Skripsi Arin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP DISMINORE PRIMER PADA MAHASISWA KEDOKTERAN FK UNAND ANGKATAN 2018



Proposal Penelitian Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Oleh: RIFQAH WARDAH ASTARINI NIM : 1810313043



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2021



PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI Proposal skripsi ini telah didiskusikan dan disetujui oleh :



PENETAPAN PENGUJI



Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unand Padang, Tim Penguji



KATA PENGANTAR



DAFTAR ISI



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendarahan menstruasi merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan uterus serta faktor lainnya yang ada di luar organ reproduksi.1 Gangguan haid sangat banyak dan bervariasi. Begitu juga dengan penyebabnya yang berbagai macam. Diagnosis gangguan menstruasi menjadi sangat luas sehingga menyebabkan kesulitan bagi para klinisi untuk menangani hal tersebut. Salah satu gangguan haid yang sering tejadi pada wanita adalah dismenore. Dismenore merupakan nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan pada saat menstruasi. 2 Dismenore dapat memberikan dampak yang cukup besar bagi wanita. Masalah yang paling sering timbul akibat dismenore ini adalah menurunnya konsentrasi dan motivasi belajar pada individu. Sehingga para pelajar tidak bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal dan tidak sedikit juga dari mereka yang tidak hadir karena keluhan dismenore yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.3 Dismenore terbagi menjadi 2, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dikatakan dismenore primer apabila tidak ditemukan keadaan patologis pada panggul, sedangkan dikatakan dismenore sekunder apabila ditemukan adanya keadaan patologis seperti endometriosis, adenomyosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome. Akan tetapi, lebih banyak wanita yang mengalami dismenore primer dibanding dismenore sekunder. Dismenorea primer banyak terjadi pada usia muda dan remaja dengan keluhan nyeri atau kram pada bagian bawah perut, tepatnya di bawah rahim. Terkadang dismenorea juga disertai dengan keluhan mual, muntah, diare, dan nyeri kepala.1 Menurut World Health Organization (WHO) dalam penelitian Sulistyorini tahun 2017, kejadian dismenore di seluruh dunia cukup tinggi. Rata-rata dismenore terjadi pada wanita muda sebanyak 16,8-81%. Rata-rata di negara Eropa dismenore terjadi pada 45-97% wanita. Prevalensi dismenore paling tinggi ditemukan pada remaja yang diperkirakan 20-90%. 15% dari remaja tersebut mengalami dismenorea berat. Di Amerika Serikat, dismenorea ini diakui memiliki dampak pada ketidakhadiran di sekolah yang dialami oleh remaja putri. Selain itu, dari hasil survey yang dilakukan pada 113 wanita di Amerika Serikat ditemukan prevalensi sebanyak 29-44%, paling banyak terjadi pada usia 18-45 tahun.4



Di Indonesia, angka kejadian dismenorea tipe primer diperkirakan sebanyak 54,89%, sedangkan sisanya adalah dismenore tipe sekunder. Kejadian dismenorea di Indonesia terjadi pada remaja dengan prevalensi 43% hingga 93%.5 Di Sumatera Barat belum ada angka pasti prevalensi kejadian dismenore. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di SMAN 1 Kota Padang pada tahun 2017, ditemukan 74% siswi kelas X-XI mengalami dismenore primer.6 Pada penelitian dengan responden Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2017 juga ditemukan derajat nyeri menstruasi ini dengan intensitas sedang yaitu 15 orang (47%) dan berat 17 orang (53%).7 Keluhan dismenore umum terjadi pada wanita. Sebagian besar wanita yang mengalami nyeri menstruasi jarang melakukan konsultasi bersama dokter. Mereka mengobati nyeri tersebut dengan obat-obat bebas tanpa resep dokter. Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan bahwa sebanyak 30-70% remaja wanita mengobati nyeri menstruasi dengan obat anti nyeri yang dijual bebas. Hal ini sangat berisiko, karena efek samping dari obat-obatan tersebut bermacam-macam juga digunakan secara bebas dan dalam jangka waktu panjang tanpa pengawasan dari dokter secara langsung.5 Terapi awal yang biasanya diberikan untuk mengatasi keluhan dismenorea adalah terapi farmakologis berupa pemberian Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar. Terapi lain yang dapat diberikan adalah pil kontrasepsi kombinasi. Pil ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertubuhan jaringan endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin serta kram uterus.1 Sedangkan salah satu terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah yoga. Pelatihan yang terarah dan berkesinambungan diyakini dapat menurunkan intensitas nyeri menstruasi dan menyehatkan badan secara keseluruhan. 8 latihan yoga tidak hanya memberikan pengaruh baik bagi fisik, tetapi juga sangat baik untuk psikologis dan spiritual.9 Latihan yoga ini dapat menurunkan intensitas nyeri menstruasi dengan cara merelaksasikan otot-otot endometrium yang mengalami spasme dan iskemia akibat peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah.10 Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2012, ditemukan bahwa sebelum dilakukan latihan yoga didapatkan 50% (10 dari 20 responden) mengalami dismenorea primer dengan intensirtas nyeri sedang, dan 10% (2 responden) intesitas nyeri berat. Setelah dilakukan latihan yoga, intensitas nyeri pada sebagian besar responden berkurang menjadi nyeri ringan dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat. Hal ini menunjukkan bahwa



