Skripsi Pratiwi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN POSISI BERDIRI DENGAN KELUHAN NYERI KAKI PADA KARYAWAN DI DEPARTMENT XIAOMI PT SAT NUSAPERSADA TBK TAHUN 2021 SKRIPSI Oleh : Pratiwi Juwita Siregar NPM : 172410054



PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKes) UNIVERSITAS IBNU SINA BATAM 2021



HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN POSISI BERDIRI DENGAN KELUHAN NYERI KAKI PADA KARYAWAN DI DEPARTMENT XIAOMI PT SAT NUSAPERSADA TBK TAHUN 2021 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja



Oleh: Pratiwi Juwita Siregar NPM: 172410054



PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKes) UNIVERSITAS IBNU SINA BATAM 2021



ii



PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibnu Sina.



Batam, 02 September 2021



Komisi Pembimbing:



Pembimbing I



(Dr. Diina Maulina, M.KKK) NIDN.1003018203



Pembimbing II



(Leni Utami,S.Si.,MKM) NIDN.1001057904



iii



PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan telah di pertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Ibnu Sina Batam, 02 September 2021



Komisi Pembimbing:



Pembimbing I



Pembimbing II



(Dr. Diina Maulina, M.KKK) NIDN.1003018203



(Leni Utami,S.Si.,MKM) NIDN.1001057904



DISAHKAN OLEH: FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA DEKAN



(Fitri Sari Dewi, S.KM, M.KKK)



iv



PERNYATAAN PENGUJI SKRIPSI Skripsi dengan judul



HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN POSISI BERDIRI DENGAN KELUHAN NYERI KAKI PADA KARYAWAN DI DEPARTMENT XIAOMI PT SAT NUSAPERSADA TBK TAHUN 2021



Yang dipersiapkan dan dipertahankan Oleh :



Pratiwi Juwita Siregar NPM : 172410054 Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi pada tgl… dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Komisi Penguji:



Ketua Pembimbing



Wakil Pembimbing



(Dr.Diina,Maulina.M.KKK) NIDN.1003018203



(Leni Utami.S.Si.,MKM) NIDN.1001057904



Penguji I,



Penguji II,



(Trisna Dewita, SKM.,M.Kes ) NIDN.1009098705



(Fitri Sari Dewi,SKM.,M.KKK) NIDN.0417048201



v



HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi dan disebutkan di dalam daftar Pustaka.



Batam,



2021



Pratiwi Juwita Siregar NPM : 172410054



vi



ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara umur, masa kerja dan posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan Uji ChiSquare. Jumlah responden 58 karyawan. instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah lembar kuesioner Nordic Body Map dan kuesioner form REBA. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian dari 58 responden (100%) pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Dengan tingkat resiko rendah ada 6 orang (10%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 6 orang (10%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki menetap, sedangkan dengan tingkat resiko sedang ada 26 orang (45%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 10 orang (17%) dengan keluhan nyeri kaki menetap dan posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko tinggi ada 4 orang (7%) dengan keluhan nyeri kaki sementara dan 6 orang (10%) dengan keluhan kaki menetap. Kesimpulan dari penelitian setelah melakukan Uji SPSS yang berhubungan dengan keluhan nyeri kaki adalah masa kerja dengan nilai p value .000 < sig 0.005.



Kata kunci : umur, masa kerja, posisi kerja berdiri, keluhan nyeri kaki



vii



ABSTRACT This study aims to determine whether there is a relationship between age, tenure and standing work position with complaints of leg pain in employees at the xiaomi department of PT Sat Nusapersada Tbk in 2021. The type of research used is quantitative research using the Chi-Square Test. The number of respondents is 58 employees. The research instrument used by the researcher was the Nordic Body Map questionnaire and the REBA form questionnaire. The sampling technique in the study was carried out using total sampling. The results of the study of 58 respondents (100%) on employees in the xiaomi department of PT Sat Nusapersada Tbk. With a low level of risk, there were 6 people (10%) with complaints of temporary leg pain and 6 people (10%) with complaints of persistent leg pain, while with a moderate level of risk there were 26 people (45%) with complaints of temporary leg pain and 10 people (17%) with complaints of persistent leg pain and standing work position of employees with a high level of risk there are 4 people (7%) with complaints of temporary leg pain and 6 people (10%) with persistent foot complaints. The conclusion of the study after conducting the SPSS test related to foot pain complaints was the period of service with a p value of .000 < sig 0.005.



Keywords: age, years of service, standing working position, complaints of leg pain



viii



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN POSISI BERDIRI DENGAN KELUHAN NYERI KAKI PADA KARYAWAN DI DEPARTMENT XIAOMI PT SAT NUSAPERSADA TBK TAHUN 2021”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Universitas Ibnu Sina Batam. Peneliti menyadari bahwa tanpa arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Andi Ibrahim B.A, selaku ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Sina Batam. 2. Dr. Haji Mustaqim Syuaib,MM, selaku Rektor Universitas Ibnu Sina. 3. Fitri Sari Dewi, S.KM, M.KKK, selaku Dekan FIKes Universitas dan dosen penguji II 4. Trisna Dewita S.KM, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Dosen penguji I 5. Dr. Diina Maulina, M.KKK sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. 6. Leni Utami.S.Si., MKM sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen FIKes Universitas Ibnu Sina yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi saya. 8. Pihak perusahaan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian awal skripsi ini.



9. Terlebih dan teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Bapak dan Mama yang selalu jadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini serta keluarga peneliti yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam pengambilan data penelitian skripsi ini. 11. Mikhael sianturi, Junita Manurung dan Yenjelita Aruan yang selalu memberi masukan dan menyemangati peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman seangkatan terkhusus prodi Kesehatan dan Keselamatan Kerja terutama Dewi, Kristin, Elen, dan seluruh teman-teman angkatan 2017 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Ibnu Sina yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti berharap Tuhan berkenan untuk membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati peneliti mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, peneliti mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.



Batam, 19 April 2021



Pratiwi Juwita Siregar



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................................i HALAMAN JUDUL.............................................................................................................................ii PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................................................iii PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................................................iv PERNYATAAN PENGUJI SKRIPSI ..................................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................................................vi ABSTRAK...........................................................................................................................................vii ABSTRACT.........................................................................................................................................viii KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ix DAFTAR ISI........................................................................................................................................xi



DAFTAR TABEL 3.1 Tabel Definisi Operasional Penelitian……………………………………. 43 3.2 Tabel Jadwal Penelitian……………………………………………………47 4.1 Tabel kategori umur pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk……………………………………………………………………………..51 4.2 Tabel kategori masa kerja pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk……………………………………………………………….52 4.3 Tabel kategori posisi kerja berdiri pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk……………………………………………………………….52 4.4 Tabel Hubungan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan PT Sat Nusapersada Tbk……………………………………………………………53 4.5 Tabel Hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan PT Sat Nusapersada Tbk…………………………………….…………………54 4.6 Tabel Hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan PT Sat Nusapersada Tbk……………………………………………55



DAFTAR GAMBAR



2.1 Lembar Kerja Penilaian REBA………………………………………………19 2.2 Postur Tubuh Janggal………………………………………………………..28 2.3 Gambar Kuesioner Nordic Body Map……………………………………….38



DAFTAR SINGKATAN



ACGIH



: American Conference of Governmental Industrial Hygienysts



BB



: Berat Badan



CTS



: Carpal Tunnel Syndrom



ILO



: International Labour Organization



IMT



: Indeks Masa Tubuh



K3



: Kesehatan dan Keselamatan Kerja



LBP



: Low Back Pain



MSDs



: Muskuloskeletal Disorders



NBM



: Nordic Body Map



NIOSH



: National Institute of Occupational Safety and Health



REBA



: Rapid Entire Body Assessment



RSI



:Repetition Strain Injuries (RSI),



TB



: Tinggi Badan



WHO



: World Health Organization



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Di masa globalisasi yang semakin hari semakin pesat. Hal ini dapat ditunjukkan dalam persaingan antar perusahaan. baik perusahaan besar, sedang, maupun perusahaan kecil. Perusahaan industri memiliki persaingan yang cukup ketat agar meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan serta bisa meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini akan berhasil jika berbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja dapat diantisipasi. Di dalam suatu perusahaan, pihak manajemen kurang memperhatikan sistem kerja karyawan yang tidak ergonomis. Secara sadar ataupun tidak hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaannya. Dalam melakukan pekerjaan apa pun, sebenarnya akan mendapat resiko keluhan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri. Maka dari itu, penyakit akibat kerja ini merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses, maupun lingkungan kerja. Menurut penelitian yang dilakukan dari International Labour Organization (ILO, 2013) dalam programnya menyimpulkan bahwasannya MSDs adalah termasuk carpal tunnel syndrome, yang mewakili persentase 59% dari banyak keluhan yang ditemukan pada tahun sekitar 2005 di Eropa. Dari catatan Komisi Pengawas Eropa telah terhitung kasus yang disebabkan oleh MSDs yaitu 49,9 persentase dari attandance kerja lebih dari tiga hari dan 60% dari kasus kesulitan karyawan dalam bekerja. Di Korea, tingkat



