Skripsi Gelora Fix (Repaired) 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. DATA PRIBADI a. Nama



: Gelora Yanti Br Tarigan



b. NIM



: 1173111033



c. Tempat/Tanggal Lahir



: Kuta Tengah, 02 Agustus 1998



d. Jenis Kelamin



: Perempuan



e. Status



: Mahasiswa



f. No. HP



: 085831010447



g. Agama



: Katolik



h. Alamat



: Desa Kuta Tengah, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Deli Serdang



II. DATA ORANG TUA a. Nama Ayah



: Robinson Tarigan (+)



b. Nama Ibu



: Seri Mina Br Ginting



c. Pekerjaan Orangtua Ayah



: -



Ibu



: Petani



d. Alamat



: Desa Kuta Tengah, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Deli Serdang



III. RIWAYAT PENDIDIKAN No.



Jenjang Pendidikan



Tahun



1.



SD Negeri 102001 Gunung Meriah



2005 - 2011



2.



SMP Negeri 1 Gunung Meriah



2011 - 2014



3.



SMA Negeri 1 Gunung Meriah



2014 - 2017



ABSTRAK GELORA YANTI BR TARIGAN (1173111033). PERSEPSI GURU TENTANG MODEL MAKE A-MATCH DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SD NEGERI SE-KECAMATAN GUNUNG MERIAH T.A 2020/2021. Skripsi Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2021. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu 1) Bagaimana Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri SeKecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021?, 2) Apakah Guru SD Negeri SeKecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021 sudah menerapkan Model Make A-Match? Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui 1) Untuk mengetahui Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. 2) Untuk mengetahui Apakah Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021 sudah menerapkan Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik? Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh guru kelas SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah yang terdiri dari 6 sekolah sebanyak 36 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesinoner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dari perolehan skor dari kuesioner yang disebarkan diperoleh nilai bahwa persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan “baik” dengan rata-rata perolehan skor jawaban kuesioner yaitu 4,2. 2) Berdasarkan indikator kognitif dapat disimpulkan bahwa 26,18% sangat setuju dan 62,37% setuju artinya guru memiliki pengetahuan yang tinggi tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. 3) Berdasarkan indikator afektif dapat disimpulkan bahwa 31,94% sangat setuju dan 55,36% setuju artinya guru memiliki sikap atau keyakinan yang sedang mengenai model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. 4) Berdasarkan indikator konatif dapat disimpulkan bahwa 26,18% sangat setuju dan 63,88% setuju artinya guru memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menerapkan model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah. Dengan demikian, disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi guru memiliki persepsi yang baik tentang model pembelajaran Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dapat diterima. Kata Kunci: Model Make A-Match, Pembelajaran Tematik



i



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat kasih dan rahmatnya yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi yang peneliti selesaikan ini berjudul “Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri SeKecamatan Gunung Meriah T.A 2021/2021” Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, peneliti banyak menemukan kendala, namun dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan tulus yang diberikan, baik bersifat moril maupun material dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan moril, material maupun doa dalam penulisan Skripsi ini, terkhusus kepada: 1. Bapak Dr. Syamsul Gultom S.KM., M.Kes selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Yusnadi, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 3. Ibu Nani Barorah Nasution, S.Psi., M.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.



ii



iii



4. Ibu Dr. Zuraidah Lubis, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Umum Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.. 5. Ibu Kamtini, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ilmu Pendidikan. 6. Bapak Dr. Irsan, M.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 7. Ibu Elvi Mailani, S.Si., M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Medan. 8. Bapak Drs. Arifin Siregar M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 9. Bapak Drs. Wesly Silalahi, M.Pd selaku Dosen pembimbing akademik peneliti sekaligus Dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam perbaikan skripsi peneliti, Bapak Drs. Daitin Tarigan, M.Pd., selaku Dosen Penguji II dan Bapak Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji III yang juga telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 10. Ibu Lala Jelita Ananda, S.Pd., M.Pd selaku validator ahli materi dan Ibu Masta Marselina Sembiring, S.Pd.,M.Pd selaku validator ahli tata bahasa yang telah memberikan Ilmu dan bantuannya kepada peneliti dalam penyusunan instrumen penelitian.



iv



11. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan, khususnya Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan yang telah menyumbangkan ilmu kepada peneliti yang tentunya sangat berguna untuk masa depan peneliti. 12. Seluruh Bapak/Ibu Staf, Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan atas kerjasama dan bantuannya kepada peneliti terutama dalam urusan surat-menyurat. 13. Seluruh Bapak/Ibu Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Seluruh Bapak/Ibu Staff Digital Library Universitas Negeri Medan atas kerjasama dan bantuan kepada peneliti dalam menyediaakan buku-buku untuk kepentingan dalam penyelesaikan Skripsi. 14. Ibu Masnauli Br Saragih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 102001 Gunung Meriah, Ibu Meslina Saragih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 102002 Gunung Paribuan, Bapak Juli Perangin-angin, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 102003 Gunung Meriah, Bapak Amin, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 106847 Ujung Meriah, Bapak Mekat Tarigan, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 104289 Gunung Sinembah, dan Ibu Marianna Purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 108029 Huta Bayu yang telah menerima dan mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di setiap sekolah SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah dan seluruh guru Kelas SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah yang telah membantu peneliti selama kegiatan penelitian skripsi tersebut.



v



15. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua, Ayah tercinta Robinson Tarigan (+) yang tidak sempat mendampingi putri kecilnya menyelesaikan studinya dan Ibunda tercinta Serimina Br. Ginting yang telah memberikan doa yang tulus, motivasi yang tiada hentinya serta selalu sabar dan ikhlas serta dukungan baik materil maupun moril yang takkan bisa terbalaskan sampai kapanpun, serta kasih sayang yang tiada hentinya agar peneliti dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. 16. Keluarga Abangku tersayang Alek Sius Tarigan dan Edaku Lusiana Sijabat yang selalu memberikan doa,dukungan dan semangat bagi peneliti untuk menyelesaikan studi. 17. Abangku Agustinus Tarigan yang selalu mendukung peneliti dalam setiap usaha untuk menyelesaikan studi dan Permenku tercinta dan tersayang Jenia Hileria Br Tarigan dan Venilisia Br Tarigan yang selalu memberikan semangat kepada peneliti. 18. Keluarga besar UK-KMK ST. MARTINUS UNIMED yang telah memberikan doa dan dukungan kepada peneliti. 19. Sahabat-sahabat teristimewa Bernawati Panjaitan S.Pd sekaligus teman kos wisma lambok terbaik, Anisa Finina Ambarita, Fabiola Malau, Ebi Sara Munte, Erahati Sinabutar, S.Pd dan Ainun Sidauruk. Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan, yang memberikan semangat, motivasi, doa dan dukungannya kepada peneliti. 20. Sahabat-sahabat tersayang kos Wisma Lambok Pepriando Sitanggang, S.Pd, Jeni Oktaviani Pardosi, S.Pd, Daniati Sianipar, S.Pd, adek Yohana Putri Rosari Hutabarat, dan Adek Nadia Sidauruk. yang telah memberikan



vi



doa dan dukungan. Terimakasih telah menjadi penyemangat, teman berjuang dan inspirasi bagi peneliti dalam menjalankan studi dan skripsi ini. 21. Teman-teman satu bimbingan skripsi peneliti yang selalu memberikan dukungan dalam proses pengerjaan skripsi. 22. Keluarga Besar Kelas D Reguler Prodi PGSD Stambuk 2017 yang telah membantu dan menjadi teman selama menjalankan perkuliahan. 23. Seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa, motivasi dan dukungannya. Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin, namun peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti terima dengan senang hati. Kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat untuk orang lain maupun bidang pendidikan. Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih.



Medan, 30 Juni 2021 Peneliti



Gelora Yanti Br Tarigan NIM. 1173111033



DAFTAR ISI ABSTRAK...............................................................................................................i .......................................................................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................vi DAFTAR TABEL.................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi



BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1 1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................8 1.3 Batasan Masalah................................................................................................8 1.4 Rumusan Masalah .............................................................................................8 1.5 Tujuan Penelitian ..............................................................................................9 1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11 2.1 Kerangka Teori ................................................................................................11 2.1.1 Pengertian Persepsi.......................................................................................11 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi..................................................12 2.1.3 Pengertian Guru............................................................................................12 2.1.4 Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).................................13 2.1.5 Pengertian Belajar.........................................................................................15 2.1.6 Pengertian Pembelajaran ..............................................................................16 2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran......................................18



vi



2.1.8 Pengertian Kurikulum 2013..........................................................................19 2.1.9 Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013............................20 2.1.10 Pengertian Pembelajaran Tematik ..............................................................22 2.1.11 Karakteristik Pembelajaran Tematik ..........................................................23 2.1.12 Tujuan Pembelajaran Tematik ...................................................................24 2.1.13 Pengertian Model Pembelajaran................................................................25 2.1.14 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif..............................................26 2.1.15 Model-Model Pembelajaran Kooperatif.....................................................27 2.1.16 Model Pembelajaran Make A-Match .........................................................28 2.1.17 Tujuan dan langkah–langkah Model Make A-Match..................................29 2.1.18 Kelebihan dan Kelemahan Model Make A Match......................................32 2.2 Penelitian Relevan ...........................................................................................33 2.3 Kerangka Berpikir ...........................................................................................35 2.4 Hipotesis Penelitian..........................................................................................37



BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................38 3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................38 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................38 3.2.1 Tempat Penelitian..........................................................................................38 3.2.2 Waktu Penelitian...........................................................................................39 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................39 3.3.1 Populasi.........................................................................................................39 3.3.2 Sampel...........................................................................................................40 3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian.................................................................40 3.5 Variabel Penelitian...........................................................................................41 3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data.......................................................42



vii



3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................45 3.8 Jadwal Penelitian..............................................................................................47



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................49 4.1.1 Hasil Penelitian.............................................................................................49 4.1.1 Pemaparan Data Nilai Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik..................................................................................49 4.1.2 Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik..................................................................................55 4.1.3 Persentase Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik...................................................................................59 4.1.4Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Afektif..................................62 4.1.5 Persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik Berdasarkan Indikator Kognitif.......................................................64 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................................68



BAB V PENUTUP................................................................................................74 5.1 Kesimpulan.....................................................................................................74 5.2 Saran ..............................................................................................................75



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................76



viii



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Populasi Penelitian.................................................................................39 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik..................................................................................43 Tabel 3.3 Persentase Perdikat Kategori.................................................................47 Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian Pada Tahun 2021.......................................48 Tabel 4.1 Rekap Nilai Angket Guru .....................................................................49 Tabel 4.2 Daftar Distribusi Hasil Persepsi Guru Tentang Model Make A-Macth Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................51 Tabel 4.3 Tabulasi Nilai Item Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................51 Tabel 4.4 Persentase Predikat Kategori..................................................................56 Tabel 4.5 Tabulasi Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik..................................................................................56 Tabel 4.6 Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik ......................................................................59 Tabel 4.7Persentase Indikator Afektif Persepsi Guru Tentang Model Make AMatch Dalam Pembelajaran Tematik...........................................................62 Tabel 4.8 Distribusi Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make AMatch Dalam Proses Pembelajaran Tematik................................................65 Tabel 4.9 Tabulasi Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................67



ix



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir..................................................................36 Gambar 4.1 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Secara Keseluruhan.................................................58 Gambar 4.2 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Kognitif.......................................61 Gambar 4.3 Diagram Persepsi Guru Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Afektif...............................................................64 Gambar 4.4 Diagram Persepsi Guru Tentang model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Konatif........................................67



x



DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Wawancara Awal Sebelum Penelitian ...............................................80 Lampiran 2 Angket Penelitian...............................................................................82 Lampiran 3 Rekapitulasi Data Persepsi Guru........................................................86 Lampiran 4 Daftar Nama Guru..............................................................................87 Lampiran 4 Fota Kegiatan......................................................................................88



xi



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan



adalah



usaha



yang



dilakukan



manusia



untuk



dapat



mengembangakan semua potensi yang ada dalam dirinya. Menurut Wijaya dan Amiruddin (2019:24) “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaan serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan hidupnya secara mandiri.”