terdapat perbedaan yang signifikan dari intensitas nyeri sebelum dilakukan latihan yoga dan sesudah dilakukan latihan yoga.11 Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti terhadap 60 mahasiswi S1 Pendidikan Dokter angkatan 2018, 2019 dan 2020 dengan rentang usia 18 sampai 22 tahun didapatkan 16 dari 20 mahasiswi angkatan 2018 mengalami dismenore, 12 dari 20 mahasiswa angkatan 2019 mengalami dismenore, dan 9 dari 20 mahasiswa angkatan 2020 mengalami dismenore. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan terapi yoga dengan derajat dismenore pada mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter Universitas Andalas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka didapat rumusan masalah untuk penelitian ini, yaitu “Apakah terdapat pengaruh terapi yoga terhadap derajat disminore primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2018?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1



Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi yoga terhadap intensitas disminore pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2018.



1.3.2



Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi derajat disminore sebelum dilakukan terapi yoga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2018 2. Mengidentifikasi derajat disminore sesudah dilakukan terapi yoga pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2018. 3. Menganalisis pengaruh terapi yoga terhadap intensitas derajat disminore pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2018.



1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1



Manfaat Bagi Peneliti Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wujud implementasi dari ilmu yang telah diberikan sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan penelitian. Untuk melatih berpikir kritis.



1.4.2



Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah mengenai tatalaksana yoga pada disminore primer 2. Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh terapi yoga terhadap disminore primer.



1.4.3



Manfaat Bagi Institusi Pendidikan 1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan sumbangan positif dan menambah referensi atau sumber pembelajaran untuk Pendidikan 2. Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada institusi Pendidikan mengenai terapi yoga sebagai salah satu tatalaksana untuk dismenore



1.4.4



Manfaat Bagi Peneliti Lain Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang disminore. Dan peneliti lain juga bisa menerapkan informasi yang telah didapatkan oleh penulis dari hasil penelitian saat ini.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenorea 2.1.1



Definisi Dismenore



Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa “Greek” yang terdiri dari dys yang berarti nyeri hebat atau gangguan, meno yang artinya bulan, dan rrhoea yang artinya flow atau aliran. Dismenore adalah nyeri yang dirasakan saat menstruasi. Biasanya ditandai dengan adanya rasa kram yang terpusat di baggian abdomen bawah, nyeri punggung, pinggang dan/atau nyeri paha.7 Keluhan nyeri haid dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Dismenorea dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri menstruasi tanpa ditemukan adanya keadaan patologi pada panggul. Sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri menstruasi yang berhubungan dengan berbagai keadaan patologis pada organ genitalia, seperti endometriosis, adenomyosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome. Pada umumnya, dismenorea primer terjadi pada 6 hingga 12 bulan setelah wanita mengalami menstruasi (menarche) dengan durasi nyeri biasanya 8 hingga 72 jam. Sedangkan dismenorea sekunder terjadi pada wanita yang usianya lebih tua.3 Dismenore merupakan keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon didalam tubuh wanita sehingga mengakibatkan munculnya rasa nyeri pada bagian bawah abdomen. Wanita yang mengalami dismenore memproduksi prostaglandin lebih banyak dibanding wanita yang tidak mengalami dismenore. Akibatnya kontraksi uterus akan meningkat. Pada umumnya siklus menstruasi normal berlangsung selama 28-35 hari. Dismenore muncul pada hari pertama dan kedua menstruasi.12 2.1.2



