Skripsi Full Bismillah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • jf
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL KEBERSIHAN GENITAL TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN



ABELLA VERDA



1510015064



DEA AMANDA



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2019



SKRIPSI



HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL KEBERSIHAN GENITAL DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S,Ked)



ABELLA VERDA DEA AMANDA 1510015064



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2019



HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS



Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama



: Abella Verda Dea Amanda



NIM



: 1510015064



Program Studi



: Pendidikan Dokter



Fakultas



: Kedokteran



Judul Skripsi



: Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genitalia Terhadap Kejadian Keputihan Patologis pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman



Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mulawarman.



Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.



Penulis,



Abella Verda Dea Amanda



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genitalia Terhadap Kejadian Keputihan Patologis pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. Penulis menyadari bahwa dengan bantuan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1



Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si selaku Rektor Universitas Mulawarman.



2



dr. Ika Fikriah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.



3



Dr.dr. Endang Sawitri M,kes selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman sekaligus penguji II yang telah menyediakan waktu untuk memberikan masukan, ide, dan bimbingan yang sangat dibutuhkan kepada penulis agar tidak patah semangat dalam mengerjakan skripsi ini.



4



dr. Siti Khotimah, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.



5



dr. Sulistiawati, M. Med.Ed selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Dokter.



6



dr. Erwin Ginting, Sp.OG(K) selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan ide, masukan dan bimbingan yang sangat dibutuhkan dalam proses penulisan skripsi ini dan selalu memberi semangat kepada penulis.



7



dr. Mona Zubaidah, M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu untuk memberikan masukan, ide, dan bimbingan yang sangat dibutuhkan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.



8



dr. Andriansyah, Sp.OG(K) selaku penguji I yang telah menyediakan waktu untuk memberikan masukan, ide, dan bimbingan yang sangat dibutuhkan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.



9



dr. Nur Khoma Fatmawati, M.Kes, Sp.M selaku penguji II yang telah menyediakan waktu untuk memberikan masukan, ide, dan bimbingan yang sangat dibutuhkan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.



10 Seluruh dosen pengajar dan seluruh staff Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman atas ilmu yang telah diberikan, dan bantuan selama ini serta pengalaman yang sangat berharga. ii



11 Yang tercinta orang tua penulis H. Abdul Syukur Sarapping, Hj. Emilda Warastutie, saudara penulis Aurelia Salsabilla Almirah dan Muhammad Kelvin Naufal Al-Nawar serta keluarga besar penulis. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, cinta, dan doa yang dapat penulis sampaikan.



12 Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhir kata dengan penuh kerendahan hati penulis memohon maaf apabila terdapat kata–kata yang kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi mereka yang membutuhkannya. Samarinda, 26 Juni 2019 Penulis,



Abella Verda Dea Amanda



iii



LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS



Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama



: Abella Verda Dea Amanda



NIM



: 1410015064



Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas



: Kedokteran



Jenis karya



: Skripsi



Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Hak Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL KEBERSIHAN GENITALIA TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di



: Samarinda



Pada tanggal



: 26 Juli 2019



Yang menyatakan,



Abella Verda Dea Amanda



iv



ABSTRAK



Nama



: Abella Verda Dea Amanda



Program Studi



: Pendidikan Dokter



Judul



: Hubungan Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genitalia Terhadap Kejadian Keputihan Patologis pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman



Keputihan merupakan salah satu penyakit infeksi saluran reproduksi yang biasa terjadi pada remaja puteri. Keputihan terbagi menjadi dua jenis yaitu keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis ialah cairan yang berwarna putih, tidak disertai bau dan gatal dengan jumlah cairan yang tidak berlebihan. Keputihan patologis ialah cairan yang keluar dari vagina secara berlebihan yang berwarna putih kekuningan dan dapat disertai gatal, nyeri, dan bau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku personal kebersihan genitalia terhadap kejadian keputihan patologis pada mahasiswi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 148 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan patologis (p=0,189). Terdapat hubungan perilaku personal kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan patologis (p=0,000). Kata Kunci: Pengetahuan, perilaku personal kebersihan genitalia, keputihan patologis.



v



ABSTRACT



Nama



: Abella Verda Dea Amanda



Program Studi



: Medical Education



Judul



: Relation between knowledge and personal hygiene with fluor albous in female students of Faculty of Medicine Universitas Mulawarman Samarinda



Fluor albus is one of the reproductive infection that commonly occurs in women. Fluor albus is divided into two types named physiological vaginal discharge and pathological vaginal discharge.



