Skripsi Wilda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PENGARUH TERAPI MUSIK SALUANG TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD. Dr. M. ZEIN PAINAN



Ridia yuliasti 1710105063



PENGARUH TERAPI MUSIK SALUANG TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD. Dr. M. ZEIN PAINAN



Proposal PENELITIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



1



2



ABSTRAK Diabetes Melitus tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit yang diakibatkan oleh peningkatan kadar gula darah yang disebabkan resistensi insulin. Kecemasaan merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya dan keadaan yang membuat tidak nyaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien DM tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Jenis penelitian ini bersifat pre-eksperimen, dengan desain one group pretest-posttest design. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9-16 Juli 2018 diruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 10 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan alat glukometer untuk melihat kadar gula darah dan kuesioner Hamilton anxiety rating score (HARS) untuk penilaian skor kecemasan. Data dianalisis dengan uji t dependent test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe 2 sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 266,50 dan sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata kadar gula darah adalah 218,60. Ratarata skor kecemasan DM tipe 2 sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 23,00 dan sesudah diberikan terapi musik saluang skor kecemasan 16,90. Hasil uji statistik t dependent test didapatkan hasil p value = 0,001 artinya bahwa terapi musik saluang berpengaruh terhadap kadar gula darah pada pasien DM tipe 2, hasil uji statistik t dependent test didapatkan hasil p value = 0,000 artinya bahwa terapi musik saluang berpengaruh terhadap skor kecemasan pada pasien DM tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien DM tipe 2 di ruangan poli penyakit dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Saran bagi pasien diabetes mellitus tipe 2 agar dapat menggunakan terapi musik saluang untuk mengontrol kadar gula darah dan menurunkan kecemasan. Daftar Pustaka Kata Kunci



: 30 (2009-2017) : Kadar gula darah, Kecemasan, Terapi musik saluang



HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE MERCUBAKTIJAYA Scription, August 2018



3



Saluang Music Therapy Against Blood Sugar Levels and Anxiety in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Internal Disease Hospital RSUD. M. ZeinPainan 2018 77 Pages + 7 Tables + 2 schema + 14 Attachments ABSTRACT Diabetes Mellitus Type 2 (DM type 2) is a disease caused by an increase in blood sugar levels caused by insulin resistance. Uncleanness is a feeling of worry, an unclear fear of causes and conditions that make you uncomfortable. The purpose of this study was to determine the effect of saluang music therapy on blood sugar levels and anxiety in DM type 2 patients in the Internal Medicine Poli Room at the RSUD. Dr. M. Zein Painan. This type of research is pre-experimental, with the design of one group pretest-posttest design. Data collection was carried out on 9-16 July 2018 in the Internal Medicine Poli Room at the RSUD. Dr. M. Zein Painan. The number of samples in this study was 10 taken by purposive sampling technique. The instrument of this study uses a glucometer tool to look at blood sugar levels, the Hamilton anxiety rating score (HARS) questionnaire for assessment of anxiety scores. Data were analyzed by dependent test t test. The results showed the average blood sugar level of DM type 2 patients before being given saluang music therapy was 266.50 and after being given saluang music therapy the average blood sugar level was 218.60. The average anxiety score of DM type 2 before being given saluang music therapy was 23.00 and after giving saluang music therapy an anxiety score of 16.90. Statistical test results of t dependent test showed that the results of p value = 0.001 means that saluang music therapy affects blood sugar levels in patients with DM tipe 2, the results of statistical tests t dependent test results obtained p value = 0,000 means that saluang music therapy affects anxiety scores in patients DM type 2. Based on the results of the above research it can be concluded that there is an effect of saluang music therapy on blood sugar levels and anxiety in type 2 diabetes mellitus patients in a hospital internal medicine clinic RSUD. Dr. M. Zein Painan. Suggestion for DM type 2 patients to be able to use saluang music therapy to control blood sugar levels and reduce anxiety. Bibliography Keywords



:30 (2009-2017) :Blood sugar levels, Anxiety, Saluang music therapy



KATA PENGANTAR



4



Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadian Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan



skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi



Musik Saluang Terhadap kadar Gula Dan Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan ”. Dalam pembuatan skripsi ini banyak hambatan yang peneliti hadapi, namun berkat dorongan semua pihak, skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada : 1. Ibu Ns. Lenni Sastra S. Kep, M.S, selaku pembimbing I skripsi yang telah mengarahkan dan memberi masukan dengan penuh ketekunan dan perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ns. Lola Despita Sari M.Kep, selaku pembimbing II skripsi yang telah mengarahkan dan memberi masukan dengan penuh ketekunan dan perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Semua responden yang terlibat dalam penelitian. 4. Bapak Dr. H. Sutarman, M.M selaku Direktur Utama RSUD Dr. M. Zein Painan



yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk



melakukan penelitian. 5. Bapak Ns. Zulham Efendi, M.Kep sebagai Ketua Prodi SI Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 6. Ibu



Hj.



Elmiyasna



K,



MERCUBAKTIJAYA Padang.



SKp.



MM,



selaku



Ketua



STIKes



5



7. Bapak Jasmarizal, SKp. MARS, selaku ketua Pengurus Yayasan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 8. Seluruh Staf dan Dosen pengajar STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 9. Yang teristimewa ungkapan terima kasih yang sebesar – besarnya dan rasa hormat yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, semangat dan do’a yang tulus kepada penulis dalam menuntut ilmu. 10. Semua rekan – rekan seperjuangan mahasiswa tingkat IV A, IV B dan IV C S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 yang telah memberikan bantuan pemikiran serta semangat dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. “Tak da gading yang tak retak”. Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan bagi peneliti selanjutnya. Padang,



Peneliti



Agustus 2018



6



DAFTAR ISI



PERNYATAAN PERSETUJUAN ABSTRAK....................................................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................................... DAFTAR SKEMA.......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................



1



B. Rumusan Masalah.................................................................................



8



C. Tujuan Penelitian..................................................................................



8



D. Manfaat Penelitian................................................................................



9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2..........................................................



11



1. Defenisi...................................................................................................



11



2. Faktor- faktor resiko DM Tipe 2............................................................



11



3. Manifestasi Klinis DM tipe 2.................................................................



15



4. Komplikasi DM tipe 2.......................................................................



18



5. Penanganan DM tipe 2............................................................................



20



B. Kecemasan dan kadar gula darah DM tipe 2.........................................



26



7



C. Terapi musik.........................................................................................



30



1. Defenisi terapi musik..............................................................................



30



2. Perkembangan musik..............................................................................



31



3. Pemanfaatan terapi musik bagi dunia kesehatan ..................................



31



4. teknik pemberian terapi musik................................................................



33



5. Alat dan cara pengguanaan terapi musik ...............................................



33



6. Mekanisme kerja terapi musik ...............................................................



33



D. Musik Tradisional Minangkabau : Saluang............................................ 35 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Teori.....................................................................................



38



B. Kerangka Konsep..................................................................................



41



C. Hipotesis Penelitian .............................................................................



41



BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................................



42



B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................



43



C. Populasi dan Sampel.............................................................................



43



D. Teknik Pengambilan Sampel................................................................



44



E. Variabel dan Definisi Operasional........................................................



45



F. Bahan penelitian/Instrumen Penelitian.................................................



47



G. Etika penelitian .....................................................................................



47



H. Jenis Data dan Pengumpulan Data........................................................



50



I. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data..........................................



53



BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisa univariat........................................................................... 56



8



B. Analisa bivariat............................................................................. 57 C. Uji normalitas............................................................................... 59 BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa univariat........................................................................... 61 B. Analisa bivariat............................................................................. 66 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 75 B. Saran ........................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN



9



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Defenisi operasional .............................................................47 Tabel 5.1 Rerata kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang........................................................56 Tabel 5.2 Rerata skor kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang.....................................................



57



Tabel 5.3 Hasil uji shapiro wilk kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang ....................................................................................