Epidemiologi Dismenorea



Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. 90% remaja wanita diseluruh dunia diperkirakan mengalami masalah saat menstruasi dan lebih dari 50% wanita yang menstruasi mengalami dismenorea primer. Prevalensi dismenore di setiap negara berbeda-beda. Prevalensi di Amerika Serikat kurang lebih sekitar 85%, di Italia 84,1% dan Australia sebanyak 80%. Prevalensi dismenore di Asia rata-rata sebesar 84,2%. 68,7% terjadi di Asia Timur laut, 74,8% di Asia Timur Tengah dan 54% di Asia barat laut,13



Prevalensi di negara-negara Asia Tenggara juga berbeda-beda. Kejadian dismenore di Malaysia mencapai 69,4% serta Thailand sebesar 84,2%. Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% wanita mengalami dismenorea sekunder.14 wanita yang mengalami dismenorea ini merasakan intensitas nyeri dari ringan hingga berat. Dengan tingginya angka kejadian dismenore ini, akibatnya dismenore juga memegang peranan atas kerugian ekonomi untuk biaya pengobatan, perawatan medis, dan penurunan produktivitas.6 Pada sebuah penelitian yang dilakukan di salah satu universitas pada tahun 2011 di Jakarta didapatkan 83,5% mahasiswi mengalami dismenore. Angka pasti kejadian dismenore di Sumatera Barat belum diketahui secara pasti. Namun pada penelitian yang dilakukan di MAN 2 Padang tahun 2014 menyatakan bahwa kejadian dismenore di MAN 2 Padang mencapai 57,3%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Febri Monica Titia pada tahun 2017, menunjukkan bahwa kejadian dismenore pada siswi SMAN 1 Kota Padang sebesar 74,5%.15 2.1.3



Faktor Risiko Dismenorea



2.1.3.1 Usia menarche Faktor risiko terjadinya dismenore salah satunya pada orang yang mengalami menstruasi pertama kali lebih awal. Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang perempuan.16 usia menarche dini diasosiasikan dengan peningkatan prevalensi dismenore, AOR (95% CI) = 4.10(1.21, 13,09) dan usia menarche lebih lama diasosiasikan dengan penurunan prevalensi dismenorea. Hal ini berkaitan dengan pelepasan faktor inflamasi saat menstruasi dimulai setelah matangnya siklus menstruasi. 7 usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor gizi, kesehatan umum, dan adanya Latihan fisik berat. Usia menarche dikatakan lebih awal apabila terjadi sebelum usia 9 tahun, dan dikatakan lama apabila terjadi setelah usia 15 tahun.7 2.1.3.2 Lama menstruasi Durasi menstruasi yang lama pada seorang wanita dapat meningkatkan produksi hormon prostaglandin yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada saat menstruasi. berdasarkan penelitian (Asih,2012) hubungan lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer dengan menggunakan uji statistic Chi-Square ditemukan hasil p < 0,05 (p value=0,07) yang artinya terdapat hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer. Selain itu, berdasarkan uji statistic juga didapatkan nilai OR = 3,18. Ini



