemerahan ¨ Sering disertai pembesaran kelenjar limphe leher.



KODE



ICD – 10 J04



JENIS PENYAKIT Laringitis dan Trakeitis Akuta



GEJALA PENYAKIT ¨ Sering pada anak umur < 5 thn ¨ Demam Didahului oleh infeksi saluran nafas akut



J06



¨ Batuk khas (serak, menggonggong) non produktif disertai sesak napas, gejala menghebat pada malam hari Penyakit Infeksi Saluran ¨ Didahului oleh infeksi Pernafasan Atas Akut tidak saluran nafas akut spesifik ¨ Batuk khas diikuti oleh sesak napas yang makin berat, suara sesak (stridor)



J09-J18 J09



¨ Sakit berat, gelisah, duduk posisi tegak diikuti dengan liur menete drooling INFLUENZA DAN PNEUMONIA Suspek Avian Influenza/ ¨ gejala demam (suhu > Flu Burung 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus serta dengan salah satu keadaan : 











J10-J11



Influenza



o Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB Flu Burung o Kontak dengan kasus konfirmasi Flu Burung dalam masa penularan o Bekerja pada satu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita Flu Burung



¨ virus akut yaitu demam, sakit kepala, nyeri



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT otot, nyeri sendi dan nafsu makan hilang disertai gejala local berupa rasa menggelitik sampai nyeri tenggorokan kadang batuk kering, hidung tersumbat, bersin dan ingus encer disertai faringitis. ¨ Biasanya sembuh sendiri dalam 3 – 5 hari. ¨ Tenggorokan tampak hyperemia. ¨ Dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hyperemia.



J18.0



¨ Sekret dapat bersifat serius, seromukus atau muko purilen bila ada infeksi sekunder. Broncho Pneumonia tidak ¨ Gejala umum infeksi spesifik adalah demam, sakit kepala, lesu ¨ Gejala umum penyakit sal. Napas bawah : takipneu, dispneu, retraksi dinding dada bawah atau napas cuping hidung, sianosis



J12-16, J18.9



Pneumonia



¨ Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukoporulent bahkan mungkin berdarah ¨ Gejala umum infeksi adalah demam, sakit kepala lesu dll. ¨ Tachypneu, dispneu, retraksi dinding dada bawah atau nafas cuping hidung, sianosis



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Tanda Pneumonia : perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronchi basah halus nyaring pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif.



J20-J22 J22 J30-J99 J 30.3 J 32 J36-J39



J40



J45



¨ Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen bahkan mungkin berdarah. PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH AKUT LAINNYA Infeksi saluran pernafasan ¨ bawah akut tidak spesifik PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN LAINNYA Alergi Rhinitis akibat kerja ¨ Sinusitis Kronik ¨ Sakit kepala, nyeri tekan di daerah sinus Penyakit Saluran ¨ Pernafasan Bagian Atas lainnya Bronchitis tidak ditentukan ¨ Batuk lama akut atau kronik ¨ Sputum produktif



Asma



¨ Lama 3 bulan pertahun, selama 2 tahun berturutturut ¨ Sesak nafas disertai suara wheezing (mengi) akibat kesulitan ekspirasi cyanosis bila berat ¨ Pada auskultasi terdengar wheezing dan akspirasi memanjang. ¨ Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu pernafasan dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat berakibat fatal, retraksi intercostals



KODE



ICD – 10 J46 J47 J84.9 XI K02



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ ¨ ¨



Hipersonor.



Status Asthmatikus Bronkiektasis dan Bronkiolektasis Penyakit Jaringan ¨ Interstitial Paru lainnya PENYAKIT SISTEM PENCERNAKAN Karies gigi ¨ Awal kerusakan gigi tampak kehitaman dibagian permukaan pit, fssure atau interproksimal gigi. ¨ Pada sondasi tersangkut ¨ Pada kerusakan gigi lebih lanjut, tampak gigi berlubang yang dapat meluas dari lapisan email sampai dentil, tetapi belum mengenai jaringan pulpa. Dapat juga mengenai semen gigi.



K04



¨ Penderita tidak selalu mengeluh dengan rangsangan makanan/minuman manis, asam, panas dan dingin Penyakit Pulpa dan jaringan ¨ Gigi berlubang sudah Periapikal mengiritasi jaringan pulpa (Hyperraemi Pulpa). ¨ Terasa nyeri berdenyut terus menerus. ¨ Terasa sakit bila ada rangsangan asam, manis, dingin dan panas atau tanpa rangsangan. ¨ Pada keadaan lanjut kerusakan dapat mengenai jaringan pulpa dan jaringan periapikal (gangren pulpa, periodontitis apikalis).



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Jika menguyah terasa sakit dan mengganjal



K05-K06



Penyakit Gusi, jaringan Periodontal dan tulang alveolar



¨ Pada perkusi / druk terasa sakit. ¨ Radang gusi ¨



Gusi berwarna merah



¨



Mulut berbau



¨ Tampak adanya saku gusi ¨ Tidak terasa nyeri kadang terasa gatal ¨ Pada keadaan lanjut terjadi periodontitis marginalis (bukan penyebab gigi karies). ¨ Adanya saku gusi yang dalam dan gusi tampak kotor (karang gigi dan stain)



K07



K08



Kelainan dentofasial termasuk maloklusi



¨ Termasuk rdang gusi geraham bungsu (pericoronitis) gejala yang tampak : merah, demam, sukar membuka mulut dan abses. ¨ Gigi goyang bahkan bisa sampai tanggal akibat penyakit sistemik (antara lain : Diabetes Mellitus).



¨ Gigi tanggal akibat kecelakaan penyakit periodontal. Gangguan Gigi dan ¨ Kista ronga mulut, jaringan penunjang lainnya penyakit rahang, kelenjar ludah, stomatitis, penyakit bibir dan mukosa mulut, dan penyakit pada lidah.



KODE



ICD – 10 K09



K25 K29.9 K 30 K35



K36 K40 K41 K42 K63 K76 K92 XII L01 L02 L23-L25



L30.9



L98.



XIII M10



M13



JENIS PENYAKIT Penyakit rongga mulut, kelenjar ludah, rahang dan lainnya. Tukak Lambung Gastroduodenitis tidak spesifik Dispepsia Apendisitis Akuta tidak spesifik



GEJALA PENYAKIT ¨



¨ ¨ ¨ ¨ Nyeri perut biasanya dimulai di epigastrium, kemudian berpusat di letak apendiks ¨ ¨ ¨ ¨ ¨



Apendisitis lainnya Hernia Inguinalis Hernia Femoralis Hernia Umbilikalis Penyakit Usus Halus lainnya Penyakit Hati lainnya ¨ Penyakit Sistem ¨ Pencernaan tidak spesifik PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN SUBKUTAN Impetigo ¨ Abses, furunkel, karbunkel ¨ kutan Dermatitis kontak ¨ Akibat kontak dengan zat kimia, protein, bakteri atau virus



Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema)



¨ ¨



Gatal, Ruam kulit Gatal



¨ ¨



Ruam kulit



Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan. PENYAKIT SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN JARINGAN IKAT Gout ¨ Serangan nyeri sendi akut pada satu sendi



Artritis lainnya



¨ Sendi terlihat tampak bengkak, hangat, kemerahan, dengan kulit di atasnya teregang ¨ Nyeri sendi, bengkak, merah



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Nyeri pada saat bergerak ¨



Sendi-sendi kaku



¨ Lemah, nafsu makan hilang ¨



M54.5



M79.0



Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)



Rematisme, tidak spesifik



Kaku seluruh badan



¨ Nyeri biasanya timbul bila udara dingin (pada artritis rematoid) ¨ Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. ¨ Adanya nyeri pada punggung bawah yang timbul tak tergantung dengan waktu siang atau malam, memberat terutama bila berjalan, batuk ataupun mengejan. ¨ Nyeri sendi, bengkak, merah ¨ Nyeri pada saat bergerak ¨



Sendi-sendi kaku



¨ Lemah, nafsu makan hilang



KODE



ICD – 10



M79.1 M79.2 XIV N04



N17 N20-N21



N23



N30



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT ¨ Nyeri biasanya timbul bila udara dingin (pada artritis rematoid) ¨ ¨



Myalgia Neuralgia dan Neuritis, tidak spesifik PENYAKIT SISTEM SALURAN KEMIH DAN KELAMIN Sindroma Nefrotik ¨ Udem



¨ Ditemukan proteinuria, hypoalbuminemia dan hyperkolesterolemia, kadang terdapat juga uremia Gagal Ginjal Akuta ¨ Batu sistem ¨ Warna kemih normal / kemih(ginjal,ureter, saluran merah seperti air cucian kemih bawah) daging. ¨ Reaksi anak kecil terhadap nyeri ini khas sekali: menarik batang penisnya ketika berkemih, kencing keruh kadang merah. Kolik ginjal tidak spesifik ¨ Nyeri hebat di pinggang yang memancar ke kemaluan dan paha disertai mual, muntah, keringat dingin. Sistitis ¨ Sering kencing, terasa panas dan sakit. ¨ Rasa ingin kencing keruh ¨ Pada anak sering disertai demam ringan.