58



Tabel 5.4 Hasil uji shapiro wilk skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang ........................................................................................ 58 Tabel 5.5 Hasil uji T-dependent test (paired test) untuk pengaruh kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang............................. 59 Tabel 5.6 Hasil uji T- dependent test (paired test) untuk pengaruh skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang ...................... 60



10



DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka teori....................................................................................40 Skema 2.2 Kerangka konsep.............................................................................. 41



11



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang diakibatkan oleh peningkatan kadar gula darah yang disebabkan kekurangan insulin, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada ginjal, saraf, mata, dan pembuluh darah (Bruner & Suddart, 2012). Menurut American Diabetes Asociation (ADA) tahun 2008, Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan diantara DM tipe tersebut DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90%-95%. Tingginya angka prevalensi diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan peningkatan komplikasi dari Diabetes Mellitus tipe 2. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2011, terdapat 329 juta orang didunia menderita DM Tipe 2 dengan kematian mencapai 4,6 juta orang. Pada tahun 2011, menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah penderita DM Tipe 2 sebanyak 6,6 juta orang dan pada tahun 2030 diproyeksikan menempati posisi kesembilan dengan perkiraan sebanyak 10,6 juta orang (IDF, 2011). Di Indonesia diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis



12



yang paling banyak. Pada tahun 2012 jumlah DM tipe 2 sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes mellitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Dari jumlah itu 50% penderita yang sadar mengidap diabetes melitus tipe 2 (RISKESDAS, 2008).



2



Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengolahannya tidak tepat, komplikasi seperti hiperglikemisemia dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis, komplikasi jangka lama yaitu termasuk penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung), kegagalan kronis ginjal, kerusakan retina yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren yang beresiko amputasi. Komplikasi yang serius disebabkan oleh pengontrolan gula darah yang tidak stabil. Pengontrolan gula darah yang tidak stabil juga dapat terjadi karena faktor psikologis yaitu marah dan kecemasan yang meningkat (Hermawan, 2009 dalam Nindyasari, 2013 ). Kecemasaan merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya dan keadaan yang membuat tidak nyaman. Hal tersebut disebabkan terjadinya peningkatan hormon glukortikoid (kortisol), ketokolamin (epinefrin), dan hormon pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan asam lemak dalam darah. Terdapat 48% penderita Diabetes Mellitus mengalami kecemasan akibat penyakitnya. Badan kesehatan Dunia mencatat 27% pasien Diabetes Mellitus mengalami kecemasan (Nurrokmah, 2016). Penderita DM tipe 2 memerlukan penangananan DM secara baik dan teratur untuk menjaga agar kadar gula darah tetap terkendali. Maka hal utama yang dipesrlukan adalah pengendalian Diabetes Mellitus dengan upaya pengendalian Diabetes Melitus tipe 2 mencakup pedoman 4 pilar, yang terdiri dari edukasi, perencanaa makanan, latihan fisik dan intervensi farmakologis (Perkumpulan Endokrin Indonesia PERKENI, 2011).



2



3



Menurut penelitian Diantiningsih (2012), menyatakan bahwa terdapat 85% penderita Diabetes Mellitus yang tidak patuh terhadap diet, 50 % tidak patuh terhadap exercise dan 85% tidak patuh dalam mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan. Ketidakpatuhan ini disebebkan oleh beberapa faktor antara lain, tidak ada waktu untuk kontrol kesehatan, tidak tahu informasi tentang penyakitnya, keadaan ekonomi yang masih rendah. Meskipun sudah menjalankan empat pilar manajemen diabetes, namun kadar glukosa darah tidak selalu dalam batas normal, yang menyebabkan pasien diabetes mellitus akan mengalami stress (Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013). Menurut penelitian Syafriani (2017), penanganan DM tipe II sebelumnya dengan dilakukan dengan terapi farmakologi yaitu dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti obat sulfonilurea, meglinitida, biguanida, thiazolidinedione untuk menurunkan gula darah, obat-obat Diabetes yang sekarang ini masih belum sepenuhnya memberikan solusi untuk para penderita Diabetes Mellitus karena obat-obat tersebut dapat memberikan efek negatif pada tubuh. Selain harganya cukup mahal, banyak efek samping yang ditimbulkan, sehingga penderita diabetes mellitus umumnya akan mengalami kecemasan sehingga akan berakibat pada kadar gula darah (Cahyadu, 2013 dalam Syafriani, 2017). Selain terapi farmakologi, sekarang juga telah banyak dikembangkan terapi nonfarmakologi dalam penanganan pasien Diabetetes Mellitus yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai salah satu tindakan mandirinya, salah satunya adalah terapi relaksasi (Natalina, 2013). Terapi relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan yang mengurangi kecemasan dan secara



4



otomatis dapat menurunkan kadar gula darah. Relaksasi dapat mempengaruhi hipotalamus untuk mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf. Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi dan nafas dalam. Terapi musik mempunyai efek positif terhadap kecemasan terhadap kadar gula darah (Petter & Perry, 2015 dalam Ernawati, 2016) Penggunaan musik sebagai media terapi dirumah sakit juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada tahun-tahun terakhir ini. Wenny, dkk (2014) meneliti bahwa terapi musik efektif menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2015) menjelaskan terapi musik juga dapat menurunkan kecemasan terhadap pasien pre operasi. Hasil penelitian yang dilakukan Afandi (2015) bahwa terapi musik dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Isesreni dan Sastra (2017) menjelaskan terapi musik saluang mengurangi stress pasien diabetes mellitus tipe II. Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Pada saat seseorang mendengar musik kinerja sistem tubuh mengalami perubahan dan gelombang listrik yang ada diotaknya dapat dipercepat atau diperlambat. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stress terutama pada kecemasan seseorang ( Muttaqin, 2008 ). Musik disamping sebagai hiburan juga dapat mengurangi kecemasan, depresi dan musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu memenangkan dan merangsang bagian otak yang terkait ke aktifitas kecemasan, emosi dan aktivitas tidurnya (Muttaqin, 2008).



5



Terapi musik dirancang untuk mengatasi permasalahan yang berbeda serta maknanya juga akan berbeda pada setiap orang. Untuk itu terapi musik digunakan untuk mengatasi rasa sakit, manajemen stress dan kecemasan. Terapi musik membantu orang-orang yang memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan positif dengan suasana hati, membantu memecahkan masalah dan memperbaiki konflik (Indriya R dkk, 2010 dalam Saifudin, 2015). Pada dasarnya semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan dalam usaha menurunkan tingkat kecemasan. Namun sering kali dianjurkan memilih musik dengan tempo sekitar 60 detik/menit, musik klasik juga mempunyai kategori frekuensi alfa dan theta 5000-8000 Hz. Frekuensi tersebut bisa merangsang tubuh dan pikiran menjadi rileks sehingga merangsang otak untuk membuat detak jantung stabil dan menurunkan kecemasan (Irawaty, 2013) Salah satu musik klasik yang bermakna medis yaitu musik mozart. Musik mozart merupakan musik klasik yang memiliki nada lembut. Nada-nada tersebut memstimulasi gelombang alfa yang memberikan efek ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan memberi energi untuk menutupi, mengalihkan perhatian dan melepaskan ketegangan maupun rasa sakit (Triyanto,2014). Musik klasik sering kali menjadi acuan terapi musik, karena memiliki rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis (Nurrahmi, 2012). Sama halnya dengan musik minang yang memiliki rentang nada yang luas, dinamis dan memiliki gaya yang unik namun asal usul musik minang juga terkait dengan musik melayu yaitu dengan perpaduan oleh alat-alat musik tradisional (Shendie, 2015). Musik Minang adalah salah satu aliran musik nusantara yang



6



tumbuh dan berkembang di wilayah kebudayaan Minangkabau. Lirik lagu minang merupakan bagian dari bentuk puisi pendek yang dinyanyikan, terikat oleh irama, dan kadang pada rima, tapi tidak pada penyusunan larik dan bait (Sudjiman, 1984). Lirik lagu minang diduga merupakan gambaran kehidupan masyarakat, struktur sosial, dan kebudayaan Minangkabau (Amir, 1986). Musik nusantara ini biasanya terkait dengan musik melayu yang umumnya dimainkan oleh alat-alat musik seperti talempong, rabab, serunai, rebana, gandang, saluang dan biola sehingga enak didengar dan bisa membuat perasaan tenang dan mampu menurunkan kadar gula darah (Shendie, 2015). Saluang merupakan salah satu alat musik tradisional dari Sumatera Barat yang terbuat dari bamboo talang. Di Ranah Minang, saluang biasanya tidak hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini, menjadi pengiring dendang pantun. Pantun yang dilantunkan biasanya berisi sindiran, ratapan, nasehat. Umumnya, irama saluang dan dendang yang mengiringinya terdengar sentimental (berhiba-hiba), lain halnya apabila saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Mahmud, 2014). Musik saluang klasik biasanya cenderung membawakan lagu-lagu bernada minor dan sedih, dan mengisahkan peristiwa sedih yang menimpa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti alat musik pada umumnya, saluang juga memiliki nada dasar, yang biasanya dimulai dari nada C dan BES yang dapat mempermudah sipeniup saluang memainkan berbagai macam lagu (Putra, 2015), dan dendangannya dapat mengembalikan ingatan sipendengar terhadap



