skripsi manfaat putih telur rebus untuk lika laserasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI PENELITIAN PENGARUH PUTIH TELUR AYAM TEHADAP PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA IBU NIFAS DI KLINIK NOAH AROFA KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022



DI SUSUN OLEH : NUR INTAN MANANSIH L0450462205375 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI BHAKTI ASIH PURWAKARTA



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2014). Untuk Angka Kematian ibu di indonesia pada tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini menunjukan penurunan di bandingkan pada tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup (KeMenKes RI, 2018). Sedangkan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin di dunia pada tahun 2015 adalah sebesar 2,7 juta kasus dimana angka ini diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di Benua Asia sendiri 50% ibu bersalin mengalami ruptur perineum (WH0, 2015). Rasio Kematian Ibu Provinsi Jawa Barat tahun 2020 yaitu 85,77 per 100.000 kelahiran hidup di atas target yang ditetapkan sebesar 85/ 100.000 KH. hal ini dikarenakan adanya peningkatan kasus kematian ibu di Jawa Barat yaitu dari 684 kasus pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2020 yaitu 745 kasus. Berdasarkan Laporan dari Kabupaten/Kota tahun 2020 kematian ibu tahun 2020 sebesar 745 kasus, ada peningkatan dibanding tahun 2019 sebesar 684 kasus, kenaikan sebanyak 61 kasus. 10 Kab/kota penyumbang Kematian ibu tertinggi tahun 2020 berada di Kabupaten Bogor, Kabupaten



Karawang, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cirebon , Kabupaten Bandung, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta.( https://e-renggar.kemkes.go.id/ : 2020) Hasil



studi



dari



Pusat



Penelitian



dan



Pengembangan



(Puslitbang) Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 20132015 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum akan meninggal dunia dengan persentase sebanyak 21,74%. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu bersalin usia 32-39 tahun sebesar 62 % (Apriliya, 2010). Luka pada perineum akibat episiotomi ruptur uteri atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah kering. Secara fisiologis luka perineum akan mulai membaik dalam jangka waktu 6 sampai 7 hari post partum (Fitri, 2013). Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang



terkena



lokhea



akan



lembab



dan



sangat



menunjang



perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka (Marmi , 2018). Penyebab keterlambatan penyembuhan luka perineum yaitu pengetahuan ibu, faktor budaya, persol hygine, dan keadaaan



lingkungan yang kurang bersih. Secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi gizi, personal hygiene, kondisi ibu, keturunan, usia, hemoragi, hipovolemi, faktor lokal edema, defisit nutrisi, defisit oksigen, over aktivitas. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial, ekonomi, penanganan petugas, penanganan jaringan dan obat-obatan (Setyowati, 2017). Ibu nifas yang mengalami keterlambatan dalam penyembuhan luka perineum



yang tersering dikarenakan



adanya kebiasaan



berpantang makanan. Makanan yang sering di pantang salah satunya adalah telur. Putih telur mengandung protein yang sangat bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka perineum. Protein sebagai unsur zat pembangun yang akan membangun sel-sel yang rusak terutama kerusakan akibat proses robekan pada perineum. Salah satu solusi bagi ibu post partum adalah gagasan yang diperoleh dari dunia yaitu makanan hewani yaitu telur rebus. Telur merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah ditemukan, ekonomis dan salah satu makanan paling padat nutrisi. Kandungan nutrisi telor 90% kalsium dan zat besi, satu telur mengandung 6 gram protein yang berkualitas dan 9 asam amino esensial. Protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai blok pembangun



didalam



tubuh,



maka



dalam



penyembuhan



luka



dibutuhkan protein setiap harinya (Rusmiati, 2015). Dalam hal ini,



telur ayam lebih sering digunakan dalam penyembuhan luka dibandingkan telur bebek/ telur puyuh/ telur ayam kampung, karena selain mudah didapat, telur ayam memiliki rasa yang khas, tidak amis, tidak membuat mual, dan memiliki kadar protein yang cukup tinggi (Wirakusumah, 2011). Telur yang direbus akan menurunkan kandungan lemak dan meningkatkan kadar vitamin yang terkandung didalamnya sedangkan telur yang digoreng akan meningkatkan kadar lemak berkali lipat dibandingkan dengan telur yang direbus dan kadar vitamin dalam telur menurun jika dibandingkan dengan telur yang direbus sehingga pemberian telur rebus akan lebih mempercepat penyembuhan luka jika dibandingkan dengan telur yang digoreng (Nurmayanti, 2014). Telur rebus dibuktikan untuk penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu pasca persalinan atau ibu post partum karena percepatan penyembuhan luka perineum dalam masa nifas sangat diharapkan untuk menghindari ibu nifas dari bahaya infeksi (Nurmayanti, 2014). Menurut Smeltzer (2014), penyembuhan luka perineum