Dalam Undang-Undang Nomor 20



Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan memiliki tujuan untuk memajukan orang-orang dalam suatu bangsa. Tujuan pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting di dalam menjalankan pendidikan, karena tujuan pendidikan adalah arah yang hendak dicapai atau di tuju pendidikan. Adapun tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang



1



mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tercapainya tujuan pendidikan sangat bergantung dengan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah maupun kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di luar sekolah. Dengan pendidikan diharapkan dapat menciptakan manusia berkualitas yang memiliki kedewasaan, baik kecerdasan intelektual, sosial maupun kedewasaan moral sekaligus memiliki daya saing dalam menghadapi kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan itu, Ahmadi (2014:38) menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensi dirinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan ruhani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya”. Pendidikan tidak dapat terlepas dari sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat guru, peserta didik, tujuan dan isi pembelajaran, metode atau model serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung dan menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Keberhasilan proses belajar mengajar juga didukung oleh adanya kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman harus seragam agar tidak terjadi perbedaan tujuan, isi dan bahan pelajaran antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain sehingga diberlakukan kurikulum yang sifatnya nasional. Kurikulum menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga keberadaan kurikulum perlu dipahami secara utuh oleh segenap pelaku pendidikan. Pentingnya kurikulum 2



dikarenakan acuan utama dalam menjalankan proses pendidikan yang ada di sekolah. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013. Diberlakukannya kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan insan yang produktif, aktif, inovatif, dan efektif. Kurikulum 2013 menjadi penyempurnaan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (19) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di SD menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran



tematik



terpadu



adalah



pembelajaran



yang



menggunakan tema dalam pembelajaran yang materinya saling berkaitan atau dalam bidang kajian yang serumpun yang dapat memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Menurut Rusman (2015:139) bahwa “Pembelajaran Tematik terpadu adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh”. Selanjutnya menurut Rusman (2010:254) “Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan 3



secara holistik, bermakna, dan autentik”. Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana dijelaskan Sukami (dalam Prastowo 2019:14) sebagai berikut; “pertama, pembelajaran berpusat pada siswa; kedua, menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan; ketiga, belajar melalui pengalaman; keempat, lebih mementingkan proses daripada hasil semata; dan kelima, sarat dengan muatan keterkaitan”. Dalam pembelajaran tematik



guru harus dapat menerapkan model



pembelajaran yang tepat dan bervariasi agar proses pembelajaran dapat diterima peserta didik dengan baik.



Model pembelajaran merupakan suatu kerangka



konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Joyce & Weil (dalam Fathurrohman, 2015:30)



mendefinisikan “Model pembelajaran adalah suatu



perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran”.



Namun pada kenyataannya,



dalam proses pembelajaran tematik masih banyak guru belum menerapkan model pembelajaran bervariasi sehingga siswa cenderung bosan dalam mengikuti pembelajaran serta



masih banyak menerapkan metode ceramah yang hanya



menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan penugasan tanpa melihat apakah siswa telah memahami materi pembelajaran, penggunaan metode ceramah juga menyebabkan peserta didik menjadi pasif.



4



Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu kepala sekolah SD Negeri 102003 Gunung Meriah, Kecamatan Gunung Meriah pada Senin 01 Februari 2021, yaitu dengan Bapak Juli Perangin-angin, S.Pd dan dari hasil pengamatan secara umum yang di lihat peneliti di SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah diantaranya; 1) Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran ceramah dalam pembelajaran, 2) Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan guru, 3) dengan model pembelajaran ceramah peserta didik pasif dalam mengikuti pembelajaran, 4) peserta didik mudah merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 5) dan peserta didik sulit memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik, guru dituntut untuk bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai. Namun pada kenyataannya pelaksanaan memilih model pembelajaran masih berpola pada paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru dan belum berpusat pada siswa sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Tugas guru bukan sekedar mengajarkan ilmu semata kepada siswa, tetapi dapat membantu siswa dalam belajar. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran hendaklah guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan berbagai bentuk kegiatan yang menarik dalam pembelajarannya, seperti memberikan kesempatan pada siswa untuk mengadakan diskusi kelompok guna untuk saling berbagi informasi yang diketahui di dalam kelompok.



5



Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menganggap perlu diadakan suatu upaya penerapan model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran tematik dapat tercapai dengan baik. Adapun model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match adalah suatu permainan dengan cara bekerjasama antara 2 anak atau lebih dengan sistem mencari pasangan yang tepat dari soal dan jawaban yang ada, model pembelajaran ini dapat memberikan pelajaran kepada anak agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara bekerjasama dengan teman. Dengan adanya kerjasama antar teman dapat mengembangkan motivasi belajar pada anak. Komalasari (2010:85) menyatakan bahwa “model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang ditentukan”. Selanjutnya Miftahul Huda (2012:135) menyatakan, “Model Pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make AMatch siswa dapat bekerja dan saling bertukar pikiran di dalam kelompoknya. Berdasarkan



pendapat



Warsono



(2017:164)



yang



mengatakan



bahwa



“Pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam karakteristik dan latar belakang sosial siswa karena mampu



6



meningkatkan prestasi akademis siswa, baik bagi siswa yang berbakat, siswa yang kecakapannya rata-rata maupun mereka yang tergolong lambat”. Dalam hal ini untuk mengetahui manfaat model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran tematik maka dibutuhkan persepsi guru yang bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana tanggapan guru kelas tentang manfaat penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam proses pembelajaran tematik. Menurut Rakhmat (2011:50) “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses indera, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera”. Selanjutnya Menurut Karwono dan Mularsih (2017:34) “Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya yang berbeda dengan yang lain”. Persepsi guru yang diberikan merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa yang diketahui dan dikaitkan dengan pengalaman guru terhadap proses pembelajaran tematik yang telah dilakukan. Untuk itu berdasarkan persepsi guru, peneliti mempunyai keinginan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap model pembelajaran kooperatif Tipe Make A-Match dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar dengan memberikan angket atau kuesioner kepada guru dan menganalisis persepsi dari setiap guru. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terarik melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.”



7



1.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran ceramah dalam pembelajaran 2. Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan guru 3. Dengan model pembelajaran ceramah peserta didik pasif dalam mengikuti pembelajaran 4. Peserta didik mudah merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 5. Peserta didik sulit memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru.



1.2 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui persepsi guru hanya tentang model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu : 1.



Bagaimana



Persepsi



Guru



Tentang



Model



Make



A-Match



Dalam



Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021? 2.



Apakah Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021 sudah menerapkan Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik?



8



1.4 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.



Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



2.



Apakah guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021 sudah menerapkan Model Make A-Match.



1.5 Manfaat Penelitian Penelitian Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 ini diharapkan bermanfaat dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:



b. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, sumber pengetahuan, bahan kepustakaan atau bahan penelitian dalam dunia pendidikan selanjutnya, yaitu persepsi guru tentang model Make A-Match yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.



a. Manfaat Praktis: 1. Bagi Siswa Persepsi guru yang baik tentang penerapan model pembelajaran Make AMatch memberikan peluang bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman



9



belajar yang menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya terutama dalam menguasai materi pelajaran. 2. Bagi Guru Dapat dijadikan sebagai masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah. 3. Bagi Sekolah Sebagai tambahan wawasan dan sumbangan pemikiran yang berguna untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. 4. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menerapkan model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD. 5. Bagi Peneliti Lanjut Sebagai bahan referensi dan perbandingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang materi tersebut.



10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Kemauan seorang guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki guru tersebut terhadap model pembelajaran yang akan digunakan. Persepsi adalah tanggapan ataupun penilaian terhadap suatu objek



yang diterima seseorang melalui alat indra. Menurut



Sukendar (2017:39) mengemukakan bahwa “Persepsi adalah pandangan atau penilaian terhadap stimulus yang diterima”. Selanjutnya menurut Murtiadi (2015:28) “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Selanjutnya menurut Triatna (2015:34) “Persepsi merupakan sebuah proses kognisi yang dapat menghasilkan informasi tentang lingkungan yang ada disekitarnya. Persepsi juga diartikan sebagai suatu pandangan individu terhadap lingkungannya yang dipengaruhi oleh kepribadian dan karakteristik yang dimiliki seseorang dalam lingkungannya”. Selanjutnya menurut Widyastuti (2014:34) mengemukakan bahwa “Persepsi adalah suatu proses membuat penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat dalam lapangan penginderaan seseorang”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pandangan ataupun penilaian seseorang terhadap objek, peristiwa,



11



atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari hasil pengalaman yang ditangkap oleh alat indra orang tersebut.



2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi yang dimiliki seseorang terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun menurut Kulsum (2014:102) “Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain: 1) objek yang dipersepsikan, 2) alat indera, termasuk saraf dan pusat susunan syaraf, dan 3) perhatian”. Selanjutnya Menurut Bimo Walgito dalam Asrori (2020:52) bahwa persepsi mengandung tiga Indikator sebagai berikut: Persepsi mengandung tiga Indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu: 1) Indikator kognitif (Indikator perseptual), yaitu Indikator yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mempersepsi terhadap objek sikap. 2) Indikator afektif (Indikator emosional), yaitu indikator yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Indikator ini menunjukkan arah sikap yakni positif atau negatif. 3) Indikator konatif (Indikator perilaku atau action component) merupakan Indikator yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak atau berperilaku terhadap objek sikap. Indikator ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Berdasarkan pemaparan diatas di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi mengandung Indikator kognitif, Indikator afektif, dan juga Indikator konatif yang merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku.



2.1.3 Pengertian Guru .Guru merupakan pelaku kegiatan mengajar di sekolah. Menurut Buchari (2018:107) “Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan di lapangan. Guru merupakan pelaksana proses belajar-mengajar di sekolah, dan keberhasilan



12



pengajarannya sangat menentukan keberhasilan pendidikan pada umumnya”. Selanjutnya menurut U Shabbir (2015:221) “Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan profesi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal dan sistematis”. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan guru adalah profesi yang melaksanakan



proses



belajar-mengajar



di



sekolah,



dan



keberhasilan



pengajarannya sangat menentukan keberhasilan pendidikan.



2.1.4 Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, sehingga peran guru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Sardiman (2016:144-146) menyebutkan peran guru dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: 1)Informator; 2)Organisator; 3)Motivator; 4)Pengarah/director; 5)Inisiator; 6)Transmitter; 7)Fasilitator; 8)Mediator; dan 9)Evaluator. Maka dari itu guru hendaknya berinovasi dalam menciptakan proses pembelajaran termasuk dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Selanjutnya menurut Mally Maeliah (2012:173) Peranan guru dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1) Guru Sebagai Demonstrator. Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau



13



14



materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 2) Guru Sebagai Pengelola kelas. Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. 3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator. Guru sebagai Mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. 4) Guru Sebagai Evaluator. Pada dunia pendidikan, bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Dari pendapat diatas penulis dapat menyipulkan peran guru dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai demostrator, sebagai pengelola kelas, sebagai mediator, sebagai falisitator, sebagai informator, guru sebagai motivator,sebagai dan evaluator.



2.1.5 Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengetahuan yang baru hendaknya kita memiliki keinginan untuk terus belajar. Belajar merupakan cara kita untuk dapat menambah pengetahuan, mengembangkan diri dan memajukan cara berpikir. Untuk itu hendaknya dalam diri kita selalu timbul rasa kebutuhan untuk terus belajar. Menurut Rasyad dalam Sagala (2013:49) “Hendaknya timbul rasa kebutuhan akan belajar dalam diri, bahwa belajar itu perlu dan harus dilakukan untuk memperoleh sesuatu dengan memahami bagian dan hubungan antar bagian sehingga terjadi proses penguraian (analysis) dan pemaduan (sintesis)”. Kemudian menurut M. Thobroni (2015:15) “Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup”. Dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk



15



berhubungan dengan manusia lainnya dan juga dirinya sendiri. Belajar merupakan kegiatan



yang



dilaksanakan



manusia



sepanjang



hayatnya



untuk



dapat



mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemudian menurut Hamalik (2016:27) “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Menurut Sagala (2013:53) “Dapat dipahami bahwa perbuatan hasil belajar mungkin dapat dimanifestasikan dalam wujud 1) pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip hukum atau kaidah, prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya, 2) penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif, perilaku psikomotorik, dan 3) perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik”. Menurut Rusman (2017:76) menjelaskan bahwa “Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu”. Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak



16



dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi-potensi tersebut tidak akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku yang dilakukan dengan berbagai cara dan berlangsung sepanjang hayatnya.



2.1.6 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian yang penting dari sistem pendidikan. Bahkan tanpa pembelajaran tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Pembelajaran sangat erat hubungannya dengan proses belajar yang dilaksanakan di sekolah. Terdapat berbagai pandangan para ahli mengenai pembelajaran. Menurut Winkel dalam Sobry (2013:31) ”Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang



untuk



mendukung



proses



belajar



peserta



didik,



dengan



memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik”. Selanjutnya menurut Faryadi (2017:2)



mendefinisikan pembelajaran sebagai



berikut: Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku manusia karena adanya pengalaman atau masukan informasi. Hal ini dapat dianggap sebagai hasil. Selain itu juga dipandang sebagai suatu proses yang terlihat. Aspek pembelajaran yang paling penting adalah perubahan. Pembelajaran juga dicapai melalui eksperimen-eksperimen individu yang



17



memungkinkan pengetahuan masa lalu berintegrasi dengan pengetahuan saat ini untuk memunculkan pengetahuan baru. Sedangkan menurut Saefuddin dan Berdiati (2014:8) “Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian



aktivitas



yang



dilakukan



secara



sadar



oleh



seseorang



dan



mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru”.