Keywords: Knowledge, Personal hygiene, Fluor albous



vi



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...........................................................................................................i DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................ix DAFTAR TABEL.................................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xi DAFTAR SINGKATAN....................................................................................................xii 1. PENDAHULUAN.............................................................................................................1 1.1.Latar Belakang.................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................2 1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................................3 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4 2.1 Organ Reproduksi Wanita................................................................................................4 2.1.1 Organ Reproduksi Luar.................................................................................................4 2.1.2 Organ Reproduksi Dalam..............................................................................................5 2.2.1 Definisi Keputihan........................................................................................................7 2.2.2 Klasifikasi Keputihan....................................................................................................7 2.2.3 Etiologi Keputihan.......................................................................................................7 2.2.4 Patogenesis Keputihan..................................................................................................9 2.2.5 Gejala Keputihan.........................................................................................................10 2.2.6 Penegakan Diagnosis...................................................................................................10 2.2.7 Pengobatan Keputihan.................................................................................................12 2.2.8 Pencegahan Keputihan................................................................................................12 2.2.9 Komplikasi..................................................................................................................13 2.2.10 Prognosis...................................................................................................................13 2.3.1 Definisi Pengetahuan...................................................................................................14 2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.......................................................14 2.3.3 Tingkat Pengetahuan...................................................................................................15 2.3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan......................................................................................16 2.4 Perilaku..........................................................................................................................17 2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku...............................................................17 2.5 Kerangka Teori...............................................................................................................19 3. KERANGKA KONSEP.................................................................................................20 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................................................20 3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................................................20 4. METODE PENELITIAN..............................................................................................21 4.1 Desain Penelitian............................................................................................................21 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................................21 4.2.1 Tempat Penelitian........................................................................................................21 4.2.2 Waktu Penelitian.........................................................................................................21 4.3 Populasi dan Sampel......................................................................................................21 4.3.1 Populasi Penelitian......................................................................................................21 4.3.2 Sampel Penelitian........................................................................................................21 4.3.3 Cara Pengambilan Sampel dan Besar Sampel.............................................................21 4.4 Kriteria Sampel..............................................................................................................22 4.4.1 Kriteria Inklusi............................................................................................................22 4.4.2 Kriteria Eksklusi..........................................................................................................22 4.5 Instrumen Penelitian.......................................................................................................22 vii



4.6 Variabel Penelitian.........................................................................................................22 4.6.1 Variabel bebas.............................................................................................................22 4.6.2 Variabel terikat............................................................................................................22 4.7 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif....................................................................23 4.9 Analisis Data..................................................................................................................24 4.9 Alur Penelitian...............................................................................................................25 4.10 Jadwal Penelitian..........................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….....27 LAMPIRAN……………………………………………………………………………....29



viii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita..................................................................14 Gambar 2.2 Kerangka Teori...................................................................................29 Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................30 Gambar 4.10 Alur Penelitian..................................................................................35



ix



DAFTAR TABEL



Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian..............................................................33



x



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian.........................................................................39



xi



DAFTAR SINGKATAN BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional GO



: Gonorrhea



HPV



: Human Papilloma Virus



KJDK



: Kematian Janin Dalam Kandungan



PCR



: Polymerase Chain Reaction



SOR



: Stimulus Organisme Respons



WHO



: World Health Organization



xii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Remaja wanita seringkali mengalami masalah kesehatan reproduksi, tak terkecuali