N 34 N40-N42 XV



¨ Kadang kencing berdarah. ¨



Uretritis dan sindrom uretral Gangguan prostat ¨ KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS



KODE



ICD – 10 O00 O03



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



Kehamilan ektopik (di luar ¨ kandungan) Abortus spontan ¨ Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan, atau keluarnya janin dengan berat kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. ¨ Berdasarkan bagian janin yang keluar dari kandungan, abortus dapat dibagi menjadi : Abortus Inkompletus dan Abortus Kompletus. ¨ Gejala Abortus Inkompletus: p Perdarahan pervagina pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan sebagian hasil konsepsi telah keluar. p Pada pemeriksaan dalam terlihat kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat Pada pemeriksaan dalam terlihat kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau menonjol dari ostium uteri ekstem ¨ Gejala Abortus Kompletus : p Keluarnya gumpalan darah pervagina pada kehamilan kurang dari 20 minggu. p Uterus telah mengecil.



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT p Pada pemeriksaan dalam terlihat ostium uteri telah menutup.



O04 O05 O10



O13



¨ Perdarahan masih ditemukan, tetapi jumlahnya tidak banyak. Abortus atas indikasi medis ¨ Abortus lainnya ¨ Hipertensi yang sudah ada ¨ sebelum kehamilan dan menjadi penyulit pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pre-eklamsia ringan ¨ Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan. ¨



Gejala :



p Tekanan darah 140/90 mmHg sampai dengan 160/110 mmHg p Protein dalam urine p Penglihatan kabur p Muntah-muntah. p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan



O14.0



Pre-eklamsia sedang



p Kesadaran menurun. ¨ Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan. ¨



Gejala :



p Tekanan darah 140/90 mmHg sampai dengan 160/110 mmHg p Protein dalam urine p Penglihatan kabur p Muntah-muntah. p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan



O14.1



Pre-eklamsia berat



p Kesadaran menurun. ¨ Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan. ¨



Gejala :



p Tekanan darah lebih dari / diatas 160/110 mmHg p Protein dalam urine p Penglihatan kabur p Muntah-muntah. p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan p Kesadaran menurun.



KODE



ICD – 10 O15.0



JENIS PENYAKIT Eklamsia selama Kehamilan



GEJALA PENYAKIT ¨ Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan. ¨



Gejala :



p Tekanan darah 140/90 mmHg (pre-eklamsia ringan = sampai dengan 160/110 mmHg, Pre-eklamsia berat = lebih dari 160/110 mmHg) p Protein dalam urine ( + 2 atau lebih) p Penglihatan kabur p Muntah-muntah. p Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan p Kesadaran menurun.



O15.1 O15.2 O15.3



O16 O21



Eklamsia dalam proses Melahirkan Eklamsia pada Masa Nifas Eklamsia tidak spesifik (selama kehamilan atau persalinan atau nifas) Hipertensi Maternal Muntah berlebihan selama masa kehamilan (Hiperemisis)



p Kejang-kejang pada Bumil biasanya pada trimester ketiga atau pada saat persalinan / masa nifas. ¨ ¨ ¨



¨ ¨ Muntah berlebihan pada kehamilan



KODE



ICD – 10 O24



O25 O42 O46



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



Diabetes Mellitus (Penyakit ¨ Kencing Manis) dalam kehamilan Kehamilan dengan ¨ malnutrisi Ketuban Pecah Dini ¨ Perdarahan Antepartum ¨ Perdarahan pervagina yang terjadi pada kehamilan diantara umur kehamilan 28 minggu sampai sebelum kelahiran bayi ¨ Komplikasi kehamilan ini merupakan keadaan gawat darurat kebidanan, karena dapat mengakibatkan kematian ibu maupun janin dalam waktu singkat. ¨ Penyebab perdarahan antepartum pada umumnya karena Plasenta Previa dan Solusio Placenta. ¨ :



Gejala Placenta Previa



p Perdarahan per-vagina pada kehamilan 28 minggu atau lebih. p Jumlah perdarahan mungkin sedikit atau banyak tergantung luasnya insersi placenta yang terlepas. p Jumlah perdarahan sesuai dengan keadaan umum (bila sedikit keadaan umum pasien baik, bila banyak keadaan umum pasien memburuk).



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT p Warna darah merah segar. p Perut tidak tegang dan tidak ada nyeri perut. ¨ :



Gejala Solusio Placenta



p Perdarahan per-vagina pada kehamilan 28 minngu atau lebih. p Jumlah darah yang keluar tidak sesuai dengan keadaan umum penderita (perdarahan yang keluar mungkin sedikit, tetapi pasien menunjukan tandatanda syok). p Warna darah merah tua (darah lama). p Perut tegang dan nyeri perut.



O63



Persalinan (Partus) lama



p Bagian-bagian janin sulit dipalpasi. ¨ Keadaan persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam (sejak inpartu) ¨



Gejalanya :



p Pembukaan servik tidak bertambah dengan berlalunya waktu yaitu : 







Pembukaan serviks tetap 3 cm setelah 8 jam inpartu. Pembukaan yang belum lengkap setelah 18 jam inpartu



KODE



ICD – 10



O68 O72



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



p Pada partograf, garis pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis waspada Persalinan dengan penyulit ¨ gawat janin Perdarahan setelah ¨ Perdarahan lebih dari persalinan 500 ml yang terjadi pada Kala III persalinan, yang dapat terjadi sebelum atau setelah lahirnya plasenta.Merupakan jenis komplikasi perdarahan yang sering terjadi dan merupakan keadaan gawat darurat kebidanan yang menjadi penyebab utama kematian ibu . ¨ Penyebab perdarahan post partum yang paling sering adalah : Atonia Uteri, Sisa Plasenta atau Retensio Plasenta dan Robekan Jalan Lahir. ¨



Gejalanya :



p Perdarahan pervagina lebih dari 500ml atau 2 gelas, yang terjadi pada Kala III persalinan (setelah anak lahir). p Tekanan darah menurun sampai syok.



O80 XVI P05 P 07



¨ Keadaan umum ibu melemah dan pucat. Persalinan tunggal spontan ¨ KONDISI TERTENTU YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL Pertumbuhan janin lambat ¨ dan malnutrisi janin Gangguan yang ¨ berhubungan dengan pendeknya masa gestasi



KODE



ICD – 10



P21



P22 P29



P 50 P 55 P 58



P 59



P 95



XVII Q 35



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT



(kehamilan) dan berat badan lahir rendah, tidak terklasifikasikan di tempat lainnya Asfiksia waktu lahir ¨ Bayi yang pada masa lahir mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) yang ditandai dengan nilai APGAR waktu lahir kurang dari 7. Sindrome distres saluran ¨ pernafasan (RDS) Gangguan kardiovaskuler ¨ yang berhubungan dengan masa perinatal Kehilangan darah janin ¨ Penyakit hemolitik pada ¨ janin dan bayi baru lahir Jaundis pada bayi baru lahir ¨ disebabkan oleh hemolisis berlebihan Jaundis pada bayi baru lahir ¨ yang disebabkan oleh penyebab tidak spesifik lainnya Lahir Mati ¨ Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan tidak terdengar detik jantung, tidak teraba denyut tali pusat, tidak bernafas atau tidak ada gerakan). KELAINAN BAWAAN, KELAINAN PEMBENTUKAN DAN KHROMOSOM Celah palatum (langit¨ Merupakan kelainan langit) yang disebabkan oleh bawaan, atau gangguan pada masa pembentukan rahang janin dalam kandungan. Manifestasi dalam rongga mulut :



KODE



ICD – 10



JENIS PENYAKIT



GEJALA PENYAKIT p Celah pada bibir, bisa unilateral atau bilateral p – Celah pada langitlangit ( palatum) bisa sederhana atau kompleks.



Celah bibir Celah palatum dengan celah bibir Kelainan bawaan lain pada Merupakan kelainan Q 38 lidah, mulut dan faring bawaan, selain celah palatum, celah bibir dan celah palatum dengan celah bibir GEJALA, TANDA dan PENEMUAN SECARA XVIII KLINIK DAN LABORATORIUM YANG TIDAK DIKLASI FIKASIKAN DI TEMPAT LAIN Nyeri pinggul dan perut ¨ R 10 Inkontinensia feses ¨ R 15 Retensi urin ¨ R 33 Demam yang tidak ¨ R 50 diketahui sebabnya Kejang yang tidak ¨ R 56 terklasifikasikan di tempat lain Gejala dan tanda umum ¨ R 68 lainnya CEDERA, KERACUNAN DAN PENYEBAB XIX EKSTERNAL LAIN Cedera pada kepala ¨ Cukup jelas S00-S09 Cedera pada leher ¨ Cukup jelas S10-S19 Cedera pada rongga dada ¨ Cukup jelas S20-S29 (toraks) Cedera pada perut, ¨ Cukup jelas S30-S39 punggung, tulang belakang, dan pinggul Cukup jelas S40-S49, S50-S59, S60-S69 Cedera pada bahu, lengan ¨ atas, siku, lengan bawah, pergelangan dan telapak tangan ¨ Cukup jelas S70-S79,S80-S89, S90-S99 Cedera pada paha, lutut, kaki bagian bawah, telapak kaki Fraktur tulang anggota ¨ Cukup jelas S42, S52, S62, S82, S92, gerak T10,T12 Q 36 Q 37



KODE



ICD – 10 T00-T07 T20-T32 T36-T50 T51 – Tt50 T61, T62



T60 XXII U04



1. 1.