berarti responden yang lama menstruasinya tidak normal, memiliki risiko 3,188 kali untuk mengalami dismenore primer.16 2.1.3.3 Kebiasaan olahraga kebiasaan melakukan olahraga sangat bermanfaat, karena dapat mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi. berdasarkan penelitian Ramadhani (2014) pada siswi SMP Negri 2 Demak tahun 2014, dari 83 responden ditemukan responden yang mempunyai kebiasaan berolahraga teratur mengalami dismenore sebanyak 4 responden (8,7%) dan responden dengan olahraga tidak teratur mengalami dismenore sebanyak 31 responden (83,8%). Sedangkan responden yang olahraga teratur tidak mengalami dismenore sebanyak 42 responden (38,5%) dan responden yang olahraga tidak teratur yang tidak mengalami dismenore sebanyak 6 responden.16 2.1.3.4 Faktor stress pada saat stress, tubuh akan memproduksi hormon estrogen dan prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dan prostaglandin ini dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat menstruasi. selain itu juga dapat terjadi peningkatan hormon adrenalin sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi. 2.1.3.5 Status gizi Pada saat menstruasi, setiap bulannya wanita mengeluarkan darah yang cukup banyak, sekitar 60 hingga 200 ml darah dalam satu siklus (Hardisman,2014). Pada saat menstruasi fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Jika ini diabaikan, akan berdampak dengan terjadinya keluhan-keluhan yang kurang nyaman selama siklus menstruasi.16 Pada penelitian (Asih,2012) hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer dengan menggunakan uji statistic Chi-Square ditemukan hasil p 38,3 dan abnormal discharge serviks atau vagina yang mukopurulen. Pada pemeriksaan mikroskop dari cairan vagina menunjukkan adanya organisme, tingkat sedimentasi eritrosit atau tingkat protein C-reaktif menunjukkan adanya infeksi. Pada pemeriksaan laboratorium untuk infeksi serviks dengan Neisseria Gonorrhoeae atau chlamydia trachomatis positif. Ultrasonografi transvaginal biasanya tidak diindikasikan, tapi mungkin menunjukkan tabung penebalan dengan pengumpulan cairan, atau komplek tuboovarium. 2.1.8



Tata laksana



2.1.8.1 Medikamentosa 2.1.8.1.1



Obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID



NSAID merupakan terapi awal yang biasa digunakan untuk mengatasi dismenorea. NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung dapat menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah menstruasi yang keluar. Sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform siklooksigenase (COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat COX-2. Studi buta ganda membandingkan penggunaan melosikam dengan asam mefenamat memberikan hasil yang sama untuk mengatasi keluhan dismenore.1 2.1.8.1.2



Pil Kontrasepsi



Pil kontrasepsi kombinasi bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan endometrium sehingga mengurangi jumlah darah menstruasi dan sekresi prostaglandin serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi sangat efektif untuk mengatasi dismenorea dan sekaligus akan membuat siklus menstruasi menjadi teratur.1 2.1.8.2 Non medikamentosa 2.1.8.2.1



Terapi masase



Masase merupakan sebuah gerakan dengan menggunakan seluruh permukaan telapak tangan dan jari yang dilakukan pada bagian abdomen untuk meredakan nyeri menstruasi.23



2.1.8.2.2



Terapi kompres hangat



Kompres menggunakan air hangat akan memberikan rasa hangat pada tubuh sehingga dapat memberikan rasa nyaman, mengurangi rasa nyeri, mengurangi spasme otot khususnya pada bagian perut bawah saat mengalami nyeri menstruasi.23 2.1.8.2.3



Senam



Senam merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, terutama pada wanita saat menstruasi. Dengan melakukan senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Semakin tinggi kadar hormone endorphin akan menurunkan atau meringankan rasa nyeri yang dirasakan oleh seseorang.23 2.1.8.2.4



Aromaterapi



Aromaterapi merupakan suatu metode komplomenter yang menggunakan aromaterapi untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Aromaterapi merupakan wangi-wangian yang berasal dari bahan alami yang diambil dari tanaman, bunga, dan pohon yang berbau harum. Aromaterapi dapat digunakan sebagai minyak masase, inhalasi, mengurangi stress, dan meningkatkan kualitas tidur.23 2.2 Yoga 2.2.1