Selanjutnya menurut Smith dalam Faryadi (2017:2)



“Pembelajaran dikaji lebih lanjut sebagai berikut: 1)Pembelajaran sebagai peningkatan kualitatif dalam pengetahuan. Pembelajaran adalah memperoleh informasi atau mengetahui banyak. 2)Pembelajaran sebagai menghafal. Pembelajaran adalah menyimpan informasi yang dapat direproduksi. 3)Pembelajaran sebagai memperoleh fakta, keterampilan, dan metode yang dapat disimpan dan digunakan bila diperlukan. 4)Pembelajaran sebagai proses memahami atau menggali makna. Pembelajaran menghubungkan bagian-bagian pokok persoalan satu dengan yang lain dan dengan dunia nyata. 5)Pembelajaran sebagai mengartikan dan mengerti realitas dengan cara yang berbeda. Pembelajaran memahami dunia dengan menafsirkan kembali pengetahuan. Selanjutnya menurut Rusman (2017:1) “Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi”. Sedangkan menurut Isnu Hidayat (2019:15) bahwa “Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh pendidik dengan memanfaatkan media dan lingkungan belajar sekitar. Sementara itu, Hausstatter dan Nordkvelle dalam Huda (2013:5-6) mengemukakan bahwa Pembelajaran adalah pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda seperti berikut : 1)Pembelajaran bersifat psikologis. Pembelajaran dideskripsikan dengan merujuk pada apa yang terjadi dalam diri manusia secara psikologis.



18



Ketika pola pribadinya stabil, maka pembelajaran dapat dikatakan berhasil. 2)Pembelajaran



merupakan proses interaksi antara individu dengan



lingkungan sekitarnya, yang artinya proses psikologis tidak terlalu



banyak



disentuh di sini. 3)Pembelajaran merupakan produk dalam lingkungan eksperiental seseorang, terkait dengan bagaimana ia merespon lingkungan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan pengajaran, di mana seseorang akan belajar dari apa yang diajarkan kepadanya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang pendidik terdiri dari berbagai komponen seperti tujuan, materi, metode dan evaluasi yang dapat mendukung proses belajar peserta didik di kelas.



2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Menurut Idayanti dalam artikel Kompasiana pada tanggal 24 Juni 2015 “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran antara lain yaitu: 1)Faktor Guru. Guru adalah faktor utama dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran bergantung pada bagaimana cara seorang guru membelajarkan sebuah materi terhadap siswa-siswanya. 2)Faktor Siswa, meliputi a) kondisi fisik, yaitu siswa yang sakit tidak mungkin mengikuti pelajaran sebaik ia mengikuti pelajaran ketika ia sedang dalam keadaan sehat. b) kondisi psikis, yaitu anak terlahir dengan anugrah kemampuan yang berbeda-beda. Maka dari itu, tugas guru adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka. 3)Faktor tujuan, meliputi: a)Kejelasan visi-misi sekolah, tujuan pembelajaran di sekolah tersebut, b)Urgensi, yaitu Faktor pentingnya kelas peminatan atau penjurusan, c)Tingkat Kesulitan, d)Kesesuaian Materi, Meliputi: Kejelasan materi, Kemenarikan (media, strategi), Sistematika pembelajaran materi, Jenis materi (menjelaskan sesuai koteks), Faktor instrumen (kelengkapan, kuantitas, kualitas, kesesuaian), 4) Faktor Lingkungan, meliputi a)Lingkungan Fisik yaitu Sekolah yang baik seharusnya dijauhkan dari kebisingan dan polusi dan b)Lingkungan sosial, yaitu Tata letak sekolah juga harus diperhatikan. Sebaiknya tidak di depan pasar, mall, tempat karaoke, atau tempat hiburan yang lain”



19



2.1.8 Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru diterapkan pada pendidikan di negara Indonesia. Perubahan kurikulum 2006 (KTSP) ke kurikulum 2013 ini cukup relevan dengan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya masih rendah dan tertinggal dengan negara-negara tetangga terdekat. Kurikulum 2013 ini telah dikembangkan dan diimplementasikan secara sistematis dan terarah dengan orientasi dan tujuan perubahannya jelas. Menurut Hamalik (2018:16-17) tafsiran dari kurikulum yaitu: 1) Kurikulum memuat isi dan materi pembelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. 2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. 3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian kurikulum yaitu lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Selanjutnya ditambahkan Andi Prastowo (2017:5) Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antar kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum ini diharapkan akan membawa angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia yang dimulai sejak dini di SD. Menurut Mailani E (2018) “Kurikulum 2013 di SD juga menuntut pembelajaran untuk sampai pada tahap metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu memprediksi, mendesain, dan memperkirakan”. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kurikulum 2013 akan menciptakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi.



2.1.9 Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013



20



Setiap kurikulum memiliki karakteristik masing-masing, demikian halnya Kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Menurut Zaini (2015:22) Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013 sebagai berikut: 1)Standar Kompetensi Lulusan meliputi a) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang berjenjang. SKL yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 ditata secara berjenjang b) Pendidikan karakter yang terintegrasi. Pengintegrasian total pendidikan karakter tanpa mengubah “aliran” kurikulum yang dianut sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu sejak tahun 2004. c) Mengakomodasikan semua aliran filsafat. Pengembangan Kurikulum 2013 tidak hanya didasarkan pada satu paham filsafat tertentu saja, tetapi didasarkan pada banyak aliran filsafat yaitu esensialisme, perenialisme, rekronstruksi social, progresivisme dan humanis. d) Mengembangkan kemampuan menalar, mengkomunikasikan dan mencipta Kurikulum 2013 akan dianggap berhasil jika lulusannya memiliki kemampuan dalam menalar/menganalisis, mengkomunikasikan dan mencipta. 2) Isi dan Struktur Kurikulum. Kurikulum 2013 yang terkait dengan Standar Isi mengurangi jumlah mata pelajaran tetapi menambah jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran. a) Proporsi kompetensi. untuk tiap jenjang pembahasan tentang rambu-rambu ketercapaian kompetensi yang terdiri dari empat ranah sikap, yaitu ranah sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan (Yani, 2013) dalam kurikulum 2013 masih sangat terbatas. b) Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam dan diarahkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Proses pendidikan pada Kurikulum 2013 memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Landasan teoritis kurikulum 2013 mengacu pada “pendidikan terstandar” dan “berbasis kompetensi”.c) Kurikulum 2013 menambah jumlah jam pelajaran Kurikulum 2013 memiliki misi untuk meningkatkan kinerja pendidikan. Penambahan jumlah jam pelajaran pada Kurikulum 2013 juga dimaksudkan untuk“mengejar” ketinggalan bangsa Indonesia dari kemajuan Negara-negara lain. 3) Pendekatan Kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 konten materi pelajaran dikemas dalam bentuk tematik dan diajarkan melalui pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik “reputasinya” melejit ke papan atas melebihi popularitas Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Cooperative Learning (CL). Pendekatan saintifik mendapat rekomendasi dari UNESCO terkait dengan konsep “the four pillar of education” (Delors, 1996), yaitu belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan sesuatu, belajar hidup bersama sebagai dasar berpartisipasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri. 4) Penilaian. Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, disebutkan bahwa arti penilaian otentik adalah penilaian yang



21



dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan maka prinsip penilaian otentik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah: objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, edukatif, mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Menurut Shafa (2014:84) Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: 1) Dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu; 2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; 3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); 9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l2) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; 13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;



22



dan 14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Terkait dengan prinsip diatas, penulis dapat menyatakan bahwa proses pembelajaran kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa belajar secara mandiri. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.



2.1.10 Pengertian Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 dikembangkan dalam rangka menghadapi tantangan eksternal yaitu terkait dengan rendahnya mutu pendidikan Indonesia di mata dunia. Perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 yang paling terlihat adalah pada bagian pembelajarannya. Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit atau satuan-satuan yang utuh sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai, bermakna dan mudah dipahami oleh siswa. Menurut Rusman (2015:139) bahwa “Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan”. Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh. Selanjutnya menurut Prastowo (2019:1) “Pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu pada jenjang taman kanakkanak atau sekolah dasar (SD) untuk kelas awal yang didasarkan pada tema-tema tertentu yang kontekstual dengan dunia anak”. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (Prastowo, 2019:1) “Pembelajaran tematik terpadu harus menggunakan



23



tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian serumpun”. Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pembelajaran tematik, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam pembelajaran yang materinya saling berkaitan atau dalam bidang kajian yang serumpun yang dapat memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.



2.1.11 Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki berbagai karakteristik. Menurut Sukayati dalam Prastowo (2019:15) menyatakan “Pembelajaran tematik memiliki sejumlah karakteristik yaitu: pertama, pembelajaran berpusat pada siswa, kedua, menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, ketiga, belajar melalui pengalaman, keempat, lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, dan kelima, sarat dengan muatan keterkaitan”. Sedangkan menurut Rusman (2015:146-147) “Pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik yaitu :1) Berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung pada anak, 3) Pemisahan muatan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai muatan mata pelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa. 7) Menggunakan prinsip belajar menyenangkan”. . Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu pembelajaran berpusat pada siswa,



24



memberikan pengalaman langsung pada anak, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.



2.1.12 Tujuan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik yang merupakan bagian dari pembelajaran terpadu memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan pembelajaran tematik menurut Sukayati (dalam Prastowo, 2019:5) yaitu: “1) meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari siswa; 2) mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan



informasi;



3)



menumbuhkembangkan



sikap



positif;



4)



menumbuhkembangkan keterampilan sosial; 5) meningkatkan gairah dalam belajar; dan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa”. Selanjutnya menurut Rusman (2015:145) Pembelajaran tematik terpadu memiliki tujuan sebagai berikut: 1)Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) Lebih semangat dan bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain; 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema/subtema yang jelas; 7) Guru dapat menghemat waktu, karena muatan mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tematik yaitu dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran,



25



untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar serta guru dapat menghemat waktu dalam menyampaikan materi pokok pembelajaran.



2.1.13 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan bagaimana aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang berbantuan bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa menggunakan bahan ajar. Umumnya, sebuah model pembelajaran terdiri beberapa tahapan-tahapan proses pembelajaran yang harus dilakukan. Selanjutnya Joyce & Weil (dalam Fathurrohman, 2015:30)



mendefinisikan “Model pembelajaran



adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran”. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas . Sedangkan menurut Arends (dalam Fathurrohman, 2015:30) “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan”.



26



Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran



adalah



cara



atau



teknik



penyajian



sistematis



dalam



mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.



2.1.14 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan suatu pola atau struktur pembelajaran. Menurut Isjoni (2013:15) menjelaskan bahwa “Model pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang dengan struktur kelompok heterogen”. Model pembelajaran ini dapat diterapkan untuk pengelolaan kelas dengan jumlah siswa yang banyak. Sejalan dengan itu, Huda Miftahul (2017:32) mendefinisikan “Pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama”. Menurut Topandra (2020:1261) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana model ini memposisikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, setiap kelompok dibagi secara acak jadi semua siswa merasakan proses belajar yang efektif di kelas. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan bertujuan guna mencapai hasil belajar yang berbentuk prestasi akademik, toleransi, sikap toleransi keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Guna mencapai hasil belajar tersebut model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam bentuk tugas, bentuk tujuan, dan bentuk rewardnya. Bentuk tugas berhubungan dengan bagaimana



27



tugas diorganisir. Bentuk tujuan dan reward mengarah pada tingkat kerja sama atau kompetisi yang diperlukan untuk meraih tujuan maupun reward. Salah satu keutamaan model pembelajaran kooperatif ini yaitu interaksi kelompok. Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas. Berdasarkan uraian para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Pembelajaran kooperatif juga merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran dengan cara bekerjasama dalam memecahkan masalah.



2.1.15 Model-Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran



sangat penting dipahami



oleh guru untuk



melaksanakan kegiatan mengajar yang efektif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa jenis variasinya. Dalam variasi tersebut siswa tetap bekerja sama dalam satu kelompok namun cara proses pembelajarannya berbeda. Sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 213) yang mengatakan bahwa : Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, jenis-



28



jenis model tersebut adalah 1) Model Student Teams Achievment Divinision (STAD), 2) Model Jigsaw, 3) Model Investigasi Kelompok (Group Investigatin), 4) Model Make A-Match ( Membuat Pasangan), 5) Model TGT (Teams Games Tournament), 6) Model Struktural. Dari keenam jenis model pembelajaran kooperatif di atas, peneliti memilih model pembelajaran Make A-Match untuk digunakan dalam penelitian ini.