dimulai



dari



membaiknya



luka



perineum



dengan



terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari postpartum dengan kriteria luka kering, jahitan menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi (bengkak, merah, bernanah dan demam). Hasil penelitian Supiati dan Yulaikah (2015), menunjukkan bahwa konsumsi telur rebus efektif untuk mempercepat penyembuhan



luka jahitan perineum dan meningkatkan kadar Hb pada ibu nifas diperoleh nilai p value (0,000). Penelitian Rifani (2016), juga menunjukkan bahwa ada pengaruh konsumsi telur ayam rebus terhadap penyembuhan luka perineum dengan nilai p value (0,001). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada ibu nifas di wilayah kerja Klinik Noah Arofa Medika Kabupaten Bekasi pada bulan Oktober sampai November 2022 didapatkan data ibu nifas berjumlah 32 orang. Hasil survey awal yang dilakukan dari 5 ibu luka perineum diperoleh data bahwa seluruh klien mengalami waktu penyembuhan luka perineum rata-rata berkisar 8 hari. Kondisi tersebut menyebabkan ke 5 ibu mengalami nyeri pasca persalinan, ketidak nyamanan saat buang air kecil, buang air besar, dan kesulitan melakukan aktifitas lain seperti jalan kaki, menyebabkan terganggunya gerak dan aktifitas ibu dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai ibu baru, serta menimbulkan keletihan, kelelahan yang mengganggu hubungan interaksi ibu dengan bayi. Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Putih Telur terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi tahun 2022.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka identifikasi



masalah penelitian ini dapat di lihat pada bagan identifikasi masalah ”pengaruh putih telur ayam terhadap penyembuhan luka laserasi pada ibu nifas”. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh Putih Telur Ayam Terhadap Penyembuhan Luka Laserasi Pada Ibu Nifas Di Klinik Noah Arofa



Kabupaten Bekasi Tahun



2022?”. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian Putih Telur terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi tahun 2022?. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas tidak dilakukan intervensi (Kelompok Kontrol) di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi. b. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas yang mendapat perlakuan intervensi (Kelompok Perlakuan) di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi. c. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum berdasarkan mobilisasi dan usia di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.



A. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Memberikan



informasi



bagi



pengembangan ilmu kebidanan



instuti



pendidikan



tentang manfaat



untuk



asupan gizi



dalam proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas selain itu juga dapat digunakan sebagai pedoman diperpustakaan untuk teori- teori yang sudah ada. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pasien Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manfaat putih telur dalam proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. b. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan



maternitas



di



Bidan



Praktik



Mandiri



serta



memberikan pilihan strategi dalam proses penyembuhan luka perineum pada pasien ibu nifas.



B. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian putih telur terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi tahun 2022. Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan rancangan two



group post test only design.



Penelitian ini menggunakan dua



kelompok yaitu kelompok intervensi yang mendapat perlakuan diberikan rebusan empat butir putih telur per hari dan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan. Pengamatan dilakukan pada hari ketiga,kelima dan ketujuh post partum. Pengamatan dilakukan untuk melihat waktu penyembuhan setelah mengkonsumsi putih telur rebus 4 butir/hari selama 7 hari. Penelitian ini hanya mencakup pengaruh putih telur terhadap penyembuhan luka perineum.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Nifas atau Puerperium 1. Pengertian Nifas Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2017) Masa nifas (peurperium) adalah setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42) hari setelah itu .(Lia dkk, 2017). a. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2018) tujuan asuhan masa nifas itu ada dua yaitu : 1) Tujuan umum Membantu ibu dan pasangan nya selama masa transisi awal mengasuh anak. 2) Tujuan khusus a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun fisikologinya b) Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi c) Memberikan



pendidikan



kesehatan,



tentang



perawatan



kesehatan diri, nutrisi, KB, Menyusui, Pemberian Imuniasi dan perawatan bayi sehat. d) Memberika pelayanan keluarga berencana. b. Tahapan Masa Nifas Menurut Maritalia (2017) masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan: 1) Puerperium dini Puerperium dini merupakan masa kepulihan awal yang dalam hal ini ibu telah di perbolehkan untuk berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerpirium intermedinal Suatu masa pemulihan dimana organ organ reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari. 3) Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangung selama berminggu-minggu, atau berbulan-bulan, bahkan tahunan.



2. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal Berikut adalah tabel Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal: No. 1



Kunjungan



Asuhan



6-8 jam postpartum a. Mencegah peradangan pada masa nifas karena



.



Antonia uteri b. Memantau keadaan umum ibu c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attachment) d. ASI ekslusif



2



6 hari postpartum



a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawa umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal b. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup d. Memastikn ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.



3



2 minggu postpartum



a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,



dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal b. Menilai adantya tanda tanda demam,infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memasikan ibu menyusui dengan 10 baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyuli 4



6 minggu postpartum



a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami b. Memberikan dini,imunisasi,



konseling



untuk



senam



nifas,dan



KB



tanda-tanda



bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi



Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas Normal Sumber: Sulistyawati (2017)



secara



3. Komplikasi Masa Nifas Ada beberapa komplikasi yang dialami oleh ibu setelah melahirkan ketika masa nifas, diantaranya yaitu: a. Perdarahan Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019) Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi pada jalan lahir yang volumenya lebih dari 500ml dan berlangsung dalam 24 jam setelah bayi lahir. Perdarahan post partum disebabkan beberapa faktor yaitu: 1) Robekan jalan lahir Tanda-tanda ibu menglami robekan jalan lahir adalah perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, terkadang ibu terlihat pucat,lemah dan menggigil. 2) Antonia uteri Antonia uteri adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri.Diagnosis Antonia uteri yaitu bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan 24 pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. 3) Retensio plasenta Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir . 4) Inversion uteri Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana fundus uteri



terbalik



sebagian



atau



seluruhnya



ke



dalam



vakum



uteri.Penyebab inversion uteri yaitu uterus lembek atau lemah (tidak



berkontraksi), kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot Rahim yang lemah), dan meningkatnya tekanan intra abdominal akibat mengedan yterlalu kuat dan berlebihan. 5) Tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus Sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.Bagian plasenta yang masih tertinggal menempel pada dinding uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontrakasi/terjepit dengan sempurna.



B. Luka Perineum 1. Pengertian Luka Perineum Luka perineum adalah luka karena adanya robekan robekan jalan lahir baik karena rupture maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan janin. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Robekan jalan lahir merupakan luka atau robekan jaringan yang tidak teratur (Walyani dan Purwoastuti, 2017).



2.



Macam-Macam Luka Perineum Menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2017) macam-macam luka perinemun diantaranya yaitu: a. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh



rusaknya jaringan secara alamiah karena proses persalinan. Banyak



rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. b. Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan



terpotongnya selaput lendir vagina cincin selaput darah,jaringan pada septum rektovaginal,otot-otot dan pasiaperium dan kulit sebelah depan perineum. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019) Indikasi dilakukannya episiotomi: 1) Gawat janin,untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera diakhiri. 2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, akan



dilakukan forcep, ekstrak vacuum.



3) Jaringan parut pada perineum ataupun vagina. 4) Perineum kaku dan pendek. 5) Adanya rupture yang membakat pada perineum. 6) Premature untuk mengurangi tekanan.



3. Klasifikasi Luka Perineum dan Tindakan Luka Perineum Klasifikasi Luka perineum dibagi menjadi 4 yaitu: a. Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum Tindakan : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka b. Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum Tindakan : jahit dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum



ditutupdengan



dibawahnya.



mengikut



sertakan



jaringan-jaringan



c. Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spinter ani eksternal, dinding rectum anterior Tindakan : penolong persalinn tidak dibekali keterampilan untuk reprasilaserasi perineum. Maka hendaknya segera merujuk ke fasilitas rujukan (Walyani dan Purwoastuti,2017) d. Derajat IV ini adalah tingkatan tertinggi dalam ruptur perineum, namun paling jarang terjadi. Robekan ini memanjang hingga ke dinding rektum. Biasanya, ruptur perineum tingkat 3 dan 4 bisa terjadi apabila bahu bayi tersangkut atau ada prosedur medis seperti vacum atau forsep. (https://www.informasibidan.com/:2021) Gambar 2.1 robekan jalan lahir



