Laserasi Lakrimalis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



Ruptur kanalikuli adalah cedera yang paling umum dari sistem drainase lakrimal karena posisinya yang terekspos di superior dan inferior palpebra. Ruptur kanalikuli umumnya berhubungan dengan trauma pada palpebra. Karena jaringan fibrosa padat dari tarsus jauh lebih kuat daripada bagian medial kanalikuli palpebra, setiap traksi sepanjang margin palpebra dapat menyebabkan avulsi palpebra medial dengan melibatkan kanalikuli. Avulsi palpebra dengan keterlibatan kanalikuli superior saja atau inferior saja atau keduanya secara bersamaan. Robekan kanalikuli dapat terjadi di bagian lateral (8mm dari pungtum) atau medial (lebih dari 8mm dari pungtum). 2 Pada kasus laserasi palpebra yang disertai ruptur kanalikuli pada anak-anak sering disebabkan oleh gigitan anjing. Untuk meminimalkan risiko jaringan parut dan epitelisi dari luka, yang pada suatu saat dapat menyebabkan robekan yang luas, ruptur kanalikuli harus diperbaiki dalam waktu dua hari dari cedera.



1



BAB II TINJAUAN KASUS



A. Identitas Pasien Nama



: Ny. N



Jenis kelamin



: Perempuan



Tanggal lahir /umur



: 36 tahun



Status



: Menikah



Agama



: Islam



Pekerjaan



: IRT



Tanggal masuk RS



: 06/03/2019



B. Anamnesis Keluhan utama: Luka pada mata kanan Telaah: Dialami sejak kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien jatuh tersungkur dari sepeda motor karena keserempet mobil dan wajahnya terbentur batu. Riwayat keluar darah dari mata (+), mata terasa sakit (+), penurunan penglihatan (-), mata merah (+), bengkak (+), pasien juga mengeluhkan keluar darah dari hidung sebelah kanan (+). Riwayat penyakit dahulu: (-) Riwayat penyakit keluarga: (-) Riwayat minum obat: (-) C. Pemeriksaan fisik 



Keadaan umum: Baik







Kesadaran: kompos mentis



2











Tanda-tanda vital Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Nadi



: 90 kali/menit



Pernapasan



: 20 kali/ menit



Suhu



: 36,8◦C



Status Generalisata Mata



: konjungtiva pucat -/-, sklera kuning -/-, pupil isokor (3mm/3 mm)



Mulut



: mukosa basah (+)



Leher



: pembesaran KGB (-)



Thoraks Inspeksi



: simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)



Palpasi



: P/ taktil fremitus kanan = kiri C/ iktus kordis di SIC V 2 jari medial LMCS



Perkusi



: P/ sonor di seluruh lapang paru C/ batas jantung normal



Auskultasi : P/ vesikuler +/+, suara tambahan (-) C/ S1-2 reguler, suara tambahan (-) Abdomen Inspeksi



: tampak simetris



Auskultasi



: peristaltik (+) N



Perkusi



: timpani



Palpasi



: nyeri tekan (-)



Ekstremitas Edema



: -/-/-/-



Akral dingin



: -/-/-/-



CRT



: 1–2 detik



Motorik



: 5/5/5/5



Sensorik



: dalam batas normal



Reflek patologis



: tidak ditemukan 3



D. Pemeriksaan Status lokalisata 1. Inspeksi Pemeriksaan Palpebra



OD edema (+), tampak



OS edema (-)



laserasi palpebra medial inferior dengan ukuran panjang 4 cm kearah lateral, tampak laserasi daerah pungtum inferior Apparatus lakrimalis Konjungtiva



hiperlakrimasi (+)



hiperlakrimasi (-)



hiperemis (+), injeksio



hiperemis (-)



konjungtiva (+) Bola mata Kornea Bilik mata depan Iris Pupil



Normal



Normal



Jernih



Jernih



Normal



Normal



coklat, kripte (+)



coklat, kripte (+)



bulat, sentral, RC (+)



bulat, sentral, RC (+)



2. Palpasi Palpasi



OD



OS



Tensi okuler



Tn



Tn



Nyeri tekan



(+)



(-)



Massa tumor



(-)



(-)