1



2



resiko MSDs mengalami kenaikan yang tinggi dari 1.634 pada tahun 2001 dan berubah menjadi 5.502 pada tahun 2010. Di Argentina, pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa 22.013 termasuk dalam kasus penyakit akibat kerja yaitu MSDs dengan kejadian yang paling sering terjadi. Menurut (Departemen kesehatan RI, 2012) sebanyak 40,5 % pekerja di Indonesia mengalami keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya yaitu gangguan otot skeletal sebanyak 16%. Menurut America Podiatric Association yang menjelaskan bahwasannya keluhan dari risiko MSDs terbesar adalah terjadi pada pekerja di industri USA yaitu kurang nyaman dalam bekerja dan sakit pada bagian kaki yaitu sebesar 83% karena berdiri dengan waktu lama saat bekerja. Menurut penelitian dari masa Victoria, dokter di Paris, London dan New York sekitar tahun 1870-1880 telah menyimpulkan bahwa mayoritas wanita yang bekerja di sebuah toko banyak mengalami rasa sakit di bagian kaki karena berdiri dengan waktu yang lama. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh (Departemen kesehatan RI, 2012) menjelaskan bahwa bagian dari tubuh yang seringkali mendapat keluhan pada karyawan industri, mayoritas berada di kaki dengan persentase (22,7%), bagian pinggang dengan persentase sebesar (17,1%) dan pada bagian bahu dengan persentase sebesar (9,5%). Keluhan ini diakibatkan oleh aktivitas bekerja secara subjektif yang dirasakan oleh karyawan. Dengan posisi berdiri yang lama, kondisi kaki akan merasa tidak nyaman dan berakibat mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah yaitu kaki. karyawan juga selalu berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya. sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot punggung dan kaki. Timbulnya kelelahan dan ketidaknyamanan pada karyawan dikarenakan Kurangnya aliran darah yang menyebabkan keluhan sedikit nyeri serta tegang pada



3



punggung, kaki dan leher. Posisi berdiri yang terlalu lama tanpa adanya sebuah gerakan berjalan, akan menyebabkan radang pembuluh darah, dan kaki merasa seperti terkunci sehingga mengalami keluhan penyakit yaitu rematik degenerative karena akibat kerusakan pada tendon dan ligamen (struktur yang mengikat otot tulang). PT Sat Nusapersada Tbk merupakan salah satu perusahaan di Batam yang memulai usahanya sebagai pemasok papan sirkuit cetak (PCB), merakit bagian mekanik dan perakitan komponen elektronik. Salah satu department yang ada adalah perakitan handphone di department Xiaomi. Tenaga kerja di PT Sat Nusapersada Tbk bekerja selama 8 jam dengan waktu istirahat 45 menit per hari selama seminggu dan hanya 1x istirahat saja. Ketika lembur atau overtime diberi waktu istirahat 30 menit. Dalam pekerjaanya, karyawan bekerja dengan posisi berdiri selama 7 jam 15 menit tanpa di selangi duduk. Karyawan bekerja berdiri, berjalan mengambil barang, mengangkat barang, dan menunduk saat pengecekan barang, dan itu dilakukan dengan waktu



yang



lama



dan



dalam



pekerjaan



yang



berulang-ulang.



Adapun keluhan yang dirasakan yaitu nyeri pada bagian punggung, bahu, otot leher dan bagian kaki. Terkadang kaki tiba-tiba mengalami kram saat bekerja. Ada juga keluhan dari karyawan yang baru bekerja merasakan kaki kram atau pun karena tidak biasa berdiri dengan waktu yang lama. Maka dari itu peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara umur, masa kerja dan posisi berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk tahun 2021.



1.2 Rumusan Masalah



4



1. Apakah Umur Berpengaruh terhadap Keluhan Nyeri Kaki pada Karyawan PT Sat Nusapersada Tbk ? 2. Apakah Masa Kerja Berpengaruh terhadap Keluhan Nyeri Kaki pada Karyawan PT Sat Nusapersada Tbk? 3. Apakah Posisi Berdiri Berpengaruh terhadap Keluhan Nyeri Kaki pada Karyawan PT Sat Nusapersada Tbk?



1.3 Tujuan Peneliti 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Umur, Masa Kerja dan Posisi Berdiri dengan Keluhan Nyeri Kaki Pada Karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk tahun 2021.



1.3.2 Tujuan Khusus 1. Apakah umur dapat Berpengaruh terhadap Keluhan Nyeri Kaki pada Karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. 2.



Apakah masa Kerja dapat Berpengaruh terhadap Keluhan Nyeri Kaki pada Karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



3. Apakah posisi Berdiri dapat Berpengaruh terhadap Keluhan Nyeri Kaki pada Karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



5



1.4



Manfaat Penelitian 1.4.1



Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja



(K3) yang didapatkan melalui bangku perkuliahan di Fakultas Ilmu Kesehatan Ibnu Sina Batam kepada khalayak ramai.



1.4.2 Bagi Fakultas Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa/i dan menjadi bahan masukan serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Hubungan antara Umur, Masa Kerja dan Posisi berdiri dengan Keluhan Nyeri Kaki.



1.4.3 Bagi Perusahaan a. Membantu pihak perusahaan dalam memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka penentuan kebijakan K3. b.



Terjalin kerja sama yang baik antara perusahaan dengan pihak perguruan tinggi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



1.2.1 Telaah pustaka Posisi Kerja 2.1.1



Definisi Posisi Kerja Posisi kerja adalah postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh pekerja yang berinteraksi dengan kebiasaan kerja maupun fasilitas yang digunakan dalam sebuah pekerjaan. Dengan demikian rancangan sebuah posisi kerja dan fasilitas kerja yang ergonomis perlu di sediakan untuk mencegah keluhan penyakit akibat posisi kerja serta memberikan kenyamanan dan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja (Siska dan Teza, 2012). Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari suatu pekerjaan. Jika postur yang di lakukan oleh pekerja sudah baik atau ergonomi maka hasil yang di dapatkan oleh pekerja akan baik dan jika sebaliknya apabila postur yang di lakukan oleh pekerja buruk atau tidak ergonomic maka hasil dari pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang di harapkan (Sulaiman dan Sari, 2016). Menyatakan bahwa bekerja merupakan suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan, agar dapat memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya. Untuk mencapai hasil yang optimal, perlu diperhatikan performansi pekerjanya. Salah satu tolak ukur 7



7



(selain waktu) yang diaplikasikan untuk mengevaluasi apakah tata cara sudah dirancang baik atau belum adalah adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut (Adam, 2012). Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas.



2.1.2



Sikap Kerja Sikap kerja merupakan tindakan yang diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Purwanto 2010). Sikap kerja adalah penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuran yang sudah ditentukan. Pada saat bekerja sangat perlu diperhatikan dimana sikap kerja harus dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan MSDs dan sistem tubuh yang lain (Merulalia, 2010).



8



2.1.3



Jenis-Jenis Sikap Kerja Mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: posisi duduk, posisi duduk berdiri, dan posisi berdiri. a. Posisi/Sikap Kerja Duduk Menyatakan bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan yaitu pembebanan pada kaki yang minimal sehingga pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Posisi kerja duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi, dapat mengurangi kelelahan dan keluhan subyektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Di samping itu, tenaga kerja juga dapat mengendalikan tungkai dan kaki untuk melakukan gerakan. Sebaliknya, kerja dengan posisi duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan tonus otot perut menurun dan tulang belakang akan melengkung sehingga dapat menyebabkan pekerja mudah lelah. Taha, 2010 menyatakan bahwa pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki. 2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar 4. Objek yang dipegang tidak melebihi ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja. 5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan dalam waktu yang lama dan 7. Seluruh objek dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posis duduk.