keputihan (white discharge, fluor albus, leucorrhea). Keputihan merupakan salah satu penyakit infeksi saluran reproduksi (Abrori, 2016). Keputihan terbagi menjadi keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis biasanya cairan yang keluar berwarna putih atau bening, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal, sedangkan keputihan yang bersifat patologis ialah cairan yang keluar dalam jumlah yang banyak dengan warna kekuningan disertai bau, dan terasa gatal di area setempat (Pratiwi, Sabilu, & Fachlevy, 2017). Badan Koordinasi Keluarga Berancana Nasional (BKKBN, 2009) menyatakan bahwa sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan dua kali atau lebih (Karyati, 2014). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total penyakit yang di derita para perempuan didunia, salah satunya ialah keputihan (Pratiwi, et al., 2017). Wanita di Indonesia berpotensi mengalami keputihan sekitar 90% karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan (Azizah & Widiawati, 2015). Paryono (2016) menyatakan bahwa dari 75% wanita yang mengalami keputihan, 65% diantaranya adalah remaja karena banyak remaja yang masih memiliki pengetahuan yang rendah mengenai keputihan dan perilaku yang kurang baik dalam menjaga kebersihan organ genitalianya. Keputihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, faktor yang terbanyak disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit (Putri, 2013). Faktor lain yang turut berperan dalam meningkatnya kejadian keputihan ialah pengetahuan yang kurang baik dan tindakan yang tidak tepat dalam perawatan organ reproduksi (Mariyatul, 2014). Keputihan juga dapat disebabkan oleh perilaku atau kebiasaan seseorang yang tidak memperhatikan kebersihan organ reproduksinya, yang sering disebut dengan personal hygiene (Paryono & Nugraheni, 2016). Personal hygiene merupakan perawatan pada diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Ilmiawati & Kuntoro, 2016). Pratiwi et al. (2017) menyatakan bahwa salah satu contoh 1



personal hygiene yang baik ialah dengan membersihkan area genital dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina. Terdapat beberapa penelitian yang mencari hubungan pengetahuan dan perilaku personal pada kebersihan genital terhadap kejadian keputihan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mokodongan et al. (2015) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri”, terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku dengan kejadian keputihan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karyati (2014) tentang “Korelasi Antara Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan” yang dilakukan di Universitas Tanjungpura, Pontianak. Pengetahuan yang kurang dalam mengenai keputihan serta merawat organ genitalia dapat menjadi pemicu terjadinya keputihan terutama keputihan yang bersifat patologis. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan (Abrori., Hernawan, & Ermulyadi, 2017). Sebaliknya, terdapat hasil berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2016) di SMKF X Kediri yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan. Berdasarkan uraian tersebut, hubungan antara pengetahuan dan perilaku personal kebersihan genitalia masih kontroversial pada penelitian-penelitian di beberapa daerah. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan perilaku personal kebersihan genital terhadap kejadian keputihan patologis pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku personal kebersihan genital terhadap kejadian keputihan patologis pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku personal kebersihan genital terhadap kejadian keputihan patologis pada mahasiswi fakultas kedokteran universitas mulawarman. 2



1.3.2



Tujuan Khusus



1. Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kejadian keputihan patologis pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2. Mengetahui hubungan perilaku personal pada kebersihan genital terhadap kejadian keputihan



patologis



pada



mahasiswi



Fakultas



Kedokteran



Universitas



Mulawarman. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi tenaga kesehatan dan mahasiswa mengenai hubungan pengetahuan dan perilaku personal pada kebersihan genital terhadap kejadian keputihan patologis. 1.4.2 Manfaat Ilmiah 1. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku kebersihan genitalia pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama ilmu obstetri dan ginekologi. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3 Manfaat bagi Peneliti 1. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Sebagai sarana memperluas wawasan tentang hubungan pengetahuan dan perilaku personal pada kebersihan genital terhadap kejadian keputihan patologis. 3. Sebagai pemenuhan syarat tugas akhir dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran (S. Ked).



