PORTOFOLIO Laserasi Konjungtiva [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PORTOFOLIO Topik: Laserasi Konjungtiva Tanggal (kasus) : 23 Januari 2020 Tangal presentasi :



Presenter : dr. Elfira Chairani Pembimbing: dr. Linda Suwardany dr. Jerry Jim Hutagalung



Obyektif presentasi: □ Keterampilan √ Penyegaran □ Tinjauan √ □ Keilmuan pustaka √ □ Diagnostik √ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja √Dewasa □  Lansia Bumil □ Deskripsi: Tn. S. Usia 30 tahun datang ke Poli Klinik RSUD Hanafie dengan mata kiri tertusuk kayu sejak 4 hari SMRS. Awal terkena mata berdarah, lalu dibawa kerumah bidan. Sejak 2 hari SMRS mata bengkak, nyeri meningkat dan mata sulit di buka. □ Tujuan:  Mampu menegakkan diagnosa Laserasi Konjungtiva  Mampu menetapkan manajemen Laserasi konjungtiva Bahan □ Tinjauan pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit bahasan: Cara √ Diskusi □Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos membahas: Data pasien: Nama: Tn. S. No registrasi: 173467 Nama RS: Poliklinik RSUD H. Usia: 30 tahun Terdaftar sejak: 23 Jan Hanafie Muara Bungo 20 Data utama untuk bahan diskusi 1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Tn. S. Usia 30 tahun datang ke Poli Klinik RSUD Hanafie dengan mata kiri tertusuk kayu sejak 4 hari SMRS. Awal terkena mata berdarah, lalu dibawa kerumah bidan. Sejak 2 hari SMRS mata bengkak, nyeri meningkat dan mata sulit di buka. 2. Riwayat Pengobatan: Pasien melakukan pengobatan terkait dengan keluhannya saat ini di Bidan 3. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, 4. Riwayat keluarga : Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan serupa. 5. Riwayat Pekerjaan : buruh pabrik 6. Lain-lain : Riwayat merokok + Daftar Pustaka



1. 2. 3. 4.



Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology 4thEd. New Delhi: New Age International (P). 2007; p. 3-11, 51-4, 401-2. Kuhn F, Pieramici DJ, editors. Ocular Trauma Principles and Practice. New York: Thieme, 2002; p. 9-11,89-93, 206 Khaw PT, Shah P, Elkington AR. ABC of Eyes 4th Ed. London: BMJ Books. 2004.p 29-33. Djalantik AS, Andyani A, Widiana GR. The Relation of Onset Trauma and



5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.



Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftamologi Indonesia. 2010;8590 Rahman A. Trauma Tumpul Okuli. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009; 1-6. Dikutip dari: http://www.files-of-DrsMed.tk Augsburger J, Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In: Eva PR, Whitcher JP, editors. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology 17 ed: The McGraw-Hill Companies; 2008. Kuhn F, Morris R, Mester V, Witherspoon CD. Terminology of Mechanical Injuries: the Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT). In: Kuhn F, editor. Ocular Traumatology: Springer; 2008. Lang GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Stuttgart: Thieme.2006; 67, 507-11 Phoga JK, Gagneja V, Sachdeva S, Rathi M. Evaluation of a Case of Penetrating Ocular Injury. Indian Journal of Clinical Practice. 2012;22. Miller W. Evaluating and Treating Conjunctival Laceration. Departement at the University of Houston College of Optometry. 2013. Dikutip dari : www.clspectrum.com. Chern KC. Emergency Ophthalmology A Rapid Treatment Guide. McGrawHill. 2002 Ritson JE, Welch J. The management of open globe eye injuries: a discussion of the classification, diagnosis and management of open globe eye injuries. J Royal Naval Medical Service. 2013;99(3). Nataraj A. Post Traumatic Endophthalmitis. Kerala Journal of Ophthalmology. 2010;258-61 Stanic R. Traumatic Glaucoma. Departement of Ophthalmology Croatia. 2001;101-4



Hasil pembelajaran: - Menegakkan diagnosa Laserasi Konjungtiva Penanganan laserasi konjungtiva RANGKUMAN “Subyektif” Tn. S. Usia 30 tahun datang ke Poli Klinik RSUD Hanafie dengan mata kiri tertusuk kayu sejak 4 hari SMRS. Awal terkena mata berdarah, lalu dibawa kerumah bidan. Sejak 2 hari SMRS mata bengkak, nyeri meningkat dan mata sulit di buka.