9



b. Posisi/Sikap Kerja Duduk Berdiri Posisi kerja duduk berdiri ini merupakan pilihan kedua terhadap hampir seluruh jenis pekerjaan dan biasanya lebih sesuai digunakan terhadap jenis pekerjaan yang terdiri dari beberapa sub bagian tugas dan sering melakukan gerak di dalam ruang kerja (Bambang, 2010).



Pengguna dapat memilih salah satu sikap kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.Berdasarkan kedua sikap kerja duduk dan berdiri (Taha, 2010) mencoba memadukan satu desain dengan batasan sebagai berikut: 1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada satu saat dan pada saat lainnya dilakukan dengan berdiri saling bergantian 2. Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm ke depan atau 15 cm di atas landasan kerja 3. Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90-120 cm merupakan ketinggian yang paling tepat baik untuk posisi duduk maupun posisi berdiri.



c. Posisi/Sikap Berdiri Posisi tubuh sewaktu bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing jenis pekerjaan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Taha, 2006 menjelaskan posisi kerja berdiri merupakan posisi siaga baik fisik maupun mental sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Tetapi pada dasarnya berdiri itu



10



sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri 10%-15% lebih banyak dibandingkan dengan duduk. Pada posisi kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja pada periode yang lama, maka sering menimbulkan kelelahan. Posisi/sikap kerja berdiri membutuhkan pengurangan beban fisiologis tubuh pada periode panjang, utamanya pergerakan darah dan penumpukan cairan tubuh di daerah paha (leg). Terkadang pembebanan berulang pada perut dan leher untuk jenis gerak menjangkau meraih maupun memutar. Keluhan biasanya terjadi karena lambat laun terasa berat pada otot vena, jarak raih di luar toleransi jangkauan normal, luasan kerja yang ketinggian atau kependekan, tidak tersedianya ruang gerak kaki (knee). Taha, 2010 menyatakan pertimbangan pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan sikap kerja berdiri adalah sebagai berikut : 1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut. 2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg). 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping. 4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah. 5. Diperlukan mobilitas tinggi.



2.1.4



Sikap Tubuh Alamiah Sikap tubuh alamiah yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan sistem tubuh yang lain (Merulalia, 2010).



11



a. Pada tangan dan pergelangan tangan Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah tidak miring ataupun mengalami fleksi atau ekstensi. b. Pada leher. Sikap atau posisi normal leher, lurus dan tidak miring atau memutar ke samping kiri atau kanan sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical. c. Pada bahu Sikap atau posisi normal pada bahu adalah dalam keadaan tidak mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional. d. Pada punggung Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan. Kasus umum yang berkaitan dengan sikap kerja adalah : a) Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah dan objek terlalu kecil. b) Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek diluar medan jangkauan. c) Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi pada muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, deltoid dan supra spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi. d) Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi



tulang



belakang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan adalah : 1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian.



12



2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. 3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.



2.1.5



Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umunya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Di Indonesia sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja (Tarwaka, 2010). Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain : a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.



13



b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja. c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala). d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok). Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara : a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah. b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin. c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja (meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya. d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri. 2.1.6



Sikap kerja berulang (aktivitas berulang) Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Ketika bergerak ,otot dan tendon bekerja dengan memendek dan memanjang. Peradangan pada tendon dan ligamen sangat mungkin terjadi jika gerakan yang dilakukan berulang secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup (Hardianto dan Yassierli, 2014).



2.1.7



Definisi REBA (Rapid Entire Body Assessment) Merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam analisa postur kerja.  Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan oleh Dr. Sue



14



Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham



(University



of



Nottingham’s



Institute



of



Occuptaional



Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu, metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Salah satu hal yang membedakan metode REBA dengan metode analisa lainnya adalah dalam metode ini yang menjadi fokus analisis adalah seluruh bagian tubuh pekerja. Melalui fokus terhadap keseluruhan postur tubuh ini, diharapkan bisa mengurangi potensi terjadinya musculoskeletal disorders pada tubuh perkerja. Dalam metode REBA ini, analisis terhadap keseluruhan postur tubuh pekerja dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama atau group A terdiri dari bagian neck, trunk, dan legs. Sedangkan, bagian kedua atau group B terdiri dari upper arms, lower arms, dan wrist. Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut: 4.



Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret posisi tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.



15



5.



Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai dengan menganalisis posisi  neck,  trunk, dan legs dengan memberikan score pada masing-masing komponen.



6. Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan ke dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau score A dan ditambah dengan  score untuk force atau load. Selanjutnya, dilakukan scoring pada bagian upper arm, lower arm, dan wrist. Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling score. Setelah diperoleh grand score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi akhir ini kemudian ditambahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan menggambarkan hasil analisis postur kerja. 7.



Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan panduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan.



2.1.8 Penilaian REBA Menurut (Nur, 2010) penilaian menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu  yang lama dalam melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan



oleh



posisi



kerja



operator.



Metode



ergonomi



tersebut



16



mengevaluasi



postur,



kekuatan,



aktifitas



dan



faktor coupling yang



menimbulkan cidera akibat aktifitas yang berulang-ulang. Penilaian posisi kerja dengan metode ini, dengan cara memberikan skor resiko antar satu sampai lima belas dimana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berati bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti bebas dari ergonomic hazard REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan segera mungkin. (Thyadia, 2012) menyatakan bahwa ergonomic hazard adalah gangguan kesehatan pada pekerja akibat ketidaksesusaian pekerjaan dengan pekerja.



Gambar 2.1. Lembar Kerja REBA Sumber : REBA Employee Assestment Worksheet, 2004 dalam Rahman, 2017



17



2.1.9



Definisi MSDs Muskuloskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Rizka & zahra, 2012). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Keluhan sementara (reversible) Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang bila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (persistent) Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industry telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Muskuloskeletal disorder mempengaruhi semua kelompok usia dan sering menyebabkan cacat, gangguan, dan merugikan. Terdiri dari berbagai penyakit yang berbeda yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tulang, sendi, otot, atau struktur di sekitarnya, dan mereka dapat akut atau kronis, fokal, atau meluas.



2.1.10 Jenis Keluhan Muskuloskeletal A. Keluhan Leher



18



Leher bagian belakang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “tengkuk” atau “kuduk”. Dalam bahasa Inggris disebut “posterior neck”. Leher terdiri atas ruas-ruas tulang belakang yang berakhir di dasar tengkorak. Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendi atau ligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang menjadi stabil. Didaerah leher juga terdapat otot-otot untuk mendukung atau menyokong beban leher dan untuk gerakan leher. Bagian leher ini sangat sedikit dilindungi dibandingkan bagian tulang belakang yang lain sehingga sangat mudah terkena gangguan, trauma yang menyebabkan sakit dan membatasi gerakan (Depkes RI, 2004:1). Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk umum terjadi pada waktu kerja. Hal ini terjadi antara lain terjadi pada pekerjaan dengan beban yang berat, pekerjaan manual yang dilakukan dengan posisi duduk, atau pekerjaan yang mengharuskan duduk terus menerus. Nyeri tengkuk merupakan respon diluar kesadaran yang dilakukan oleh otot. Otot berkontraksi sehingga menjadi keras, kaku dan nyeri. Rasa nyeri yang sering dikeluhkan biasanya berupa pegal, panas dan jika berlangsung lama dapat menjalar sampai ke lengan, tangan, kepala bagian belakang, serta dapat menjalar sampai ke pinggang.



B. Keluhan Bahu Keluhan nyeri bahu hampir selalu didahului atau ditandai adanya rasa nyeri pada bahu terutama pada saat melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan sendi bahu sehingga yang bersangkutan ketakutan menggerakkan sendi bahu. Nyeri bahu pada pekerja yang dalam aktivitasnya harus mengangkat beban berat, bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan



19



terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atau melebihi tinggi akronion (Depkes RI, 2004). Posisi yang sedemikian ini bila berlangsung terus-menerus akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon. Tekanan tinggi pada otot bahu akan menyebabkan meningkatnya aktivitas konstraksi otot dimana mungkin mendorong terjadinya peningkatan di keduanya yakni kelelahan otot dan tegangan tendon dan mungkin juga microsirculation. Tekanan juga dihubungkan dengan beban statis pada otot bahu. C. Keluhan Nyeri Pinggang Keluhan nyeri pinggang merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low Back Pain adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Gejala yang dirasakan pada orang yang menderita Low Back Pain bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga kelemahan pada tungkai. otot-otot punggung biasanya mulai letih setelah duduk salama 15-20 menit, sehingga mulai dirasakan Low Back Pain. LBP diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu kronik dan akut. LBP akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu tiga bulan. penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh (Zamma Idyan 2010). D. Keluhan Siku



20



Gerakan pada sendi siku terkait dengan beberapa sendi lain yakni sendi engsepada humerus dan ulna, sendi peluru diantara caitulum humeri dan radius juga sendi kisar diantara ulna dan radius. 15 Gerakan yang berulang pada tangan, beban kerja, sikap tubuh merupakan faktor resiko terjadinya nyeri (keluhan) pada siku. Gerakan yang berulang yang mempengruhi keluhan siku terkait dengan aktivitas yang melibatkan flexion siklis dan ekstensi pada siku atau promasi yang siklis, supinasi, ekstensi, selain itu flexi pada pergelangan



tangan



yang



menghasilkan



beban



epada



daerah



siku



(ellow/forearm) (Widjaja Surya, 2010).