7



kampung halaman ataupun kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani dan memberi kesan menenangkan saat mendengar saluang (Muhlis,2014). Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14-15 Mei 2018 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan, pada tahun 2017 terdapat jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 4468 orang. pada tahun 2018 terdapat berjumlah 2386 orang pada bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2018 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung di Ruangan poli penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein. Painan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 mei 2018 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Zein Painan dengan 10 orang pasien diabetes mellitus yang berkunjung di Poli Penyakit Dalam, Seluruh pasien tersebut dengan gula darah puasa (GDP) > 200 mg/dl sudah mendapatkan terapi farmakologi oral atau insulin sesuai dengan dosis yang diberikan dan tidak mendapatkan terapi nonfarmakologis. 6 orang pasien yang berkunjung ke poli penyakit dalam diantaranya masih memiliki kadar glukosa darah yang belum terkontrol. Sedangkan 4 orang pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung ke poli penyakit dalam didapatkan diantaranya kadar glukosa darah sudah terkontrol. 8 dari 10 orang pasien, mengatakan menderita Diabetes mellitus tipe 2 selama bertahun-tahun membuat mereka terbebani, khawatir, dan juga ketakuatan akan komplikasi karena banyaknya pantangan dan harus membatasi makan. 2 dari 10 orang pasien mengatakan hanya menerima saja penyakit yang dideritanya saat ini. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan



8



pasien diabetes mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latarbelakang diatas maka peneliti merumuskan masalah penelitian “Apakah terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan ” C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. b. Diketahui rerata skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan c. Diketahui pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.



9



d. Diketahui pengaruh terapi musik saluang terhadap skor kecemasan Diabetes Mellitus di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. D. Manfaat penelitian 1.



Bagi pasien diabetes mellituss Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu terapi alternatif nonfarmakologis



untuk



mengontrol



gula



darah



dan menurunkan



kecemasan dengan musik saluang bagi pasien diabetes mellitus tipe 2. 2.



Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk keperawatan dan dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi nonfarmakologi yaitu terapi musik saluang untuk mengontrol kadar gula darah dan menurunkan kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2.



3.



Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, khususnya bagi mahasiswa Keperawatan dalam mengembangkan ilmu Keperawatan dan pemberian asuhan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2.



4.



Bagi Penelitian Berikutnya Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan dan menambah pengalaman penelitian dalam melaksanakan penelitian serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2.



10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2 1. Defenisi Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang diakibatkan oleh peningkatan kadar gula darah yang disebabkan kekurangan insulin, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada ginjal, saraf, mata, dan pembuluh darah (Bruner & Suddart, 2012). DM tipe 2 dikarakteristikkan dengan peningkatan gula darah atau hiperglikemia, retensi insulin dan kerusakan relatif sekresi insulin (Soegondo, Seowondo & Subekti, 2009). Pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2, peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan organ terutama mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (ADA, 2008). Jumlah insulin yang diproduksi oleh prankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan tubuh total. (Julien, Senecal & Guay, 2009). Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta sering terjadi pada individu obesitas ( CDC,2005).



11



2. Faktor-faktor resiko DM tipe 2 MenurutDamayanti (2015), faktor-faktor resiko terjadinya DM tipe 2 antara lain : 1) Faktor keturunan (Genetik) Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar 30%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin. Keadaan ini akan meningkatkan kerentanan pada faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungs sel beta pankreas. Secara genetik risiko DM tipe 2 meningkat pada saudara kembar monozigot seorang DM tipe 2, ibu dari neonatus yang beratnya lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai insiden tinggi terhadap DM tipe 2. 2) Obesitas Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan ≥ 20% dari berat badan ideal atau BMI (Body Mass Index) ≥ 27 kg/m. Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah.



12



3) Usia Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat jaringan dan akhirnya terdapat pada organ yang dapat mempengaruhi homeostasis. Jika seseorang telah mencapai umur 30 tahun, maka kadar gula darah 1-2mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6013% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan revelansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa. 4) Tekanan darah Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai tekanan darah tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah tinggi ≥140/90 mmHg pada umumnya pada diabetes mellitus menderita juga hipertensi,. Hipertensi yang tidak dikontrol dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler. Apabila tekanan darah (Hipertensi) dapat dikendalikan dengan baik maka akan dapat perlindungan terhadap komplikasi disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol. Patogenesis hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks, banyak faktor yang berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada DM faktor tersebut adalah: resistensi insulin, kadar gula darah plasma, obesitas selain faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan tekanan darah.



13



5) Aktivitas fisik Aktifitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 . Aktifitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang beresiko DM, kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2. Mekanisme



aktifitas



fisik



dalam



mencegah



atau



menghambat



perkembangan DM tipe 2 yaitu: penurunan resistensi insulin/peningkatan sensitivitas insulin, peningkatan toleransi glukosa, penurunan lemak adiposa tubuh secara menyeluruh. Pengurangan lemak sentral, perubahan jaringan otot. 6) Kadar kolesterol Kadar HDL kolesterol ≤ 35 mg/dl (0,09 mmol/L) dan atau trigliserida ≥259 mg/dl (2,8 mmol/L). Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM tipe 2. Kurang lebih 38% pasien dengan



BMI



(Body



Mass



Indexs)



27



adalah



penderita



hiperkolesterolemia. Pada kondisi ini, perbandingan antara HDL (High Density Lipoprotein) dengan LDL (Low Density Lipoprotein) cenderung menurun (dimana kadar trigliserida secara umum meningkat) sehingga memperbesar risiko atherogenesis. Salah satu mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe 2 adalah terjadinya pelepasan asamasam lemak bebas di hati, sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrakkan insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya adalah peningkatan glukoneogenesis dimana glukosa darah meningkat. Efek kedua dari



14



peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin meningkat, namun glukosa darah tetap abnormal tinggi. Hal ini menerangakan suatu resistensi fisiologis terhadap insulin seperti yang terdapat pada diabetes tipe 2. 7) Riwayat Diabetes gestasional Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg mempunyai risiko untuk menderita DM tipe 2. DM tipe ini terjadiketika ibu hamil gagal mempertahankan euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM gestasional adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria. DM tipe ini dijumpai pada 2-5% populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah melahirkan, namun resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe 2 di kemudian hari cukup besar. 8) Faktor psikologis Penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, mulai dari pengaturan makan, olahraga, kontrol gula darah, dan lain-lainnya yang harus dilakukan sepanjang hidupnya. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat menunjukkan reaksi psikologis seperti marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat, dan depresi. Selain perubahan tersebut jika penderita diabetes mellitus mengalami komplikasi maka akan menambah kecemasan pada penderitanya.



15



3. Manifestasi klinis DM tipe 2 Menurut Yeki dan Ari (2011), Manifestasi DM tipe 2 adalah : 1) Banyak kencing (poliuria) Akibat dari kadar gula darah yang tinggi akan mempengaruhi ginjal sehingga menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk mengencerkan glukosa. Aibatnya, penderita sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak. Hak ini lebih banyak terjadi di malam hari. Gampang haus dan banyak minum (polydipsia) banyak kencing membuat penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga mudah merasa haus dan harus banyak minum. Ini akan berlangsung terus-menurus selama terjadi polyuri, jadi waspada kalau saat tidak melakukan aktivitas fisik yang mengeluarkan keringat dan harus diganti dengan air. 2) Gampang lapar dan banyak makan (polyphagia) Sejumlah kalori dari diabetisi akan hilang ke dalam air kemih. Untuk hal ini, penderita DM tipe 2 sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan. Kalau tidak terpenuhi, kondisi tubuh akan semakin parah karena bisa saja saluran pencernaan menjadi terganggu, misalnya kena maag. 3) Gampang lelah dan sering mengantuk Kekurangan energi dan terganggunya metabolisme karbohidrat menyebabkan penderita DM menjadi mudah lelah. Salah satu nya cara mengembalikan kondisi yang kelelahan adalah dengan tidur.