4



E. Pemeriksaan penunjang Laboratorium Leukosit



: 13,2/ul



Eritrosit



: 5.3x106/ul



Hemoglobin



: 11,1 g/dl



Hematokrit



: 28,6 %



Trombosit



: 241000/ul



GDS



: 105 mg/dl



CT



: 6 mnt



BT



: 2 mnt



F. Diagnosis Kerja Laserasi lakrimalis G. Penatalaksanaan O2 3 lpm WT & Hekting situasional IVFD RL 20 tpm Inj. Ranitidin 50 mg iv Inj. Ketorolak 30 mg iv Konsul dokter mata, anjuran rujuk H. Prognosis Quo ad vitam



: ad bonam



Quo ad fungtionam : ad bonam Quo ad sanationam : ad bonam



5



BAB III TINJAUAN PUSTAKA A.



Anatomi Aparatus Lakrimalis Aparatus lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus



nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal adalah kelenjar penghasil air mata yang terletak di bagian anterior superior temporal dari orbita. Kelenjar ini terdiri atas beberapa lobus kelenjar yang terpisah dengan duktus ekskretorius yang menghubungkan kelenjar dengan forniks superior konjungtiva (forniks merupakan sinus-sinus berlapis konjungtiva di antara kelopak mata dan bola mata). Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar tubuloalveolar yang umumnya memiliki lumen lebar dan terdiri atas sel berbentuk kolom berjenis serosa. Sel-sel ini memperlihatkan granul sekresi yang terpulas pucat dan suatu lamina basal yang memisahkan sel dari jaringan ikat sekitarnya.1,2 Sel mioepitel berkembang biak mengelilingi bagian sekresi kelenjar lakrimal. Sekret kelenjar mengalir ke bawah melalui permukaan kornea dan konjungtiva bulbi dan palpebra, yang membasahi permukaan bagian-bagian ini. Sekret mengalir ke dalam kanalikuli lakrimalis melalui punktum lakrimal, yang merupakan lubang bulat berdiameter 0,5 mm pada sisi medial tepian kelopak atas dan bawah. Kanalikuli, yang berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 8 mm, bergabung membentuk kanalikuli komunis tepat sebelum bermuara ke dalam sakus lakrimalis yang dilapisi epitel berlapis gepeng tebal. Kelenjar lakrimal menyekresi cairan yang kaya akan lisosom, yaitu suatu enzim yang menghidrolisis dinding sel spesies bakteri tertentu, yang memudahkan penghancurannya.5 B.



Sekresi dan Ekskresi Kelenjar Lakrimal Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu sistem produksi dan sistem ekskresi. Sistem



sekresi air mata atau lakrimal terletak di kelenjar lakrimal yang terletak di fossa lakrimal bagian superior kuadran temporal dari orbita. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli 6



lakrimal, sakus lakrimal, duktus lakrimal, duktus nasolakrimal dan meatus inferior. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.4 Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik sehingga menyebabkan air mata mengalir deras di atas margin tutup (epifora). Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut dengan epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal. Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal, bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.3,5



Gambar 3.1 Anatomi Apparatus Lakrimal



7



C.



Epidemiologi Laserasi Lakrimal Laserasi dari sistem kanaliculi sering terjadi karena adanya trauma. Cedera pada bagian



kanalikuli dari sistem drainase air mata dapat terjadi karena adanya cedera terisolasi atau sebagai salah satu komponen dari cedera yang lebih luas. Penyebab luka kanalikuli meliputi serangan, jatuh dan tabrakan, trauma tajam, kecelakaan kendaraan bermotor, gigitan anjing, cakaran kucing, dan traumaolah lainnya. Laserasi kanaliculi adalah penyebab paling sering dari cedera pada system lakrimal. Kanalikuli inferior terlibat dalam lebih dari 50 sampai 75% kasus. Bagian bawah adalah bagian yang paling sering terlibat. Pada tahun 2002, didapatkan sekitar 1,97 juta kunjungan kebagian gawat darurat karena luka wajah. Robeknya sistem canaliculi memiliki persentase yang sangat kecil dari luka wajah. Sebuah penelitian dari ahli bedah di Inggris menemukan 83% dari 92 pembedahan didapatkan kurang dari 5 sampai 10 laserasi kanakuli per tahun. Penelitian yang dilakukan di Munich, Jerman didapatkan pasien luka di kelopak mata dengan keterlibatan sistem kanalikuli ditemukan sebanyak 16%. Sebuah survei tahun 2006 di Inggris menunjukkan bahwa pengelolaan luka kanalikuli sangat bervariasi. Jika sistem kanalikuli tidak ditangani segera akan menyebabkan gangguan pada anatomi lakrimal dan memberikan gambaran yang abnormal pada kantus medial. Studi telah menunjukkan bahwa perbaikan primer dapat mengembalikan fungsi dan posisi dengan baik sehingga sistem drainase lakrimal superior dapat berperan dalam fungsi yang tepat dari sistem drainase air mata.1 D.