2.1.16 Model Pembelajaran Make A-Match Model pembelajaran Make A-Match merupakan bagian dari model pembelajaran



kooperatif learning. Komalasari dalam Nyoman (2020:242)



menyatakan bahwa “model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang ditentukan”. Miftahul Huda dalam Nyoman (2020:242) menyatakan, “Model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”. Berdasarkan



pendapat



diatas,



dapat



disimpulkan



bahwa



model



pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dibatasi waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan, selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama.



29



Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar siswa menjadi kondusif , sehingga siswa mampu menerima pembelajaran yang diberikan guru. Maka dari itu untuk membuat suatu pembelajaran yang menarik, kreatif, aktif dan menyenangkan maka dibuat solusinya yaitu dengan menggunakan salah satu model pembelajaran Make AMatch dalam proses belajar mengajar.



2.1.17 Tujuan dan langkah–langkah Model Make A-Match Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, sangat mempengaruhi dalam memilih model pembelajaran. Adapun tujuan model pembelajaran Make A-Match menurut Fachrudin dalam Supriatin (2017:2) adalah “untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok”. Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial. Selanjutnya tujuan model pembelajaran Make A-Match menurut Huda dalam Topandra (2020: 1259) yaitu untuk : 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi; dan 3) sebagai selingan. Di samping itu, tujuan model pembelajaran Make A-Match yaitu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dan menjadikan siswa agar lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya tujuan dari model pembelajaran Make A-Match juga dapat dilihat dari karakteristiknya, yaitu: 1) mengajak siswa bermain sambil belajar; 2) membuat siswa menjadi aktif, kreatif dan inovatif; 3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temanya; 4) meningkatkan motivasi belajar siswa; dan 5) mempermudah siswa dalam



30



memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Rusman, 2011). Sebelum menggunakan suatu model pembelajaran, ada hal-hal yang harus kita guru harus mempertimbangkan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Begitu juga dengan model pembelajaran Make A-Match. Menurut Benny dalam Supriatin (2017:3) sebelum guru menggunakanan model pembelajaran Make AMatch guru harus mempertimbangkan: 1) Indikator yang ingin dicapai, 2) Kondisi kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan, dan 3) Alokasi waktu yang akan digunakan dan waktu persiapan. Pertimbangan tersebut sangat diperlukan karena model Make A-Match tidak efektif apabila digunakan pada kelas yang jumlah siswanya diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang sempit. Sebab dalam pelaksanaan pembelajaran Make A-Match, kelas akan menjadi gaduh dan ramai. Hal ini wajar asalkan guru dapat mengendalikannya. Menurut Suyatno dalam Supriatin (2017:3) dalam melaksanakan model Make A-Match, guru seharusnya mengembangkan hubungan baik dengan siswa dengan cara: 1) perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat, 2) ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka, 3) bayangkan apa yang akan mereka katakan mengenai diri sendiri dan guru, 4) ketahuilah hambatan-hambatan siswa, 5) berbicaralah dengan jujur dan halus, 6) bersenang-senanglah bersama mereka. Selanjutnya sebelum penerapan model pembelajaran Make A-Match terlebih dahulu memerlukan persiapan. Menurut Miftahul Huda dalam Guslinda (2019), sebelum penerapan model ini perlu beberapa persiapan yaitu:



31



1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan. 2) Membuat kunci kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna. 3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa) 4) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi. Adapun langkah–langkah yang harus ditempuh dalam menerapkan model pembelajaran Make A-Match menurut Hidayat (2019:101) yaitu: 1) Pendidik mempersiapkan beberapa kartu berisi konsep atau topik yang cocok digunakan dalam sesi review. Dalam hal ini, satu bagian kartu memuat soal sedangkan lainnya merupakan jawaban. 2) Masing masing peserta didik diberikan sebuah kartu berisi soal dan jawaban. 3) Setiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 4) Peserta didik mencari pasangan yang memiliki kartu sesuai dengan kartunya (jawaban/soal). Peserta didik yang mampu mencocokkan kartu sebelum waktu yang ditentukan habis berhak memperoleh nilai. 5) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya sampai batas waktu habis maka akan mendapatkan punishment (hukuman) sesuai kesepakatan sebelumnya. 6) Setelah menyelesaikan satu babak, kartu kembali dikocok agar peserta didik memperoleh kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7) Jumlah babak menyesuaikan kebutuhan. 8) Pada akhir kegiatan, pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari tersebut. Selanjutnya tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran dilakukan oleh guru dalam menerapkan model Make A-Match dalam proses belajar mengajar Ciandra dalam Windi (2018:13). Adapun tahap–tahap tersebut antara lain: 1)Tahap persiapan, Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok kelompok tersebut demikian sehingga berbentuk huruf u upayakan kelompok pertama berhadapan dengan kelompok kedua. 2) Tahap penyampaian, Jika masing– masing kelompok telah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua bergerak mencari pasangan nya masing–masing sesuai pertanyaan atau



32



jawaban yang terdapat di kartunya. Berikan kesempatan pada mereka untuk berdiskusi, diskusi dilakukan oleh siswa yang membawa kartu yang berisi jawaban. 3) Penampilan hasil, Pasangan yang telah terbentuk wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan jawaban itu cocok, setelah penilaian selesai dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara kelompok penilai pada sesi pertama dibagi menjadi dua kelompok sebagian anggota memegang lembar pertanyaan dan sebagian lagi memegang lembar jawaban kemudian posisikan mereka seperti huruf u. Guru kembali membunyikan peluitnya kemudian pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak mencari pasangannya. Maka setiap pasangan menunjukan hasil kerja kepada penilai.



2.1.18 Kelebihan dan Kelemahan Model Make A-Match Setiap Metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, hal ini berlaku juga dengan model pembelajaran Make A-Match. Berdasarkan Santoso dalam Windi (2018:15), kelebihan model Make A-Match adalah sebagai berikut : 1)Mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan, 2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, 3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, 3) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran, 3) Kerja sama antar siswa terwujud dengan dinamis, 4) Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa. Selanjutnya berdasarkan Santoso dalam Windi (2018:15) Kelemahankelemahan model Make A-Match adalah sebagai berikut : 1)Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, 2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran, 3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai, 4) Pada kelas yang jumlah muridnya banyak jika kurang bijaksana maka akan menimbulkan keributan, 5) Dalam mengembangkan dan melaksanakan model Make A-Match, guru selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam berbagai kesempatan agar tidak terjadi keributan didalam kelas.



33



2.2



Penelitian Relevan Penelitian Relevan Adalah suatu Penelitian terdahulu yang hampir sama



dengan bidang yang diteliti, digunakan untuk mendukung untuk dan memperkuat teori yang sudah ada, digunakan sebagai pedoman/pendukung dari penelitian yang akan dilakukan diantaranya sebagai berikut: 1.



Penelitian yang dilakukan Yosephin Ratna Mayang Sapri



tahun 2018.



Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match terhadap Kemampuan Mengingat dan Memahami Siswa Kelas V SD Negeri Jetis Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami siswa SD N Jetis Bantul Yogyakarta. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakukan menggunakan statistik parametrik dengan Mann Whitney menunjukkan rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (Mdn = 1,3330) berbeda dari rerata selisih skor pada kelompok kontrol (Mdn = 0,6700) dan U = 196.00. Perbedaan skor tersebut signifikan dengan Z (59) = -3,910 dan p =0,000 (p < 0,05). Besarnya berpengaruh sebesar r = 0,50 atau setara dengan 25 % yang termasuk dalam kategori efek besar. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakukan menggunakan statistik parametrik dengan Independent samples ttest, menunjukkan bahwa rerata selisih skor pada kelompok eksperimen M = 0,047 2.



Penelitian yang dilakukan Arum Rahma (2013:13). Penelitian ini membahas tentang penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS. Hasil yang diperoleh dari dalam penelitian



34



tersebut, yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match (membuat pasangan) dapat meningkatkan motivasi serta rangsangan belajar khususnya pada materi energi panas dan hasil belajar IPS siswa meningkat dilihat dari nilai rata-rata siswa per siklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada siklus I sebesar 76,27 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 2,38 dengan nilai rata-rata siswa menjadi 78,65. 3.



Dhestha Hazilla Aliputri, (2018), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang kegiatan ekonomi bagi siswa kelas IV SDN Wulung 1 Blora. Dalam kondisi awal hanya mencapai 51% , maka pada siklus pertama meningkat menjadi 90% dan untuk mencoba menggunakan model Make A Match dengan media kartu gambar di kelas IV sampai meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yosephin Ratna Mayang



Sapri menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami siswa. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Arum Rahma menunjukkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match (membuat pasangan) dapat meningkatkan motivasi serta rangsangan belajar. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan Dhestha Hazilla Aliputri menunjukkan model pembelajaran Make AMatch dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketiga penelitian hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu penelitian untuk



35



mengetahui Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



2.3 Kerangka Berpikir Persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan juga keadaan diri individu yang bersangkutan. Pembentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi, sedangkan faktor eksternal tersebut yakni berupa rangsang atau stimulus dari dunia luar. Model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dibatasi waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan, selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama. Berdasarkan persepsi setiap guru mengenai model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah guru dapat menilai bagaimana penerapan model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD. Persepsi setiap guru pasti berbeda hal ini dikarenakan faktor dari tiap individu tidaklah sama.



36



Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana keefektifan model pembelajaran Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD, maka peneliti memberikan kuesioner sebagai alat untuk mengetahui bagaimana persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match. Dengan persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD menunjukkan bahwa guru mempunyai persepsi yang positif dalam pembelajaran tematik sehingga pembelajaran dapat lebih aktif dan produktif.



Persepsi Guru Mengenai Model Pembelajaran Make AMatch



Model pembelajaran



Pembelajaran lebih aktif



Make A-Match



dan lebih produktif



Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir



37



2.4



Hipotesis Penelitian Sugiyono (2017:99) menyatakan, “Hipotesis adalah jawaban sementara



terhadap rumusan-rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah guru memiliki persepsi yang baik tentang model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/202.



proses



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sukardi (2013:162-163) “penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat”. Menurut Sugiyono (2013:7) “Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui persepsi guru tentang model pembelajaran Make a-match dalam proses pembelajaran tematik di SD negeri sekecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 6 sekolah yaitu 1) SD Negeri 102001 Gunung Meriah, yang terletak di Desa Gunung Meriah Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang 2) SD Negeri 102002 Gunung Paribuan, yang terletak di Desa Gunung Paribuan Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang, 3) SD Negeri 102003 Gunung Meriah, yang terletak di Desa Marjandi Pematang Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang, 4) SD Negeri 106847 Ujung Meriah, yang terletak di Desa Ujung Meriah Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang, 5) SD Negeri 108029



38



39



Hutabayu, yang terletak di Desa Hutabayu Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang, 6) SD Negeri 104289 Gunung Sinembah, yang terletak di Desa Gunung Sinembah Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang.



3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2021.



3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi menurut Sugiyono (2017:80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Meriah, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SD Se-Kecamatan Gunung Meriah sebanyak 36 orang.



Tabel 3.1 Populasi Penelitian No .



Nama Sekolah



Status Guru Guru Kelas



1. 2. 3. 4.



SD Negeri 102001 Gunung Meriah SD Negeri 102002 Gunung Paribuan SD Negeri 102003 Gunung Meriah SD Negeri 104289 Gunung



Jumlah Guru



Guru PNS 4 orang



Guru Honor 2 orang



6 orang



Guru kelas I IV



3 orang



3 orang



6 orang



Guru kelas I IV



3 orang



3 orang



6 orang



Guru kelas I IV



4 orang



2 orang



6 orang



Guru kelas I IV



40



Sinembah SD Negeri Guru kelas I - 4 orang 2 orang 6 orang 106847 Ujung IV Meriah 6. SD Negeri Guru kelas I – 5 orang 1 orang 6 orang 108029 IV Hutabayu Total Populasi 36 orang (sumber: Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Meriah) 5.



3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipandang dapat mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data atau sumber informasi dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2013:174) menyatakan apabila subjek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan uraian di atas karena populasinya kurang dari 100 maka peneliti mengambil seluruh guru kelas di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 36 orang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan total sampel.



3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian Adapun prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1.



Persiapan penelitian Adapun persiapan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi untuk mendapatkan jumlah populasi dan dan menentukan sampel.



41



b. Membuat instrumen kuesioner tentang Penerapan Model Pembelajaran Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD. c. Mengkonsultasikan instrumen penelitian terhadap uji ahli dan melakukan revisi. 2.