Sumber (https://www.informasibidan.com/:2021)



4. Penyembuhan Luka Menurut (Walyani dan Purwoastuti,2019) Penyembuhan luka adalah proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Fasefase penyembuhan luka dibagi menjadi: a. Fase inflamantasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari. b. Fase proliferative, berlangsung selama 5 sampai 20 hari c. Fase maturasi, berlangsung dari 21 sampai sebulan bahkan tahunan Luka dapat sembuh melalui proses utama (primipary intention) yang terjadi ketika tepi luka disatukan(approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang kosong.Oleh karena itu jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan kedua yaitu melalui proses sekunder(secondary intention) terdapat defsit jaringan yang membutuhkan waktu yang lebih.



5. Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka Menurut



Walyani



dan



Purwoastuti,2015,



faktor



yang



mempengaruhi kesembuhan luka terdiri dari : a. Faktor eksternal 1) Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan berlangsung lama. Banyak dari ibu setelah persalinan merasa takut untuk memegang kelaminnya



sendiri sehingga jika ada luka masalah akan bertambah parah dan dapat menyebabkan infeksi. 2) Penanganan petugas Pada saat persalinan, pembersihan yang harus dilakukan dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum. 3) Nutrisi Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum. b. Faktor-faktor internal 1) Usia 34 Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya dapat menoleransi seperti trauma jaringan atau infeksi. 2) Cara perawatan Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlaambat penyembuhan, karena perawatan yang kasar dan salah dapatmengakibatkan kapler darah baru rusakdan mengalami perdarahan.Kemungkinan terjadinya infeksi karena perawatan yang tidak benar dapat meningkatkan dengan adanya benda mati dan benda asing. Jika luka dirawat dengan baik maka kesembuhannya juga akan lebih cepat. 3) Personal hygiene Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing, pengelupasan



jaringan



yang



luas



akan



memperlambat



penyembuhan dan kekuatan renggangan luka menjadi tetap rendah.



Luka yang kotor harus ducuci brsih.Bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang buruk. 4) Aktivitas Aktivitas berat dan berlebihan menghambat perapatan tepi luka, sehingga menggangu penyembuhan yang diinginkan.



6. Faktor Resiko Terjadi Ruptur Perineum Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat , sudut arkus pubis lebih kecil dari biasanya, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito briegmatika. Biasanya robekan perineum terjadi pada kepala janin terlalu cepat lahir, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut, pada persalinan distosia bahu (Walyani dan Purwoastuti, 2019).



7. Perawatan Luka Perineum Menurut wijayanti dkk (2017) upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi ruptur perineum dapat diberikan dengan terapi farmakologis dan non farmakologi. a) Terapi farmakologi adalah dengan pemberian obat antibiotik (povidone) untuk perawatan luka perineum akan tetapi obat dan bahan ini memiliki efek samping seperti alergi ,menghambat pertumbuhan kolagen yang berfungsi untuk penyembuhan luka (Milandiyah, 2017).



b) Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan banyak hal contohnya daun sirih,madu, telur rebus ,menggunakan bantalan untuk tempat duduk. Telur rebus, telur merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah ditemukan, ekonomis dan salah satumakanan paling padat nutrisi. Kandungan nutrisi telur rebus utuh 38 mengandunglebih dari 90% kalsium zat besi, satu telur mengandung 6 gram protein 5berkualitas dan asam amino esensial. Pada kajian ini telur rebus dan dibuktikanuntuk penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu pasca persalinan atau ibupost partem karena percepatan penyembuhan luka perineum pendapat (Nurmiyati R, 2018).



C. KONSEP TELUR 1. Pengertian Konsep Telur Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang popular dan sangat d iminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, hal ini karena telur ayam ras relative murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2019). Telur bagi unggas atau hewan yang menghasilkannya merupakan alat yang digunakan untuk berkembangbiak. Telur juga merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, mineral dan



vitamin serta memiliki daya cerna yang tinggi (Silondae, 2019).