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Organ Reproduksi Wanita 2.1.1 Organ Reproduksi Luar 1. Mons Pubis Mons pubis adalah bantalan berlemak yang terletak diatas permukaan anterior simfisis pubis (Cunningham, 2014). 2. Labium Majus Secara embriologis, labium majus homolog dengan skrotum pada pria. Pada perempuan, bentuk struktur ini bervariasi, sesuai dengan jumlah kandungan lemaknya. Labium majus memiliki ukuran dengan panjang 7-8 cm, kedalaman 2-3 cm, dan ketebalan 1-1,5 cm. Pada bagian superior, labium majus menyatu secara langsung dengan mons pubis, dan ligamen bulat berakhir di batas atasnya. Pada bagian posterior, labium majus meruncing dan menyatu di daerah perineum membentuk komisura posterior. Permukaan labium majus ditutupi oleh rambut. Selain itu, terdapat banyak kelenjar apokrin dan sebasea (Cunningham, 2014). 3. Labium Minus Secara embriologis, labium minus homolog dengan bagian ventral penis. Labium minus merupakan lipatan tipis yang terletak medial dari labium majus. Labium minus meluas ke superior, yang masing-masing terbagi menjadi dua lamela. Kedua bagian yang di bawah menyatu membentuk frenulum klitoridis, dan kedua bagian yang di atas menyatu membentuk prepusium klitoridis (Cunningham, 2014). 4. Klitoris Klitoris merupakan organ erotis utama pada perempuan. Klitoris terdapat di bawah preputium klitoridis dan di atas uretra. Klitoris memanjang ke bawah di antara lipatanlipatan labium minus dan ujungnya masuk ke bawah dan ke dalam menuju ostium vaginae. Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm dan terdiri dari glans, korpus, dan dua krura. Diameter glans biasanya kurang dari 0,5 cm, terdiri dari sel-sel berbentuk gelendong, dan dilapisi oleh epitel gepeng berlapis yang kaya akan persarafan (Cunningham, 2014). 5. Vestibulum Vagina Vestibulum vagina merupakan struktur genitalia eksterna wanita yang matang secara fungsional, berasal dari membran urogenital embrionik. Pada wanita dewasa, merupakan daerah berbentuk almond yang dibatasi oleh garis Hart di sebelah lateral, permukaan luar hymen disebelah medial, frenulum klitoridis di anterior, dan fourchette di 4



posterior. Pada vestibulum vagina biasanya terdapat enam ostium yaitu uretra, vagina, dua duktus kelenjar bartholin, dan dua duktur kelenjar Skene (Cunningham, 2014). 6. Perineum Perineum terletak antara vulva dan anus dengan panjang rata-rata 4 cm. Perineum merupakan daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum meregang pada saat persalinan untuk memperbesar jalan lahiran dan mencegah robekan (Cunningham, 2014).



(Sherwood, 2014) Gambar 2.1 Anatomi Organ Reproduksi Wanita 2.1.2 Organ Reproduksi Dalam 1. Ovarium Ovarium adalah organ yang bentuknya hampir seperti buah almond atau biasanya disebut almond shaped. Permukaan ovarium biasanya tidak teratur. Saat lahir, ovarium memiliki 2-3 juta folikel. Perkembangan sebagian besar folikel tersebut tidak sempurna dan mengalami regresi sebelum pubertas, meski jumlah yang tersisa cukup banyak untuk mempunyai anak. Ovarium berfungsi sebagai tempat perkembangan dan pengeluaran ovum serta sintesis dan sekresi hormon steroid (Andrews, 2014). 2. Tuba Falopii Terdapat dua buah tuba falopii dalam tubuh seorang wanita. Tuba fallopi disebut juga oviduk. Dua tuba falopii menyatu dengan uterus tepat dibawah fundus, atau bagian atas uterus. Masing-masing tuba memiliki panjang 10-14 cm dan memiliki pintu menuju struktur berbentuk corong kecil dengan ujung menyerupai jari, yaitu infundibulum. Setiap infundibulum mempunyai juluran mirip dengan jari-jari disebut fimbrae yang berfungsi 5



untuk menangkap ovum saat terjadi ovulasi. Fungsi tuba falopii adalah membawa ovum yang sudah dibuahi melalui 3 bagian tuba, yaitu: - Ampula (fertilisasi biasanya terjadi di bagian ini); - Ismus; - Bagian interstisial, tempat tuba bergabung dengan kornu uterus (Andrews, 2014). 3.