Pelaksanaan penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti membagikan angket kepada 36 responden di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah dengan waktu kunjungan ke sekolah disepakati dengan masing-masing kepala sekolah. Peneliti juga menjelaskan mengenai Model Pembelajaran Make A-Match sehingga responden lebih memahami tentang model pembelajaran ini agar tidak ada perbedaan persepsi dalam pemahaman kuesioner yang dibagikan.



3.



Tahap akhir penelitian Adapun tahap akhir dalam penelitian ini antara lain: a. Mengolah kemudian menganalisis data hasil penelitian yang didapat selama pengambilan data penelitian b. Menyimpulkan hasil analisis data penelitian c. Menyusun laporan penelitian



3.5 Variabel Penelitian Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match. Persepsi adalah proses menerima, membedakan, dan memberi arti terhadap stimulus yang diterima alat indra, sehingga dapat memberi kesimpulan dan menafsirkan terhadap objek tertentu yang diamatinya. Persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi guru tentang model pembelajaran



42



make a match tersebut dalam pembelajaran tematik baik yang sudah dilaksanakan ataupun yang akan dilaksanakan. Persepsi yang diberikan merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa yang dilihat atau dialami.



3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen



penelitian



merupakan



alat



yang



digunakan



untuk



mengumpulkan data penelitian. Menurut Lubis (2012:43) Instrumen merupakan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai instrumen variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Menurut Sugiyono (2017:142) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk jawabnya”. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian agar peneliti dapat memperoleh data mengenai persepsi guru tentang model make a-match dalam pembelajaran tematik di SD.



Sebelum instrumen penelitian



digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan validasi instrumen, hal ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen suatu penelitian.



Arikunto



(2013:211) mengatakan “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Menurut Sugyono (2010:125) Beberapa cara pengujian validitas instrumen yang akan digunakan: 1) Pengujian validitas konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli (judgment experts). Sebuah instrumen yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan memperhatikan aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli untuk memberikan keputusan. 2)



43



Pengujian Validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen dengan menentukan indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. 3) Pengujian validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta empiris yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas menggunakan penilaian dosen sebagai validator. Ahli atau validator menilai dan memberikan masukan menggunakan lembar validasi yang telah disediakan terhadap angket sebagai instrumen penelitian ini. Adapun



kisi-kisi



angket/kuesioner



yang



diberikan



kepada



guru



berdasarkan indikator-indikator persepsi sebagai berikut:



Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Guru Tentang Model Make A-



Match Dalam Pembelajaran Tematik Variabel Persepsi tentang



Indikator



guru Kognitif



guru



tentang



model



model pembelajaran Make A-Match.



Item



Jumlah



1, 2, 3, 4,5,6,



7



7,



pembelajaran Make A-Match Afeksi dalam



guru



tentang



model



proses pembelajaran Make A-Match



8,9,10,11,



6



12,13



pembelajaran tematik di SD



Konatif guru untuk melakukan model pembelajaran Make A-Match



Jumlah



14,15, 16,1718,19,20,



7



20



20



44



Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu : Observasi (Pengamatan), Wawancara, Angket dan Dokumentasi. 1.



Pengamatan (Observasi) “Pengamatan (Observasi) adalah metode pengumpulan data dimana



peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian dilakukan peneliti yaitu partisipasi pasif dimana peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut” (Gulo, 2002:83). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan (observasi) pada pra penelitian untuk mengambil data awal dan pada saat penelitian di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah. 2.



Wawancara “Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan



responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan bola media yang melengkapi kata-kata secara verba, karena itu, wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetaponden yang bersangkutan” (Gulo, 2002:83). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada Kepala Sekolah SD Negeri 102003 Gunung Meriah, Kecamatan Gunung Meriah pada rabu 27 Januari 2021, yaitu dengan Bapak Juli Prangin-angin, S.Pd untuk mendapatkan data awal dalam penelitian ini.



45



3.



Kuesioner (Angket) Menurut Sugiyono (2017:142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan



data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk jawabnya. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian agar peneliti dapat memperoleh data mengenai persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket (kuesioner) berupa pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada sampel. Jenis kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup dimana kuesioner yang disajikan sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. 4. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil keterangan serta tertulis dan tergambar, terekam, dan tercetak. Sugiyono (2019:314) mengatakan dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh data dan diperkuat dengan foto-foto dan video saat penelitian.



3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data dianalisis secara deskriptif agar dapat diketahui Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match Dalam Proses Pembelajaran Tematik Di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. Analisis angket atau kuesioner dilakukan dengan sistem skala likert. Sugiyono (2018:134) mengatakan bahwa skala likert digunakan untuk



46



mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, diantara: Sangat Setuju, Setuju, Cukup Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju. Adapun skor yang diberikan pada setiap pernyataan adalah: Skor 5 apabila responden menjawab Sangat Setuju Skor 4 apabila responden menjawab Setuju Skor 3 apabila responden menjawab Cukup setuju Skor 2 apabila responden menjawab Kurang Setuju Skor 1 apabila responden menjawab Tidak Setuju Selanjutnya menghitung persentase frekuensi setiap kategori jawaban dalam masing-masing variabel. Skor yang didapat kemudian dihitung dan memasukkannya ke dalam rumus deskriptif persentase sebagai berikut: P=



(Sudijono, 2012:43)



f X 100 % N



Keterangan: P



= Persentase



f



= Frekuensi alternatif jawaban responden



N



= Jumlah responden alternative angket



100% = Bilangan tetap Untuk jumlah rata-rata persentase bisa dilihat tiap-tiap indikator, maka rumus yang digunakan adalah: Dimana : Me = Mean (Rata-rata) ∑x



= Jumlah frekuensi



∑𝑛 = Jumlah responden



Me =



∑x ∑n



(Sugiyono, 2017:49)



47



Selanjutnya dari hasil analisis deskriptif kemudian dibuat keputusan untuk melihat persepsi guru tentang Model Pembelajaran Make A-Match pada proses pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



Tabel 3.3 Persentase Predikat Kategori Persentase



Predikat Kategori



> 80%



Sangat tinggi



60% - 79%



Tinggi



40% - 59%



Sedang



20% - 39%



Rendah



< 20%



Sangat rendah



Sumber Aqib (2014:41).



3.8 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 pada bulan maret sampai april tahun 2021. Untuk lebih jelas jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:



Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian Pada Tahun 2021



48



No



Kegiatan



Mei 2 3



1 1



Pelaksanaan Penelitian



4



Bulan/Minggu April 1 2 3 4



Mei 2 3



1



4



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



a.    Perencanaan



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



b.    Pelaksanaan



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



c.    Evaluasi



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



2 Analisis Data



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



3 Penulisan Laporan



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pemaparan Data Nilai Persepsi Guru Tentang Model Make AMatch Dalam Pembelajaran Tematik Penelitian ini dilakukan di bulan Maret sampai April di SD Negeri SeKecamatan Gunung Meriah. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket/kuesioner untuk diisi responden guru kelas I – VI sesuai persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri SeKecamatan Gunung Meriah. Hasil penelitian dianalisis oleh peneliti dengan teknik deskriptif kuantitatif yang artinya peneliti mendeskripsikan setiap data yang terkumpul sehingga mampu memperoleh gambaran persepsi guru secara umum dan menyeluruh.



Tabel 4.1 Rekap Nilai Angket Guru Nomor Responde n 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13



Tolal Skor 73 76 86 79 89 85 80 78 77 91 86 87 73



49



P 73% 76% 86% 79% 89% 85% 80% 78% 77% 91% 86% 87% 73%



50



14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36



87 85 90 76 80 84 89 75 81 88 72 91 89 74 79 84 75 88 77 76 80 89 85



87% 85% 90% 76% 80% 84% 89% 75% 81% 88% 72% 91% 89% 74% 79% 84% 75% 88% 77% 76% 80% 89% 85%



Pemaparan data nilai dimaksudkan untuk melihat gambaran penyebaran hasil penelitian persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah dari masing-masing indikator dalam penelitian yaitu kognitif, afektif dan konatif. Berdasarkan jawaban responden, peneliti membuat daftar distribusi frekuensi untuk pemberian skor pada jawaban responden dengan skala penilaian berikut ini:



I=



Nilai Maksimum−Nilai Minimum 5−1 = = 0,8 Jarak interval 5



Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh interval sebesar 0,8. Jawaban yang diperoleh responden dibagi ke dalam 5 kategori yaitu sangat setuju



51



= skor 5, setuju = skor 4, kurang setuju = skor 3, tidak setuju = skor 2, dan sangat tidak setuju = skor 1. Sehingga skala penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Daftar Distribusi Hasil Persepsi Guru Tentang Model Make AMacth Dalam Pembelajaran Tematik.



Interval



Kategori



1,0 – 1,8



Sangat Rendah



1,9 - 2,6



Rendah



2,7 – 3,4



Cukup



3,5 – 4,2



Baik



4,3 – 5,0



Sangat Baik



Sumber Aqib (2014:45)



Adapun gambaran data nilai dari jawaban angket untuk setiap item Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



Tabel 4.3 Tabulasi Nilai Item Persepsi Guru Tentang Model Make AMatch Dalam Pembelajaran Tematik Jumlah Skor



Pilihan Jawaban No Item



1 2 3



SS = 5



S=4



F



Sc



F



11 10 10



55 25 50 20 50 22



Sc



KS = 3 f



Sc



100       80 6 18   88 4 12  



TS =2 f



Rat arata



Katego ri



STS =1



Sc



F



Sc



f



Sc



     



     



     



36 36 36



155 148 150



4,3 4,11 4,16



Sangat Baik Baik Baik



52



4 5 6



8 8 8



7



11 12 14 13 10 11 9 12 11 9 11 5 9 9



8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



40 20 40 22 40 23 55 60 70 65 50 55 45 60 55 45 55 25 45 45



25 18 16 17 22 21 22 20 18 22 20 28 27 26



80 7 88 5 92 5 100 72 64 68 88 84 88 80 72 88 80 112 108 104



21 1 2   15 1 2   15      



     



36 36 36



143 145 147



3,97 4,02 4,08



          6 18       6 18       6 18   0   4 12       4 12       5 15       4 12       7 21   0   4 12 1 2   5 15       3 9                 1 3      



                           



36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36



155 150 152 151 150 151 148 152 148 147 150 146 153 152



4,3 4,16 4,22 4,19 4,16 4,19 4,11 4,22 4,11 4,08 4,16 4,05 4,25 4,22 84,0 6 4,2



Total Rata-rata = 84,06/20



2993  



Keterangan: F



= Frekuensi jawaban



Sc



= Skor (Frekuensi nilai)



Berdasarkan tabel distribusi diatas diperoleh interpretasi data dari masingmasing butir kuesioner Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 sebagai berikut: 1. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk bekerja sama dalam belajar, tergolong dalam kategori “Sangat Baik” dengan nilai rata-rata 4,3



Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



53



2.



Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan dengan batas waktu yang sudah ditentukan, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,11



3.



Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match dapat melatih siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif



dalam proses pembelajaran tematik,



tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,16 4.



Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make AMatch dalam pembelajaran tematik, tergolong dalam kategori “ Baik” dengan nilai 3,97



5.



Guru mengetahui sebelum menggunakan model pembelajaran Make A-Match, guru membuat aturan-aturan berisi penghargaan dan sanksi yang harus disepakati dengan peserta didik, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,02



6.



Guru mengetahui dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match, peserta didik yang mampu mencocokkan kartu sebelum waktu yang ditentukan habis, berhak memperoleh nilai, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,08



7.



Guru mengetahui dalam model pembelajaran Make A-Match, peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok, tergolong dalam kategori “Sangat Baik” dengan nilai 4,3



8.



Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match karena merupakan model pembelajaran yang aktif dan inovatif, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,16



54



9.



Guru senang menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena model pembelajaran Make A-Match mengajak siswa melatih dan mendalami materi pembelajaran, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,22



10. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam pembelajaran tematik untuk dijadikan selingan, yaitu kegiatan belajar sambil bermain, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,19 11. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena dapat meningkatkan interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya, tergolong dalam kategori“Baik” dengan nilai 4,16 12. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,19 13. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan menggunakan model Make A Match, materi pembelajaran dapat bertahan lama dalam struktur kognitif siswa, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,11 14. Dalam



penerapannya,



model



pembelajaran



Make



A-Match



dapat



meningkatkan hasil belajar peserta didik, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,22 15. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match melatih peserta didik lebih cermat dalam



memahami materi pelajaran, tergolong dalam



kategori “Baik” dengan nilai 4,11



55



16. Dengan



menerapkan



model



pembelajaran



Make



A-Match,



materi



pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,08 17. Dengan penerapan model pembelajaran Make A-Match guru dapat mengontrol perkembangan siswa dalam pembelajaran di kelas, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,16 18. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match siswa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,05 19. Dalam



penerapannya,



model



pembelajaran



Make



A-Match



dapat



memunculkan dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,25 20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,22 Berdasarkan analisis data di atas, maka dapat dilihat bahwa persepsi guru tentang model make a-match dalam pembelajaran tematik SD negeri sekecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 tergolong “Baik”dengan rata-rata perolehan skor jawaban kuesioner yaitu 4,2.