E. Keluhan Pergelangan Tangan dan Telapak Tangan Pergelangan tangan merupakan area penting untuk terjadinya gerakan tangan. Sikap tubuh yang tidak alamiah pada saat bekerja (misalnya pada saat memegng handtool), frekuensi Ketika melakukan gerakan dengan sikap yang tidak alamiah dan durasi waktu pada saat bekerja dengan posisi yang tidak alamiah merupakan faktor resiko terjadinya keluhan pada tangan dan pergelangan tangan. Selain itu juga pekerjaan berulang yang berkaitan dengan pergelangan tangan dan telapak tangan sebagai aktivitas pekerjaan berulang siklis seperti tangan yang menggenggam atau pergelangan tangan ekstensi dan flexi,



penyimpangan



radial,



dan



supinasi



atau



pronasi.



Keluhan



muskuloskeletal pada tangan dan pergelangan tangan dibagi menjadi Sindrom Terowongan Tulang Pergelangan Tangan (Carpal Tunnel Syndrom/CTS), peradangan pada tendon di tangan dan pergelangan (Hand/Wrist Tendinitis).



21



CTS disebabkan oleh tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang melalui pergelangan tangan. F. Keluhan Nyeri Kaki Gaya hidup kurang bergerak memang bisa mengundang berbagai masalah kesehatan. Salah satu keluhan yang sering dialami mereka yang banyak berdiri adalah rasa nyeri di bagian kaki. Ada banyak penyebab nyeri pada kaki, tetapi rasa sakit yang muncul setelah kita berdiri atau duduk terlalu lama biasanya disebabkan oleh penumpukan cairan di bagian vena kaki. Kondisi itu terjadi jika katup di pembuluh vena kaki tidak bekerja dengan optimal untuk menjaga aliran darah dari kaki ke jantung. Akibatnya, darah berkumpul di kaki dan telapak kaki sehingga terjadi pembengkakan dan rasa nyeri. Gejalanya antara lain sensasi rasa terbakar atau seperti kram, terutama di bagian betis. Peradangan yang terjadi sebelumnya pada vena bisa merusak bagian katup dan menyebabkan penumpukan cairan. Lama kelamaan ini dapat menyebabkan varises vena. Ditandai dengan garis-garis membiru di bagian betis ke atas, ini sebenarnya adalalh pembuluh darah yang penuh dengan darah. Gejala lainnya adalah kaki merasa berat dan tidak nyaman, kaki dan bagian tumit bengkak, serta kram. Bila rasa nyeri tersebut menetap, sebaiknya periksakan ke dokter. Penggunaan kompres khusus di bagian lutut bisa membantu mengurangi penumpukan cairan di kaki.



22



2.1.11 Faktor-faktor Risiko MSDs Faktor risiko MSDS terbagi menjadi faktor pekerjaan, faktor individu, dan faktor lingkungan. 1. Faktor Pekerjaan Faktor risiko pekerjaan adalah karakteristik pekerjaan yang dapat meningkatkan risiko cedera pada sistem otot rangka. Faktor risiko ergonomi adalah sifat/karakteristik pekerja atau lingkungan kerja yang dapat meningkatkan kemungkinan pekerja menderita gejala MSDs (Shofwati, 2010). Ada beberapa faktor yang terbukti berkontribusi menyebabkan MSDs yaitu pekerjaan yang dilakukan dengan sikap kerja, beban, gerakan repetitive/frekuensi, lama kerja, dan genggaman. A. Sikap Posisi Kerja Salah satu faktor terjadinya low back pain adalah posisi kerja yang tidak baik atau tidak ergonomis. jenis alat dan sarana kerja yang kurang baik atau kurang nyaman sering menimbulkan masalah-masalah kesehatan pada pekerja yang mengunakannya, jika di gunakan terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan yang memicu timbulnya penyakit akibat kerja (Koesyanto,2013). Posisi tubuh fleksi, ektensi dan rotasi punggung saat bekerja akan menjadi lemah sehingga menyebabkan lordosis yang berlebihan. secara anatomis lordosis yang berlebihan pada lumbal akan menyebabakan penyempitan



23



saluran atau menekan saraf tulang belakang dan penonjolan ke belakang dari ruas tulang rawan (discus intervertebralis). Hal inilah yang penyebabkan low back atau nyeri punggung bawah (Rinaldi, et al. 2015). Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah cara penilaian tingkat risiko dari repetitive motion dengan melihat pergerakan/postur yang dilakukan oleh pekerja. Pengukuran dilakukan menggunakan task analysis (tahapan kegiatan kerja dari awal hingga akhir). Sistem penilaian REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan MSDs dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian berdasarkan postur-postur yang terjadi beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga yang dikeluarkan serta aktivitasnya. Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh untuk memodifikasi nilai dasar jika terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap pergerakan postur yang dilakukan (Muhamad, 2014). Cara perhitungan adalah dengan memberi nilai pada setiap postur yang terjadi, yang terdiri dari tiga grup, yakni: pertama pada bagian leher, punggung, dan kaki; kedua pada bagian lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan; ketiga merupakan penggabungan antara bagian pertama dan bagian kedua. Bagian pertama dijumlahkan dengan berat sedangkan bagian kedua dijumlahkan dengan coupling, dan ketiga dijumlahkan dengan aktivitas yang dilakukan. Setelah didapatkan hasilnya maka dapat ditentukan rekomendasi untuk tindakan pengendalian, berdasarkan atas tingkat risiko yang terjadi (Muhamad, 2014). Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri, seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada punggung, leher dan bahu serta



24



terjadi penumpukan darah di kaki jika kehilangan kontrol yang tepat (Astuti, 2014). Adapun postur-postur janggal adalah sebagai berikut:



Gambar 2.2 Postur Tubuh Janggal Sumber: WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)



B. Beban atau Tenaga (Force) Beban dapat diartikan sebagai muatan (berat) dan kekuatan pada struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan dalam newton atau pounds, atau dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari kapasitas kekuatan individu (Handayani, 2011). Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12- 15 kg. Pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat barang yang berat memiliki kesempatan 8 kali lebih besar untuk mengalami Low Back Pain (LBP) dibandingkan pekerja yang bekerja statis. Penelitian lain membuktikan



25



bahwa hernia diskus lebih sering terjadi pada pekerja yang mengangkat barang berat dengan postur membungkuk dan berputar (Auliya, 2015). Dalam berbagai penelitian dibuktikan cedera berhubungan dengan tekanan pada tulang akibat membawa beban. Semakin berat benda yang dibawa semakin besar tenaga yang menekan otot untuk menstabilkan tulang belakang dan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang belakang. Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku.semakin berat beban maka semakin singkat pekerjaan (sari, 2014). C. Lama Kerja Lama kerja sangat berkaitan dengan keadaan fisik tubuh pekerja. Pekerjaan fisik yang berat akan mempengaruhi kerja otot, kardiovaskular, sistem pernapasan dan lainnya. Jika pekerjaan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa istirahat, kemampuan tubuh akan menurun dan dapat menyebabkan kesakitan pada anggota tubuh. Lama kerja dibagi menjadi durasi singkat yaitu kurang dari 1 jam/hari, durasi sedang yaitu antara 1-2 jam/hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2 jam/hari (sari, 2014). D. Pekerjaan Berulang (Frequency) Aktivitas berulang, pergerakan yang cepat dan membawa beban yang berat dapat menstimulasikan saraf reseptor mengalami sakit. Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang salah terkait dengan beberapa kali terjadi repetitive motion dalam melakukan suatu pekerjaan (Setyaningsih dan Kurniawan, 2011).