“Obyektif” 



Pada pemeriksaan fisik didapatkan :



Keadaan umum: sedang Kesadaran



: CMC



Kooperatif



: kooperatif



TD



: 110/70



Nadi/ irama



: 80 x/menit reguler



Pernafasan



: 20 x/menit



Suhu



: 36,9 derjat Celcius



Keadaan gizi : baik Status oftalmologi



Visus Palpebra Konjungtiva Kornea COA Iris Pupil Lensa Vitreus Funduskopi Tio Turgor kulit



VOD VOS 6/6 6/6 Udem (-), hematom (-) Udem (-), hematom (-) Injeksi konjungtiva (-), inj Injeksi konjungtiva silier (-) bulbi(+), laserasi (+) Jernih Jernih Jernih Jernih Ruge (+) Ruge (+) Bulat (+), rf cahaya (+) Bulat (+), rf cahaya (+) Jernih Jernih Sulit dinilai Sulit dinilai Tidak dilakukan Tidak dilakukan 10 10



: baik , tampak Kulit dan kuku



: pucat (-), sianosis (-)



Kelenjar getah bening Leher : tidak teraba pembesaran KGB Aksila : tidak teraba pembesaran KGB Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB Torak Paru Inspeksi



: barrel chest



Palpasi



: fremitus kiri = kanan



Perkusi



: hipersonor



Auskultasi



: vesikuler (+/+)



Jantung Inspeksi



: ictus cordis tak terlihat



Palpasi



: ictus cordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V



Perkusi



: batas jantung dalam batas normal



Auskultasi



: irama murni, teratur, bising (-)



Abdomen Inspeksi



: perut tidak tampak membuncit



Palpasi



: hepar dan lien tak teraba



Perkusi



: timpani



Auskultasi



: bising usus (+) N



Extremitas : akral hangat , CRT 3detik 



Pada kasus ini, diagnosis laserasi konjungtiva ditegakan dengan:



Gejala klinis . Tn. S. Usia 30 tahun datang ke IGD RSUD Hanafie dengan mata kiri tertusuk kayu sejak 4 hari SMRS. Awal terkena mata berdarah, lalu dibawa kerumah bidan. Sejak 2 hari SMRS mata bengkak, nyeri meningkat dan mata sulit di buka. -



Pemeriksaan fisik  tampak laserasi pada konjungtiva bulbi mata kiri.



“Assessment” Laserasi Konjungtiva Bulbi “Plan” Tindakan : Hecting Pengobatan : Kloramfenikol salp 2 x 1 Polidemisin tetes mata 4 x 2 tetes mata kiri Ciprofloxacin 2 x 500 mg As. Mefenamat 3 x 500 mg Edukasi : 1. Tutup mata dengan perban bersih selama ± 3 hari, perban di ganti 3 kali se hari. 2. Jaga mata dalam kondisi bersih 3. Gunakan obat secara teratur. Sebelum menggunakan obat mata jangn lupa membersihkan mata terlebih dahulu 4. Jika terjadi pendarahan pada mata atau keluhan nyeri meningkat segera bawa ke UGD RS. 5. Menjelaskan prognosis



TINJAUAN PUSTAKA LASERASI KONJUNGTIVA



I.PENDAHULUAN Kebanyakan trauma mata termasuk ringan, namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya.(1,2,3) Trauma dapat mengenai jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.(4,5) Penanganan dini trauma okuli secara tepat dapat mencegah terjadinya kebutaan maupun penurunan fungsi penglihatan. Penanganan trauma okuli secara komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. Namun sayangnya, layanan kesehatan mata yang masih jarang dan kurang lengkap sering kali menjadi penyebab keterlambatan penanganan trauma okuli, di samping kurangnya pengetahuan dan masalah perekonomian.(4) II. ETIOLOGI LASERASI KONJUNGTIVA Laserasikonjungtivapaling seringterjadi sebagaiakibat daripenetrasiluka.Akibat kondisi terpapar, tipis, danmobilitasnya, konjungtivarentan terhadapluka, yangbiasanya berhubungan dengan perdarahan subkonjungtiva.(8) III. GEJALA KLINIS Gejaladapat bervariasisecara luastertunda padatingkatdan kedalamandarilaserasikonjungtiva. Setiap keterlibatan mendasari Kapsul Tenon atau sklera akan tentu memperburuk jumlah nyeri. Terkadang pasien merasakan adanya sensasi benda asing di mata, Lakrimasi, danNyeri minimal pada mata. (8,10)