JENIS PENYAKIT Cedera pada daerah badan multipel Luka bakar dan korosi Keracunan obat dan preparat biologik Efek toksik bahan non medisinal (bukan obat) Efek toksik bahan beracun lainnya yang dimakan sebagai makanan Keracunan pestisida



GEJALA PENYAKIT ¨



Cukup jelas



¨ ¨



Cukup jelas Cukup jelas



¨ Nek, muntah, pusing, abd cramps,diare, shock ¨ Mual, pusing, muntah, diare, kejang



¨ Mual, pusing, muntah, diare, kejang PENYAKIT BARU DENGAN ETIMOLOGI YANG BELUM JELAS Severe acute respiratory ¨ Sindroma gangguan syndrome (SARS) pernafasan yang terjadi mendadak dan dapat menjadi berat (hingga dapat menyebabkan kematian) disebabkan oleh virus corona Penyakit Lain-Lainnya



LAPORAN BULANAN KIA/KB (LB 3 – KIA / KB)



A. IBU HAMIL 1. Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Akses adalah jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan tanpa melihat umur kehamilan, baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah, Rumah Sakit Pemerintah/ Swasta dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Rumus perhitungan Cakupan K1 akses adalah : Jumlah kunjungan baru ibu hamil (K1) akses Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun



X 100%



2. Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Murni adalah jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah, Rumah Sakit dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan minimal (5T), yaitu: Ÿ Timbang Berat badan dan ukur tinggi badan;



Ÿ ukur Tekanan Darah, Ÿ pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, Ÿ ukur Tinggi Fundus Uteri, Ÿ Pemberian Tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan. Rumus perhitungan Cakupan K1 Murni adalah : Jumlah kunjungan baru ibu hamil (K1) Murni X 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 3. Kunjungan ibu hamil (K4) adalah jumlah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan ke-4 (atau lebih) baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah, Rumah Sakit dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan minimal (5T) dengan syarat : Ÿ minimal satu kali kontak pada triwulan I, Ÿ minimal satu kali kontak pada triwulan II, Ÿ minimal 2 kali kontak pada triwulan III. Rumus perhitungan Cakupan K4 adalah : Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4) Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 4.



X 100%



Penjaringan (deteksi risiko) : 1. a. Penjaringan (deteksi risiko) ibu hamil oleh tenaga kesehatan adalah ditemukannya ibu hamil berisiko/ komplikasi oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) baik didalam gedung maupun diluar gedung.



Rumus perhitungan Cakupan adalah : Jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh Nakes X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 1. b. Penjaringan (deteksi risiko) ibu hamil oleh masyarakat adalah ditemukannya ibu hamil berisiko/ komplikasi oleh masyarakat dan bisa dinilai oleh masyarakat (kader, paraji). Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh dukun bayi/ kader ke tenaga kesehatan X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun



Catatan : Ibu Hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi (Pedoman PWS-KIA th 2004) Risiko tinggi/ komplikasi pada kehamilan meliputi : Ÿ Hb< 8 gr % ; Tekanan darah tinggi (sistole> 140 dan diastole > 90 mmHg); Ÿ Oedema yang nyata; Ÿ Eklampsia ( keracunan kehamilan) dengan gejala kejang-kejang, tekanan darah tinggi, kesadaran menurun ; Ÿ perdarahan per vaginum; Ÿ ketuban pecah dini; Ÿ letak lintang pada umur kehamilan >32 mingu; Ÿ letak sungsang pada primigravida; Ÿ infeksi berat/sepsis; Ÿ persalinan prematur Ÿ kehamilan ganda; Ÿ janin yang besar; Ÿ penyakit kronis pada ibu seperti jantung, paru, ginjal, dll; Ÿ riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan Catatan (Draf SPM 2007): – Komplikasi kebidanan yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/ atau bayi –



Komplikasi dalam kehamilan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.







a. b. c. d. e. f.



Abortus Hiperemesis gravidarum Perdarahan per vaginam Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia) Kehamilan lewat waktu Ketuban pecah dini



Komplikasi dalam persalinan : 1. a. 2. b. 3. c.



Kelainan letak/ presentasi janin Partus macet/ distosia Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia)



4. 5. 6. 7. –



d. e. f. g.



Perdarahan pasca persalinan Infeksi berat/ sepsis Kontraksi dini/ persalinan prematur Kehamilan ganda



Komplikasi dalam nifas : 1. a. 2. b. 3. c.



Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia) Infeksi nifas ; Perdarahan nifas



5. Penanganan Komplikasi Obstetri (Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani) adalah jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan risiko tinggi/ komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar ditingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK). Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah kasus komplikasi obstetri/kebidanan (bumil, bulin, nifas) yang ditangani disarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan X 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 6. Ibu Hamil dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dapat ditangani/ dilayani di pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK) dan selamat Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu hamil yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi yg dilayani di pelayanan dasar & rujukan dan selamat X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 7. Ibu Hamil dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu hamil yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 8. Ibu hamil dengan komplikasi ditangani tetapi meninggal adalah jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan kemudian meninggal baik disarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. C.



IBU BERSALIN DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI



1. Ibu bersalin dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dapat ditangani/ dilayani di pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK) dan selamat Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu Bersalin yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi yg dilayani di pelayanan dasar & rujukan X 100% dan selamat 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 2. Ibu bersalin dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi/komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Rumus perhitungan adalah : Jumlah ibu Bersalin yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 3. Ibu bersalin dengan komplikasi ditangani tetapi meninggal adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan kemudian meninggal baik disarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.



D.



IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI



1. Ibu nifas dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah ibu nifas yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dapat ditangani/ dilayani di pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK) dan selamat Rumus perhitungan adalah : Jumlah ibu Nifas yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi yg dilayani di pelayanan dasar & rujukan dan selamat X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 2. Ibu nifas dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah ibu nifas yang mengalami risiko tinggi/komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu Nifas yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap X 100% 20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun



3. Ibu nifas dengan komplikasi ditangani tetapi meninggal adalah jumlah ibu nifas yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi yang ditangani dan kemudian meninggal baik disarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. 4.



Jumlah Persalinan berdasarkan Penolong Persalinan 1. a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten yaitu : dr SpOG, dr umum dan bidan.



Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun



X 100%



1. b. Pertolongan persalinan oleh dukun adalah pelayanan persalinan yang ditolong oleh dukun paraji. Rumus Cakupan perhitungan adalah :



Jumlah ibu bersalin ditolong oleh dukun paraji Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun



X 100%



1. c. Pertolongan persalinan lain-lain adalah pelayanan persalinan yang ditolong selain oleh tenaga kesehatan kompeten dan dukun. Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah ibu bersalin ditolong oleh selain tenaga kesehatan kompeten dan dukun X 100% Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun



5.



Jumlah Persalinan Berdasarkan Tempat Persalinan. 1. Jumlah Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah jumlah persalinan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti polindes/ poskesdes, pustu, puskesmas, rumah bersalin/klinik bersalin, Bidan Praktek Swasta, Rumah Sakit. 2. Jumlah Persalinan di rumah adalah jumlah persalinan yang dilakukan rumah pasien. 3. Jumlah Persalinan di tempat lain-lain adalah jumlah persalinan yang terjadi selain di fasilitas pelayanan kesehatan dan rumah pasien (seperti di perjalanan dan lain-lain).



6. Kunjungan nifas (KF 1) adalah pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari.



7. Kunjungan Ibu Nifas (KF Lengkap) adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan yang berkompeten minimal 3 kali sesuai jadwal untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan desa/polindes dan kunjungan rumah), termasuk pemberian vitamin A 2 kali dan persiapan KB pasca persalinan, dengan ketentuan : 1. Kunjungan nifas (KF 1) pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari. 2. Kunjungan nifas (KF 2) dalam waktu 2 minggu (8-14 hari) setelah persalinan. 3. Kunjungan nifas (KF 3) dalam waktu 6 minggu (35-42) hari setelah persalinan Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah pelayanan ibu nifas oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali sesuai jadwal X 100% Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun 8. Jumlah kematian ibu maternal adalah Jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung pada kehamilan, persalinan dan nifas (perdarahan, eklamsia, infeksi) maupun tidak langsung seperti penyakit asma, penyakit jantung, dll. 1. Kematian ibu maternal karena pendarahan : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh pendarahan baik antepartum, intrapartum maupun postpartum. 2. Kematian ibu maternal karena partus lama : Jumlah kematian ibu pada persalinan kala II yang disebabkan karena penanganan yang tidak adekuat. 3. Kematian ibu maternal karena infeksi : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh infeksi 4. Kematian ibu maternal karena eklamsia : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh eklamsia 5. Kematian ibu maternal karena abortus : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh abortus. 6. Kematian ibu maternal karena lain-lain : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh keadaan maupun penyakit lainnya D. NEONATAL, BAYI DAN ANAK BALITA 1. Kelahiran Bayi adalah jumlah semua kelahiran bayi di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu a. BB Bayi lahir < 2.500 gram adalah jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram b. BB Bayi lahir ≥ 2.500 gram adalah jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 2.500 gram 1. Bayi Lahir hidup : Jumlah bayi lahir hidup baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes, di rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas)