26



Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus menerus tanpa memperolah kesempatan untuk relaksasi. posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko apabila dilakukan gerakan berulang/frekuensi sebanyak 30 kali dalm semenit dan sebanyak 2 kali per menit untuk anggota tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki. Berdasasarkan studi yang dilakukan European Campaign on Musculoskeletal Disorders pada tahun 2008 terhadap 235 juta orang pekerja di Eropa, melaporkan 14 62% telah terpapar MSDs pada tangan akibat adanya gerak repetitive/berulang dan 46% dilaporkan akibat posisi tubuh yang melelahkan selama bekerja.



E. GENGGAMAN Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Agustin, 2012). Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan (Kushadiyanto, 2012).



2. Faktor Individu A. Umur



27



Menjelaskan bahwa umur berhubungan dengan keluhan pada otot. Pada umumnya keluhan musculoskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu antara 25-65 tahun. Keluhan pertama biasa dirasakan pada usia 35 tahun dan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur (Santiasih, 2013). Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Maijunidah (2011), diperoleh tidak ada hubungan antara munculnya keluhan MSDs dengan usia pekerja, hal tersebut dibuktikan bahwa pada tangan pekerja yang sudah tua tidak mengalami penurunan kekuatan ototnya. Maijunidah (2011) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara keluhan MSDs dengan usia, akan tetapi mereka hubungan yang sangat kuat antara beban kerja (dengan kategori rendah, sedang, berat) dengan gejala atau diagnosis MSDs. B. Masa Kerja Masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot. Puput, 2015 mengatakan bahwa pada pekerja perusahaan kayu dan furnitur, diketahui bahwa MSDs berhubungan dengan usia dan masa kerja yang lebih lama. Berdasarkan penilitian yang dilakukan Octarisya, didapatkan bahwa sebesar 66,7% pekerja yang bekerja lebih dari 15 tahun telah mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher dan punggung bawah (Santiasih, 2013). C. Indeks Masa Tubuh Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus BB²/TB (berat badan²/tinggi badan), Adapun dikategorikan menjadi tiga yaitu kurus (30). Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang makan bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan



28



seseorang dengan kelebihan berat badanakan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Firman, 2014).



D. Jenis Kelamin Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibanding pria. Mulyono (2010) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan otot wanita. Penelitian Korovessis, et al (2005) dari 1.263 siswa yang berumur 12-18 tahun didapat siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih sering merasakan keluhan muskuloskeletal. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot 16 wanita lebih rendah dari pada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan wanita. Rerata kekuatan otot wanita kurang lebih 60% dari kekuatan otot pria. E. Kebiasaan Merokok Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti merokok selama setahun memiliki risiko MSDs sama dengan mereka yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. kebiasaan merokok dibagi menjadi 4 kategori yaitu, kebiasaan merokok berat (>20 batang/hari), sedang (10-20 batang/hari), ringan ( 25 tahun



2



Posisi kerja berdiri



Sikap tenaga Form kerja pada saat Reba bekerja dengan posisi berdiri yang lama dan Gerakan monotomi tangan dan lengan yang diukur sudutnya dengan busur derajat



Menilai posisi kerja dan mengisi form REBA



1. total skor 2-3 tingkat resiko rendah, tindak perbaikan mungkin diperlukan.



Ordinal



2.skor 4-7 tingkat resiko sedang, tindak perbaikan perlu dilakukan. 3.Skor 8-10 tingkat resiko tinggi, tindak perbaikan perlu segera dilakukan. 4. Skor 11-15 tingkat resiko sangat tinggi Tindak perbaikan perlu sekarang juga dilakukan. (Yonansha 2010)



3



Keluhan Nyeri kaki



4



Masa Kerja



Total skor yang diakumulasikan dari data keluhan responden berdasarkan lembar Nordic Body Map



Kuesioner Nordic Body Map



Mengisi lembar Kuesioner Nordic Body Map



1. Rendah = skor Ordinal akhir NBM 0-20 dinyatakan keluhan sementara. 2. Tinggi = skor akhir NBM 21-41 dinyatakan keluhan menetap.



Masa kerja Kuesioner Wawancar responden yang terhitung mulai a dari pertama kerja sampai 43 dengan dilakukannya penelitian.



Dalam Septiani, 2017 Ordinal 1.Tidak beresiko, jika < 3 tahun 2.Beresiko, jika > 3 tahun



44



Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian



3.7 Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data Sumber data peneliti yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 3.7.1 Data Primer a. Kuesioner atau daftar pertanyaan Sebuah daftar pertanyaan mengenai faktor risiko pekerja meliputi umur, masa kerja dan posisi kerja berdiri karyawan. b.



Lembar kerja penilaian REBA Berisi daftar pertanyaan tentang jenis pekerjaan yaitu posisi kerja berdiri dan umur.



c.



Kuesioner Nordic Body Map Peneliti menggunakan kuesioner Nordic Body Map untuk mengetahui tingkat keluhan/nyeri yang dirasakan oleh karyawan.



d.



Kamera Ponsel Kamera digunakan untuk proses pengambilan gambar posisi kerja berdiri pekerja saat melakukan pekerjaannya. camera yang digunakan adalah kamera ponsel peneliti.



3.7.2 Data Sekunder Sebuah hasil yang didapat oleh peneliti melalui berbagai sumber. Data sekunder ini diperoleh melalui jurnal, maupun laporan / skripsi. 44



45



3.8 Prosedur Pengolahan Data Hasil yang diperoleh dari peneliti baik data primer maupun sekunder akan diolah dengan beberapa tahapan seperti: 3.8.1 Editing Suatu pemeriksaan kelengkapan dan ketepatan pengisian lembar kuesioner responden yang dibuat oleh peneliti. 3.8.2 Coding pemberian kode pada hasil jawaban kuesioner responden untuk mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data di komputer.



Adapun coding yang diberikan adalah: a.



Variabel Umur Peneliti memberi Coding dalam penelitian : 1 = Tidak beresiko jika < 25 tahun 2 = Beresiko jika > 25 tahun



b.



Variabel Posisi Kerja Berdiri Peneliti



memberi



Coding



dalam



1 = jika tingkat risiko rendah 2 = jika tingkat risiko sedang 3 = jika tingkat resiko tinggi 4 = jika tingkat resiko sangat tinggi c.



Variabel Keluhan Nyeri kaki Peneliti memberi Coding dalam penelitian :



45



penelitian:



46



1= jika keluhan Sementara 2 = jika keluhan Menetap



d.



Variabel Masa Kerja Peneliti memebri Coding dalam penelitian : 1. Tidak berisiko, jika < 3 tahun 2.Berisiko, jika >3 tahun



3.8.3



Entry Data yang sudah diberi kode oleh peneliti dan diolah ke dalam program komputer untuk diproses.



3.8.4



Cleaning Proses pengecekkan data yang dimasukkan peneliti ke komputer untuk mengetahui apakah ada yang sesuai atau tidak dengan kuesione, agar data yang dimasukkan dapat menghasilkan data yang valid.



3.9 Analisis Data 3.9.1 Analisis univariat Merupakan analisis yang dilakukan para peneliti agar memperoleh sebuah gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis ialah variabel dependen dan juga variabel independen. Variabel tersebut ialah umur, masa kerja dan posisi kerja berdiri.



46



47



3.9.2 Analisis bivariat Analisis bivariat adalah suatu analisis untuk membuktikan suatu hipotesis Penelitian yang dilakukan peneliti yang bertujuan untuk mendapatkan nilai hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yang telah diteliti



dengan



menggunakan uji Chi-square.