Uterus Uterus adalah organ muscular yang sebagian ditutupi oleh peritoneum atau serosa.



Permukaan rongga uterus dilapisi oleh endometrium. Bentuk uterus mirip dengan buah pir pipih dan terdiri atas dua bagian utama yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Pada wanita yang tidak hamil, uterus terletak di rongga panggul antara kandung kemih di sebelah anterior dan rectum disebelah posterior. Bagian inferior yaitu serviks menonjol ke dalam vagina. Uterus memiliki tiga lapisan yang berbeda, yaitu endometrium, miometrium dan peritoneum (Andrews, 2014). 4. Serviks Serviks terletak sebagian di atas vagina dan sebagian lagi di dalam vagina. Panjang serviks kira-kira 2-3 cm dan memiliki pintu di uterus yang di sebut ismus serviks atau ostium uteri internum. Saluran endoserviks dilapisi oleh epitel kolumnar dan menghubungkan antara ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum. Serviks mengalami perubahan bersiklus yang sama dengan uterus, tetapi mukosa endoserviks relatif lebih tipis dibanding mukosa endometrium dan tidak meluruh. Kelenjar serviks menyekresi mukus yang lebih sedikit setelah menstruasi dan banyak saat ovulasi dan menebal setelah ovulasi (Andrews, 2014). 5. Vagina Vagina merupakan struktur tubular yang menghubungkan uterus dengan genitalia eksterna. Bagian atas vagina berasal dari duktus mulleri, bagian bawah terbentuk dari sinus urogenitalis. Pada bagian anterior, vagina berkontak dengan kandung kemih dan uretra, dipisahkan oleh jaringan ikat yang sering disebut sebagai septum vesikovaginal. Pada bagian posterior terdapat jaringan serupa yang membentuk septum rektovaginal. Seperempat atas vagina dipisahkan dari rektum oleh kantong rekto-uterus, juga disebut dengan cul-de-sac Douglas. Panjang vagina cukup bervariasi, tetapi umumnya dinding vagina anterior dan posterior panjangnya berturut-turut 6-8 cm dan 7-10 cm. Ujung atas vagina adalah tempat berakhirnya bagian bawah serviks uterus yang menonjol. Bagian vagina ini dibagi menjadi forniks anterior, forniks posterior, forniks lateralis (Cunningham, 2014). 6



2.2 Keputihan (Fluor Albus) 2.2.1 Definisi Keputihan Keputihan (leukorea, flour albus) ialah nama gejala awal suatu penyakit yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Keputihan merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik; adanya gejala ini diketahui penderita karena terdapatnya sekret yang mengotori celananya (Prawirohardjo, 2014). Secara alami, vagina akan mengeluarkan cairan yang salah satu diantaranya berguna untuk membuat vagina tetap lembab. Namun, oleh beberapa kemungkinan misalnya adanya bakteri, cairan akan meningkat dan akan menimbulkan gangguan yang membuat vagina tidak nyaman. Cairan yang kental dan lengket bisa muncul sedemikian banyak hingga membuat celana dalam wanita menjadi basah (Irianto, 2014). 2.2.2 Klasifikasi Keputihan Menurut (Irianto, 2014), keputihan dapat bersifat fisiologis atau patologis. 1. Keputihan Fisiologis Keputihan fisiologis biasanya terjadi pada masa subur serta sebelum dan sesudah haid. Normalnya bagi wanita yang sehat cairan ini berwarna bening dengan jumlah yang normal dan tidak membuat celana dalam basah serta tidak berbau. 2. Keputihan Patologis Keputihan patogis merupakan keputihan yang disebabkan infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau akibat keganasan penyakit tertentu. Infeksi pada vagina bisa disebabkan oleh jamur, bakteri, parasit atau virus. Keputihan patologis biasanya berwarna seperti susu atau hijau kekuningan atau bercampur darah jika keputihan sudah menjadi penyakit. Bila sudah menjadi penyakit biasanya keputihan patologis menyebabkan gatal pada daerah vagina, berbau dan menyebabkan rasa tidak nyaman. 2.2.3 Etiologi Keputihan Menurut (Monalisa et al., 2012), penyebab keputihan yang bersifat fisiologis ialah: 1.



Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.



2.



Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.



3.



Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina.



7



4.



Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim.



5.



Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat sehingga menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah bakteri masuk ke rongga uterus.



6.



Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasepsi.



Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan kejadian keputihan patologis adalah : 1. Jamur Golongan jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah Candida albicans. Cairannya berwarna putih kental, bergumpal seperti keju, berbau agak keras, kadang ada rasa nyeri saat bersenggama, edematosa disertai rasa sangat gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Pada saat dilakukan pemeriksaan klinis biasanya akan dijumpai erosi akibat garukan karena rasa gatal (Cunningham, 2014). 2. Parasit Jenis parasit yang dapat menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis. Parasit ini ditularkan terutama lewat hubungan sex, sehingga termasuk salah satu dalam Penyakit Menular Seksual (PMS). Dapat pula ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti handuk atau bibir kloset yang sudah terkontaminasi. Ciri-cirinya ialah keputihan sangat kental, berbusa berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir (Cunningham, 2014). 3. Bakteri a. Grandnerella Sebagian besar wanita yang mengalami infeksi vagina bakterial oleh bakteri ini tidak mengalami gejala-gejala. Infeksi kuman ini menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik. Bakteri ini mengisi penuh sel epitel vagina membentuk khas clue cell. Bakteri ini mengubah asam amino menjadi senyawa amin. Keputihan yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya encer, berwarna putih keabuan, berbuih, dan berbau amis (Cunningham, 2014). b. Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit Gonorrhea. Bakteri gonococcus yang purulen memiliki silia yang dapat menempel pada jaringan mukosa vagina dan sel epithel uretra. Penyebaran infeksi bakteri ini sangat cepat, sehingga pada hari ke tiga bakteri tersebut 8



sudah dapat menyebar mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan menyebabkan reaksi radang (Cunningham, 2014). c. Chlamydia trachomatis Chlamydia trachomatis merupakan organisme intraselular obligat. Pada manusia bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk mukosa serviks. Infeksi oleh kuman ini menyebabkan produksi mukus dalam jumlah besar. Penyakit yang paling sering disebabkan oleh bakteri ini adalah penyakit mata trakhoma (Cunningham, 2014). d. Treponema Pallidum Bakteri ini sifatnya bergerak aktif dan berbentuk spiral. Infeksi yang paling sering disebabkan oleh bakteri ini adalah sifilis (Cunningham, 2014). 4.



Virus. Keputihan akibat infeksi virus juga sering disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Papilloma virus ini menyebabkan infeksi pada kulit dan mukosa, menimbulkan terbentuknya kutil pada anogenital dan menyebabkan beberapa kanker seperti kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui kontak seksual. Virus ini juga menyebabkan pengeluaran cairan yang berbau dan disertai gatal (Cunningham, 2014).



2.2.4 Patogenesis Keputihan Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacillus sp sebagai flora normal dan proliferasi sel epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Hal-hal yang dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen, yang kemudian glikogen ini akan dimanfaatkan oleh Lactobacillus sp dalam keadaan normal untuk pertumbuhannya, dan hasil metabolisme dari flora normal ini adalah asam laktat. Suasana yang ditimbulkan asam laktat ini akan menyuburkan pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp dan Corynebacteria acidogenic, juga bersifat patogen terhadap bakteri lain. Pada kondisi inilah pH vagina dipertahankan sekitar 3,5 – 4,5 (Herawati, S et al., 2006).



9



2.2.5 Gejala Keputihan Menurut (Monalisa et al., 2012) gejala keputihan yang timbul menurut penyebab infeksinya ialah : 1.



Trikomonas vaginalis Pasien dapat secara total tidak memiliki gejala/asimtomatik atau diikuti dengan pengeluaran cairan vagina yang berlebih, warna kuning kehijauan, berbusa, berbau busuk dan dapat disertai dengan pruritis vulva.



2.