Patofisiologi Laserasi pada kanalikuli selalu berhubungan dengan kerusakan pada daerah kantus



medial, karena kanalikuli mulai dari pungtum sampai sudut kantus medial merupakan suatu struktur kompleks. Suatu hal yang tidak mungkin apabila dilakukan repair hanya pada kanalis lakrimalis saja, tanpa merepair struktur sekitarnya. Ruda paksa yang mengenai bola mata secara tiba-tiba sering menyebabkan penarikan pada bagian lateral dari kelopak mata atas maupun bawah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya laserasi dari kanalikuli. Sebagian besar kasus disini, tidak hanya mengenai kanalis lakrimalis tapi juga mengenai palpebra atau struktur sekitar mata, repair tidak hanya dilakukan pada kanalikular tapi juga daerah struktur sekitarnya.



8



E.



Diagnosis Diagnosis terjadinya laserasi pada kanalis lakrimalis dapat ditegakkan berdasarkan halhal sebagai berikut: 1. Pada anamnesa terdapat adanya riwayat terjadinya trauma yang menyebabkan luka pada tepi kelopak mata bagian medial. 2. Dilakukan pemeriksaan oftalmologi untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan didalam mata atau tidak. Pada anak-anak pemeriksaan ini mungkin memerlukan pembiusan secara umum. Bila terdapat luka penetrasi pada kelopak mata walaupun kecil, harus diwaspadai terjadi juga penetrasi pada bola mata. 3. Keadaan luka pada kelopak mata harus benar-benar diperhatikan karena keadaan tersebut akan menentukan jenis teknik operasi. Derajat luka serta ada tidaknya jaringan yang hilang harus diperkirakan luasnya. Apabila terdapat pergeseran dari pungtum lakrimalis kemungkinan besar terjadi laserasi pada kanalis lakrimalis. 4. Tes anel, apabila terjadi kebocoran pada cairan yang disuntikkan maka kemungkinan besar terjadi laserasi pada saluran lakrimalis.



F.



Pemeriksaan Penunjang Trauma yang mengancam jiwa dan adanya cedera visual yang mengancam perlu



diperhatikan, terutama adanya trauma yang luas, harus lebih diutamakan diperbaiki dari pada cedera adneksa. Pemeriksaan mata harus dilakukan pada semua kasus suspek laserasi palpebra dan laserasi kanalikuli. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi ketajaman visual, refleks pupil, lapang pandang, gerakan bola mata, tekanan intraokular, pemeriksaan luar, pemeriksaan slit lamp, dan pemeriksaan saraf optik. Pemeriksaan kanalikuli didapatkan pungtum yang berdilatasi dan apabila dilakukan pemeriksaaan irigasi kanula di proximal kanalikuli didapatkan adanya aliran larutan irigasi dari kelopak mata melalui luka menegaskan adanya robekan. Prosedur yang sama dilakukan juga untuk kedua kanalikuli anterior dan superior. 1,3 Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk perawatan trauma darurat. Laserasi sistem lakrimal tidak memerlukan studi laboratorium. Dalam setiap pasien dengan dugaan patah tulang orbital atau midface, pemeriksaan CT-Scan dilakukan untuk mengetahui adanya fraktur orbita. Dakriosistogram dapat mengkonfirmasi gangguan sistem drainase lakrimal. 9



G.