Definisi



Senam yoga merupakan sebuah aktivitas fisik dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuhnya secara keseluruhan. Olahraga ini merupakan olahraga tubuh dan pikiran yang berfokus pada kekuatan, kelenturan serta pernafasan guna meningkatkan kesehatan fisik dan mental seseorang. Kata yoga berasal dari bahasa sansekerta “yuj” yang artinya bersatu. Maksud dari persatuan disini adalah jalan menuju kepada-Nya. Yoga diajarkan pertama kali oleh umat hindu sebagai bentuk pengabdian (ibadah) kepada Tuhan. Yoga juga dilakukan atas bentuk syukur yang disalurkan melalui kesadaran penuh dan konsentrasi dalam segala aktivitas. Olahraga yoga bisa dilakukan oleh semua kalangan tanpa memandang usia, ukuran tubuh, kelenturan tubuh ataupun



kesehatan



dari



seseorang.24



Senam yoga merupakan sebuah aktivitas fisik dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuhnya secara keseluruhan. Yoga dapat melancarkan aliran oksigen didalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih sehat. Saat ini, yoga telah berkembang menjadi salah satu sistem kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh.25. 2.2.2



Manfaat Yoga



Yoga memiliki sangat banyak manfaat bagi tubuh. Yoga memiliki peran yang penting dalam menstimulasi hormon-hormon yang ada didalam tubuh dan membuatnya stabil, terutama pada wanita. Dimana wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang mengontrol siklus menstruasi, kehamilan dan menopause. Yoga akan menyeimbangkan hormone-hormon ini secara efisien dan efektif.26 selain itu yoga juga bermanfaat bagi peningkatan asupan oksigen ke otak, menghilangkan kepenatan, meningkatkan energi dan vitalitas, serta menambah kelenturan dan stamina tubuh seseorang.24 Olahraga yoga ini sangat baik dilakukan pada seseorang yang sedang mengalami nyeri menstruasi, stress, cemas, low back pain, gangguan kualitas tidur, serta tekanan darah tinggi. Melakukan Yoga secara teratur dapat memberikan manfaat yang besar bagi tubuh antara lain meningkatkan fungsi hormonal dalam tubuh, meningkatkan kualitas tidur, Meningkatkan sirkulasi darah ke otak dan seluruh tubuh, membentuk postur tubuh yang baik, lebih tegap, serta otot yang lebih lentur dan kuat, meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernafas, membuang racun didalam tubuh (detoksifikasi), meremajakan sel-sel tubuh dan memperlambat proses penuaan memurnikan saraf pusat yang terdapat di tulang punggung, menurunkan ketegangan tubuh, pikiran, mental, serta membuatnya lebih kuat saat seseorang sedang dalam kondisi stress, memberikan kesempatan untuk merelaksasikan tubuh secara mendalam, meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk berfikir positif.24 Terapi yoga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dianjurkan untuk mengurangi derajat nyeri dismenore. Pelatihan yang terarah dan berkesinambungan dipercaya mampu menyembuhkan nyeri menstruasi dan menyehatkan badan secara keseluruhan. Yoga dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian pinggang yang menyebabkan rasa nyeri. Selain itu, yoga juga mampu memberikan efek rileks dan mengurangi kram atau kontraksi pada abdomen. Efek dari relaksasi ini akan meningkatan respon saraf parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan uterus sehingga aliran darah uterus akan meningkat dan kontraksi berkurang. Pemberian terapi yoga ini juga memberikan stimulus mekanoreseptor pada kulit abdomen sehingga memberikan efek relaksasi otot abdomen dan nyeri yang dirasakan menjadi berkurang.8 Yoga terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphine hingga 5 kali lipat di dalam darah. Semakin sering melakukan yoga, maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphine yang terdapat didalam darah. Ketika seseorang melakukan yoga, maka b-endorphine akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipotalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphine berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri,



peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, serta memperlancar aliran darah dan pernafasan.27 2.2.3