Candida albicans Berwarna putih, berbau atau tidak berbau, bergumpal seperti keju, terkadang disertai rasa terbakar, disuria dan dispareunia.



3.



Gardnerella vaginalis Sekret keruh, encer, homogen, berwarna putih abu-abu hingga kekuningan dan bau busuk atau amis.



4.



Neisseria gonorrhoeae Sekret purulen, tipis dan agak berbau. Selain itu, terkadang disertai keluhan disuria dan dispareunia.



5.



Chlamydia trachomatis Memiliki karakteristik eksudat yang purulen atau mukopurulen yang terlihat pada endoserviks dan serviks yang rapuh terdapat pula perdarahan ringan setelah koitus.



2.2.6 Penegakan Diagnosis 1. Tes Laboratorium (Monalisa et al., 2012): a. Pemeriksaan spesimen basah (0,9% Nacl) Pemeriksaan ini dengan menggunakan swab pada sekret vagina yang di ambil dari forniks posterior di campur dengan tetesan larutan Nacl yang di goreskan pada objek glass. Pemeriksaan mikroskopis pada preparat spesimen basah untuk melihat pergerakan trikomonas, leukosit PMN, dan epitel vagina. Pemeriksaan spesimen ini tidak dapat ditunda, karena ketika spesimen sudah kering maka akan mengalami perubahan pada hasil pembacaan dimana Tricomonas vaginalis kehilangan pergerakannya saat preparat kering dan menyebabkan kesulitan untuk membedakan dari leukosit.



10



b.



Pemeriksaan dengan KOH 10% Penambahan KOH pada preparat untuk menghancurkan sel epitel dan membuat



hifa lebih terlihat dan blastospora juga dapat terlihat. Jika di temukan ≥1 hifa atau pseudohifa



blastopora



maka



dikatakan



positif



mengalami



vulvovaginalis



kandidiasis. c. Pewarnaan gram Untuk membuat sediaan ini diambil sediaan apus dari serviks dan vagina. Pada pewarnaan gram yang diperiksa adalah jumlah leukosit PMN, pseudohifa dan blastospora, diplokokus intraseluler gram negatif. Pada apusan serviks, jika diperoleh >1 PMN mengandung diplococcus gram negatif dikatakan (+) infeksi gonococcus. Swab sekret vagina dikatakan positif apabila ditemukan (+) pseudohifa atau blastospora, dan dikatakan vaginosis bakterialis apabila ditemukan morphotipe untuk laktobasil. 2. Whiff test Pada pemeriksaan ini yang dicari adalah bau amis atau terdeteksinya bau amina yang terdeteksi setelah penambahan 10% KOH ke vaginal discharge (Monalisa et al., 2012). 3. Pemeriksaan pH vagina Cairan vagina di ambil pada bagian lateral menggunakan kertas indikator pH, pada saat pengambilan harus berhati-hati untuk menghindari kontak dengan mukosa serviks yang memiliki pH yang tinggi (Monalisa et al., 2012). 4. Inspeksi Kultur Bakteri (Bacterial Culture Inspection) Untuk melihat bakteri aerob dan anaerob sebagai penyabab infeksi (Monalisa et al., 2012). 5. Polymerase Chain Reaction (PCR) Digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi (Monalisa et al., 2012).



11



2.2.7 Pengobatan Keputihan Penatalaksanaan



keputihan sebaiknya



dilakukan sedini mungkin untuk



menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa sekret encer, bewarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk (Monalisa et al., 2012). Obat-obat yang digunakan berdasarkan etiologi Fluor albus (Rusdi et al., 2008) : 1.



Untuk Candidiasis vaginalis secara umum obat yang banyak digunakan adalah flukonazol. Pada bagian Obgyn, biasanya obat yang digunakan ialah flukonazol, klindamisin, nistatin, doksisiklin, dan ketokonazol.



2.



Pada Vaginosis bakterialis secara umum obat yang banyak digunakan adalah metronidazol dan klindamisin.



3.



Pada Trikomoniasis vaginalis, obat yang digunakan adalah azitromisin dan metronidazol.



4.