2. Bayi Lahir Matiadalah jumlah bayi yang pada waktu dilahirkan sudah dalam keadaan mati atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan (tidak terdengar detik jantung, tidak teraba denyut tali pusat, tidak bernafas atau tidak ada gerakan). 1. Bayi Lahir Matiberdasarkan tempat persalinan 1. Jumlah Bayi Lahir Mati di rumah adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di rumah. 2. Jumlah Bayi Lahir Mati di pustu/ polindes adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di pustu/polindes 3. Jumlah Bayi Lahir Mati di Puskesmas adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di puskesmas 4. Jumlah Bayi Lahir Mati di RS/RB/BPS adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di RS/RB/BPS. 5. Kunjungan Neonatal hari ke 1 (KN1) adalah jumlah neonatus umur ≥ 24 jam – 2 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai dengan standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas) Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada umur ≥ 24 jam – 2 hari Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun



X 100%



1. Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap)adalah jumlah neonatal yang mendapatkan pelayanan sesuai standar 3 kali (KN1, KN2, KN3), dengan ketentuan : 1. a. Kunjungan neonatal hari ke-1 (KN 1) adalah jumlah neonatus umur ≥ 24 jam – 2 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai dengan standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas) 2. b. Kunjungan neonatal hari ke-3 (KN 2) adalah jumlah kunjungan neonatus umur 3-7 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas) 3. c. Kunjungan neonatal hari ke 8-28 (KN 3) adalah jumlah kunjungan neonatus umur 8-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas). Rumus Cakupan perhitungan adalah :



Jumlah neonatus yang mendapatkan KN Lengkap X 100% Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun 1. Neonatal dengan komplikasi yang ditangani adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditolong dan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter dan bidan) di sarana pelayanan kesehatan dasar maupun di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang itangani dari satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100% Sasaran neonatus dgn komplikasi (15% dari jumlah bayi baru lahir) Catatan : jika tidak diketahui jumlah bayi baru lahir maka sasaran neonatus dengan komplikasi dapat dihitung dari CBR X jumlah penduduk (BPS kab/ kota) 1. Neonatal dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang dapat ditolong dan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter dan bidan) di sarana pelayanan kesehatan dasar maupun di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dan selamat. 2. Neonatal dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap 3. Neonatal dengan komplikasi yang meninggal adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani dan kemudian meninggal baik di sarana pelayanan kesehatan dasar ataupun di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. 4. Kematian neonatal dini (0-7 hr)adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari, yang disebabkan oleh komplikasi neonatus. 1. a. Kematian Neonatal karena BBLR adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gr). 2. b. Kematian Neonatal karena Asphyxia adalah jumlah kematian neonatus 07 hari yang disebabkan karena asphyxia (gangguan pernafasan). 3. c. Kematian Neonatal karena Tetanus Neonatorum adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena penyakit tetanus neonatorum (kejang-kejang). 4. d. Kematian Neonatal karena infeksi adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena mengalami infeksi. 5. e. Kematian Neonatal karena masalah gangguan pemberian ASI adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah gangguan pemberian ASI, misalnya : tersedak, aspirasi pneumonia, dll 6. f. Kematian Neonatal karena masalah hematologi adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah hematologi, misalnya :kelainan rhesus, gangguan pembekuan darah, dll 7. g. Kematian Neonatal karena lain-lain adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan selain penyebab diatas 1. Kematian Neonatal Lanjut (8-28 hr)adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari, yang disebabkan oleh komplikasi neonatus.



1. a. Kematian Neonatal karena BBLR adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari yang disebabkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gr). 2. b. Kematian Neonatal karena Pneumonia adalah jumlah kematian neonatus 8-28 hari yang disebabkan karena pneumonia. 3. c. Kematian Neonatal karena Tetanus Neonatorum adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari yang disebabkan karena penyakit tetanus neonatorum (kejang-kejang). 4. d. Kematian Neonatal karena infeksi adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari yang disebabkan karena mengalami infeksi. 5. e. Kematian Neonatal karena masalah gangguan pemberian ASI adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah gangguan pemberian ASI, misalnya : tersedak, aspirasi pneumonia, dll . 6. f. Kematian Neonatal karena masalah hematologi adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah hematologi, misalnya : kelainan rhesus, gangguan pembekuan darah, dll 7. g. Kematian Neonatal karena lain-lain adalah Jumlah kematian neonatal umur 8-28 hari yang disebabkan selain penyebab diatas tidak termasuk kecelakaan. 8. Kunjungan Bayi (29 hari – 11 bulan) adalah jumlah kunjungan bayi umur 29 hari-11 bulan yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan kesehatan bisa diberikan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, RB dan RS pemerintah/ swasta) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan & pemeriksaan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan : Ÿ Dalam keadaan sehat Ÿ Sudah diberi makanan pendamping ASI Ÿ Status imunisasi dasar lengkap Ÿ Gizi baik (BB sesuai umur, yaitu dalam warna hijau pada KMS tumbuh kembang) Ÿ Mengalami perkembangan sesuai dengan umurnya (SDIDTK) Ÿ Pemberian Vitamin A pada usia 6-12 bulan Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah bayi umur 1-12 bulan yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar, minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada X 100% kurun waktu tertentu Sasaran bayi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu



1. Kematian Bayi (29 hr-11 bln)adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena sebab-sebab sebagai berikut : 1. Kematian Bayi Karena Pneumonia adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena Pneumonia 2. Kematian Bayi karena Diare adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena Diare. 3. Kematian Bayi karena Campak adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena Campak 4. Kematian Bayi karena Tetanus adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena tetanus 5. Kematian Bayi karena Kelainan Saluran Cerna adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena kelainan saluran cerna, misalnya :atresia ani, obstruksi/ ileus paralitik 6. Kematian Bayi karena Kelainan Syaraf adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena kelainan syaraf, misalnya : meningitis, encephalitis 7. Kematian Bayi karena lain-lain adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln yang disebabkan selain penyebab diatas tidak termasuk kecelakaan. 8. Kunjungan anak balitaadalah jumlah kunjungan anak balita (12 bln – 59 bln) yang memperoleh pemantauan pertumbuhan dan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan sesuai dengan standar baik di dalam gedung ataupun diluar gedung puskesmas. Pelayanan yang berikan meliputi : 1. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak setiap bulan dan tercatat dalam KMS/ Buku KIA 2. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik masar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali/tahun (setiap 6 bulan) 3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali per tahun Rumus Cakupan perhitungan adalah : Jumlah anak balita (12 bln – 59 bln) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100% Sasaran anak balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu E.



KELUARGA BERENCANA 1. Peserta KB Akseptor Baru 1. a. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru dengan IUD adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan alat kontrasepsi IUD. 2. b. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru suntik adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan obat kontrasepsi suntik. 3. c. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru Pil adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan obat kontrasepsi Pil. 4. d. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru Implant adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan alat kontrasepsi Implant.



5. e. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru dengan MOW adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode operasi wanita. 6. f. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru dengan MOP adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode operasi pria. 7. g. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru Kondom adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan alat kontrasepsi kondom. 8. h. Jumlah Peserta KB Akseptor Baru lain-lain adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode selain cara KB di atas. 9. Peserta KB Akseptor Aktif 1. a. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif IUD adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih menggunakan alat kontrasepsi IUD dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan. 2. b. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif suntik adalah jumlah peserta KB yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi suntikan dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan 3. c. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif Pil adalah jumlah peserta KB yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi pil dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan 4. d. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif Implant adalah jumlah peserta KB yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi implant dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan. 5. e. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif MOW adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan cara Metoda Operasi Wanita dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan. 6. f. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif MOP adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan cara Metoda Operasi Pria dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan. 7. g. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif Kondom adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan alat kontrasepsi kondom. 8. h. Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif lain-lain adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan alat kontrasepsi selain alat kontrasepsi di atas atau cara lain yang dapat mencegah terjadinya konsepsi. 9. Peserta KB dengan efek samping 1. Peserta KB dengan efek samping IUD adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi IUD dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 2. Peserta KB dengan efek samping Suntik adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Suntik dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 3. Peserta KB dengan efek samping Pil adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Pil dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 4. Peserta KB dengan efek samping Implant adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Implant dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 5. Peserta KB dengan efek samping MOW adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat kontrasepsi MOW dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.