Penatalaksanaan



Terapi Farmakologi Penatalaksanaan pasien dengan laserasi lakrimal dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan terapi pembedahan. Terapi farmakologi dengan Tetanus profilaksis harus dikonfirmasi dalam setiap cedera yang terkontaminasi. Profilaksis rabies dengan imunisasi aktif maupun pasif mungkin diperlukan dalam gigitan anjing. Pasca operasi, sebagian besar ahli bedah meresepkan antibiotik spektrum luas. Perawatan luka meliputi salep topikal antibiotik tetes mata 4 kali per hari. Terapi Pembedahan Terapi pembedahan tradisional yang dilakukan apabila didapatkan adanya monokanalikular laserasi yaitu dengan memperbaiki defek palpebra setelah memperbaiki laserasi kanalikular. Untuk melihat laserasi monokanalikular dapat dilakukan injeksi visko lidokain yang dicampur dengan methylene blue untuk melihat kanalikuli yang intak dan mengobservasi refluks dari ujung distal yang terpotong. Perbaikan mikroskopis akut diperlukan untuk reanastomose ujung terputus dari kanalikuli. Dalam kebanyakan cedera, perbaikan ini dapat dicapai dalam waktu 48 jam dari trauma. Perbaikan yang sukses telah dilaporkan dalam waktu 5 hari dari cedera. Gigitan binatang harus segera ditangani karena didapatkan adanya kontaminasi yang signifikan dalam luka. Sebuah studi melaporkan dari 63 pasien dengan luka traumatis kanalikuli memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi pada pasien yang diobati dengan langsung jahitan dinding kanalikuli dibandingkan dengan jahitan perikanalicular. Modifikasi metode “pigtail” probe dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan 97,4% dalam memperbaiki kembali sistem kanalikuli yang terputus.3,4 .



10



BAB IV PEMBAHASAN



Aparatus lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal adalah kelenjar penghasil air mata yang terletak di bagian anterior superior temporal dari orbita. Kelenjar ini terdiri atas beberapa lobus kelenjar yang terpisah dengan duktus ekskretorius yang menghubungkan kelenjar dengan forniks superior konjungtiva (forniks merupakan sinus-sinus berlapis konjungtiva di antara kelopak mata dan bola mata). Laserasi dari sistem kanaliculi sering terjadi karena adanya trauma. Penyebab luka kanalikuli meliputi serangan, jatuh dan tabrakan, trauma tajam, kecelakaan kendaraan bermotor, gigitan anjing, cakaran kucing, dan trauma lainnya. Pada pasien ini penyebab terjadinya laserasi pada pungtum lakrimalis adalah trauma akibat kecelalakaaan kendraan bermotor. Diagnosis terjadinya laserasi pada kanalis lakrimalis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pada anamnesis didapatkan terjadinya laserasi akibat dari kecelakaan bermotor. Dan dilakukan pemeriksaan oftalmologi untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan didalam mata atau tidak. Pada pasien ini pemeriksan oftalmolgi dilakaukan hanya secara garis besar dan didapat luka robek palpebra inferior dektra, benda asing tidak ditemukan, laserasi kornea dan sclera tidak dijumpai, visus normal. Kemudian ada pemeriksaan tes anel, apabila terjadi kebocoran pada cairan yang disuntikkan maka kemungkinan besar terjadi laserasi pada saluran lakrimalis, tetapi pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan tes tersebut. Penatalaksanaan pasien dengan laserasi lakrimal dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan terapi pembedahan. Pada pasien ini diberikan terapi berdasarkan keluhan pasien saat dating, untuk terapi pembedahan tidak dilakukan diRSUD bangkinang, anjuran rujuk.



11



BAB V KESIMPULAN



Ruptur kanalikuli adalah kerusakan (gangguan) di sistem saluran lakrimal. Lesi pada sistem drainase lakrimal terjadi sampai dengan 16% dari semua cedera palpebra. Laserasi kanalikuli merupakan penyebab paling sering dari cedera pada sistem lakrimal. Ruptur kanalikuli inferior terlibat sekitar 50-75% kasus.



12



DAFTAR PUSTAKA 1. Rowena GH, Harijo W, Ratna,D. Laserasi Kelopak Mata, Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata Edisi III. Surabaya: RSU DR. Soetomo; 2006. 2. American Academy of Ophthalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. San Fransisco: The Eye M.D Association; 2006. 3. Sharma V., Benger R., Martin P.A. Techniques



of



periocular



reconstruction. Indian:



J



Ophthalmol ; 2006. p.149-158. 4. J R O Collin. Repaired of Eyelid Injuries, In: A Manual of Systematic Eyelid Surgery. United States of Amarica: Churchill Livingstone; 1989. p.99-108 5. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 200.



13