Pada Gonore (GO), obat yang digunakan adalah cefixime. Cefixime merupakan obat alternatif pada GO, tetapi merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporin yang dapat diberikan secara oral yaitu 1 x 400 mg. Obat ini juga sesuai dengan pengobatan yang dianjurkan untuk GO yaitu obat dengan dosis tunggal.



2.2.8 Pencegahan Keputihan Menjaga kebersihan organ genitalia dan sekitarnya merupakan salah satu upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan: 1. Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, waktu istirahat yang cukup, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan stress, dan menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. 2. Jika sudah memiliki pasangan, setialah terhadap satu pasangannya. 3. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan tetap kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat dan tidak ketat. Biasakan mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah perkembangbiakan bakteri. 4. Memperhatikan pakaian diantaranya dengan mengganti celana dalam yang dipakai bila sudah terasa lembab dengan yang kering dan bersih, menggunakan pakaian



12



dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga. 5.



Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang setiap buang air kecil ataupun buang air besar.



6.



Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina. Jika perlu, sebelum menggunakan cairan pembersih vagina, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter.



7.



Hindari penggunaan sabun dengan pewangi pada daerah genitalia (vagina) karena dapat mengakibatkan iritasi.



8.



Bila menggunakan kamar mandi umum terutama kloset duduk harus hati-hati, hindari duduk di atas kloset atau dengan mengelapnya terlebih dahulu.



9.



Jangan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi keputihan, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu (Kusmiran, 2011).



2.2.9 Komplikasi Keputihan patologis yang berlangsung terus-menerus akan menganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya pada bagian saluran indung telur dan dapat menyebabkan infertlitias. Pada ibu hamil, keputihan dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK), dan kelainan kongenital (Marhaeni, 2016). 2.2.10 Prognosis Pengobatan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin karena keputihan akan sulit diobati jika sudah kronis dan berlangsung lama. Selain itu jika dibiarkan keputihan bisa menyebar hingga ke rongga rahim lalu ke saluran indung telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya ke dalam rongga panggul. Keputihan kronis yang terjadi bertahun-tahun kerap menyebabkan wanita menjadi mandul bahkan bisa berakibat kematian. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa keputihan merupakan gejala awal dari kanker mulut rahim (Irianto, 2014).



13



2.3 Pengetahuan 2.3.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2003). 2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Budiman & Riyanto (2014) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan pada seseorang, antara lain: 1. Pendidikan Pendidikan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun, perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengatahuan rendah pula. 2. Informasi/media massa Informasi didefinisikan sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program, komputer dan basis data. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. 3. Sosial, budaya, dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang. 14



4. Lingkungan Segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman & Riyanto, 2014). 2.3.3 Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan yang termasuk dalam domain kognitif mempunyai tingkat pengetahuan, yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).



15



4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis



menunjukkan



pada



suatu



kemampuan



untuk



meletakkan



atau



menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2012). 2.3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan Arikunto (2006) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan kategori Baik



: Hasil presentase 75%-100%



2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup



: Hasil presentase 56%-74%



3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang : Hasil presentase 50% 2. Tingkat pengetahuan kategori Buruk jika nilainya 75% dan 2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya 0,444 pada 20 pernyataan untuk pengetahuan keputihan dan 15 pernyataan untuk perilaku personal kebersihan genitalia. Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan hasil 0,758 untuk pengetahuan tentang keputihan dan hasil 0,729 untuk perilaku personal kebersihan genitalia. 4.6 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu : 4.6.1 Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku kebersihan genital pada responden. 4.6.2 Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian keputihan patologis pada responden. 22



4.7 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Berdasarkan variabel penelitian yang telah ditetapkan, definisi operasional pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut. 1. Pengetahuan tentang keputihan Definisi operasional: Pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman mengenai keputihan yang diketahui melalui kuesioner. Cara ukur



: Pengisian kuesioner B pengetahuan mengenai keputihan



Alat ukur



: Kuesioner B yang terdiri dari 1-20 pernyataan



Kriteria objektif :  Baik



: bila subjek menjawab >10 dari 20 pertanyaan dengan benar



 Buruk



: bila subjek menjawab