6. Peserta KB dengan efek samping MOP adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat kontrasepsi MOP dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 7. Peserta KB dengan efek samping Kondom adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Kondom dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 8. Peserta KB dengan efek samping Metoda KB lain-lain adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakain alat kontrasepsi selain alat kontrasepsi diatas dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 9. Peserta KB dengan Komplikasi 1. Peserta KB dengan komplikasi IUD adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian alat /obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 2. Peserta KB dengan komplikasi Suntik adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 3. Peserta KB dengan komplikasi Pil adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 4. Peserta KB dengan komplikasi Implant adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian alat /obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 5. Peserta KB dengan komplikasi MOW adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat tindakan kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 6. Peserta KB dengan komplikasi MOP adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian tindakan kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 7. Peserta KB dengan komplikasi Kondom adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian alat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 8. Peserta KB dengan komplikasi Metoda KB lain-lain adalah Jumlah akseptor yang mengalami komplikasi akibat pemakaian alat /obat kontrasepsi selain alat kontrasepsi diatas dan diperiksa oleh tenaga kesehatan 9. Peserta KB dengan Kegagalan 1. a. Peserta KB dengan kegagalan IUD adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi IUD tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. 2. b. Peserta KB dengan kegagalan Suntik adalah jumlah akseptor yang masih memakai



3.



4.



5.



6.



7.



8.



1. 2.



alat kontrasepsi Suntik tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. c. Peserta KB dengan kegagalan Pil adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Pil tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. d. Peserta KB dengan kegagalan Implant adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Implant tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. e. Peserta KB dengan kegagalan MOW adalah jumlah akseptor dengan kontrasepsi MOW tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. f. Peserta KB dengan kegagalan MOP adalah jumlah akseptor dengan kontrasepsi MOP tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. g. Peserta KB dengan kegagalan Kondom adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Kondom tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan. h. Peserta KB dengan kegagalan metode kontrasepsi lain-lain adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi metode lain selain cara diatas tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.



LAPORAN BULANAN GIZI (LB 3 – GIZI) 1. A. BAYI 1. Bayi (0 – 11 bl) dengan KMS (K) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang mempunyai KMS bulan ini 2. Bayi (0 – 11 bl) Ditimbang (D) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang Ditimbang bulan ini 3. Bayi (0 – 11 bl) Naik Berat Badan (N) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang Naik berat badannya bulan ini .



Berat Badan Naik adalah: ¨



Berat badannya naik mengikuti pita warna pada KMS



¨



Pindah ke pita warna diatasnya 1. Bayi (0-11 bl) tidak Naik Berat Badan (T) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang Tidak naik berat badan bulan ini



Berat badan tidak naik adalah: ¨



Bayi yang berat badannya turun



¨



Bayi yang berat badannya tetap



¨



Bayi yang berat badannya naik tetapi pindah ke pita warna dibawahnya 1. Bayi (0-11 bl) yang tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang ditimbang bulan ini, tetapi tidak ditimbang bulan lalu 2. Bayi (0-11 bl) Baru pertama kali ditimbang (B) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang baru pertama kali ditimbang bulan ini 3. Bayi (0 – 11 bl) B G M adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang berada pada atau di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS bulan ini 4. Bayi dengan ASI Eksklusif adalah Jumlah bayi umur 6 bulan yang mendapatkan ASI saja pada bulan ini 5. Bayi ( 6 – 11 bl) yang mendapatkan Vitamin A dosis tinggi adalah Jumlah bayi umur 6-11 bulan yang mendapat 1 x kapsul vitamin A dengan dosis 100.000 SI (warna biru) pada bulan Februari atau Agustus 6. Bayi (6-11 bulan) Gakin yang mendapat MP-ASI adalah Jumlah bayi 6-11 bulan dari Keluarga Miskin (Gakin) yg mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dengan porsi 100 gr/hr selama 90 hari. (Bentuk makanan bubuk/tepung)



1. B.



BALITA 1. Anak Umur 12 – 59 bulan dengan KMS (K) adalah Jumlah anak umur 1259 bl yang mempunyai KMS bulan ini 2. Anak Umur 12 – 59 bulan yang Ditimbang (D) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang Ditimbangbulan ini 1. Anak Umur 12 – 59 bulan yang Naik Berat Badan (N) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang Naik berat badannya bulan ini



Berat Badan Naik adalah: ¨



Berat badannya naik mengikuti pita warna pada KMS



¨



Pindah ke pita warna diatasnya 1. Anak umur 12-59 bulan tidak naik berat badan (T) adalah Jumlah anak umur 1259 bl yang Tidak naik berat badan bulan ini



Tidak naik berat badan adalah: ¨



Balita yang berat badannya turun



¨



Balita yang berat badannya tetap



¨



Balita yang berat badannya naik tetapi pindah ke pita warna dibawahnya 1. Anak umur 12-59 bulan yang tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang ditimbang bulan ini, tetapi tidak ditimbang bulan lalu 2. Anak umur 12-59 bulan Baru pertama kali ditimbang (B) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang baru pertama kali ditimbang bulan ini



3. Anak Umur 12 – 59 bulan yang BGM adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang berada pada atau di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS bulan ini 4. Anak Umur 12 – 59 bulan yang mendapatkan kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah Jumlah anak umur 12-59 bulan yang mendapat 2 x kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 SI (warna merah) pada bulan Februari atau Agustus 5. Balita (12-24 bulan) Gakin yang mendapat MP-ASI adalah Jumlah anak 12-24 bulan dari Keluarga Miskin (Gakin) yg mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dengan porsi 120 gr/hr selama 90 hari. (Bentuk makanan padat)



1. C.



IBU HAMIL 1. Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (Fe-1) adalah Jumlah ibu hamil yang mendapatkan 30 tablet Fe selama periode kehamilannya pada bulan ini 2. Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (Fe-3) adalah Jumlah ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe selama periode kehamilannya pada bulan ini 3. Ibu Hamil KEK ( Lila < 23,5 cm) adalah Jumlah ibu hamil dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Pengukuran dilakukan pada tangan sebelah kiri kecuali pada yang kidal. 4. Ibu Hamil dengan HB < 11 gram % adalah yaitu ibu hamil dengan hasil pemeriksaan darah, kadar Hb < 11 gr %.



1. D.



IBU NIFAS 1. Ibu Nifas yang mendapatkan kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah Jumlah ibu nifas yg mendapatkan 2x kapsul Vitamin A dengan dosis 200.000 SI (kapsul merah) yang diberikan sesaat setelah melahirkan dan setelah 24 jam berikutnya



1. E.



GIZI BURUK 1. Balita Gizi Buruk adalah Jumlah balita (0-59 bulan) dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 3 mg %. Udema paru Hipoglikemia (gula darah < 40 mg %) Pendarahan spontan pada gusi, hidung dan saluran gastro intestinal Gagal sirkulasi (syok), hipotensi dengan tekanan sistolik < 50 mmm Hg pada anak atau 70 mm Hg pada orang dewasa, disertai dengan keringat dingin,nadi kecil dan cepat Kejang-kejang berulang > 2 x 24 jam disamping pendinginan Acidosis : PH darah < 7,25 atau plasmabikarbonat < 15 mmol/liter Makroskopis hemoglobulinuria Post mortem pada biopsi otak ditemukan parasit sizon atau tropozoit.



n. Penderita Meninggal karena Malaria adalah Jumlah kematian penderita karena malaria dengan konfirmasi laboratorium. 2. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Kasus baru penyakit DBD adalah jumlah penderita baru yang berkunjung ke puskesmas dengan tanda-tanda sesuai kriteria diagnosa klinis DBD yaitu panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai adanya tanda perdarahan di kulit berupa bintikpendarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura) dan atau pembesaran hati/hepar, trombositopeni (trombosit : 100.000/mm3 atau kurang), hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih) dan semua penderita panas tanpa sebab jelas diserta tanda-tanda perdarahan, sekurang-kurangnya uji torniquet positif, kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock). 2. Penderita DBD yang ditangani adalah jumlah penderita DBD yang penanganannya sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 3. Sediaan darah yang diperiksa DBD adalah Jumlah sediaan darah dengan cara pengambilan darah dari penderita DBD 4. Sediaan darah yang diperiksa positif DBD adalah Jumlah sediaan darah DBD yang positif dari hasil pengambilan penderita klinis DBD 5. Rumah yang diperiksa jentik adalah Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa jentik pada tempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti 6. Rumah yang diperiksa terdapat jentik adalah Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa jentik pada tempat-tempat penampungan air ternyata positif terdapat jentik. 7. Kasus DBD yang di PE adalah kasus DBD yang ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi (PE), yaitu kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam derdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. 3.



FILLARIASIS



Fillariasis ( penyakit kaki gajah) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.



Penyakit ini bersifat manahun (kronis) dan bila tidak diobati dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. 1. Kasus Klinis Akut Filariasis adalah jumlah kasus dengan gejala :  



  



Demam berulang selama 3 – 5 hari. Demam dapat hilang timbul sendiri biasanya berkaitan dengan aktifitas fisik, gejala sistemik lainnya dapat berupa mual, muntah. Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenitis) di daerah lipatan paha, medial paha/lengan serta ketiak walaupun tidak ditemukan adanya luka. Biasanya tampak benjolan kemerahan, sakit dan panas. Radang saluran getah bening yang teraba seperti tali, kemerahan, terasa panas dan sakit serta menjalar dari pangkal paha/ketiak kearah ujung (limfangitis retrograd) Abses (bisul) didaerah lipat paha/ketiak yang dapat pecah, timbul ulkus dan setelah sembuh meninggalkan bekas berupa jaringan parut (Skar) Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar, yang tampak kemerahan, panas, sakit (stadium dini). Biasanya pembesaran ini dapat berkurang /menghilang setelah serangan akut. Bila serangan timbul berulang kali, pembesaran menjadi menetap.