16



4) Penglihatan kabur Apabila kadar gula darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung dan penderita mengeluh penglihatan kabur, biasanya penderita akan sering mengganti kacamata. 5) Sering pusing dan mual Seseorang yang sudah lama menderita DM, urat saraf yang memelihara lambung akan rusak. Akibatnya, fungsi lambung akan menjadi lemah dan tidak sempurna. Keadaaan ini akan menimbulkan rasa mual, perut terasa penuh, kembung, makanan tidak lekas turun, serta kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati. 6) Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu Kadar glukosa yang tinggi akan merusak urat saraf. Kelainan urat saraf akibat DM disebut neuropati diabetic. Rusaknya urat saraf ini akan menyebabkan koordinasi gerak anggota tubuh terganggu. Kalau sudah demikian, satu sama lain reaksi gerak tubuh menjadi tidak normal seperti biasanya. Gangguan bisa berupa reaksi lambat atau tidak merespon adanya aksi dari luar tubuhnya. Kalau dibiarkan terus-menerus, secara keseluruhan hal itu akan mengganggu aktivitas penderita. 7) Berat badan menurun terus Karena sejumlah besar kalori hilang kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Apabila tidak diimbangi dengan makan mengikuti pola aturan sehat dan bergizi, diabetisi akan terus kehilangan berat badannya.



17



8) Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki Kondisi ini juga disebabkan karena kerusakan urat saraf pada diabetsi. Kandungan gula darah yang tinggi menyebabkan rusaknya urat saraf. Gangguan inilah yang menyebabkan terjadinya kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki. 9) Infeksi kulit dan kaki serasa dipotong-potong DM



meningkatkan



risiko



infeksi



dan



memperlambat



penyembuhan. Jadi, obati dan rawat luka dan goresan dengan cepat. Bersihkan luka dengan benar, gunakan krim antibiotik dan perban steril. Konsultasikan kepada dokter jika luka tidak membaik dalam beberapa hari. Periksa kaki setiap hari jika terjadi lecet, luka-luka, kemerahan, atau bengkak. 10) Mati rasa atau sakit pada anggota tubuh bagian bawah Kadar gula darah yang tinggi yang mengakibatkan mati rasa atau sakit pada anggota tubuh bagian bawah. Mati rasa dan kesemutan merupakan sensasi abnormal yang dapat terjadi di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering dirasakan di tangan, lengan atau kaki. 11) Mual-mual dan muntah-muntah Kondisi saraf dilambung menjadi lemah dan tidak berfungsi sempurna akibat kenaikan gula dalam darah. Inilah yang menyebabkan terjadinya mual-mual dan muntah-muntah dapat mengindikasikan atau menunjukkan adanya berbagai penyakit serius yang harus ditangani dengan sungguh-sungguh.



18



4. Komplikasi DM tipe 2 Menurut Damayanti (2015), mengklasifikasikan komplikasi DM menjadi 2 yaitu: 1) Akut Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu: hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia, hiperosmolar non ketosis. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut siabetes mellitus yang dapat terjadi secara berulang-ulang dan dapat memperberat penyakit diabetes bahkan menyebabkan kematian. Resiko dari peningkatan gula darah terjadi akibat ketidak sempurnaan terapi saat ini, dimana pemberian



insulin



masih



belum



sepenuhnya



dapat



menirukan



(mimicking) pola sekresi insulin yang fisiologis. 2) Kronis Komplikasi



kronis



terdiri



dari



komplikasi



makrovaskuler,



mikrovaskuler dan neuropati a. Komplikasi makrovaskuler Komplikasi ini diakibatkan karena perubahn ukuran diameter pembuluh darah. Pembuluh darah akan menebal, sklerosis dan timbul sumbatan (occlusion) akibat plaque yang menebal. Komplikasi makrovaskuler yang paling sering terjadi adalah : penyakut arteri koroner, penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer. b. Komplikasi mikrovaskuler Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelianan struktur dalam membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan



19



mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Komplikasi mikrovaskuler terjadi di retina yang menyebabkan retinopati diabetik dan ginjal menyebabkan nefropati diabetic. c. Komplikasi neuropati Neuropati



diabetik



merupakan



sindroma



penyakit



yang



mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer otonom dan spinal.Komplikasi neuropati perifer dan otonom menimbulkan permasalahn di kaki, yaitu berapa ulkus kaki diabetik, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun pertama setelah didiagnosis, tetapi tanda-tanda komplikasi mungkin ditemukan pada saat mulai terdiagnosis DM tipe 2 karena DM yang dialami pasien tidak terdiagnosis selama beberapa tahun. 5. Penanganan DM tipe 2 Penatalaksanaan DM tipe 2 bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara mengendalikan kadar gula darah, menurunkan risiko komplikasi. Penatalaksanaan DM tipe 2 secara holistik yang mencakup pengendalian gula darah, tekanan darah dan lipid profil (PERKENI, 2011). Terdapat 4 pilar utama dalam pengelolaan DM tipe 2 yang meliputi (PERKENI, 2011): a. Edukasi Untuk mencapai kesehatan dari pasien DM tipe 2, diperlukan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.Tenaga kesehatan wajib mendampingin pasien DM tipe 2 dalam hal mencari informasi dan mengajarkan perilaku sehat.



20



Melalui edukasi diabetesi dapat mengetahui dan mengerti apa itu diabetes, masalah yang harus dihadapi, mengapa penyakit ini perlu dikendalikan secepatnya, dan sesterusnya. Hampir di setiap rumah sakit besar terdapat klinik khusus untuk diabetesi. Biasanya salah satu kegiatannya adalah memberikan penyuluhan diabetes secara teratur. Dalam edukasi tersebut akan ditekankan bahwa terpenting dalam pengendalian diabetes adalah perubahan pola makan dan aktivitas fisik atau olahraga (Kariadi, 2009). b. Perencanaan Makanan Merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun yang sesuai untuk semua pasien. Makanan harus disesuaikan berdasarkan kebiasaan masing-masing pasien. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). kalori makanan yang berasal dari karbohidrat



lebih



penting



daripada



sumber



atau



macam



karbohidratnya.Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan.Pada keadaan



glukosa darah terkendali,



masih diperbolehkan



untuk



mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5% kebutuhan kalori. Kategori yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:



21



1. Karbohidrat` : 45-60% 2. Protein



: 10-20%



3. Lemak



:20-25%



Jumlah kalori dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akutdan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. Untuk penentuan status gizi, dipakai body mass index(BMI)= indeks masa tubuh(IMT). BMI



= IMT



Klasifikasi IMT*



BB/TB :



1) Berat badan kurang



25,0



a)



Pre obesitas



25,0 – 29,9



b) Obesitas I



30,0 – 34,9



c)



35,0 – 39,9



Obesitas II



d) Obesitas III



>40,0



Jumlah kalori yang diperlukan di hitung dari berat badan idaman di kali kebutuhan kalori basal (30Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25Kkal/kg untuk wanita).Kemudian di tambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10-30%), untuk atlet dan pekerja berat dapat lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori yang di keluarkan dalam kegiatannya), koreksi status gizi (gemuk kurangi, kurus ditambah) dan kalori yang diperlukan untuk menghadap stress akut (infeksi dsb) Sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung, dengan komposisi



22



tersebut diatas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%) serta 2-3 porsi (makanan ringan, 10-15%) di antaranya. Pembagian porsi sejauh mungkin disesuaikan dengan kebiasaan penderita untuk kepatuhan makanan yang baik. Untuk penderita DM yang mengidap pula penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Perlu diingatkan bahwa pengaturan makan pasien DM tidak berbeda dengan orang normal, kecuali jumlah kalori dan waktu makan yang terjadwal.Untuk kelompok sosial ekonomi rendah, makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol 0,05 maka tidak ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2.



55



BAB V HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli – 16 Juli tahun 2018 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Zein Painan tentang pengaruh pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien Diabetes Millitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Zein Painan, dengan 10 responden maka didapatkan hasil sebagai berikut: A. Analisa Univariat 1.



Rerata Kadar Gula Darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.



Tabel .5.1 Rerata Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Kadar gula darah



N



Mean



SD



min



max



Pre GD



10



266.50



74.602



150



368



Post GD



10



218.60



64.993



130



330



Tabel 5.1 menunjukkan rerata kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum di berikan terapi musik saluang adalah 266,50, dengan standar deviasi 74,602 dan setelah diberikan terapi musik saluang rata rata gula darah adalah 218,60 dengan standar deviasi 64,993.