Jenis Yoga



Yoga yang banyak dilakukan di masa sekarang adalah cabang dari Hatha Yoga dengan fokus pada postur fisik yang disebut asana. Jenis yoga ini berfokus pada teknik asana (postur), pranayama (olah nafas), bandha (kuncian), mudra (gesture), serta relaksasi mendalam. Berbagai macam Gerakan yang disertai cara bernafas yang benar dipercaya dapat meningkatkan kekuatan dan kelenturan, meredakan ketegangan, serta memberikan energi baru pada tubuh seseorang.28 Hatha yoga mencakup Latihan fisik yang ringan, yang mengikut sertakan setiap sendi pada tubuh dalam Gerakan memperkuat, melonggarkan, dan menyeimbangkan setiap bagian tubuh dengan sepenuhnya. Pelaksanaan Latihan ini membutuhkan pemusatan seutuhnya terhadap apa yang telah dilakukan, sehingga Latihan tersebut sudah jelas tidak mungkin mencederai diri sendiri. Latihan dilakukan dalam postur yang selaras dengan pernapasan otootot yang tengah aktif memperoleh oksigen yang cukup. Latihan-latihan ini tidak hanya mempengaruhi sendi dan otot tapi juga organ-organ, kelenjar dan struktur tubuh lainnya. Selain itu juga tidak mengajar untuk bekerja sesuai kemampuan dengan cara tidak memaksa.28 Hatha yoga menekankan penyeimbangan dua kekuatan yang bertolak belakang pada tubuh, seperti halnya energi maskulin (the sun atau matahari) dan energi feminine (the moon atau bulan), yin dan yang, kiri dan kanan, tarikan dan hembusan nafas, rasa sedih dan gembira dan lain sebagainya.28 Berikut adalah jenis-jenis Gerakan yoga beserta tingkat kesulitannya Tabel 2. Jenis Gerakan Yoga28 No



Nama



Nama dalam



Tingkat



Sansekerta



Bahasa Inggris



Kesulitan



1



Surya-Namaskar



Sun Salutation



3



2



Akarna-Dhanur-Asana



Shooting Bow Posture



6



3



Anjaneya-asana



Salutaion Pose



7



4



Ardha Chandra-asana



Half Moon Posture



2



5



Ardha-Matsyendra-asana



Half Spine twist Posture



4



6



Baddha Kona Asana



Butterfly Pose



4



7



Bala Asana



Child Posture



1



8



Cakhra Asana



Wheel Posture



8



9



Dhanur-Asana



Bow Posture



5



10



Ekapada-asana



One legged posture



5



11



Garuda-asana



Half Spine Twist Posture



3



12



Gomukha-asana



Cow Face Posture



4



13



Hala-asana



Plough Posture



5



14



Hasta-Pada-angusta



Hand-foot big toe Pose



3



15



Matsya-asana



Fish Posture



3



16



Naga-asana



Cobra Posture



4



17



Nataraja asana



King of the Dance Posture



3



18



Padma-asana



Lotus Posture



6



19



Parivritta-parshvakona



Turnes Side angle Posture



7



20



Pavana mukta asana



Wind-releasing Posture



1



21



Sarvanga-asana



Shoulder stan Posture



5



22



Shalabha-asana



Locust Posture



5



23



Shava-asana



Corpse Posture



1



24



Siddha-asana



Accomplished Posture



2



25



Simha-asana



Lion Posture



2



26



Sirsha-asana



Headstand Posture



7



27



Tada-asana



Mountain Pose



1



28



Trikona-sana



Triangle-Pose



2



29



Ugra-asana



Powerful Posture



4



30



Ushtra-asana



Camel Posture



5



31



Vajra-asana



Diamond Posture



2



32



Vira-asana



Hero Posture



2



33



Vriksha-asana



Tree Pose



4



34



Vrischika-asana



Scorpion Pose



9



2.2.4



Yoga untuk Mengatasi Dismenore



2.2.4.1 Child Pose (Bala Asana)



Child pose bisa mengurangi ketegangan ovarium dan merevitalisasi sistem kelenjar, sehingga sangat baik selama periode pramenstruasi dan periode menstruasi. posisi ini juga sangat baik untuk melepaskan ketegangan perut dan kontraksi pada uterus.26



Duduk diatas kedua tumit.26



Perlahan-lahan, turunkan kedua lengan anda kebagian depan tubuh anda sambal bernafas secara teratur.26