4.1.2 Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik. Untuk melihat persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik secara keseluruhan dilakukan olah data dari hasil jawaban responden pada tiap alternatif jawaban kuesioner. Kemudian akan



56



dilakukan pengkategorian persentase pada tiap alternatif jawaban kuesioner. Untuk melihat kategori persepsi guru tentang model Make A-Match dalam



pembelajaran tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dengan persentase predikat kategori berikut ini:



Tabel 4.4 Persentase Predikat Kategori Persentase



Predikat Kategori



> 80%



Sangat tinggi



60% - 79%



Tinggi



40% - 59%



Sedang



20% - 39%



Rendah



< 20%



Sangat rendah



Sumber Aqib (2014:41)



Berikut ini persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik yang disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Tabulasi Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Sangat Setuju



Setuju



F % F 11 30,55% 25 10 27,78% 20 10 27,78% 22 8 22,22% 20 8 22,22% 22 8 22,22% 23 11 30,55% 25 12 33,33% 18 14 39% 16 13 36,11% 17 10 27,78% 22



Kurang Setuju



Tidak Setuju



Sangat Tidak Setuju % F % F % F % 69,44%           55,55% 6 16,66%         61,66% 4 11,11%         55,55% 7 19,44% 1 2,77%     61,11% 5 13,88% 1 2,77%     63,88% 5 13,88%         69,44%     1 2,77%     50,00% 6 16,66%         44,44% 6 16,66%         47,22% 6 16,66%         61,11% 4 11%        



57



12 13 14 15 16 17 18 19 20



11 30,55% 9 25% 12 33,33% 11 30,55% 9 25,00% 11 30,55% 5 13,88% 9 25,00% 9 25% 20 558,28% 1 558,28/20 =27,91%



∑ Me



21 22 20 18 22 20 28 27 26 434



58,33% 4 11,11% 61,11% 5 13,88% 55,55% 4 11,11% 50,00% 7 19,44% 61,11% 4 11% 55,55% 5 13,88% 77,77% 3 8% 75,00%     72,22% 1 2,77% 1206,04 85 227,69 % % 1206,04/20 227,69/20 =60,30% =11,38%



               



       



        1 2,77%                   4 11,08   % 11,08/20 =0,55%



Untuk memproleh jumlah rata-rata persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 untuk setiap option jawaban hasil perhitungan nilainya didapat dari jumlah keseluruhan persentase jawaban setiap option responden



dibagi dengan jumlah item kuesioner dikalikan dengan 100% ( P =



f ×100 % ), N



kemudian hasil yang diperoleh di kategorikan sesuai dengan tabel predikat kategori di atas. Berdasarkan data diatas jumlah rata-rata responden dari kuesioner untuk option “Sangat Setuju” mengenai persepsi guru tentang model Make AMatch dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 persentase frekuensinya sekitar 27,91%, presentasi tersebut masih dalam kategori predikat rendah. Selanjutnya pada option jawaban “Setuju” diperoleh rata-rata persentase frekuensinya sekitar 60,30%, presentasi tersebut masuk kategori Tinggi, artinya rata-rata guru memiliki persepsi yang tinggi tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Namun pada option jawaban



“Kurang



Setuju”



rata-rata



persentase



frekuensinya



sekitar



                    0



58



11,38%dikategorikan sangat rendah dan pada option jawaban “Tidak Setuju” persentase frekuensi sekitar 0,55% responden dengan dikategorikan sangat rendah. Dari pemaparan perolehan persentase setiap option di atas dapat diartikan bahwa guru memiliki persepsi yang positif terhadap model Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah karena guru cenderung lebih banyak memilih option “Setuju” diperoleh rata-rata persentase frekuensinya sekitar 60,30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase berikut ini: 1% 11% 28%



Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju



60%



Gambar 4.1 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Secara Keseluruhan



59



4.1.3 Persentase Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Persepsi berdasarkan indikator kognitif (Indikator perseptual) dimaksudkan untuk mengetahui gambaran persentase persepsi guru dalam aspek pengetahuan atau pandangan guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



Berikut gambaran persentase kognitif persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik: Tabel 4.6 Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make AMatch Dalam Pembelajaran Tematik No Item



Sangat Setuju F



1 2 3 4 5 6 7 ∑ Me



% F 11 30,55% 10 27,78% 10 27,78% 8 22,22% 8 22,22% 8 22,22% 11 30,55% 66 183,32 % 183,32/7 =26,18%



Setuju



25 20 22 20 22 23 25 157



Kurang Setuju



% F % 69,44%   55,55% 6 16,66% 61,66% 4 11,11% 55,55% 7 19,44% 61,11% 5 13,88% 63,88% 5 13,88% 69,44%     436,63% 30 74,97%



436,63/7 =62,37%



74,97/7 =10,71%



Tidak Setuju F       1 1   1 3



%       2,77% 2,77%   2,77% 8,31%



Sangat Tidak Setuju F %                                



8,31/7 =1,18%



Dari tabel di atas menunjukkan hasil rata-rata persentase frekuensi dari indikator kognitif diperoleh 26,18% sangat setuju, dimana hasil perhitungan nilai ini didapat dari jumlah keseluruhan dari persentase setiap



0%



60



option responden dibagi dengan jumlah item kuesioner dikalikan dengan



100% ( P =



f ×100 % ). Kemudian dapat dilihat dari option jawaban setuju N



sebesar 62,37s%. Sedangkan responden yang memilih option jawaban kurang setuju atau kurang memahami tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik sekitar 10,71%, untuk responden yang tidak setuju dengan pernyataan pada indikator kognitif mengenai model Make A-Match dalam pembelajaran tematik sekiar 1,18%. Adapun interpretasi data untuk butir



pernyataan dengan indikator kognitif sebagai berikut: 1.



Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk bekerja sama dalam belajar, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang) dan setuju 69,44% (25orang)) dikategorikan “sangat baik”



2.



Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan dengan batas waktu yang sudah ditentukan, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 55,55% (20 orang) dan kurang setuju 16,66% (6 orang) dikategorikan “baik”.



3.



Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match dapat melatih siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran tematik, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 61,66% (22 orang) dan kurang setuju 11,11% (4 orang) dikategorikan “baik”.



4.



Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make AMatch dalam pembelajaran tematik, dengan jumlah persentase frekuensi



61



sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju 19,44% (7 orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan “baik”. 5.



Guru mengetahui sebelum menggunakan model pembelajaran Make A-Match, guru membuat aturan-aturan berisi penghargaan dan sanksi yang harus disepakati dengan peserta didik, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 61,11% (22 orang), kurang setuju 13,88% (5 orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan “baik”.



6.



Guru mengetahui dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match, peserta didik yang mampu mencocokkan kartu sebelum waktu yang ditentukan habis, berhak memperoleh nilai, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 63,88% (23 orang), dan kurang setuju 13,88% (5 orang) dikategorikan “baik”.



7.



Guru mengetahui dalam model pembelajaran Make A-Match, peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 69,44% (25 orang), dan tidak setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan “Sangat baik”. Untuk lebih jelasnya persentase frekuensi jawaban dapat dilihat pada



diagram berikut:



62



11% 1%



26%



Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 62%



Gamb ar 4.2 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Kognitif 4.1.4 Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Afektif Persepsi berdasarkan indikator afektif (Indikator emosional) yaitu Indikator yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, harapan dan keyakinan terhadap objek sikap. Persentase berdasarkan indikator afektif ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran harapan atau keyakinan guru tentang Model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. Berikut gambaran persentase persepsi guru dengan indikator afektif: Tabel 4.7 Persentase Indikator Afektif Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik No Item 8



Sangat Setuju F % F 12 33,33%



9



14



39%



10



13



36,11%



Setuju



Kurang Setuju % F % 18 50,00% 6 16,66 % 16 44,44% 6 16,66 % 17 47,22% 6 16,66



Tidak Setuju F %    



Sangat Tidak Setuju F %    



 



 



 



 



 



 



 



 



63



11 12



10 11



27,78% 30,55%



22 21



61,11% 58,33%



13



9



25%



22



61,11%



69



191,65%



∑ Me



191,65/6 =31,94%



116 322,21% 332,21/6 =53,7%



% 11% 11,11 % 5 13,88 % 31 86,08 % 86,08/6 =14,34% 4 4



   



   



   



   



 



 



 



 



 



 



 



 



0



Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa rata-rata persentase jawaban responden untuk indikator afektif pada alternatif jawaban sangat setuju rata-ratanya 31,94% pada alternatif jawaban setuju rata-ratanya 53,7% sedangkan pada alternatif jawaban kurang setuju rataratanya 14,34%. Adapun interpretasi data untuk butir pernyataan dengan indikator afektif sebagai berikut: 8.



Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match karena merupakan model pembelajaran yang aktif dan



inovatif, dengan jumlah



persentase frekuensi sangat setuju 33,33% (12 orang), setuju 50,00% (18 orang), kurang setuju 16,66% (6 orang) dikategorikan “baik”. 9.



Guru senang menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena model pembelajaran Make A-Match mengajak siswa melatih dan mendalami materi pembelajaran, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 39% (14 orang), setuju 44,44% (16 orang) dan kurang setuju 16,66% (6 orang) dikategorikan “baik”.



0



64



10. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam pembelajaran tematik untuk dijadikan selingan, yaitu kegiatan belajar sambil bermain, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 36,11% (13 orang), setuju 47,22% (17 orang), kurang setuju 16,66% (6 orang) dikategorikan “baik”. 11. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena dapat meningkatkan interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 61,11% (22 orang), dan kurang setuju 11% (4 orang) dikategorikan “baik”. 12. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 58,33% (21 orang), dan kurang setuju 11,11% (4 orang) dikategorikan “baik”. 13. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan menggunakan model Make A Match, materi pembelajaran dapat bertahan lama dalam struktur kognitif siswa, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25% (9 orang), setuju 61,11% (22 orang), dan kurang setuju 13,88% (5 orang) dikategorikan “baik”. Untuk lebih lengkapnya persentase frekuensi berdasarkan indikator afeksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:



65



14%



32%



Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 54%



Gambar 4.3 Diagram Persepsi Guru Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Afektif 4.1.5 Persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik Berdasarkan Indikator Konatif Persentase berdasarkan indikator konatif (Indikator perilaku atau action component)



dimaksudkan untuk menggambarkan



persepsi guru



tentang



kecenderungan seseorang ataupun responden untuk bertindak atau berperilaku terhadap model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Berikut ini gambaran persentase kecenderungan responden untuk bertindak berdasarkan indikator konatif:



Tabel 4.8 Distribusi Persentase Indikator Konatif Guru Tentang Model Make A Match Dalam Proses Pembelajaran Tematik No Item 14 15



Sangat Setuju F 12 11



% 33,33% 30,55%



Setuju F 20 18



% 55,55% 50,00%



Kurang Tidak Setuju Setuju F % F % 4 11,11%     7 19,44%    



Sangat Tidak Setuju F %        



66



16 17 18 19 20 ∑ Me



9 25,00% 11 30,55% 5 13,88% 9 25,00% 9 25% 66 183,31% 183,31/6 =26,18%



22 61,11% 4 11% 20 55,55% 5 13,88% 28 77,77% 3 8% 27 75%     26 72,22% 1 2,77% 141 447,20% 24 66,64% 447,20/7 66,64/7 =63,88% =9.52%



       



1 2,77%         1 2,77% 2,77/7 =0,39%



           



            0



Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut, pada indikator konatif jumlah persentase kecenderungan responden untuk bertindak pada option jawaban sangat setuju rataratanya 26,18% pada option jawaban setuju rata-rata persentase frekuensinya 63,88%. Kemudian untuk responden yang kurang setuju untuk melakukan model Make A-Match persentase frekuensinya 9.52% dan untuk option tidak setuju responden untuk melakukan model Make A-Match terdapat rata-rata persentase frekuensinya 0,39% jumlah ini memiliki selisih yang banyak dengan responden yang setuju dengan model Make A-Match pada pembelajaran tematik di SD, kemudian pada option jawaban sangat tidak setuju dapat kita lihat tidak ada responden yang tidak setuju terhadap model Make A-Match. Adapun interpretasi data untuk butir pernyataan dengan indikator konatif sebagai berikut: 14. Dalam



penerapannya,



model



pembelajaran



Make



A-Match



dapat



meningkatkan hasil belajar peserta didik, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 33,33% (12 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju 11,11% (4 orang), dikategorikan “baik”. 15. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match melatih peserta didik lebih cermat dalam



memahami materi pelajaran, dengan jumlah



persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), Setuju 50,00% (18 orang), kurang setuju 19,44% (7 orang), dikategorikan “baik”.