56



2. Rerata SkorKecemasan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Tabel 5.2



Rerata Skor Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Tabel 5.2 menunjukkan rerata skor kecemasan pasien Diabetes Mellitus tipe 2



Kecemasan



N



Mean



SD



Min



max



Pre kecemasan 10



23.00



3.590



18



31



Post kecemasan 10



16.90



3.107



13



23



sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 23,00, dengan standar deviasi 3,590, dan setelah diberikan terapi musik rerata kecemasan adalah 16,90 dan standar deviasi 3,107. B. Analisa Bivariat Berdasarkan hasil penelitian untuk pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan skor kecemasan kepada responden yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 digunakan uji T dependen test (paired test) karena penyebaran data terbukti normal dengan menggunakan uji normalitas shapiro-wilk. Berikut hasil dari uji shapiro-wilk.



Tabel 5.3



57



Hasil Uji Shapiro-Wilk Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Uji shapiro wilk Sig Batas ket Pre gula darah



0,417



0,05



Normal



Post gula darah



0,708



0,05



Normal



Tabel 5.3 diatas diperoleh hasil uji shapiro wilk pada hasil kadar gula darah sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 0,417 dan sesudah diberikan terapi musik saluang adalah 0,708 dimana didapatkan p>0,05 artinya penyebaran data terbukti normal dan untuk melihat pengaruh kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang menggunakan uji T dependen test (paired test).



Tabel 5.4 Hasil uji shapiro-wilk kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Uji shapiro wilk Sig Batas ket Pre kecemasan 0,418 0,05 Normal Post kecemasan 0,438 0,05 Normal Tabel 5.4 diatas diperoleh hasil uji shapiro wilk pada hasil skor kecemasan sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 0,418 dan sesudah diberikan terapi musik saluang adalah 0,438 dimana diperoleh p>0,05 artinya penyebaran data terbukti normal dan untuk melihat pengaruh kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang menggunakan uji T dependen test (paired test).



1. Hasil Uji T Dependen Test (Paired Test) untuk Pengaruh Kadar Gula



Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di RSUD Dr. M. Zein Painan. Tabel 5.5



58



Hasil Uji T Dependen Test (Paired Test) untukPengaruh Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di RSUD Dr. M. Zein Painan. N



Mean



SD



Selisih mean



P value



Pre kadar 266.50 74.602 gula darah10 4 0.1 10 10 47,9 0,001 Post kadar 218.60 64.993 gula darah Tabel 5.5 menunjukkan kadar gula darah sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 266,50, setelah diberikan terapi musik saluang kadar gula darah adalah 218,60 dengan selisih mean 47,9.Terlihat perbedaan antara pengukuran pertama (Pre Test) dan pengukuran kedua (Post Test). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test (paired test) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.001, artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.



2. Hasil Uji T Dependen Test (Paired Test) untuk Pengaruh Skor Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di RSUD Dr. M. Zein Painan.



59



Tabel 5.6 Hasil uji T DependenTtest (Paired Test) untukPengaruh Skor Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di RSUD Dr. M. Zein Painan. N



Mean



SD



Prekecemasan Postkecemasan 10



23.00 16.90



3.590 3.107



Selisih mean 6,1



P 0,000



Tabel 5.6 menunjukkan perbedaan skor kecemasan sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 23,00, setelah diberikan terapi musik rata rata kecemasan adalah 16,90 dengan selisih mean 6,1. Terlihat perbedaan antara pengukuran pertama (Pre Test) dan pengukuran kedua (Post Test). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test (paired test) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.000, artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2.



BAB VI PEMBAHASAN



60



Bab ini akan membahas hasil – hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan literatur yang telah diperoleh serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan. Bab ini juga membahas keterbatasan - keterbatasan penelitian yang telah dilakukan serta implikasi hasil penelitian ini untuk pelayanan, ilmu keperawatan, pendidikan dan penelitian keperawatan. A. Rerata Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Hasil



penelitian



menunjukan



bahwa



dari



10



responden,



menunjukkan kadar gula darah sebelum di berikan terapi musik saluang rata-rata adalah 266,50, dengan standar deviasi 74,602.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Limbong dkk, (2015) tentang terapi relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, hasil sebelum dilakukan terapi relaksasi cenderung lebih tinggi dengan rata-rata kadar gula darah 350,19 mg/dl dengan standar deviasi 64,99. Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun karena dikonsumsi untuk kebutuhan energi tubuh pankreas melepaskan glukagon, kemudian sel-sel mengubah glikogen menjadi glukosa. Glukosa dilepaskan kedalam aliran darah, sehingga meningkatkan kadar gula



61



darah. Apabila kadar gula darah meningkat karena perubahan glikogen maka ada hormon yang dilepaskan dari butir-butir sel yaitu insulin yang menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Kadar gula darah yang tinggi disebut dengan diabetes mellitus (Suryono,2012) Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin,2011). DM tipe 2 adalah penurunan produksi insulin dalam tubuh sehingga fungsinya tidak maksimal atau tubuh mulai menjadi kurang peka terhadap insulin. Reaksi ini dikenal dengan istilah resistensi insulin. Resistensi sel terhadap insulin yang telah diproduksi oleh sel beta pankreas menjadi kehilangan fungsinya. Akibatnya sel beta pankreas akan terus menerus memproduksi insulin guna memenuhi kebutuhan tubuh dalam hal mendukung proses metabolisme glukosa, akibat dipaksa secara terus menerus mengakibtkan sel beta pankreas akan rusak, sehingga produksi gula darah akan meningkat. Kerusakan sel beta pankreas inilah yang seharusnya dicegah mengingat pentingnya fungsi sel tersebut sebagai penghasil utama insulin didalam tubuh (Sudoyo, 2010) Seseorang yang menderita DM tipe 2 biasanya mengalami peningkatan frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia),rasa haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun, (Smeltzer & Bare, 2012). Menurut Damayanti (2015) ada beberapa



62



faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe 2 antara lain: usia, faktor usia yang menderita diabetes mellitus tipe 2 sering muncul setelah 30 tahun ke atas, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat jaringan dan akhirnya terdapat pada organ yang dapat mempengaruhi homoestasis. Usia responden untuk penelitian ini berkisar 45-59 tahun. Dilihat dalam pengkategorikan umur responden penelitian rata-rata usia 51,80. Menurut analisa peneliti, sebelum diberikan terapi musik saluang didapatkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan rata-rata 266,50. Hal ini menunjukkan masih tingginya kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2, ini disebabkan karena berbagai faktor sehingga kadar gula darah masih sulit dikontrol. Mekanisme terjadinya peningkatan kadar gula darah pada responden disebabkan karena adanya kelainan pada sel beta dan kelainan pada jaringan perifer dan berlanjut pada disfungsi sel beta pankreas. Kelainan sel beta pankreas tidak bisa menghasilkan hormon insulin baik kualitas atau kuantitas yang cukup sedangkan hormon insulin sangat diperlukan untuk mengangkut gula darah kedalam sel-sel tubuh. Jadi tanpa insulin glukosa akan terbentuk dalam aliran darah sehingga kadar gula darah responden menjadi tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata gula darah adalah 218,60 dengan standar deviasi 64,99, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Limbong dkk,



63



(2015) tentang terapi relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, hasil sebelum dilakukan terapi relaksasi cenderung lebih tinggi dengan rata-rata kadar gula darah 350,19 mg/dl dengan standar deviasi 64,99. Menurut penelitian Haeria (2009) penatalaksanaan untuk diabetes mellitus tipe 2 dapat diberikan secara farmakologi biasanya diberikan metrofin, sulfonilurea, biguanid. Penggunaan terapi yang sudah ada seperti sulfonilurea dan biguanid dibatasi oleh sifat farmakokinetiknya, tingkat kegagagalan sekunder dan efek samping yang mengiringinya dan non farmakologi dapat diterapkan seperti diet, olahraga dan terapi relaksasi yang dapat menurunkan kadar gula darah didalam tubuh dan efek sampng yang lebih ringan. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemia akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka DM tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) (Corwin,2010) Secara teori penatalaksanaan untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 ada secara farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi biasanya diberikan obat-obatan seperti obat sulfonilurea, meglinitida, biguanida, thiazolidinedione untuk menurunkan kadar gula darah obatobat diabetes sekarang ini masih belum cukup sepenuhnya memberikan solusi untuk para penderita diabetes mellitus karena obat-obat tersebut dapat memberikan efek negatif pada tubuh. Selain harganya cukup