2.3 Kerangka Teori



Usia menarche lebih awal



Alat reproduksi belum siap mengalami perubahan



stress



Aktivasi corticotropin releasing hormone di hipotalamus



Gizi tidak seimbang



Kurangnya aktivitas fisik



Tingginya asam lemak jenuh omega-6 dan asam lemak trans



Oksigen tidak dapat disalurkan ke pembuluh darah organ reproduksi yang mengalami vasokonstriksi



Aktivasi kortisol adrenal



Kerusakan membrane sel



FSH dan LH terhambat



Asam arakidonat akan disintesis



Vasodilatasi pembuluh darah



yoga



Peningkatan sintesis prostaglandin Peningkatan kontraksi miometrium Dismenore primer Nyeri abdomen



Kram perut Nyeri pinggang dan/atau nyeri BAB III paha KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN



3.1 Kerangka Konseptual



 Estrogen  Progesteron



 Prostaglandin



Faktor Risiko -



Usia Menarche Riwayat keluarga Status Gizi Kebiasaan Olahraga Durasi Menstruasi



Dismenore



Derajat Dismenore



Ringan



Sedang



Berat



Terapi Yoga Derajat Dismenore



Ringan



Keterangan :



Sedang



Berat



= Variabel yang diteliti



= Variabel yang tidak diteliti



3.2 Hipotesis Penelitian 3.2.1



Hipotesis Nol (H0)



Hipotesis dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan pemberian terapi yoga terhadap derajat dismenore. Tidak terdapat penurunan skor nyeri dengan VAS score antara sebelum dan sesudah diberikan terapi yoga. 3.2.2



Hipotesis Alternatif (Ha)



Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan pemberian terapi yoga terhadap derajat dismenore. Skor nyeri dengan VAS score setelah diberikan terapi yoga lebih rendah dibandingkan sebelum melakukan terapi yoga, `



BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan desain true experimental dengan pre-test post-test only group design. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Waktu penelitian pada bulan Desember 2021-Januari 2022. 4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.3.1



Populasi Penelitian



Populasi dari penelitian adalah seluruh mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter Universitas Andalas Padang dengan jumlah 168 orang. 4.3.2



Sampel Penelitian



Sampel penelitian adalah mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter yang mengalami dismenore yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 4.3.2.1 Kriteria Inklusi 1. Mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang mengalami dismenore. 2. Mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran yang memiliki skor nyeri > 3 dengan menggunakan VAS score.



4.3.2.2 Kriteria Eksklusi 1. Mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang tidak bersedia menjadi responden. 2. Mahasiswi angkatan 2018 Prodi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedoktean Universitas Andalas yang memiliki skor nyeri 3. 5. Setelah selesai melakukan terapi yoga, seluruh responden akan diminta untuk mengisi kembali google form yang berisikan VAS score. 4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data merupakan suatu rangkaian kegiatan penelitian atau cara yang dilakukan oleh peneliti berupa pencatatan serta penguraian dari keterangan maupun data yang diperoleh dengan tujuan data tersebut bisa dipahami oleh peneliti manapun. 4.7.1



Cara Pengolahan data



Data yang diperoleh akan diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Menyunting data (editing), yaitu data pre-test dan post-test yang diperoleh, diperiksa kembali kelengkapan dan kejelasannya. 2. Mengkode data (coding), merupakan proses pemberian kode dari data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka/bilangan untuk memudahkan proses analisis data.



3. Memasukkan data (entry) merupakan proses memasukkan data pre-test dan posttest pada aplikasi atau program microsoft excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS). 4. Membersihkan data (cleaning), dimana data pre-test dan post-test yang telah dimasukkan dan diperiksa Kembali untuk memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan. 4.7.2



Analisis Data



1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian. Pada analisis ini memperlihatkan bagaimana distribusi frekuensi dan presentase dari variabel. Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran derajat dismenore. 2. Analasis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan independen pemberian terapi yoga dengan skala rasio dan variable dependen derajat dismenore dengan skala nominal menggunakan metode Chi square.