IV. PENEGAKAN DIAGNOSIS a) Anamnesis Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan riwayat kejadian sehingga penyebab trauma dapat diketahui.Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain. Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya. Riwayat medis sebelumnya seperti trauma okular sebelumnya, operasi mata, riwayat ambliopia, pengobatan, alergi, riwayat keluarga, riwayat sosial dan data tanggal vaksin tetanus terakhir harus ditanyakan utnuk melengkapi anamnesis trauma okular.(1,5,8) b) Pemeriksaan Fisik Dimulai dengan pengukuran dan pencatatan visus. Bila gangguan penglihatan berat, periksa proyeksi cahaya, diskriminasi 2 titik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, kemudian lakukan palpasi untuk mencari adanya defek pada bagian tepi



tulang orbita.(6) Trauma okular biasanya memberikan gejala nyeri, fotofobia dan blefarospasme. Dalam pemeriksaan sebaiknya menggunakan anestesi topikal sehingga pasien dapat diperiksa tanpa nyeri berlebihan, khususnya anak kecil sebaiknya sejak awal diperiksa dengan bantuan anestesi umum yang bekerja singkat. Kemudian kornea dan konjungtiva diperiksa adanya tanda-tanda trauma menggunakan lampu pemeriksaan. Palpebra dieversikan untuk melihat konjungtiva tarsal dan forniks. Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan abrasi. Inspeksi konjungtiva bulbaris dilakukan untuk mencari adanya perdarahan, benda asing, atau laserasi.(6,8) Kedalaman dan kejernihan bilik mata depan diperiksa. Ukuran dan bentuk pupil, serta reaksi pupil terhadap cahaya harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan adanya defek pupil aferen di mata yang cedera. Mata yang teraba lembek, visus 1/300 (atau yang lebih buruk), defek pupil aferen atau perdarahan vitreus memberikan petunjuk adanya ruptur bola mata. Bila bola mata tidak rusak, periksalah palpebra, konjungtiva palpebralis dan forniks dengan lebih teliti, termasuk eversi palpebra superior.(6,8) Penlight Senter digunakanuntuk memeriksabulbardankonjungtivapalpebra; sebelum membukakelopak mata,memastikanbahwa tidak adaluka terbuka padabola mataIkutilangkah-langkah dibawah ini:(2)  Pasienmelihatke atas, secaraperlahaneversikankelopak mata bawah danevaluasibagian bawah bulbar/permukaan palpebradanforniksinferior.  Pasienmelihat ke bawah, angkat kelopak atas dan inspeksi permukaan bulbar superior Untuk memeriksakonjungtivatarsalsuperior,kelopak atasperludieversi:  Perhatikan bulu matadengan perlahan;  Tempatkan alatkecil(misalnya, kapas lidi/ aplikator) pada kulittutup atasdilokasilipatan kelopak mata;  Dengan tekananposterioryang lembutdariaplikatordantraksanterioripada bulu mata, kelopak dapat dieversi dan pegangan aplikator dilepaskan;inimemberikankenyamananlebih baikdanmeratakanpermukaanpalpebra



Gambar 8. (A dan B) Eversi pada kelopak mata atas.(2)



Untuk memeriksa fornix superior,pindahkan kelopak atas anterior, jauh dari bola mata, dengan instrumen (eversi ganda).



Gambar 9. Eversi ganda pada kelopak mata atas. Untuk melihat fornix, mengeversikankelopak mata atas harus jauh dari bola mata. Speculum Desmarres dimasukkan ke belakang tarsal untuk melihat fornix superior dan conjungtiva bulbar.(2) Slit Lamp Evaluasi slit-lamp dari hasil konjungtiva sama dengan pemeriksaan senter. Menggunakan pembesaran medium-power, seluruh permukaan konjungtiva harus diperiksa untuk melihat benda asing, luka, atau daerah yang kehilangan epitel. kelopak atas harus dieversi dan permukaan palpebra superior juga diperiksa.(2) Temuan Klinis(11)  luka pada konjungtiva yang seringkali dimanifestasikan sebagai perdarahan subkonjungtiva, dan pembengkakan pada tepikonjungtiva.