64



mahal, banyak efek samping yang ditimbulkan, sehingga penderita diabetes mellitus umumnya akan mengalami kecemasan sehingga akan berakibat pada kadar gula darahnya (Syafriani, 2017) Selain farmakologi, sekarang juga telah dikembangkan terapi non farmakologi dalam penanganan pasien diabetes mellitus yang dapat dilakukan sebagai tindakan mandiri, salah satu nya adalah terapi relaksasi. (Natalina, 2013). Terapi relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk mengontrol kadar gula darah. Relaksasi dapat mempengaruhi hipotalamus untuk mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf. Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi, dan nafas dalam. Terapi musik mempunyai efek positif terhadap kadar gula darah (Ernawati, 2016) salah satu terapi musik yang digunakan yaitu terapi musik saluang yang dapat membuat perasaan tenang dan mampu mengontrol kadar gula darah. Menurut analisa peneliti sesudah diberikan intervensi selama 7 hari berturut-turut, didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di ruangan poli penyakit dalam RSUD. M. Zein Painan, dengan rata-rata kadar gula sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata gula darah adalah 218,60, membuktikan bahwa pemberian terapi musik saluang dapat memberikan hasil yang cukup baik terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. hal ini disebabkan selama penelitian penderita mampu bekerjasama dengan baik yaitu dengan mengikuti prosedur yang peneliti tetapkan.



65



B. Rerata Skor Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Hasil



penelitian



menunjukan



bahwa



dari



10



responden,



menunjukkan rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan terapi musik saluang didapatkan nilai skor kecemasan adalah 23,00, dengan standar deviasi 3,59. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Ludiana (2017) tentang hubungan kecemasan dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus, diperoleh rata-rata skor kecemasan penderita diabetes mellitus adalah 27,44 dengan standar deviasi 4,353. Menurut Videbeck (2008) bahwa kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberikan gambaran yang penting tentang kecemasan yang berlebihan, desertai repon peilaku, emosi dan fisiologi. Menurut Molina (2010), menjelaskan kecemasan adalah respon saraf otonom terhadap rasa takut dan kecemasan menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Kecemasan akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya mengaktifkan 2 jalur, yaitu sistem endokrin (korteks adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). untuk mengaktifkan sistem endokrin setelah hipotalamus menerima stimulus kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan melepaskan Corticotrophin Relaxing Hormone



66



(CRH), yang akan menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior untuk mensekresikan Adrenocortropin Hormone (ACTH). dengan disekresikannya hormon ACTH kedalam darah maka hormon ini akan mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk mensekresikan hormon glukotikoid yaitu kortisol. Hormon kortisol ini berperan dalam proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal diteruskan ke amigdala untuk memperkuat pengaruh kecemasan terhadap emosi seseorang. Berdasarkan analisa peneliti hormon kortisol ini berperan dalam proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal diteruskan ke amigdala untuk memperkuat pengaruh kecemasan terhadap emosi seseorang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata skor kecemasan adalah 16,90 dengan standar deviasi 3,107. hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Isesreni & Sastra (2017) tentang efek terapi musik tradisional minang saluang untuk menurunkan tingkat stress penderita diabetes mellitus tipe II, di dapatkan hasil bahwa penelitian ini memperoleh nilai rata-rata skor stress pasien diabetes mellitus tipe II sesudah diberikan terapi musik saluang adalah 34,8 dengan standar deviasi 6,8. Individu yang mengalami kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya pengalaman negatif perilaku yang telah dilakukan, seperti kekhawatiran akan adanya kegagalan, merasa frustasi dalam



67



situasi tertentu dan ketidakpastian melakukan sesuatu. Dinamika kecemasan, ditinjau dari psikonalisasi dapat disebabkan oleh adanya tekanan buruk perilaku masa lalu serta karena adanya gangguan mental. Ditinjau dari teori kognitif, kecemasan terjadi karena adanya evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan yang dimilikinya dan orientasi diri yang negatif (Fufron & Ririn, 2010) Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan, berdasarkan medis maupun perawatan, diantaranya seperti relaksasi nafas dalam, imajinasi terbimbing, relaksasi otor progresif dan yoga, namun hasilnya belum maksimal. Salah satu terapi yang belum banyak digunakan adalah terapi musik saluang. Terapi musik saluang yang dapat membuat perasaan tenang dan dapat menurunkan kecemasan. Menurut analisa peneliti sesudah diberikan intervensi selama 7 hari berturut-turut, didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan skor kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di ruangan poli penyakit dalam RSUD. M. Zein Painan, dengan rata-rata skor kecemasan sebelum di berikan terapi musik saluang adalah 23,00, rata-rata sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata skor kecemasan adalah 16,90,



C. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan



68



Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,001 (p ≤0,05) artinya terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Limbong dkk, (2015) tentang terapi relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, hasil sebelum dilakukan terapi relaksasi cenderung lebih tinggi dengan rata-rata kadar gula darah 350,19 mg/dl dengan standar deviasi 64,99. Terapi relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan yang mengontrol kadar gula darah. Relaksasi dapat megontrol kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus dengan cara menekan kelebihan pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, adrenacorticotropic hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Relaksasi dapat membantu menurunkan kadar gula darah dengan menekan pengeluaran epinefrin sehingga menghambat konversi glikogen menjadi glukosa, dan menekan pengeluran kortisol menghambat metabolisme glukosa, sehingga asam amino, laktat, dan pirufat tetap disimpan dihati dalam bentuk glikogen sebagai energi cadangan, glikagon akan menghambat mengkonveksi glikogen dalam hati menjadi glukosa dan relaksasi dapat menekan ACTH dan glukokortiroid pada korteks adrenal sehingga dapat membentuk glukosa baru oleh hati, selain itu liposis dan katabolisme dapat menurunkan kadar gula darah (Smelzer & Bare 2008)



69



Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi dan nafas nafas dalam.(Petter & Perry, 2015). Banyak cara yang dapat digunakan untuk menangani kadar gula darah salah satunya dengan mendengarkan musik.



Menurut dayat (2012), manfaat musik adalah meningkatkan



intelegensia, refresing, menenangkan menyegarkan, motivasi, sebagai terapi kanker, stroke, dimensia, pemyakit jantung, nyeri, gangguan belajar, dan sebagai alat komunikasi. Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Pada saat seseorang mendengar musik kinerja sistem tubuh mengalami perubahan dan gelombang listrik yang ada diotaknya dapat dipercepat atau diperlambat. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stress terutama pada kecemasan seseorang ( Muttaqin, 2008 ). Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik . Namun harus mengetahui pengaruh setiap jenis musik terhadap tubuh dan pikiran. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin dicapai. (Sulistyorini,2014). Tempo 60-80 beat per minute akan sangat sinergis dengan alat musik yang digunakan untuk menimbulkan efek terapi. Terapi musik instrumental adalah suatu cara penanganan penyakit (pengobatan ) dengan menggunakan nada atau suara yang semua instrumen musik dihasilkan melaui alat musik disusun demikian rupa sehingga megandung irama, lagu dan keharmonisan. Menurut Ratuh Swarihadiyanti (2014) musik intrumental adalah musik yang melantunkan tanpa vocal, dan hanya instrumental/alat atau backing vocal yang melantun. Manfaat musik instrumental adalah



70



menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat. Saluang merupakan salah satu alat music tradisional dari Sumatera Barat yang terbuat dari bamboo talang. Di RanahMinang, saluang biasanya tidak hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini, menjadipengiringdendangpantun.Pantun yang dilantunkan biasanya berisi sindiran, ratapan, nasehat.Umumnya, irama saluang dan dendang yang mengiringinya terdengar sentimental (berhiba-hiba), lain halnya apabila saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Mahmud, 2014). Musik saluang klasik biasanya cenderung membawakan lagu-lagu bernada minor dan sedih, dan mengisahkan peristiwa sedih yang menimpa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti alat musik pada umumnya, saluang juga memiliki nada dasar, yang biasanya dimulai dari nada C dan BES yang dapat mempermudah sipeniup saluang memainkan berbagai macam lagu (Putra, 2015), dan dendangannya dapat mengembalikan ingatan sipendengar terhadap kampung halaman ataupun kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani dan memberi kesan menenangkan saat mendengar saluang (Muhlis, 2014). Menurut analisa peneliti terdapat pengaruh kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang didapatkan penurunan kadar gula darah sesudah dilakukan terapi musik saluang. Hal ini dikarenakan musik saluang berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan



71



untuk pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu mengontrol kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2. D. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skor Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (p ≤0,05) artinya terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Isesreni & Sastra (2017) tentang efek terapi musik tradisional minang saluang untuk menurunkan tingkat stress penderita diabetes mellitus tipe II, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (p ≤0,05). Berdasarkan penelitian Bonadonna (2008) penelitian



dampak



relaksasi



pada



penyakit



telah melakukan kronis.