3.10 No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jadwal Penelitian Kegiatan



Maret



April



penulisan Proposal Seminar Proposal Revisi Proposal Pengumpulan Data Penelitian dan Penulisan Skripsi Sidang Skripsi Pengupulan Revisi skripsi Tabel 3.2 Jadwal Penelitian



47



Mei Juni



Juli



Agustus



48



BAB IV HASIL 4.1 Gambaran umum lokasi penelitian PT Sat Nusapersada Tbk adalah perusahaan yang bekerja dengan memulai mengoperasikan sebagai pemasok papan sirkuit cetak dan perakitan suku cadang mekanis dan pembuatan komponen elektronik. PT. Sat Nusapersada Tbk sangat bangga menjadi perusahaan pertama dan satu-satunya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada November 2007 dan sebagai produsen elektronik berteknologi tinggi yang terkemuka di indonesia. PT Sat Nusapersada Tbk mempunyai Teknologi dan robotika yang mampu merakit dan memproduksi produk electronik yang muktahir. perusahaan telah dianugerahi beberapa sertifikat seperti : ISO 9001, ISO 14001, Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (SMK3) dan berbagai penghargaan dari pelanggan, karena kualitas perusahaan yang konsisten dengan kinerja operasional yang sangat baik. PT Sat Nusapersada Tbk berlokasi di Kota Batam Indonesia yang sangat dekat dengan Singapura. Kota Batam adalah hubungan bagi beberapa produsen elektronik global seperti Sony, Panasonic, Kenwood, Epson dan lainnya. Perusahaan sangat



48



49



menikmati insentif tertentu dari pemerintah khususnya di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan impor dan ekspor Bebas Bea untuk produk dari perusahaan. PT Sat Nusapersada Tbk memiliki area kerja yang cukup luas sekitar 33.000 Meter persegi, keamanan yang ketat disertai dengan ratusan cctv serta memiliki satpam yang sudah terlatih. perusahaan juga memberdayakan area dengan generator listrik 8 MW dan sistem pengendalian kebakaran profesional. Ini adalah komitmen perusahaan untuk menjamin produksi yang berkelanjutan. Saat ini, perusahaan memiliki total sebelas (11) sub-pabrik di Kota Batam.



4.2 Hasil penelitian Peneliti memberi judul Hubungan antara umur, masa kerja dan posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk tahun 2021. Penelitian ini dilaksanakan di PT Sat Nusapersada Tbk dengan jumlah karyawan di department xiaomi yang menjadi responden sebanyak 58 orang dan seluruh karyawan telah bersedia untuk melakukan pengisian kuesioner. Pengisian kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari karyawan, yaitu umur, masa kerja dan posisi kerja berdiri yang berhubungan dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan. Hasil penelitian yang telah terkumpul akan dilakukan analisis statistik secara analisi univariat dan analisis bivariat



49



4.2.1



Analisis Univariat Analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan satu variabel. Penyajian data ini berbentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa persentase.



4.2.1.1 Karakteristik Responden 1.



Umur Tabel 4.1 Kategori Umur pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk



Berdasarkan



Tabel



4.1 di atas dapat



Umur < 25 Tahun >25 Tahun Total



Frekuensi 50 8 58



Persentase (%) 86% 14% 100%



diketahui dari 58 responden (100%), mayoritas karyawan berumur < 25 tahun sebanyak 50 orang (86%) dan minoritas karyawan berumur > 25 tahun sebanyak 8 orang (14%).



2.



Masa kerja Tabel 4.2 Kategori Masa Kerja pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk Masa Kerja < 3 tahun >3 tahun Total



Frekuensi 24 34 58 50



Persentase (%) 41 % 59 % 100%



51



BeBerdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui dari 58 responden (100%) Masa kerja karyawan yang tidak beresiko < 3 tahun ada 24 orang (41%) dan masa kerja karyawan yang beresiko > 3 tahun ada 34 orang (59%).



3. Posisi kerja berdiri Tabel 4.3 kategori posisi kerja berdiri pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk Posisi kerja berdiri Rendah



Frekuensi



Persentase (%)



12



21%



Sedang



36



62%



Tinggi



10



17%



Sangat Tinggi



0



0



Total



58



100%



Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui dari 58 responden (100%). posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko rendah ada 12 orang (21 %), posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko sedang ada 36 orang (62 %), sedangkan posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat keluhan tinggi ada 10 orang (17%).



4.2.2



Analisis Bivariat 51



52



Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen (umur, masa kerja, dan posisi kerja berdiri) dengan variabel independen yaitu keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk dengan uji Chi-Square.



4.2.2.1 Hubungan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



Tabel 4.4 Hubungan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department Xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



Tidak beresiko



Tingkat keluhan nyeri kaki Sementara Menetap F % F % 31 53 19 33



F 50



% 86



(< 25 tahun) Beresiko



5



9



3



5



8



14



( > 25 tahun) Total



36



62



22



38



58



100



Umur



52



Jumlah



P value .978



53



Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui 58 responden (100%). Karyawan yang berumur < 25 tahun termasuk tidak beresiko ada 31



orang (53%) dengan tingkat



keluhan nyeri kaki sementara dan 19 orang (33%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki menetap, sedangkan karyawan yang berumur > 25 tahun yang termasuk beresiko ada 5 orang (9%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 3 orang (5%) dengan keluhan nyeri kaki menetap. Hasil dari uji Chi-Square Dari tabel 4.4 dapat dilihat p value sebesar .978, karena p value .978 > dari 0.005, disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



4.2.2.2 Hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



Tabel 4.5 Hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department Xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Tingkat keluhan nyeri kaki Sementara Menetap F % F % 27 47 0 0



F 27



% 47



Beresiko



0



0



31



53



31



53



( > 3 tahun) TOTAL



27



47



31



53



58



100



Masa Kerja Tidak beresiko



Jumlah



( < 3 tahun)



Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui 58 responden (100%). Karyawan yang masa kerja < 3 tahun yang termasuk tidak beresiko ada 27 orang (47%) dengan



53



P value .000



54



tingkat keluhan nyeri kaki sementara sedangkan tingkat keluhan nyeri kaki menetap tidak ada keluhan, sedangkan karyawan yang masa kerja >3 tahun yang termasuk beresiko tidak ada tingkat keluhan nyeri kaki sementara tetapi memiliki 31 orang (53%) dengan keluhan nyeri kaki menetap. Hasil dari uji Chi-Square Dari tabel 4.5 dapat dilihat p value sebesar .000, karena p value 0.005 > dari 0.000, Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki ada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



4.2.2.3 Hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



Tabel 4.6 Hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department Xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



berdiri Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi



Tingkat keluhan nyeri kaki Sementara Menetap F % F % 6 10 6 10 26 45 10 17 4 7 6 10 0 0 0 0



F 12 36 10 0



% 21 62 17 0



TOTAL



36



58



100



Posisi kerja



62



22



37



Jumlah



Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui 58 responden (100%). Posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko rendah ada 6 orang (10%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 6 orang (10%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki menetap, sedangkan posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko sedang ada 26 orang (45%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 10 orang (17%) dengan 54



P value .112



55



keluhan nyeri kaki menetap dan posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko tinggi ada 4 orang (7%) dengan keluhan nyeri kaki sementara dan 6 orang (10%) dengan keluhan kaki menetap Hasil dari uji Chi-Square Dari tabel 4.6 dapat dilihat p value sebesar .112, karena p value .112 > dari 0.005, Maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk.



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1



Umur Menurut (Suma’mur 2010) Umur merupakan suatu variabel yang sering dipakai oleh peneliti dalam suatu penyelidikan. Pada dasarnya umur yang



55



56



sudah lanjut memiliki kemampuan fisik yang menurun dan disertai kurangnya kemampuan dalam bekerja oleh karena itu terjadinya banyak perubahan pada fungsi tubuh, sistem kardiovaskuler dan hormon yang sangat signifikan. Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 25-65 tahun. Keluhan pertama biasa dirasakan pada umur 35 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur (Santiasih, 2013). Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 58 karyawan (100%) di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk memiliki lebih banyak karyawan yang berumur < 25 tahun sebanyak 50 orang (86%) sedangkan karyawan yang berumur > 25 tahun sebanyak 8 orang (14%). Peneliti berasumsi, umur yang < 25 tahun termasuk dalam kategori tidak beresiko karena memiliki kondisi tubuh yang masih fit dan sehat karena itu menjadi patokan perusahaan menentukan kemampuan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan berdasarkan kondisi kesehatannya dan itu juga sangat mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan.



5.1.2



Masa Kerja Merupakan lama seseorang bekerja dari awal masuk bekerja hingga saat penelitian berlangsung. Semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama pula terkena paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja (Agung, 2017). Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 58 karyawan (100%) di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk mayoritas karyawan yang masa



56



57



kerja tidak beresiko yaitu < 3 tahun ada 24 orang (41%) dan karyawan yang masa kerja beresiko yaitu > 3 tahun ada 34 orang (59%). Peneliti berasumsi bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap karyawan dalam peningkatan terjadinya keluhan nyeri kaki adalah masa kerja. Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi, ini sangat berpengaruh terhadap nyeri kaki karena merupakan suatu pembebanan tubuh pada lamanya berdiri yang bertumpu pada dua kaki, Semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan risiko keluhan muskuloskeletal, maka semakin besar pula risiko untuk seseorang mengalami keluhan tersebut. 5.1.3



Posisi kerja berdiri Posisi kerja berdiri adalah sikap siaga baik fisik dan mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat selesai dan teliti. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk, dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 58 karyawan (100%) di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk yang memiliki tingkat resiko rendah ada 12 orang (21%), sedangkan yang memiliki tingkat resiko sedang ada 36 orang (62%) dan yang memiliki tingkat keluhan tinggi ada 10 orang (17%). Penelitian yang dilakukan (Siska 2017) menunjukkan nilai dari skor REBA pada pekerja aktivitas mekanik section welding PT. X adalah mayoritas, karena menunjukkan pada tingkat resiko sedang dengan skor berada diantara 4-7 yaitu sebanyak 14 orang (47%), resiko tinggi ada 11 orang (37%) dan resiko sangat tinggi ada 5 orang (16%) dari responden 30 orang.