Gambar 10. Laserasikonjungtivadari arah nasal hingga kelimbus. tampakhemoragik dan konjungtivaedematertariksedikit ke arahcaruncle.Dasar scleraterlihat dilaluilaserasi. (11)  Terpaparnya bagian dasar scleradanepisklera  Pewarnaantepilaserasidenganpewarnafluorescein  Padalaserasikonjungtiva, terdapat kecurigaanyang tinggiuntukrupture bola mata



Gambar 11. Laserasipadalimbuskorneadenganirisprolapsdanketerlibatankonjungtivayang berdekatan. Perdarahansubconjunctivalmengelilingilaserasikonjungtiva.(11) c) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dengan oftalmoskop akan memberikan evaluasi struktur intraokular yang lebih dalam (lensa, vitreus, diskus optikus dan retina), seperti adanya perdarahan vitreus atau retina. Perdarahan vitreus akan memberikan gambaran berkurangnya refleks merah pada retroiluminasi. V. PENATALAKSANAAN Laserasi konjungtiva yang kurang dari 1 cm biasanya dapat sembuh tanpa intervensi, proses penyembuhannya cukup cepat. Pengobatanlukayang kecil pada konjungtiva hanya diberikan topikal spektrum luas atau salep antibiotik sebagai profilaksis terhadap infeksi hingga luka benar-benar sembuh. Luka yang kecil, laserasi non-penetrasi mungkin tidak memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut. Laserasiyang lebih besarmungkin memerlukan penjahitan. Bahanjahitan yang cepat diserap(misalnya, chromicatauplain gut)memadai untukkebanyakan kasus. Luka yang lebih dari 1 cm atau pada kasus avulsi jaringan atau aposisi luka yang buruk biasanya akan memerlukan jahitan (CPT 65270), dimana mencakup nilon atau disolvable ukuran 6-0 hingga 11-0; paling sering mungkin 7-0 Vicryl (Ethicon) jahitan yang terserap.(2,10) Teknik interuptus dapat digunakan mulai di tengah luka, dengan jahitan berikutnya dibagi dalam tiap segmen sampai setengah tepi luka. Hindari menyentuh Kapsul Tenon saat menjahit.Jahitan akan menetap sampai luka sembuh atau yang non-dissolvablesatu persatu dihilangkan. Pada luka kecil, antibiotik topikal spektrum luas atau ointment diindikasikan untuk setidaknya tujuh sampai 10 hari. Pada luka yang besar (> 1 cm), laserasi konjungtiva non-penetrasi, Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sekitar satu minggu atau lebih cepat jika pasien mengalami nyeri.(10) Jika dicurigai luka penetrans yang harus dilakukan adalah memakaikan bebat steril, kemudian injeksi vaksin tetanus dan berikan antibiotik profilaksis. Luka segmen anterior yang tertutup dapat diperbaiki dengan teknik mikrobedah. Laserasi kornea diperbaiki dengan benang 10-0 nylon untuk menghasilkan penutupan luka yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang terpapar kurang dari 24 jam bisa direposisi kembali dengan



viscoelastik atau dengan spatula siklodialisis melalui insisi limbus dan menyapu jaringan dari luka kembali ke dalam bola mata. Jika jaringan telah terpapar lebih dari 24 jam, atau jaringan tersebut telah mengalami iskemik atau kerusakan berat, maka jaringan yang prolaps harus dipotong pada bibir luka. Sampel untuk kultur hanya disarankan pada pasien yang dicurigai superinfeksi bakteri dan jamur, misalnya benda asing organik dan trauma pada pekerja kebun. Benda asing berkecepatan tinggi biasanya steril. Luka pada sklera dapat ditutup dengan jahitan interuptus benang non-absorbable 8-0 atau 9-0.(6,8) VI. KOMPLIKASI 1. Endoftalmitis Endoftalmitis traumatik merupakan penyebab utama kegagalan isual yan diakibatkan cedera terbuka pada bola mata dan cedera kecil tanpa kerusakan intraokular yang luas. 2% hingga 7% pada trauma penetrating berakibat endoftalmitis. Meskipunkemajuan terbaru, secara keseluruhan prognosistetap buruk. Hal ini terutamadisebabkan oleh infeksi mikrorganismevirulensitinggi danketerlambatan dalam (13) pengobatan. 2. Glaukoma Sekunder Glaukoma traumatik merupakan glaukoma sekunder dan merupakan indikasi berat pada cedera mata. Hal ini muncul 5%-10% pada cedera mata. Glaukoma mungkin munuci dengan gambaran klinik yang berbedabeda dan waktu timbul yang berbeda setelah cedera.(14) 3. Katarak Traumatik Pasien mengeluhkan penglihatan kabur secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa opak, dan mungkin terjadi perdarahan intraokuler. Apabila humour aqueus dan korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak.Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.(5) VI. PROGNOSIS Prognosis untuk sebagian besar cedera konjungtiva sangat baik.