1. Kasus Klinis Akut Filariasis yang Sembuh adalah jumlah penderita Filariasis dengan gejala akut yang telah dinyatakan sembuh dan tidak menjadi kronis/tidak terjadi pembengkakan menetap. 2. Kasus Klinis Kronis Limphadema adalah jumlah penderita Filariasis dengan gejala pembesaran yang menetap didaerah tungkai bawah dan atas, lengan dan payudara. 3. Kasus Klinis Kronis Hidrokel adalah jumlah penderita Filariasis dengan gejala pembesaran yang menetap didaerah buah zakar/skrotum. 4. Kasus Klinis Filariasis yang Ditangani adalah jumlah kasus/penderita Filariasis yang mendapatkan pengobatan dosis tunggal, dilakukan perawatan mandiri dan dilakukan pemantauan serta evaluasi perkembangan kemajuan penderita. 5. Sediaan Darah Diperiksa Filariasis adalah Jumlah sediaan darah jari yang diambil dari penderita filariasis klinis dan sekitar penderita dilakukan paling cepat pada pukul 8 malam waktu setempat. Data ini didapat dengan mempergunakan formulir survei filariasis lampiran 4 6. Sediaan Darah Diperiksa Positif Filariasis adalah Jumlah hasil pemeriksaan sediaan darah positif yang diambil dari penderita filariasis klinis dan sekitar penderita yang dilakukan dari rumah ke rumah oleh petugas. Data ini didapat dengan mempergunakan formulir survei filariasis lampiran 4



4. RABIES 1. Orang Yang Digigit Hewan Penular Rabies adalah Jumlah orang yang digigit hewan yang dapat menularkan rabies, seperti anjing, kera dan kucing. 2. Orang Yang Diberi Vaksin Anti Rabies adalah orang yang diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) indikasi vaksinasi kepada setiap orang yang diduga tertular rabies melalui gigitan hewan anjing, kucing dan kera dengan dosis tertentu segera disuntikkan setelah digigit . 3. Jumlah Orang Yang Diberi Vaksin Lengkap adalah orang yang diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) indikasi vaksinasi sebanyak 4 kali dengan interval 0 hr 2 kali, hari ke 7 1 kali, hari ke 21 1 kali, kepada setiap orang yang diduga tertular rabies melalui gigitan hewan (anjing, kucing, kera)



4. Kematian Penderita Karena Rabies adalah Jumlah orang yang meninggal karena rabies berdasarkan diagnosa klinis dan specimen laboratorium pada hewan positif rabies. 5. ANTHRAX



a. Specimen Positif adalah Jumlah specimen positif anthrak hasil pemeriksaan dari laboratorium 1. Penderita Meninggal Karena Anthrak adalah Jumlah orang yang meninggal karena anthrak berdasarkan diagnosa klinis dan atau laboratorium 6. PES 1. Penderita Meninggal Karena Pes adalah Jumlah orang yang meninggal karena Pes berdasarkan diagnosa klinik



7. FLU BURUNG a. Kasus Suspek Flu Burung adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (suhu > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan : § Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB Flu Burung.  



Kontak dengan kasus konfirmasi Flu Burung dalam masa penularan . Bekerja pada satu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita Flu Burung



b. Kasus Suspek yang meninggal adalah kasus suspek Flu Burung yang meninggal dunia. 1. Kasus ”Probable” adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :



· Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Tes HI yang menggunakan antigen H5N1 · Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia/gagal pernafasan/meninggal ·



Terbukti tidak terdapat penyebab lain



d. Kasus ”Probable” yang meninggal adalah jumlah semua penderita yang meninggal dunia yang diduga sebagai kasus ”Probable” Flu Burung



e. Kasus Konfirmasi Flu Burung adalah jumlah kasus suspek atau ”Probable” didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium : § Kultur virus influenza H5N1 positif § PCR influenza (H5) positif § Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali f. Kasus Konfirmasi Flu Burung yang meninggal adalah jumlah semua kasus konfirmasi Flu Burung yang meninggal dunia 8. DIARE 1. Kasus Baru Penyakit Diare Gol. Umur 5 (usia > 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 12 dosis selama 12 bulan



1. Penderita Kusta Type MB anak yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita yang bercaknya > 5 (usia < 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 12 dosis selama 12 bulan 2. Penderita Kusta Type PB dewasa yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Penderita Kusta usia > 15 tahun telah minum obat MDT sesuai dosis selama 6 – 8 bulan 3. Penderita Kusta Type PB anak yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Penderita Kusta usia < 15 tahun yang telah minum obat MDT sesuai dosis selama 6 – 8 bulan 4. Penderita Kusta Type MB dewasa yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Penderita Kusta usia > 15 tahun yang telah minum obat MDT sesuai dosis selama 12 – 18 bulan. 5. Penderita Kusta Type MB anak yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Penderita Kusta usia < 15 tahun yang telah minum obat MDT sesuai dosis selama 12 – 18 bulan. 6. Total Penderita Kusta yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Jumlah penderita kusta Tipe PB dan MB yang telah menyelesaikan Pengobatan sesuai dengan waktunya. 7. Temuan Cacat Tk II dewasa adalah Penemuan penderita kusta usia > 15 tahun yang sudah mengalami cacat fisik yang tampak (pada kaki, tangan dan wajah) 8. Temuan Cacat Tk II anak adalah Penemuan penderita kusta usia < 15 tahun yang sudah mengalami cacat fisik yang tampak (pada kaki, tangan dan wajah) 9. Kusta Tipe PB yang Droup Out adalah Penderita Kusta tipe PB yang tidak minum obat selama 2 bulan baik berturut-turut maupun tidak, sehingga tidak menyelasaikan pengobatan dalam waktu 9 bulan 10. Kusta Tipe MB yang Droup Out adalah Penerita Kusta Tipe MB yang tidak minum selama 4 bulan berturut-turut atupaun tidak sehingga tidak menyelesaikan pengobatan selama 18 bulan. 11. Total Penderita Kusta Yang Drop Out adalah Jumlah Penderita Kusta Tipe PB dan MB yang tidak menyelesaikan pengobatan sesuai dengan waktunya. 12. Kasus Reaksi pada penderita yang sedang dalam pengobatan adalah Penderita kusta yang belum, sedang dan sudah diobati yang mengalami reaksi akut disebakan oleh kuman kusta akibat meningkatnya ketahanan tubuh.



11.



KERACUNAN MAKANAN 1. Kasus Keracunan Makan adalah Penderita Kusta yang bercaknya < 5 (usia > 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 6 dosis selama 6 – 9 bulan 1. Penderita Kusta Type PB anak yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita Kusta yang bercaknya < 5 (usia < 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 6 dosis selama 6 – 9 bulan



12. PROGRAM ISPA 1. Kasus Baru Penyakit Pneumonia adalah Jumlah kasus baru pneumonia balita yang ditemukan di sarana kesehatan (Puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, rumah sakit dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas maupun oleh bidan desa. Gejala penumonia untuk umur:



p 2 – 60 per menit) dan ada tarikan dinding dada ke dalam. 2. Kasus Pneumonia Berat golongan umur 2 bln – 1 th adalah Jumlah penderita umur 2 bln-1 th yang datang ke sarana kesehatan dengan tanda-tanda : nafas cepat (> 50 per menit) dan ada tarikan dinding dada ke dalam. 3. Kasus Pneumonia Berat golongan umur 1 – 15 meter dari sumur terdekat TPS yang tidak berbau dari rumah terdekat TPS yang indeks lalatnya < 6 ekor blok grill. TPA yang diperiksa adalah Upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu yang disebut Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA).



5. TPA yang memenuhi syarat kesehatan adalah No. 1.



Sarana TPS



Skor Resiko Pencemaran Rendah Sedang Buruk 1 – 18 19 – 59 60 – 124



Memenuhi Syarat 1 – 18



1. Jasaboga yang diperiksa adalah Perusahaan atau perorangan yang melakukan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atau dasar pemesanan. 2. Jasaboga yang memenuhi syarat kesehatan adalah No.



Gol



1 2 3 4 5



A1 A2 A3 B C



Skor Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat Minimal Maksimal Memenuhi Keterangan Syarat 65 % 70 % 70 % 100 porsi 70 % 74 % 70 % 100 – 50 porsi 74 % 83 % 70 % > 500 porsi 83 % 92 % 70 % Khusus 92 % 100 % 70 % Bandara



1. Desa Pengrajin Makanan yang diperiksa adalah Desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pengrajin makanan. 2. Desa Pengrajin Makanan yang memenuhi syarat kesehatan adalah Desa pengrajin dengan Skor hasil Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat Desa Pengrajin Makanan = 70 %. 1. J.