67



16. Dengan



menerapkan



model



pembelajaran



Make



A-Match,



materi



pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25,00% ( 9 orang), setuju 61,11% (22 orang), kurang setuju 11% ( 4 orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang), dikategorikan “baik”. 17. Dengan penerapan model pembelajaran Make A-Match guru dapat mengontrol perkembangan siswa dalam pembelajaran di kelas, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju 13,88% (5 orang), dikategorikan “baik”. 18. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match siswa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 13,88% (5 orang), setuju 77,77% (28 orang), dan kurang setuju 8% (3 orang) dikategorikan “baik”. 19. Dalam



penerapannya,



model



pembelajaran



Make



A-Match



dapat



memunculkan dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25,00% (9 orang), setuju 75% (27 orang), dikategorikan “baik”. 20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25% (9 orang), setuju 72,22% (26 orang), dan kurang setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan “baik”. Untuk lebih lengkapnya, persentase kognatif persepsi guru dapat dilihat pada gambar dibawah ini



68



10%



0%



26%



Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 64%



Gambar 4.4 Diagram Persepsi Guru Tentang model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Konatif Jadi, dari total keseluruhan jawaban kuesioner dapat disimpulkan persentase jawaban pada tabel berikut:



Tabel 4.9 Tabulasi Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make AMatch Dalam Pembelajaran Tematik Indikator



Alternatif Jawaban



Kognitif



Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju



        Afektif         Konatif        



Rata-rata Persentase 26,18% 62,37% 10,71% 1,18% 0% 31,94% 53,7% 14,34% 0% 0% 26,18% 63,88% 9,52% 0,39% 0%



Kategori Rendah Tinggi Sangat Rendah Sangat Rendah Tidak Ada Rendah Sedang Sangat Rendah Tidak Ada Tidak Ada Rendah Tinggi Rendah Sangat Rendah Tidak Ada



Adapun kaitannya dengan pertanyaan penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi yang baik tentang model



69



Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 diterima secara deskriptif, hal itu dibuktikan berdasarkan hasil analisis data dari perolehan skor jawaban ≥ 3,5 yaitu 4,2 dikategorikan baik, sedangkan berdasarkan jumlah rata-rata persentase jawaban setuju dan sangat setuju dapat diterima jika diperoleh jumlah persentase ≥ 60% tinggi.



4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 berdasarkan Indikator kognitif, afektif dan kognitif. Model pembelajaran Make AMatch merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif learning. Model Make A-Match merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dibatasi waktu yang telah ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan, selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama. Tujuan model pembelajaran Make A-Match adalah untuk melatih peserta didik dalam proses pembelajaran agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok dengan suasana menyenangkan, Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan “baik” hasil ini diperoleh berdasarkan skor



70



yang diperoleh berdasarkan tiap item kuesioner dengan rata-rata perolehan skor jawaban kuesioner yaitu 4,2 Persepsi guru tentang model Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 berdasarkan jumlah rata-rata persentase yang diperoleh secara keseluruhan diperoleh bahwa guru memiliki persepsi yang tinggi pada alternatif jawaban “setuju” dengan ratarata persentase sekitar 60,30% guru memiliki persepsi yang baik tentang model Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah. Sedangkan pada alternatif jawaban “sangat setuju” diproleh rata-rata persentase sekitar 27,91% guru sangat setuju tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar. Jumlah ini tentunya lebih sedikit dibandingkan dengan guru yang yang setuju model Make A-Match tersebut. Namun diperoleh juga hasil pada alternatif jawaban kurang setuju dimana sekitar 11,38% guru yang memilih ataupun memiliki persepsi yang sangat rendah pada alternatif jawaban ini. Pada alternatif jawaban tidak setuju terdapat sekitar 0,55% guru pada model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar. Untuk melihat persepsi guru secara lebih rinci, dijelaskan persepsi guru tentang model Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik berdasarkan persentase indikator kognitif, afektif, dan konatif sebagai berikut: Indikator kognitif (Indikator konseptual), yaitu Indikator yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mempersepsi mengenai objek ataupun sikap. Persepsi guru tentang tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 berdasarkan Indikator kognitif



71



masuk dalam kategori baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah persentase pada jawaban setuju sebesar 62,37% dan sangat setuju sebesar 26,18%, Sedangkan untuk jawaban kurang setuju 10,71% dan tidak setuju 1,18% sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata guru memiliki pengetahuan yang tinggi tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Guru mengetahui apa yang dimaksud model make A-Match dalam pembelajaran tematik, guru juga mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 10,71% guru memberikan respon pengetahuan kurang memahami terhadap model pembelajaran Make AMatch dalam pembelajaran tematik di SD dan 1,18% respon guru yang memiliki pemahaman tidak setuju dengan model Make A-Match dalam pembelajaran. Indikator afektif (Indikator emosional), yaitu indikator yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang mengenai objek sikap. Indikator afektif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang model Make AMatch dalam pembelajaran tematik di SD Negeri se-kecamatan gunung meriah masuk dalam kategori baik. Diperoleh jumlah persentase pada jawaban sangat setuju 31,94% dan setuju 55,36% sehingga dapat disimpulkan bahwa guru memiliki sikap atau keyakinan yang sedang mengenai model Make A-Match dalam pembelajaran tematik, seperti guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match karena merupakan model pembelajaran yang aktif dan inovatif. Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 14,34% guru memberikan respon sikap kurang yakin terhadap model pembelajaran Make AMatch dalam pembelajaran tematik di SD.



72



Indikator konatif (Indikator tindakan atau action component) merupakan Indikator yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak atau berperilaku mengenai objek sikap. Indikator ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang mengenai objek sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah berdasarkan Indikator konatif berada pada kategori baik. Ada 30,55% sangat setuju dan 74,53% setuju pada jawaban kuesioner artinya guru memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melaksanakan pembelajaran dengan model make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD. Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 11,10% guru memberikan respon bertindak sikap kurang setuju terhadap model pembelajaran Make AMatch



dalam pembelajaran tematik di SD dan 0,46%respon guru yang



melaksanakan model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu: 1) Dhestha Hazilla Aliputri, (2018), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang kegiatan ekonomi bagi siswa kelas IV SDN Wulung 1 Blora. Dalam kondisi awal hanya mencapai 51% , maka pada siklus pertama meningkat menjadi 90% dan untuk mencoba menggunakan model Make A-Match dengan media kartu gambar di kelas IV sampai meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Penelitian yang dilakukan Arum Rahma (2013:13). Penelitian ini membahas tentang penerapan



73



model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS. Hasil yang diperoleh dari dalam penelitian tersebut, yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match (membuat pasangan) dapat meningkatkan motivasi serta rangsangan belajar khususnya pada materi energi panas dan hasil belajar IPS siswa meningkat dilihat dari nilai rata-rata siswa per siklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada siklus I sebesar 76,27 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 2,38 dengan nilai rata-rata siswa menjadi 78,65. 3) Penelitian yang dilakukan Putu Eka Trisnawati dkk tahun 2019. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Prestasi Belajar IPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar IPA antara kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berbasis penilaian kinerja dan kelompok



siswa



yang



dibelajarkan



menggunakan



model



pembelajaran



konvensional, dengan nilai hitung sebesar 3,651 dan tabel sebesar 2,017. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match berbasis penilaian kinerja berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V Gugus III Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2017/2018. Untuk melengkapi pembahasan hasil penelitian diatas penelitian ini secara teoritis didukung oleh teori Komalasari dalam Nyoman (2020:242) menyatakan bahwa “model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang



74



ditentukan”. Kemudian oleh Miftahul Huda dalam Nyoman (2020:242) menyatakan, “Model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”. Selanjutnya Santoso dalam Windi (2018:15) kelebihan model Make A-Match adalah sebagai berikut : 1) Mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan, 2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, 3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, 3) Suasanakegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran, 3) Kerja sama antar siswa terwujud dengan dinamis, 4) Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa. Sehingga siswa secara individu dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dengan adanya dukungan teori ini sejalan dengan jumlah hasil presentasi tentang model Make A-Match yang diperoleh bahwa model Make A-Match memiliki manfaat yang baik digunakan dalam pembelajaran tematik.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Persepsi adalah pandangan ataupun penilaian seseorang terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari hasil pengalaman yang ditangkap oleh alat indra manusia. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gambaran persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data, dapat disimpulkan bahwa: 1.



Dari perolehan skor dari kuesioner yang disebarkan diperoleh nilai bahwa persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan “baik” dengan rata-rata perolehan skor jawaban kuesioner yaitu 4,2



2.



Berdasarkan indikator kognitif dapat disimpulkan bahwa 26,18%



sangat



setuju dan 62,37% setuju artinya guru memiliki pengetahuan yang tinggi tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri SeKecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. 3.



Berdasarkan indikator afektif dapat disimpulkan bahwa 31,94% sangat setuju dan 55,36% setuju artinya guru memiliki sikap atau keyakinan yang sedang mengenai model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.



75



76



4.



Berdasarkan indikator konatif dapat disimpulkan bahwa 26,18% sangat setuju dan 63,88% setuju artinya guru memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menerapkan model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah.



5.2 Saran Adapun saran yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penelitian ini adalah antara lain: 1.



Bagi guru Dengan melihat kesenjangan antara persepsi guru tentang model Make AMatch dalam pembelajaran tematik ditinjau dari indikator kognitif dan indikator konatif, dengan indikator afeksi atau keyakinan guru mengenai model Make A-Match maka perlu meningkatkan keyakinan guru dalam melaksanakan



pembelajaran



dengan



model



Make



A-Match



dalam



pembelajaran tematik dengan memulai menerapkan hal-hal yang dianggap baik oleh guru yang dapat menunjang pembelajaran. Guru juga harus lebih percaya diri dalam melaksanakan model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. 2.



Bagi peneliti selanjutnya Dapat menambahkan metode wawancara dengan guru untuk mengungkap dan mengenal



alasan-alasan



yang



menyebabkan



guru



ketidakyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran



yakin



ataupun



DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Rulam. (2014). Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz media. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Aruna,Windi. 2018. “Perbandingan Pembelajaran Menggunakan Model Air (Auditory Intellectualy Repetition) dan Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK NEGERI 1 MEDAN T. P 2017/2018”. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Prodi Pendidikan Matematika. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan. Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan Multidisipliner. Purwokerto: Pena Persada. Eka. Putu Trisnawati. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Prestasi Belajar IPA. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Fathurrohman. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif: Yogyakarta. Ar-Ruzz Media. Gulo, w. (2002). Metodologi Penelitian: Jakarta. Gramedia Widiasarana indonesia. Guslinda dan Gustimal Witri. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa. Jurnal Tunjuk Ajar. Volume 1. Nomor 1. Halaman 1-13. Habibati. (2017). Strategi Belajar Mengajar: Banda Aceh. Syiah Kuala University Press. Hazilla, Dhestha Aliputri. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make AMatch Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Hidayat dan Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”. Medan; Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia(LPPPI). Huda, Miftahul. (2017). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Idayanti. (2014, April 3). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran. Kompasiana. Diakses dari https: // www. kompasiana. com/ catatan sovie / 54f7 b7c0a33311bd208b4878 faktor faktor yang-mempengaruhi - pembelajaran. Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.



77



78



Karwono dan Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Depok: PT Rajagrafindo Persada. Kulsum, Umi & Jauhar, Mohammad. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Lidiawati, L., & Ganda, N. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Setempat Melalui Teknik Kancing Gemerincing. Pedadidaktika: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1), 100-116. Lubis, E. A. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press. Maeliah, Mally. 2012. Peran Guru Dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai Tuntutan Dunia Kerja Di Industri Busana.Ejournal Undiksha. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Nyoman, Dewa dan Suprapta . (2020). Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa. Journal of Education Action Research. Volume. 4 Nomor 1. Halaman 240-246. Prastowo, Andi. (2019). Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu: Jakarta. Kencana. Rahma, Arum Shofiya. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas Xi Ips 3 Sma Negeri 3 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rakhmat, Jalaluddin. Rosdakarya.



(2011).



Psikologi



Komunikasi.