2. Kandungan Telur ayam ras banyak mengandung berbagai jenis protein berkualitas tinggi. Telur ayam ras termasuk mengandung semua jenis asam amino esensial bagi tubuh manusia. Asam amino esensial merupakan komponen 39 utama penyusunan protein yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Telur ayam ras mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflavin, asamm folat, vitamin B6, vitamin B12, besi, kalsium, fosfor, dan potassium (Buckle et, 2017). 3. Manfaat Telur bermanfaat untuk kesehatan antara lain, perlindungan terhadap otak, membantu penyerapan kalsium, menyehatkan indra pengelihatan, menurunkan resiko penyakit jantung, menurunkan resiko kanker, dan meningkatkan kesuburan. 4. Efektifitas Terhadap Luka Perineum Luka perineum dapat disembuhkan salah satunya dengan asupan nutrisi yang bagus terutama tinggi protein. Telur mempunyai kandungan protein hewani akan sangat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka perineum karena pengantian jaringan sangat membutuhkan protein (Purwaningsih dkk, 2018).



5. Patofisiologis Telur aman dikonsumsi oleh ibu nifas yang memiliki luka jahitan perineum karena efek dari protein ini sangat membantu dalam pembentukan kembali sel jaringan yang rusak. Dalam telur rebus mengandung zat kolin yang mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga jaringan baru dan sehat akan lebih mudah terbentuk menggantikan jaringan yang sudah rusak, karena itu protein disebut sebagai unsur atau zat pembangun. 40 Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Zat besi dapat mengantikan darah yang hilang, sedangkan protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai blok pembangunan otot, jaringan tubuh, serta jaringan tulang, namun tak dapat disimpan oleh tubuh, maka untuk menyembuhkan luka memerlukan asupan proten setiap hari (Supiati, Siti Yulaikah, 2018) 6. Cara Mengolah Telur Banyak cara mengolah telur, salah satunya adalah dengan merebus. Telur yang direbus akan menurunkan kandungan lemak dan meningkatkan kadar vitamin yang terkandung didalamnya sedangkan telur yang digoreng akan meningkatkan kadar lemak berkali lipat dibandingkan dengan telur yang direbus dan kadar vitamin dalam telur menurun jika dibandingkan dengan telur yang direbus sehingga pemberian telur rebus akan lebih mempercepat penyembuhan luka jika dibandingakan dengan telur yang digoreng (Nurmayanti, 2014). Berikut adalah standar operasional prosedur



(SOP) perebusan telur ayam, yang peneliti sajikan pada tabel 2.3. Tabel 2.3



SOP Perebusan telur



Pengertian



Kegiatan atau proses perebusan telur ayam untuk pasien.



Tujuan



Menghasilkan telur rebus yang higienis dan layak dikonsumsi untuk pasien.



Kebijakan



Telur rebus dibuat dengan proses dan alat higienis. Telur rebus dimasak sesuai dengan kebutuhan pasien.



Prosedur



a. Sortir telur dan masukkan ke dalam panci atau wajan. Masukkan telur di bagian bawah panci yang berat. Tumpuk telur-telur dengan hati-hati agar tidak retak. Jangan menumpuk telur lebih dari empat tingkat. b. Isi panci dengan air keran dingin, masukan air sampai minimal 3 cm dari atas telur. Tambahkan sedikit garam. c. Letakkan panci diatas api sedang. Tutup panci dengan tutupnya. Biarkan air mendidih. Air akan mendidih sedikit lebih cepat bila panci ditutup. d. Biarkan telur di dalam panci saat mendidih, agar telur matang dengan sempurna. Biarkan panci tetap ditutup selama 10-15 menit sampai telur benar-benar matang. e. Jika telur sudah benar-benar matang matikan kompor dan angkat telur menggunakan sendok atau saringan lalu dinginkan telur untuk menghentikan proses masak. Siram telur dibawah air dingin, biarkan telur di air dingin selama sekitar 5 menit. f. Sesudah dingin lakukan kupas telur jika akan disajikan dan siapkan tempat untuk menyajikan telur rebus yang sudah matang.