GIZI



1 Desa / Kelurahan Endemis Yodium adalah Desa/Kelurahan yang sebagian besar penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok, dengan klasifikasi sebagai berikut :    



Daerah GAKY Berat, bila TGR > 30 % Daerah GAKY Sedang, bila TGR 20 – 29 % Daerah GAKY Ringan, bila TGR 5 – 19,9% Daerah Non Endemic, bila TGR < 5 %



2 Penduduk yang menderita GAKY adalah penduduk yang menderita akibat kekurangan unsure Yodium pada tumbuh kembang manusia secara terus menerus 3 Desa / Kelurahan disurvei Garam Beryodium ; Cukup jelas 4 Desa / Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Garam Beryodium adalah Garam konsumsi yang komponen utamanya Natrium Chorida (NaCL) dan mengandung senyawa Yodium melalui proses Yodisasi serta memenuhi SNI Nomor : 01-3556-1994



1. K.



KEGIATAN LABORATORIUM 1. Pemeriksaaan Specimen Darah adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen darah, meliputi jenis-jenis pemeriksaan, hitunf eritrosit, hirung lekosit, hitung jenis lekosit, laju endapan darah, golongan darah, kadar HB dan malaria. 2. Pemeriksaaan Specimen Air Seni (Urine) adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen air seni / urine, meliputi jenis-jenis pemeriksaan ; makroskopi (warna,kejernihan), berat jenis,PH,sedimen, protein, bilirubin, glukosa/reduksi dan tes kehamilan. 3. Pemeriksaaan Specimen Tinja adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen tinja, meliputi jenis-jenis pemeriksaan; makroskopis (warna, bau, konsistensi, darah, lendir, cacing dewasa), mikroskopi (epitel, eritrosit, lekosit, sisa makanan), telur/larva, cacing, amuba. 4. Pemeriksaaan Specimen Lain-lain adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen lain-lain, meliputi jenis-jenis pemeriksaan ; TBC (sputum dahak), GO (apus vagina, apus uretra, secret prostat), kusta, jamur permukaan (kerokan kulit, kuku, rambut), trichomonas/candida.



1. L.



KEGIATAN TRANFUSI DARAH 1. Pasien yang di Transfusi Darah adalah Jumlah pasien/ penderita yang mendapatkan tranfusi darah selama satu bulan yang bersangkutan



p Obstetrik/Kebidanan, adalah jumlah pasien obstetrik/kebidanan yang mendapatkan transfusi darah p Cidera (injury), adalah adalah jumlah pasien Cidera (injury) yang mendapatkan transfusi darah p Pasien lain-lainnya transfusi darah



1. 5.



adalah jumlah pasien Pasien lain-lainnya yang mendapatkan



LAPORAN SUMBER DAYA PUSKESMAS (LSD-1)



1.Luas Wilayah adalah informasi mengenai berapa luas wilayah kerja Puskesmas yang dinyatakan dalam satuan kilo meter persegi (km2). 1.Desa/Kelurahan adalah informasi mengenai jumlah desa, kelurahan, dan nagari yang berada di wilayah kerja Puskesmas. 1.Desa/Kelurahan di Perbatasan Kab/Kota/Prov Lain; cukup jelas



1.Desa/Kelurahan Tertinggal / Terpencil adalah Daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi dan social budaya. Penyebaran penduduk yang tidak merata dan terisolasi, jsarana dan prasarana transportasi yang terbatas, jarak dengan rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya jauh dan adanya kesulitan dalam hal menarik serta merekrut tenaga kesehatan, secara sosial diakibatkan permasalahan kemiskinan. 1.Desa yang mempunyai Bidan Desa; cukup jelas Bidan di desa yaitu jumlah bidan yang dimiliki Puskesmas yang bersangkutan yang bertugas di desa-desa wilayah kerja Puskesmas tersebut. Bidan di desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas secara umum, mempunyai wilayah kerja satu atau dua desa. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan sumber daya yang dimiliki, terutama pertolongan persalinan, kesehatan ibu dan dan anak dan membina peran serta masyarakat dalam 5 program terpadu Posyandu yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi, pencegahan dan penanggulangan penyakit termasuk penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. 1.Kepala Keluarga/Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama. 1.Rumah yang ada; cukup jelas 1.Jumlah Penduduk ; cukup jelas 1.Penduduk Laki-laki; cukup jelas 1.Penduduk Perempuan; cukup jelas 1.Keluarga Miskin adalah kelompok keluarga yang dikategorikan miskin atau sangat miskin. pengelompokan ini didasarkan atas pendapatan keluarga dimaksud dalam sebulan. menurut badan pusat statistik (bps), 1.Penduduk Keluarga Miskin adalah Anggota keluarga yang ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Batas kecukupan pangan dihitung dari besarnya rupaih yang dikeluarkan untuk makanan yang memenuhi kebutuhan minimum energi 2100 kalori perkapita perhari. (BPS) 1.Bayi ( 0 – < 1 thn) adalah anak berumur 0 – 12 bulan 1.Bayi 6 bulan adalah anak berumur 6 bulan 1.Anak Balita ( 1 – < 5 thn) ; cukup jelas 1.Neonatal ( 0 – 28 hari) ; cukup jelas



1.Batita ( 0 – < 3 thn) adalah anak berumur 0 – 35 tahun 1.Balita ( 0 – < 5 thn ) adalah anak yang berumur 0 – 59 bulan 1.Ibu Bersalin; cukup jelas 1.Penduduk Wanita Usia Subur (WUS)-(15 – < 49 thn) ; cukup jelas 1.Penduduk Produktif ( 15 – 64 thn ) ; cukup jelas 1.Penduduk Usia Remaja ( 10 – 19 thn ) ; cukup jelas 1.Anak Pra Sekolah (4 – 5 tahun) / TK, RA; cukup jelas 1.Anak Sekolah SD Kelas 1 (6 – 7 tahun) / SD, MI; cukup jelas 1.Anak Sekolah (6 – 12 tahun) / SD, MI; cukup jelas 1.Remaja (12 – 15 tahun) / SMP; cukup jelas 1.Remaja (15 – 19 tahun) / SMA; cukup jelas 1.Pasangan Usia Subur (PUS) adalah Pasangan yang isterinya berumur antara 1545 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang isterinya berumur lebih dari 49 tahun tetapi masih tetap mendapatkan menstruasi 1.Wanita Usia Subur (WUS) adalah Wanita dalam usia reproduktif yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah. 1.Lansia : a. Lansia umur 45 – 59 tahun; cukup jelas b. Lansia umur 60 – 69 tahun; cukup jelas c. Lansia umur > 70 tahun; cukup jelas 1.Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas dimaksud apakah Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Non Perawatan atau lainnya berdasarkan SK Bupati atau SK Wakilkota. 1.Puskesmas Pembantu yaitu informasi mengenai jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu) yang dimiliki Puskesmas yang bersangkutan. Pustu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatankegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. 1.Puskesmas Pembantu PHBS adalah jumlah Puskesmas Pembantu yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 15 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1.Puskesmas Keliling



1.Tempat Tidur Puksesmas DTP 1.Puskesmas dengan fasilitas eye center 1.Praktek Dokter Umum 1.Praktek Dokter Spesialis 1.Praktek Dokter Gigi 1.Praktek Gigi Spesialis 1.Praktek Bidan 1.Rumah Bersalin 1.B K I A 1.Balai Pengobatan 1.Balai Keluarga Berencana 1.Balai Kesehatan Imunisasi 1.Balai Kesehatan Umum 1.Balai Kesehatan Mata adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kesehatan atau Dinas Kesehatan Provinsi / Kab / Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan mata untuk mengatasi masalah kesehatan mata masyarakat secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu wilayah kerja. 1.Balai Kesehatan Gigi 1.Laboratorium adalah Sarana Pemeriksaan penunjang diagnostik penyakit yang diwilayah Puskesmas baik Pemda maupun Swasta 1.Optikal adalah sarana kesehatan tempat praktek Refraksionis Optisien 1.Apotik adalah Tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat 1.Toko Obat 1.Sarana Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan 1.Obat/Narkotika 1.Industri Rumah Tangga Makanan 1.Sub. / Cabang Penyalur Alkes 1.Desa di Wilayah Kerja Puskesmas yang sulit terjangkau