Hasilnya



menunjukkan adanya penurunan gejala dan tanda fisik dan psikologis, meliputi penurunan kecemasan, nyeri, depresi dan stress. Teknik relaksasi adalah salah satu tindakan keperawatan yang dapat mengurangi kecemasan. Relaksasi dapat mempengaruhi hipotalamus untuk mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis. Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi dan nafas nafas dalam. Terapi musik mempunyai efek positif terhadap kecemasan (Ernawati, 2016). Terapi musik termasuk salah satu penanganan dalam menangani stress dan kecemasan (Aizid, 2011). Rangsangan musik



72



tampak mengaktivasi jalur-jalur spesifik didalam area otak, seperti sistem limbik yang berhubungan dengan perilaku emosional. Dengan mendengarkan musik, sistem limbik ini teraktivasi dan individu tersebut menjadi rileks. Saat keadaan rileks, cemas menurun. Alunan musik dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat mengurangi kecemasan. Melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan harmoni internal. Dengan adanya harmoni didalam diri seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi kecemasan, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negatif yang dialaminya. Jika mendengarkan musik yang baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan berproduksi dan musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon betaendorfin. (Dian Natalina,2013) Ferawati (2015) mengungkapkan bahwa musik berfungsi untuk meningkatkan vitalitas fisik, menghilangkan kelelahan, meredakan kecemasan dan ketegangan, meningkatkan konsentrasi merangsang kreativitas dan memperkuat karakter serta perilaku positif. Banyak jenis musik dapat digunakan untuk terapi, diantaranya musik klasik, instrumental, jazz, dangdut, pop rock, dan keroncong. Salah satu diantaranya adalah musik instrumental yang bermanfaat menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat (Aditia, 2012) Saluang merupakan salah satu alat musik tradisionaldari Sumatera Barat yang terbuatdari bamboo talang. Di Ranah Minang, saluang



73



biasanya tidak hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini, menjadi pengiring dendang pantun. Pantun yang dilantunkan biasanya berisi sindiran, ratapan, nasehat atau penggurauan. Lain halnya apabila saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Mahmud, 2014). Menurut analisa peneliti terdapat pengaruh kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang didapatkan penurunan kecemasan sesudah dilakukan terapi musik saluang. Hal ini dikarenakan musik



saluang



berfungsi



sebagai



alat



terapi



kesehatan.



Saat



mendengarkan musik, gelombang listrik di otak dapat di percepat atau di perlambat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormonhormon yang mempengaruhi kecemasan seseorang, serta mampu meningkat daya ingat. kesehatan dan Musik memiliki hubungan erat, ketika mendengarkan musik kesukaannya, seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN



74



Bab ini akan menguraikan tentang simpulan dan saran berkaitan dengan hasil pembahasan penelitian. Bagian ini menjelaskan secara sistematis upaya menjawab hipotesis dan tujuan. A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien diabetes millitus tipe 2 maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Rerata kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum di berikan terapi musik saluang adalah 266,50, dengan standar deviasi 74,602 dan setelah diberikan terapi musik saluang rata rata gula darah adalah 218,60 dengan standar deviasi 64,993. 2. Rerata skor kecemasan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 23,00, dengan standar deviasi 3,590, dan setelah diberikan terapi musik rerata kecemasan adalah 16,90 dan standar deviasi 3,107. 3. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test (paired test) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.001, artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.



4. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test (paired test)



dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.000, artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2.



75



B. Saran 1. Bagi pasien diabetes mellituss Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu terapi alternatif nonfarmakologis



untuk



mengontrol



gula



darah



dan menurunkan



kecemasan dengan musik saluang bagi pasien diabetes mellitus tipe 2. 2. Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk keperawatan dan dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi nonfarmakologi yaitu terapi musik saluang untuk mengontrol kadar gula darah dan menurunkan kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2. 3. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, khususnya bagi mahasiswa Keperawatan dalam mengembangkan ilmu Keperawatan dan pemberian asuhan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2. 4. Bagi peneliti berikutnya Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan dan menambah pengalaman penelitian dalam melaksanakan penelitian serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2.



76



DAFTAR PUSTAKA



Afandi. 2015. Terapi Musik Instrumental Classic : penurunan Tekanan Darah pada Pasien Stroke.



77



Black & Hawks, 2009. Medical Surgical Nursing :Clinical Management for Possitive Outcomes. (8thed). Vol.1. St. Louis : Elsevier Brunner &Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Damayanti, S. 2015. Diabetes mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Diantiningsih.2012. Kepatuhan Pengelolaan Penyakit Diabetes Mellitus tipe II Support di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonsari Surabaya. Djohan, 2006.TerapiMusik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang press Ernawati. 2016. Terapi Lantunan Asmaul Husnah dan Teknik Relaksasi Terhadap Kadar Gula Darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Fidayanti. 2014. Terapi Musik Efektif dalam Menurunkan kecemasan Pasien pre operasi. IDF.2011. Angka kejadian diabetes mellitus. Jakarta : Pustaka Media Isesreni & sastra, 2017. Efek terapi musik tradisional minang saluang untuk menurukan tingkat stress penderita diabetes mellitus tipe 2. Mahmuda.2016. Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama. Martalina Limbong, 2015. Pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 Muttaqin, dkk, 2008. Seni Musik Klasik jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Nany, dkk, 2014. Terapi musik efektif menurunkan kecemasan pasien pre operasi Nindyasari. 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Penderita DM tipe I dengan DM tipe II. Notoatmodjo,. 2012.MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta :RinekaCipta Nurrokhmah. 2016. Efektivitas Pelatihan Relaksasi untuk Menurunkan Stress Penderita DM tipe 2 Nursalam, 2011.MetodologiPenelitianKeperawatan Jakarta : SalembaMedika



Dan



PenulisanIlmiah.



78



PERKENI (Perkumpulan Endokrin Indonesia). (2011). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta : Author Potter, Patricia A, & Perry, Anne G, 2009.Fundamental of Nursing. (7 thed). Vol 1. Mosby: Elsevier Inc Putra.2015.nttrsiksalnctng,inungklrsik(online) Saluang bunian. blogspot.comr 20l5l01/saluang potter dan Perry, 2005, Fundamental Keperawatan, Vol 2, Edisi 4, Jakarta: EGC. Putri. 2015. Hubungan Empat pilar Pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Rerata kadar Gula Darah. Saifudin. 2015. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat kecemasan Remaja Putra (13-15 tahun) di SMP Negeri 2 Kecamatan Baureno Kabupaten Botonegoro. Sari.Aderita.2014. Penatalaksanaan terapi musik klasik dengan Masalah Keperawatan Gangguan Penurunan Curah Jantung pada Pasien Hipertensi di Rsud Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Shendie. 2015. Musik_Minang. Smeltzer& Bare, 2009. Textbook of Medical Surgical Nursing.(10 th.ed.). Vol.2. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins Simbolon. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Sujarweni W, 2014. Metode penelitian keperawatan. Jakarta: Gava media Susilo, Y. 2011. Cara jitu mengatasi Diabetes mellitus (Kencing Manis). Yogyakarta: Andi Syafriani.2017. Pengaruh Ekstrak Kayu Manis Terhadap Penirinan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Kumantan Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota



79



80



Lampiran 2 SURAT PERMOHONAN PADA CALON RESPONDEN Kepada Yth. Calon responden Di Tempat



Dengan hormat Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG Prodi S1 Keperawatan bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Saluang Terhadap Kadar Gula Darah Dan Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. ZEIN Painan Tahun 2018”. Nama : WILDA MAYDILA ZAHRA Nim : 14121916 Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden, karena kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Informasi yang didapatkan hanya akan digunakan peneliti untuk kepentingan penelitian. Peneliti berharap agar Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini dan tanpa ada unsur paksaan. Jika terdapat hal yang kurang jelas mengenai penjelasan penelitian ini, maka Bapak/Ibu dapat menanyakan langsung ke peneliti atau melalui nomor HP 081372835495. Apabila Bapak/Ibu memutuskan kesediaannya untuk ikut dalam penelitian ini, maka Bapak/Ibu silahkan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang terdapat dibelakang lembaran ini. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia, itu adalah hak Bapak/Ibu untuk menolak berpartisipasi dan tidak akan ada paksaan dari peneliti. Atas kesediaan dan parsipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.