D. PENGARUH PUTIH TELUR TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka perineum terdapat banyak cara, salah satunya melalui perbaikan gizi dengan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Faktor gizi terutama protein sangat mempengaruhi



proses



penyembuhan



luka



perineum



karena



protein



mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, dan perbaikan jaringan. Protein bermutu tinggi, banyak terdapat pada protein hewani seperti daging, ikan, dan telur (Almatsier, 2014). Sumber umum protein adalah daging, susu, roti, sereal, telur, ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian (Boyle, 2013). Telur merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah ditemukan, ekonomis dan salah satu makanan paling padat nutrisi. Kandungan nutrisi telur utuh mengandung lebih dari 90% kalsium dan zat besi, satu telur mengandung 6 gram protein berkualitas dan 9 asam amino esensial. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Zat besi dapat menggantikan darah yang hilang, sedangkan protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai blok pembangun otot, jaringan tubuh, serta jaringan tulang, namun tak dapat disimpan oleh tubuh, maka untuk menyembuhkan luka memerlukan asupan protein setiap hari (Supiati dan Yulaikah, 2015). Putih telur merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung banyak protein. Orang juga banyak menghindari telur karena khawatir dengan kandungan kolesterolnya yang tinggi. Kandungan kolesterol yang tinggi hanya terkonsentrasi di kuning telur, sedangkan pada putih telur bebas dari kolesterol sehinggaaman untuk dikonsumsi. Putih telur sangat kaya protein, bebas lemak dan kolesterol. Kandungan protein ini sangat bermanfaat sebagai zat pembangun dalam tubuh. Kandungan yang terdapat dalam putih telur berupa protein. Putih telur juga bermanfaat dalam pemulihan otot (Setyowati,



2014).



Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifani (2015) bahwa setelah mengkonsumsi telur ayam rebus 2 diantara 3 partisipan mengalami penyembuhan luka perineum. Hal ini tampak dari penerapan yang dilakukan selama 1-7 hari post partum pada hari ke 2. Penyembuhan tersebut termasuk dalam kategori luka sembuh cepat dan luka sembuh lambat. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian (Baiti, 2015) menimpulkan bahwa konsumsi protein dengan proses penyembuhan luka perineum didapatkan hasil sebanyak 28 orang yang pola konsumsi proteinnya baik dan luka perineumnya sembuh setelah 7 hari. Hasil uji fisher exact test didapatkan nilai p-value 0.002 0,05) yang berarti bawhwa tidak ada hubungan usia terhadap penyembuhan luka perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.



BAB VI PEMBAHASAN



A. ANALISIS UNIVARIAT Berdasarkan



hasil penelitian pada responden intervensi diperoleh



bahwa sebanyak 93,75% melakukan mobilisasi dini. Sedangkan ibu yang tidak mobilisasi hanya 6,25%. Pada kelompok kontrol diperoleh bahwa sebanyak 81,25% melakukan mobilisasi dan 18,75% tidak moblisasi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin melakukan pergerahan untuk mempercepat pemulihan pasca persalinan yang dialaminya. Pergerakan tersebut dapat memperlancar peredaran darah dari ibu bersalin tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba (2013) bahwa mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian. Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden intervensi sebanyak 93,75% tidak berusia resiko. Sedangkan ibu yang beresiko hanya 6,25%. Pada kelompok kontrol diperoleh bahwa sebanyak 87,5% berusia tidak beresiko dan 12,5% beresiko. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dalam usia normal. Usia reproduksi yang untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun, kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 – 5 kali



lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20– 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 – 35 tahun. (Winkjosastro, 2013) B. ANALISIS BIVARIAT 1. Efektifitas Konsumsi Telur Ayam Rebus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi Tahun 2022 Berdasarkan hasil analsis hubungan konsumsi telur ayam rebus terhadap penyembuhan luka perineum diperoleh data bahwa dari 16 responden diberi telur ayam rebus sebanyak (86,7%) penyembuhan luka perineum



cepat



dan 3



responden sebanyak



(17,6%)



mengalami



penyembuhan luka perineum lambat. Sedangkan dari 16 responden yang tidak diberi telur ayam rebus hanya 2 responden (13,3%) yang mengalami penyembuhan luka perineum cepat, sementara 14 responden (82,4%) mengalami penyembuhan luka perineum lambat. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perinieum di Klinik Noah Arofa Kbupaten Bekasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan



penelitian yang dilakukan Fitri (2013), mengatakan bahwa ada hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Smeltzer (2012), bahwa mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat



proses



pengeluaran



lochea



dan



membantu



proses



penyembuhan luka perineum.