1.Sarana Penyediaan Air Bersih Utama untuk Puskesmas 1.Kemampuan 21 Pemeriksaan Laboratorium minimal 1.Pelayanan yang diberikan a. Pengobatan b. K I A c. K B d. P 2 M e. Hygiene / Sanitasi / Kesling f. Penyuluhan Kes. Masyarakat/Promkes g. Pencatatan Pelaporan h. Perawatan Kes. Masyarakat I. Peningkatan Gizi j. Kesehatan sekolah k. Kesehatan Gigi l. Kesehatan Jiwa m. Kesehatan Mata n. Kesehatan Kerja o. Kesehatan Olah Raga q. Kesehatan Telinga r. Pelayanan Rawat Inap s. Laboratorium Sederhana t. Kesehatan Tradisional u. Poned v. PKRE w. Kegawatdaruratan x. Pelayanan HIV/AIDS y. Yankes Remaja ( PKPR ) xx. Puskesmas Santun Lansia 1.Keluarga (KK) yang menggunakan Jamban Keluarga 1.Keluarga (KK) yang menggunakan Tempat Sampah 1.Keluarga (KK) yang menggunakan Air Limbah 1.Sarana Air Bersih yang ada a. Ledeng b. Sumur Gali c. Sumur Pompa (SPT) d. PMA e. PAH f. Lain – lain 1.Penduduk yang menggunakan Sarana Air Bersih a. Ledeng b. Sumur Gali c. Sumur Pompa (SPT)



d. PMA e. PAH f. Lain-lain 1.TP 3 yang ada 1.TPM yang ada 1.TTU yang ada 1.TPS yang ada 1.TPA yang ada 1.SPAL yang ada 1.SD/ Sederajat yang ada a. Jumlah murid b. SD / MI yang dilayani UKS c. Murid Yang diperiksa UKGS d. Murid yang mendapatkan perawatan (UKGS) e. SD/MI dengan Dokter Kecil f. Dokter Kecil Sekolah di SD / MI g. Kader UKS di SD / MI 1.SMP / MTs yang ada 1.SMP / MTs yang dilayani UKS 1.SMA / MTs yang ada 1.SMA / MTs yang dilayani UKS 1.Kader Kesehatan Sekolah di SD / MI 1.Sekolah yang ada Tim Pelaksana UKS 1.SD/MI dengan Sikat Gigi Masal minimal 8 kali setahun 1.Murid SD UKGS 1.MCK yang ada di sekolah 1.Sekolah yang melaksanakan Dana Sehat/JPKM 1.Pondok Pesantren (Poskestren) 1.Santri Husada 1.Pontren dengan Poskestren



1.Pontren dengan Dana Sehat 1.Jumlah Santri Husada 1.Posyandu yang ada yaitu jumlah pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan. Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. a. Pratama adalah Jumlah kader kurang dari 5, penimbangan kurang dari 8 kali b. Madya adalah Jumlah kader 15 orang, penimbangan lebih dari 8. cakupan < 50% c. Purnama adalah Ada program tambahan di Posyandu d. Mandiri adalah Adanya tambahan dana sehat 1.Posyandu dengan UKGMD 1.Kader yang ada 1.Kader Aktif 1.Kader Terlatih 1.Dukun Bayi yang yang ada 1.Dukun Bayi yang terlatih 1.Tenaga Pengobatan Tradisional yang ada 1.Tenaga Penyuluhan Kesehatan Jiwa 1.Pondok Bersalin (Polindes) yaitu informasi mengenai jumlah pondok bersalin desa (Polindes) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan. Polindes adalah bangunan yang dibangun dengan bantuan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal Bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan antenatal dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompentensi teknis bidan tersebut. 1.Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yaitu informasi mengenai jumlah pos kesehatan desa yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan. Pos Kesehatan Desa adalah wujud upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dibentuk oleh, untuk dan bersama masyarakat setempat atas dasar musyawarah, dengan bantuan dari tenaga profesional kesehatan dan dukungan sektor terkait termasuk swasta dalam kerangka desa siaga demi terwujudnya desa sehat. Kesehatan yang dilaksanakan adalah pelayanan kesehatan dasar, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dipadukan dengan upaya kesehatan lain yang berwawasan kesehatan dan berbasis masyarakat setempat.



Kegiatan tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh unsur-unsur tenaga, sarana, prasarana dan biaya yang dihimpun dari masyarakat, swasta, pemerintah 1.Pos Obat Desa (POD) yaitu informasi mengenai jumlah pos obat desa (POD) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan. Pos obat desa adalah wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana terutama bagi pengobatan sederhana, terutama bagi penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat 1.Tanaman Obat Keluarga (Toga) 1.Wahana Pelayanan Kesehatan dasar 1.Keluarga yang Sadar Gizi (Kadarzi) 1.Posbindu yang ada a. Pratama b. Madya c. Purnama d. Mandiri 1.Panti Wreda yang ada 1.Kader Lansia yang ada 1.Kelompok Lansia / Paguyuban / Posbindu yang ada 1.Desa Siaga / Kelurahan Siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapansumber daya dan kemampuan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Ada 8 Indikator Desa Siaga yaitu : Strata Pratama V



Strata Madya V



Strata Utama V



1. Adanya Sarana/fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan system rujukan



V



V



V



1. Adanya UKBM Siaga Maternal dan Posyandu yang dikembangkan



V



V



V



1. Adanya Sistem Pengamatan Penyakit dan Faktor Resiko berbasis Masyarakat (Surveilans erbasis masyarakat)



V



V



V



Indikator 1. Adanya Forum Masyarakat Desa



1. Adanya Sistem Kesiapsiagaan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat 1. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya lingkungan sehat 1. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS 1. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya Kadarzi



2.



V*



V



2.



V*



V



2.



V*



V



2.



V*



V



Keterangan : ¨



Strata Pratama : Bila memenuhi 4 indikator nominal (indikator 1 s/d 4)



¨ Strata Madya tambahan (*)



: Bila memenuhi 4 indikator minimal dan 2 indikator



¨ Strata Utama : Bila memenuhi 8 indikator ( indikator 1 s/d 8 ) 1.Desa Siaga / Kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Cakupan Desa Siaga Aktif : Rumus perhitungan adalah : Jumlah Desa Siaga Yang Aktif Jumlah Desa Siaga yang dibentuk 1.Tokoh Masyarakat desa



X 100%



1.Toma / Kader yang dilatih Desa Siaga 1.Toma/kader Desa Siaga aktif 1.Fasilitator Desa Siaga 1.Mitra Jejaring Promkes 1.Desa dengan Dana Sehat 1.Badan Penyelenggaraan Dana Sehat 1.Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yaitu informasi mengenai jumlah pos usaha kesehatan kerja (UKK) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan.



Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur, dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama. 1.Pekerja formal 1.Pekerja Formal yang mendapat pelayan kesehatan 1.Pekerja informal 1.Pekerja informal yang mendapat pelayanan kesehatan 1.Perusahaan formal 1.Perusahaan formal yang memiliki klinik kesehatan 1.Pos Saka Bhakti Husada 1.Kwartir ranting 1.Kwaran dengan Saka Bhakti Husada 1.Jumlah Anggota Saka Bhakti Husada 1.Rumah tangga PHBS adalah Jumlah Rumah Tangga yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 10 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas . 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi bayi ASI Eklusif 3. Menimbang Bayi dan Balita 4. Menggunakan Air Bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan Jamban Sehat 7. Memberantas Jentik di rumah 8. Makan buah dan sayura setiap hari 9. Melakukan Aktifitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah 1.Tempat Tempat Umum PHBS adalah Jumlah Tempat – tempat Umum yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 15 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. 1.Kantor/Instansi PHBS adalah Jumlah Kantor / Instansi yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 18 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas



1.Kantor/Intitusi Pelayanan Kesehatan PHBS adalah Jumlah Kantor / Instansipelayanan kesehatan yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 18 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1.Tempat Ibadah PHBS jumlah Tempat Ibadah yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 8 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1.Sekolah PHBS adalah jumlah Sekolah yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 18 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1.Terminal PBHS 1.Desa yang mencapai UCI 1.Desa/Kelurahan Endemis DBD 1.Desa/Kelurahan Sporadis DBD 1.Kecamatan yang mencapai UCI 1.Hotel; cukup jelas 1.Restoran; cukup jelas 1.Rumah Makan; cukup jelas 1.Pasar; cukup jelas 1.Jasa Boga; cukup jelas 1.Industri Makanan; cukup jelas 1.Pengrajin Makanan; cukup jelas 1.Kantin/Warung Makan; cukup jelas 1.Toko Makanan; cukup jelas 1.Pedagang Keliling; cukup jelas 1.Kolam Renang/Pemandian Umum; cukup jelas 1.Perkantoran/Balai Desa; cukup jelas 1.Terminal; cukup jelas



1.Industri yang ada; cukup jelas



BAB VI PENUTUP Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) dapat bermanfaat apabila semua pihak menyadari bahwa kebutuhan akan data dan informasi untuk penyusunan, pengawasan/pengendalian dalam melaksanakan, serta penilaian suatu program kesehatan hendaknya tepat guna, tepat waktu dan dapat dipercaya. Kualitas data dan informasi tersebut sangat erat hubungannya dengan standarisasi pengertian tentang data yang ada dan data yang dikumpulkan serta dilaporkan Betapapun, pedoman ini diakui masih banyak kekurangan dan masih memerlukan penjelasan yang lebih mendalam mengenai berbagai aspek pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, namun demikian diharapkan pedoman ini dapat diterjemahkan dengan persepsi yang sama dan dapat memberikan gambaran yang jelas dan mengurai salah penafsiran baik oleh pengguna data dan informasi maupun Puskesmas sebagai sumber data, sehingga dapat dijadikan acuan yang baik dalam pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas di Provinsi Jawa Barat



Di sini, peran dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pengorganisasian pelaksanaan pendataan Puskesmas menjadi sangat strategis. Demikian pula — sebagai landasan pijak — koordinasi dan komitmen para stakeholder di pusat dan daerah merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pendataan Puskesmas. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3) REVISI II