57



58



Peneliti berasumsi bahwa posisi kerja berdiri karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk dengan skor Reba yang berada diantara 4-7 adalah kategori tingkat resiko sedang yang memiliki arti posisi kerja karyawan di department xiaomi masih sangat buruk dan perlu diselidiki lebih lanjut serta melakukan perubahan posisi kerja dari karyawan. Posisi kerja berdiri adalah salah satu posisi yang sangat sering dikeluhkan oleh karyawan disuatu perusahaan karena ketidaknyamanan saat kerja dan kelelahan sehingga menyebabkan pada bagian betis dan paha berkontaksi supaya tubuh tetap bertahan berdiri dalam posisi tegak.



5.2 Analisis Bivariat 5.2.1



Hubungan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Menurut (Tarwaka, 2010) dijelaskan bahwa keluhan-keluhan yang terjadi pada otot skeletal dirasakan sejak memasuki umur 25-65 tahun. Berdasarkan hasil dilapangan bahwasannya karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan nyeri kaki, dikarenakan karyawan di department xiaomi mayoritas berumur < 25 tahun. Dan dapat dilihat berdasarkan tabel 4.4 diketahui 58 responden (100%). Karyawan yang berumur < 25 tahun termasuk tidak beresiko ada 31 orang (53%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 19 orang (33%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki menetap,



sedangkan karyawan yang



berumur > 25 tahun yang termasuk beresiko ada 5 orang (9%) dengan tingkat



58



59



keluhan nyeri kaki sementara dan 3 orang (5%) dengan keluhan nyeri kaki menetap. Hasil dari uji Chi-Square Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai p value sebesar . 978, karena p value .978 > dari sig 0.005, Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Febriana,2015), hasil yang didapat oleh peneliti dengan nilai p value 0.724. (p value 0.724 > 0.005) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia pekerja dengan keluhan NPB yang dirasakan oleh karyawan di PT. Bakrie Metal Industries pada tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat ada 65.5% itu



merupakan



karyawan yang bekerja sebagai fabrikasi yang berusia ≥ 30 tahun dan sisanya yaitu ada 34.4% merupakan karyawan yang bekerja fabrikasi dengan berusia < 30 tahun. Sedangkan pada pekerja office ada 61.1% yang berusia ≥ 30 tahun dan pekerja office ada 38,9 % yang berusia < 30 tahun. Penelitian tidak sejalan dari Hasil uji chi square dari peneliti (Pazih,2019) yang dilakukan terhadap variabel umur dengan keluhan muskuloskeletal menunjukkan bahwa nilai p-value 0,001, dapat disimpulkan memiliki hubungan antara umur dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja nelayan di Kelurahan Oesapa, Kupang. Karena Hasil yang di dapat menunjukkan mayoritas nelayan yang berusia diatas 35 tahun dan berada pada rentang usia berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal. Sedangkan karyawan di department xiaomi PT Satnusa Persada Tbk rata-rata memiliki umur yang



59



60



tidak beresiko yaitu berumur < 25 tahun maka dari itu tidak terdapat hubungan karena karyawan belum mengalami resiko tersebut. Peneliti berasumsi, umur karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk mayoritas berumur < 25 tahun karena kondisi tubuh yang masih muda, belum sepenuhnya terpapar penyakit akibat kerja dibanding dengan yang berumur >25 tahun lebih gampang mendapat keluhan, karena kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun serta risiko terjadinya keluhan otot sangat meningkat. 5.2.2



Hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Masa kerja adalah suatu hubungan yang paling kuat dengan keluhan otot skeletal. Masa kerja yang lama untuk jenis pekerjaan yang bekerjanya kebanyakkan berdiri yang terlalu lama dan itu dapat menyebabkan nyeri pada kaki. Berdasarkan hasil dilapangan bahwasannya karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki, hal ini terjadi dikarenakan mayoritas karyawan di department xiaomi adalah dengan masa kerja > 3 tahun dimana karyawan lebih sering mengalami keluhan tersebut dibandinglan dengan karyawan dengan masa kerja < 3 tahun. Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui 58 responden (100%). Karyawan yang masa kerja < 3 tahun yang termasuk tidak beresiko ada 27 orang (47%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara, sedangkan tingkat keluhan nyeri kaki menetap tidak ada keluhan, sedangkan karyawan yang masa kerja > 3 tahun yang termasuk beresiko tidak ada tingkat keluhan nyeri kaki sementara tetapi memiliki 31 orang (53%) dengan keluhan nyeri kaki menetap.



60



61



Hasil dari uji Chi-Square Dari tabel 4.5 dapat dilihat p value sebesar .000, karena p value .000 < dari 0.005, Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari (pazih, 2019) yang dilakukan dari hasil uji chi-square terhadap variabel masa kerja dengan keluhan MSDs mendapatkan nilai p value = 0.001 yang artinya terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada pekerja nelayan di kelurahan oesapa kupang. Berdasarkan hasil yang di dapat di lapangan, para nelayan yang masa kerja nya lebih lama maka lebih sering pula mendapat keluhan MSDs dikarenakan para nelayan melakukan pekerjaannya setiap hari dengan menggunakan alat atau barang seadanya dan juga mengeluarkan tenaga serta kekuatan otot yang berlebihan sehingga menyebabkan para nelayan lebih mudah mengalami keluhan MSDs. Menurut asumsi peneliti, masa kerja karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk mayoritas dengan masa kerja > 3 tahun karena memiliki pengalaman dan keterampilan yang memadai dalam pekerjaannya dan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu karena karyawan sudah tau apa yang harus mereka lakukan. walaupun dengan demikian karyawan juga bisa mendapat keluhan nyeri kaki karena dalam posisi berdiri yang lama dan jenis pekerjaan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keluhan otot yang berkepanjangan. Apalagi pada pekerjaan yang masih dilakukan secara manual atau dengan tenaga. Keadaan ini disebabkan oleh karyawan dengan masa kerja yang lama dan sangat rentan sekali mengalami Repetition Strain Injuries (RSI), merupakan



61



62



terjadinya nyeri pada bagian otot, tulang, dan tendon, Bila keadaan ini terjadi terus-menerus, karyawan akan enggan melakukan aktivitas tersebut, mudah mengalami kelelahan dan dapat mendatangkan cedera yang serius pada otot skeletal.



5.2.3



Hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Menurut (JalaJuwita, 2015) posisi kerja berdiri yang tidak ergonomis adalah salah satu penyebab munculnya keluhan otot skeletal. kebanyakan karyawan mempunyai keluhan adanya rasa nyeri pada bagian kaki maupun otot skeletal lainnya dan hal itu terjadi karena posisi tubuh mayoritas bertumpu pada satu kaki, membungkuk dan posisi leher sering menghadap kebawah saat pengecekan suatu barang dengan waktu yang lama. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui 58 responden (100%). Posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko rendah ada 6 orang (10%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 6 orang (10%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki menetap, sedangkan posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko sedang ada 26 orang (45%) dengan tingkat keluhan nyeri kaki sementara dan 10 orang (17%) dengan keluhan nyeri kaki menetap dan posisi kerja berdiri karyawan yang tingkat resiko tinggi ada 4 orang (7%) dengan keluhan nyeri kaki sementara dan 6 orang (10%) dengan keluhan kaki menetap. Hasil dari uji Chi-Square Dari tabel 4.6 dapat dilihat p value sebesar .112, karena p value .112 > dari 0.005, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya



62



63



hubungan yang signifikan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Siska,2017) dengan responden 30 orang. Mendapat nilai p value 0,029 karena (p value 0.029 > 0,005 ) yang artinya tidak adanya hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dari (fazih, 2019) Berdasarkan uji chi square yang dilakukan, mendapat nilai pvalue 0,001, menunjukkan bahwa adanya



hubungan posisi kerja dengan



intensitas keluhan nyeri punggung bawah. Berdasarkan hasil di lapangan, Pekerjaan yang dilakukan nelayan merupakan pekerjaan yang setiap hari rutin dikerjakan oleh para nelayan. Hal ini juga akan menimbulkan rasa nyeri pada bagian tubuh karena otot menerima beban kerja secara terus menerus tanpa mendapatkan kesempatan untuk relaksasi. Menurut asumsi peneliti, posisi kerja berdiri pada karyawan di department xiaomi tidak berhubungan dengan keluhan nyeri kaki dikarenakan karyawan di PT Sat Nusapersada Tbk saat bekerja, posisi kerja berdiri karyawan tidak selalu monoton, dan posisi berdiri karyawan juga berbedabeda pula. Contohnya karyawan dengan posisi berdiri mengecek suatu barang dengan lengan terangkat keatas, ada juga yang meletakkan barang di atas meja saat pengecekan, Karyawan juga berjalan mengambil barang, meletakkan barang, mengangkat barang dengan menggunakan alat bantu, dan lain sebagainya, semua itu sesuai dengan kegiatan maupun kebutuhan karyawan dalam menangani pekerjaannya.



63



64



BAB VI KESIMPULAN & SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil Hubungan antara umur, masa kerja dan posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk tahun 2021 yaitu: 1. Tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di departmet xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk dengan nilai p value .978 > 0,005. Maka disimpulkan umur tidak berpengaruh terhadap keluhan nyeri kaki. 2. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk dengan nilai p value .000 < 0,005. Maka disimpulkan masa kerja berpengaruh terhadap keluhan nyeri kaki. 3. Tidak terdapat hubungan antara posisi kerja berdiri dengan keluhan nyeri kaki pada karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk dengan nilai p value .112 > 0.005. maka disimpulkan posisi kerja berdiri tidak berpengaruh terhadap keluhan kaki



64



65



6.2 SARAN Untuk karyawan di department xiaomi PT Sat Nusapersada Tbk bekerjalah sesuai dengan prosedur yang sudah di tetapkan oleh perusahaan tidak perlu memaksakan diri. Ketika jam istirahat gunakan lah jam istirahat itu dengan sebaiknya jangan menunda-nunda karena pekerjaan yang belum selesai karena itu bisa menurunkan produktifitas karyawan karena kelelahan dan lupa makan dan perbanyak lah minum air putih hangat karena karyawan bekerja di dalam ruangan ber AC selama 8 jam bahkan bisa lebih Ketika lembur.



65



66



DAFTAR PUSTAKA Adam.



(2012).



Postur



Kerja.



Manajemen



Dan



Teknik



Industri.



https://andryseptianto.wordpress.com/2017/08/06/postur-kerja/ Departemen kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Direktoran Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Dewi. (2015). definisi Postur Kerja. Gambaran Sikap Kerja Dan Keluhan Kesehatan Pada Pekerja. Handayani. (2011). Definisi Beban/Tenaga Kerja(force). gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja. ILO.



(2013).



The



Prevention



of



Occupational



Diseases.



www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755 kushadiyanto. (2012). Definisi Genggaman. gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja. Merulla.



(2010).



Postur



Kerja.



Manajemen



Dan



Teknik



Industri.



Teknik



Industri.



Teknik



Industri.



https://andryseptianto.wordpress.com/2017/08/06/postur-kerja/ Nugraha.



(2013).



Postur



Kerja.



Manajemen



Dan



https://andryseptianto.wordpress.com/2017/08/06/postur-kerja/ Nur.



(2010).



Penilaian



REBA.



Manajemen



Dan



https://andryseptianto.wordpress.com/2017/08/06/postur-kerja/ Rizka,



&



zahra.



(2012).



Muskuloskeletal



disorders.



https://rizka-



zahra.blogspot.com/2012/04/musculoskeletal-disorders.html sari. (2014). definisi lama kerja. gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja. Tarwaka. (2012). definisi ergonomi. Hubungan Sikap Kerja Berdiri Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Bagian Weaving Di Pt Delta Merlin Dunia Tekstil Kebakramat Karanganyar, 6. Thyadia.



(2012).



Postur



Kerja.



Manajemen



Dan



https://andryseptianto.wordpress.com/2017/08/06/postur-kerja/ 66



Teknik



Industri.



67



Zulfiqor.M.T. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010. Skripsi Ilmiah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tarwaka, dkk. 2010. Ergonomik Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta



Lampiran1 Lembar kuesioner Nordic Body Map



67



68



LAMPIRAN 2 Kuesioner form REBA 68



Faktor lingkungan : -



Lampiran 3 Surat Izin Penelitian



69



Getaran 69 Mikroklimat/suhu pencahayaan



70



Lampiran 4 Surat balasan perusahaan



Lampiran 5



70



71



Hasil Spss



Umur responden * Keluhan msds(Nyeri kaki) responden Crosstabulation Count Keluhan msds(Nyeri kaki)



Total



responden



Umur responden



keluhan



keluhan



sementara



menetap



> 25 tahun beresiko < 25 tahun tidak beresiko



Total



31



19



50



5



3



8



36



22



58



Chi-Square Tests Value



Pearson Chi-Square Continuity Correction



df



Likelihood Ratio



Exact Sig. (2-



Exact Sig. (1-



sided)



sided)



sided)



a



1



.978



.000



1



1.000



.001



1



.978



.001 b



Asymp. Sig. (2-



Fisher's Exact Test



1.000



Linear-by-Linear Association



.001



N of Valid Cases



1



.979



58



a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.03. b. Computed only for a 2x2 table



Masa kerja * Keluhan nyeri kaki Crosstabulation Count Keluhan nyeri kaki sementara Masa kerja Total



Total



menetap



< 3 tahun



27



0



27



> 3 tahun



0



31



31



27



31



58



Chi-Square Tests



71



.649



72



Value



Pearson Chi-Square Continuity Correction



df



Likelihood Ratio



Exact Sig. (2-



Exact Sig. (1-



sided)



sided)



sided)



a



1



.000



54.051



1



.000



80.129



1



.000



58.000 b



Asymp. Sig. (2-



Fisher's Exact Test



.000



Linear-by-Linear Association



57.000



N of Valid Cases



1



.000



.000



58



a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.57. b. Computed only for a 2x2 table



Posisi kerja berdiri * Keluhan Nyeri kaki Crosstabulation Count Keluhan Nyeri kaki sementara Posisi kerja berdiri



Total



menetap



tingkat resiko rendah



33



18



51



tingkat resiko sedang



3



4



7



36



22



58



Total



Chi-Square Tests Value



Pearson Chi-Square Continuity Correction



b



Likelihood Ratio



df



Asymp. Sig. (2-



Exact Sig. (2-



Exact Sig. (1-



sided)



sided)



sided)



1.248a



1



.264



.493



1



.483



1.208



1



.272



Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases



.409 1.227



1



.268



58



a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.66. b. Computed only for a 2x2 table



72



.238



DOKUMENTASI POSISI KERJA BERDIRI KARYAWAN PT SAT NUSAPERSADA TBK



Posisi kerja karyawan dengan posisi badan lurus, leher sedikit menunduk, posisi lengan terangkat dengan memegang komponen dan posisi kaki lurus.



Posisi kerja karyawan dengan posisi tubuh lurus, posisi leher sedikit menunduk, lengan atas lurus, lengan bawah terangangkat keatas sambil memegang barang dengan tangan bersandar diatas meja, dan posisi kaki lurus.



Posisi kerja karyawan dengan posisi leher lurus, badan lurus, posisi lengan atas lurus lengan bawah sedikit terangkat dan tangan terletak diatas meja dan posisi kaki yang 1 agak ditekuk dan kaki 1 nya lurus.



posisi kerja karyawan dengan posisi Pundak terangkat, leher menunduk, posisi tangan lurus dengan sedikit mengangkat barang dan posisi kaki lurus.



73



74



Posisi kerja karyawan dengan posisi tubuh tegap, leher lurus, tangan diangkat setinggi dada, posisi tangan yang tepat untuk memegang barang dan posisi kaki lurus.



Posisi kerja karyawan dengan posisi tubuh lurus, posisi leher lurus, posisi tangan yang satu diletak di atas meja dan tangan satunya mengangkat barang atau memindahkan barang ketempat yang lain, dan posisi kaki lurus.



74