3. Hubungan Usia terhadap Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi Tahun 2022 Berdasarkan hasil analisis hubungan umur terhadap penyembuhan luka perineum diperoleh data bahwa haya 1 responden (6,7%) usia beresiko yang mengalami penyembuhan luka perineum lambat. Dan dari 14 responden (93,3%) usia tidak beresiko mengalami penyembuhan luka perineum cepat. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05) yang berarti bawhwa tidak ada hubungan usia terhadap penyembuhan luka perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan usia terhadap penyembuhan luka perineum di Praktik Mandiri Bidan Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Morison (2014), meyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di dalam struktur dan karakteristik kulit sepanjang rentang kehidupan yang disertai



dengan perubahan fisiologis normal berkaitan dengan usia yang terjadi pada sistem tubuh lainnya, yang dapat mempengaruhi predisposisi terhadap cedera dan efisiensi mekanisme penyembuhan luka. Juga bertolak belakang dengan pendapat Sidabutar (2015) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dan pantang makan mempengaruhi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas hari ke 7.



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN



A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas konsumsi telur ayam rebus untuk percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi Tahun 2022 maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian responden mengkonsumsi telur ayam rebus, sebagian besar responden melakukan mobilisasi dini, sebagian besar responden memiliki usia yang tidak beresiko atau normal dan sebagian besar responden mengalami penyembuhan luka perineum lambat. 2. Konsumsi telur ayam rebus efektif mempercepat penyembuhan luka perineum. 3. Tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan



luka



perineum. 4. Tidak ada hubungan umur terhadap penyembuhan luka perineum. B. SARAN 1. Bagi Responden penelitian Sesuai yang telah disampaikan dalam penelitian bahwa luka perineum bersifat patologis, semoga dengan telah dilaksanakannya penelitian ini responden khusus nya bagi ibu-ibu Post Partum yang mengalami luka pada perineum



dapat



mengaplikasikan



pengetahuan



tentang



pentingnya



konsumsi putih telur rebus untuk percepatan penyembuhan luka pada perineum. 2. Bagi Tempat Penelitian Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat di aplikasikan oleh tenaga kesehatan memberikan informasi khusus pada ibu post partum yang mengalami luka perineum dengan pemberian putih telur rebus untuk mempercepat penyembuhan luka laserasi, sehingga ibu post partum cepat pulih kembali dan cepat kembali beraktifitas seperti biasa. 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis, sehingga dapat dijadikan sumber referensi dalam memberikan asuhan pada ibu post partum yang mengalami luka perineum dengan memberikan putih telur rebus untuk percepatan masa penyembuhan luka laserasi . Dan bagi institusi pendidikan agar selalu meningkatkan penelitian dibidang kesehatan. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian telur rebus efektif terhadap percepatan penyembuhan luka perineum daripada ibu yang tidak diberi telur



rebus. Saat dilakukan analisis bivariat, tidak terdapat



hubungan antara mobiliasi dini dan usia terhadap percepatan peyembuhan luka perineum sehingga tidak dapat dilakukan uji multivariat. Maka diharapkan pada peneliti lain agar meneliti dan mengobservasi lebih lanjut pada variabel yang berbeda, sampel yang lebih banyak, dan analisis yang berbeda.



DAFTAR PUSTAKA Aisiah, N. 2016. Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian Ruptur Perineum Pada Posisi Mengejan Antara Telentang Dan Kombinasi Pada Ibu Bersalin. Kebidanan, STIKES Muhammadiyah Kudus Aisya M.W, dkk. 2018. Efektifitas Konsumsi Putih Telur Rebus Terhadap Proses Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Puskesmas Pulubala Kabupaten Gorontalo Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Vol.3 No.1 Juli 2018, Universitas Muhammadiyah Gorontalo Almatsier. 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ambarwati, R. D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Amru, Sofian. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Social edisi 3 jilid 1 & 2. EGC: Jakarta Baiti, Nur. 2018. Hubugan Pola Konsumsi Protein Dengan Proses Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Darmawati & Sastra. 2013. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas Vol. Ii No. 3 2013 Eriyawati, Wahyuningsih, Prasetya Lestari. 2016. Gambaran Perilaku Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum Di RSUD Sleman Yogyakarta. Universitas Alma Ata Yogyakarta. Sleman Fitri, E . 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nofas Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.Banda Aceh Helen, Varney. (2013). Perawatan Maternitas edisi revisi. Jakarta: EGC Jordan, Soe. 2014. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC



Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI 2014. Khairi. 2013. Pengawetan Telur. Yogyakarta: Kanisius. Manuaba, Ida A.C. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyait Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.Jakarta: EGC Mozalem. 2014. Episiotomy healing assessment: Redness, Oedema, Ecchymosis, Discharge, Approximation (REEDA) scale reliability.