Bandung:



PT



Remaja



Ratna, Yosephin Mayang Sapri. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match terhadap Kemampuan Mengingat dan Memahami Siswa Kelas V SD Negeri Jetis Bantul Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.Yagyakarta Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Raja Grafindo. _______. (2015). Pembelajaran tematik terpadu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. _______. (2017). Model-model pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: alfabeta. Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi: Jakarta. Rineka Cipta. Sobry Sukitno, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. _______. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. _______ . (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. 78



79



Sukendar, Markus Utomo. (2017). Psikologi Komunikasi: Teori dan Praktik. Yokyakarta : Deepusblish. Topandra dan Hamima. (2020). Model Kooperatif Tipe Make A Match dalam Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar Jurnal Pendidikan Tambusai. 4(2), h. 1256- 1256. Triatna, Cepi. (2015). Perilaku Organisasi dalam Pendidikan. Bandung : PT Rosdakarya.



Remaja



U Shabir, M. (2015). Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan Kewajiban, dan kompetensi Guru. Jurnal Auladuna. Volume 2. Nomor 2. Halaman 221-232. Widyastuti, Yeni. (2014). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu Zaini. (2015). Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jurnal Idaroh, 1(1), 15-31.



.



79



80



LAMPIRAN



80



80



Lampiran 1 WAWANCARA AWAL SEBELUM PENELITIAN



Nama Sekolah



: SD Negeri 102003 Gunung Meriah



Nama Kepala Sekolah



: Juli Perangin-angin, S.Pd



Pertanyaan: Peneliti



: Selamat pagi pak, mohon izin waktunya untuk wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 102003 Gunung Meriah ini. Tapi sebelumnya mohon sebutkan nama bapak.



Narasumber



: Nama saya Juli Perangin-angin, S.Pd



Peneliti



: Berapakah jumlah guru di SD Negeri 102003 Gunung Meriah ini pak?



Narasumber



: Jumlah guru kelas di SD Negeri 102003 Gunung Meriah berjumlah 6 guru kelas sesuai dengan jumlah kelas hanya 6 kelas.



Peneliti



: Apakah guru SD Negeri 102003 Gunung Meriah menggunakan model pembelajaran bervariasi dalam mengajar pembelajaran tematik?



Narasumber



: Iya, guru menerapkan penggunaan model pembelajaran bervariasi. Namun beberapa waktu dan juga beberapa guru hanya menerapkan model pembelajaran biasa yaitu guru menerangkan pembelajaran dengan cara berceramah.



Peneliti



: Apakah guru masih sering menerapkan model mengajar dengan cara berceramah dalam kegiatan pembelajaran?



Narasumber



: Iya, guru SD Negeri 102003 sering menerapkan model pembelajaran ceramah dalam kegiatan mengajar. Hal ini dikarenakan beberapa guru di SD Negeri 102003 Gunung Meriah akan memasuki masa pensiun, jadi mereka



81



lebih mengerti cara mengajar dengan menggunakan model pembelajaran ceramah. Peneliti



: Apakah dengan menggunakan model pembelajaran ceramah dan tidak bervariasi, siswa menjadi lebih pasif dalam belajar?



Narasumber



: Iya, siswa lebih pasif dengan model ceramah dalam belajar serta siswa juga mudah jenuh dan merasa bosan jika guru hanya menggunakan model pembelajaran ceramah dalam pembelajaran.



Peneliti



: Apakah hasil belajar siswa rendah jika guru tidak menerapkan model mengajar bervariasi?



Narasumber



: Iya, hal ini dikarenakan kejenuhan siswa dalam belajar dan membuat siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat memahami pembelajaran dengan maksimal.



Peneliti



: Apakah siswa lebih tertarik belajar dengan model Pembelajaran bervariasi dalam Pembelajaran tematik?



Narasumber



: Iya, siswa lebih tertarik dan senang belajar dengan menggunakan model bervari.



82



Lampiran 2 ANGKET PENELITIAN Angket Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 A. Identitas Responden (Guru) Nama



: ...............................................................................................



Guru kelas



: ...............................................................................................



Tempat Mengajar



: ...............................................................................................



B. Petunjuk pengisian 1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan 2. Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban benar atau salah 3. Berilah tanda check (√) untuk jawaban yang paling dianggap sesuai dengan keadaan, pada kotak yang disediakan di sebelah kanan setiap pernyataan. 4. Untuk pemberian skor setiap butir pernyataan pilihlah: SS S CS KS TS



: Sangat Setuju dengan pernyataan (Skor 5) : Setuju dengan pernyataan (Skor 4) : Cukup Setuju dengan pernyataan (Skor 3) : Kurang Setuju dengan pernyataan (Skor 2) : Tidak Setuju dengan pernyataan (Skor 1)



5. Selesai mengerjakan teliti lah kembali dan pastikan bahawa setiap pernyataan dalam kuesioner ini telah semuanya dijawab.



83



NO.



INDIKATOR



PERNYATAAN SS



I



Pengetahuan guru tentang model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik



1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



II



Sikap tentang



guru model



8.



Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk bekerja sama dalam belajar. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan dengan batas waktu yang sudah ditentukan Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match dapat melatih siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran tematik. Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik Guru mengetahui sebelum menggunakan model pembelajaran Make A-Match, guru membuat aturan-aturan berisi penghargaan dan sanksi yang harus disepakati dengan peserta didik. Guru mengetahui dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match, peserta didik yang mampu mencocokkan kartu sebelum waktu yang ditentukan habis, berhak memperoleh nilai. Guru mengetahui dalam model pembelajaran Make A-Match, peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-



PENILAIAN S KS TS STS



84



pembelajaran Make A-Match 9.



10.



11.



12.



13.



III



14.



15.



16.



17.



Match karena merupakan model pembelajaran yang aktif dan inovatif. Guru senang menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena model pembelajaran Make A-Match mengajak siswa melatih dan mendalami materi pembelajaran. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam pembelajaran tematik untuk dijadikan selingan, yaitu kegiatan belajar sambil bermain. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match mampu meningkatkan sikap kerjasama siswa dalam belajar. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make AMatch, karena mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan menggunakan model Make A-Match, materi pembelajaran dapat bertahan lama dalam struktur kognitif siswa. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match melatih peserta didik lebih cermat dalam memahami materi pelajaran Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. Dengan penerapan model pembelajaran Make A-Match guru



85



dapat mengontrol perkembangan siswa dalam pembelajaran di kelas. 18. Dengan menerapkan model pembelajaran make Make A-Match siswa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran 19. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match dapat memunculkan dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa 20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.



Lampiran 3 Rekapitulasi Data Persepsi Guru No. Res



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 JLH



1



2



3



4



5



6



7



8



9



4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 155



4 3 5 4 5 4 4 3 4 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 148



3 5 3 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 150



3 3 5 3 4 4 5 4 3 4 4 5 3 4 4 4 2 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 143



5 3 3 5 4 4 4 4 2 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 145



4 4 4 4 5 5 4 4 3 5 4 5 3 4 4 5 4 4 5 5 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 147



4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 155



3 5 4 4 4 5 4 3 3 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 5 150



4 3 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 3 5 5 4 4 4 5 5 4 3 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 5 3 4 5 152



No.Pernyataan 10 11



4 3 5 5 5 4 5 3 4 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 5 5 3 4 4 3 4 4 4 151



4 3 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 5 4 4 4 5 5 150



12



13



14



15



16



17



18



19



20



Skorr



3 4 5 4 5 5 5 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 151



4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 3 5 4 3 4 5 5 5 5 4 148



4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 5 5 3 4 5 3 5 5 3 4 5 4 5 4 5 4 5 5 152



3 5 5 4 4 4 3 4 5 4 4 3 3 4 4 5 3 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 3 5 4 3 4 4 5 148



2 3 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 147



4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 5 4 5 3 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 3 4 3 150



4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 146



4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 153



4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 152



74 77 88 83 91 84 82 78 76 94 86 87 74 87 85 93 75 82 85 92 76 82 89 74 91 88 74 82 84 77 88 82 78 79 90 86 2993



86



87



Lampiran 4 Daftar Nama Guru



88



No



Nama



P/L



Jabatan



Sekolah Total Skor



1 Alimna Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas II SDN. 102001 Gunung Meriah



2 3 4 5



Sura Suranta Br Karo, S.Pd Sabrina Tarigan, S.Pd Selvy Neny Br Sitepu, S.Pd Linda Tarigan, S.Pd



P P P P



Guru Kelas I Guru Kelas V Guru Kelas III Guru Kelas VI



6 Kristina P.A Panjaitan, S.Pd



P



Guru Kelas IV SDN. 102001 Gunung Meriah



85



7 Novasari Br Sinulingga, S.TP



P



Guru Kelas III SDN. 102002 Gunung Paribuan



80



8 Sempat Malem Sembiring, S.Pd 9 Eni Mirawati Br Tarigan, S.Pd 10 Perikutan Purba, S.Pd



P P L



Guru Kelas I SDN. 102002 Gunung Paribuan Guru Kelas II SDN. 102002 Gunung Paribuan Guru Kelas VI SDN. 102002 Gunung Paribuan



78 77



11 Nerseri Br Purba, S.Pd



P



Guru Kelas IV SDN. 102002 Gunung Paribuan



86



12 Nurlina Br Tarigan



P



Guru Kelas V SDN. 102002 Gunung Paribuan



87



13 Meriah Ukur Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas I



SDN. 102003 Gunung Meriah



73



14 Ramsen Br Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas V SDN. 102003 Gunung Meriah



87



15 Erlianta, S.Pd



P



Guru Kelas IV SDN. 102003 Gunung Meriah



85



16 Erra Fazira Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas VI SDN. 102003 Gunung Meriah



90



17 Susisusanti Br Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas II SDN. 102003 Gunung Meriah



76



18 Cana Ria Lusia Br Tarigan



P



Guru Kelas III SDN. 102003 Gunung Meriah



80



19 Lusianna Sijabat, S.Pd 20 Putri Audina, S.Pd



P P



Guru Kelas IV SDN. 104289 Gunung Sinembah Guru Kelas VI SDN. 104289 Gunung Sinembah



84 89



21 Risnawati Br Tarigan, S.Pd



P



Guru Kelas II SDN. 104289 Gunung Sinembah



22 C. Lusiana Br Sinulingga



P



Guru Kelas III SDN. 104289 Gunung Sinembah



75 81



23 Elma Sarmiaty Sitopu



P



Guru Kelas V SDN. 104289 Gunung Sinembah



24 Tiana Br Ginting



P



Guru Kelas I



25 Rina Lena Sihombing, S.Pd



P



Guru Kelas VI SDN. 104287 Ujung Meriah



91



26 Anna Br Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas V SDN. 104287 Ujung Meriah



89



27 Surya Rupna Sitepu, S.Pd



P



Guru Kelas II SDN. 104287 Ujung Meriah



74



28 Elpina Br Tarigan



P



Guru Kelas III SDN. 104287 Ujung Meriah



79



29 Amunsen Hasibuan, S.Pd



P



Guru Kelas IV SDN. 104287 Ujung Meriah



84



30 Esterina Herniati Tarigan



P



Guru Kelas I



75



31 Atika Syahfitri Batubara



P



Guru Kelas V SDN. 108029 Kuta Bayu



88



32 Dewi Sada Riahta Sembiring, S.Pd



P



Guru Kelas I



77



33 Bungana Barus, S.Pd



P



Guru Kelas II SDN. 108029 Kuta Bayu



34 Desli Br Damanik



P



Guru Kelas III SDN. 108029 Kuta Bayu



80



35 Rehjilena Damanik



P



Guru Kelas VI SDN. 108029 Kuta Bayu



89



36 Masnur Barus, S.Pd



P



Guru Kelas IV SDN. 108029 Kuta Bayu



85



Lampiran 4 Fota Kegiatan



SDN. 102001 Gunung Meriah SDN. 102001 Gunung Meriah SDN. 102001 Gunung Meriah SDN. 102001 Gunung Meriah



SDN. 104289 Gunung Sinembah



SDN. 104287 Ujung Meriah



SDN. 108029 Kuta Bayu



73 76 86 79 89



91



88 72



76



89



Penyebaran Kuesioner SDN. 102003 Gunung Meriah



Foto bersama Guru-guru SDN. 102003 Gunung Meriah



90



Penyebaran Kuesioner SDN. 102002 Gunung Paribuan



91



Foto bersama Guru-guru SDN. 102002 Gunung Paribuan



92



Penyebaran Kuesioner SDN. 102003 Gunung Meriah



Foto bersama Guru-guru SDN. 102003 Gunung Meriah



93



Penyebaran Kuesioner SDN. 104287 Ujung Meriah



Foto bersama Guru-guru SDN. 104287 Ujung Meriah



94



Penyebaran Kuesioner SDN. 104289 Gunung Sinembah



Foto bersama Guru-guru SDN. 104289 Gunung Sinembah



95



Penyebaran Kuesioner SDN. 108029 Kuta Bayu



Foto bersama Guru-guru SDN. 108029 Kuta Bayu



96



97



98



99



100



101



102



103



104



105



106



107



108



109



110



111



112



113



114



115



116



117



118



119



120



121



122



123



124



125



126



127



128



129



130



131



132



133



134



135