Padang,Juli 2018 Peneliti



(WILDA MAYDILA ZAHRA )



81



Lampiran 3



SURAT



PERNYATAAN



BERSEDIA



MENJADI



CALON



RESPONDEN



Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Umur : Setelah membaca dan mendengar penjelasan maksud penelitian oleh WILDAMAYDILA



ZAHRA



Mahasiswa



S1



Keperawatan



STIKes



MERCUBAKTIJAYA padang dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Saluang Terhadap Kadar Gula Darah Dan Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. ZEIN painan tahun 2018 ”. maka saya bersedia membantu menjadi responden serta akan memberikan informasi yang sesungguhnya yang saya ketahui tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya, semoga bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.



Padang, Juli 2018 Responde n



(..................................)



82



Lampiran 5



KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS MELLITUS TIPE 2 Variabel Kecemasan



Aspek yang diukur Skor kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD. M. Zein Painan



Jumlah soal 28



Lampiran 6 LEMBAR KUESIONER



No. Item 1-28



83



PENGARUH TERAPI MUSIK SALUANG TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN KECEMASAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANG POLI PENYAKIT DALAM RSUD. Dr. M. ZEIN PAINAN



Kode Responden



:



Tanggal . . .WIB



: . . . . . / . . . . . /2018



Jam



:.... .



A. Karakteristik Responden Inisial



:



Usia



:



JenisKelamin



:



Pekerjaan



:



Laki – laki



Lama menderita diabetes mellitus (bulan/tahun) Komplikasi



Perempuan



:



:



: Arteri koroner



Tidak ada



: Cerebrovaskuler : Retinopati diabetik : Nefropati diabetic : Ulkus B. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah Hari / TGL : Pre Test



Post Test



C. Kecemasan pasien DM Tipe 2 sebelum diberikan terapi musiksaluang No. Pertanyaan 1. Perasaan Ansietas - Cemas



0



1 2



3



4



84



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



- FirasatTakut - Takut Akan PikiranSendiri - Mudah Tersinggung Ketegangan - Merasa Tegang - Lesu - Tak Bisa Istirahat Tenang - Mudah Menangis - Gemetar - Gelisah Ketakutan - Pada Alat Suntik - Pada Orang Asisng - Ditinggal Sendiri - Pada Kerumunan Orang Banyak Gangguan Tidur - Terbangun MalamHari - Tidur Tidak Nyenyak - Banyak Mimpi-Mimpi - Mimpi Buruk Gangguan Kecerdasan - Sukar Konsentrasi - Daya Ingat Menurun -Daya Ingat Buruk Perasaan Depresi - Hilangnya Minat - Sedih - Bangun Dini Hari - Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari Gejala Somatik (Otot) - Sakitdan Nyeri di Otot-Otot - Kaku - Gigi Gemerutuk - Perasaan Berubah- ubah Sepanjang Hari Gejala Somatik (Sensorik) - Tinitus ( Telinga Berdengin) - Penglihatan Kabur - Muka Merah atau Pucat - Merasa Lemah Gejala Kardiovaskuler( Jantung dan Pembuluh Darah) - Takhikardia( Denyut Jantung Cepat) - Berdebar- debar - Denyut Nadi Mengeras - Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan Gejala Respiratori(Pernafasan) - Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada - Perasaan Tercekik



85



11.



12.



13.



14.



- Sering Menarik Napas - Napas Pendek/Sesak Gejala Gastrointestinal - SulitMenelan - Rasa Penuh Atau Kembung - GangguanPencernaan - KehilanganBeratBadan Gejala Urogenital(Perkemihan Dan Kelamin) - Sering Buang Air Kecil - Tidak Dapat Menahan Air Seni - Menjadi Dingin (Frigid) Gejala Otonom - Mulut Kering - Muka Merah - Mudah Berkeringat - Pusing, SakitKepala - Bulu-BuluBerdiri Tingkah Laku Pada Wawancara - Gelisah - TidakTenang - MukaTegang/Mengeras - Napas Pendek dan Cepat



Keterangan : 0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada 2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada



D. Kecemasan pasien DM Tipe 2 sesudah diberikan terapi musik saluang No. Pertanyaan 1. Perasaan Ansietas - Cemas - Firasat Takut - Takut Akan PikiranSendiri - Mudah Tersinggung 2 Ketegangan - Merasa Tegang - Lesu - Tak Bisa Istirahat Tenang - Mudah Menangis



0



1 2



3



4



86



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



- Gemetar - Gelisah Ketakutan - Pada Alat Suntik - Pada Orang Asing - Ditinggal Sendiri - Pada Kerumunan Orang Banyak Gangguan Tidur - Terbangun Malam Hari - Tidur Tidak Nyenyak - Banyak Mimpi-Mimpi - Mimpi Buruk Gangguan Kecerdasan - Sukar Konsentrasi - Daya Ingat Menurun -Daya Ingat Buruk Perasaan Depresi - Hilangnya Minat - Sedih - Bangun Dini Hari - Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari Gejala Somatik (Otot) - Sakit dan Nyeri di Otot-Otot - Kaku - Gigi Gemerutuk - Perasaan Berubah- ubah Sepanjang Hari Gejala Somatik (Sensorik) - Tinitus( Telinga Berdengin) - PenglihatanKabur - Muka Merah atau Pucat - MerasaLemah Gejala Kardiovaskuler( Jantung dan Pembuluh Darah) - Takhikardia( Denyut Jantung Cepat) - Berdebar- debar - Denyut Nadi Mengeras - Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan Gejala Respiratori(Pernafasan) - Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada - Perasaan Tercekik - Sering Menarik Napas - Napas Pendek/Sesak Gejala Gastrointestinal - Sulit Menelan - Rasa Penuh Atau Kembung - Gangguan Pencernaan - Kehilangan Berat Badan Gejala Urogenital(Perkemihan Dan Kelamin)



87



13.



14.



- Sering Buang Air Kecil - Tidak Dapat Menahan Air Seni - Menjadi Dingin (Frigid) GejalaOtonom - Mulut Kering - Muka Merah - Mudah Berkeringat - Pusing, SakitKepala - Bulu-Bulu Berdiri Tingkah Laku PadaWawancara - Gelisah - TidakTenang - Muka Tegang/Mengeras - Napas Pendek danCepat



Keterangan : 0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada 2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada



88



Lampiran 7



Lembar Kontrol Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kadar gula darah dan Kecemasan pada Pasien Diabete mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan



no.Res pon den



inisial



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Ny. B Ny. F Ny. E Ny. D Ny. N Ny. A Tn. E Tn. D Ny. L Ny. N



umur 55 54 50 53 47 45 55 58 49 52



1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



melakukan terapi musik



Kadar Gula Darah



2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



1 360 357 198 368 247 280 260 230 215 150



3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



HASIL OLAHAN DATA



5 340 344 180 310 220 255 155 210 210 145



7 300 330 176 270 190 240 150 200 200 130



89



Pengaruh Terapi Musik Saluang Terhadap Kadar Gula Darah Dan Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.



Statistics Umur N



Valid



10



Missing



0



Mean



51.80



Median



52.50



Mode



55



Std. Deviation



4.022



Minimum



45



Maximum



58



Umur Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



45



1



10.0



10.0



10.0



47



1



10.0



10.0



20.0



49



1



10.0



10.0



30.0



50



1



10.0



10.0



40.0



52



1



10.0



10.0



50.0



53



1



10.0



10.0



60.0



54



1



10.0



10.0



70.0



90



55



2



20.0



20.0



90.0



58



1



10.0



10.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



Statistics Jenis Kelamin N



Valid



10



Missing



0



Mean



1.80



Median



2.00



Mode



2



Std. Deviation



.422



Minimum



1



Maximum



2



Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



laki-laki



2



20.0



20.0



20.0



Perempuan



8



80.0



80.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



91



Statistics Pekerjaan N



Valid



10



Missing



0



Mean



1.50



Median



1.00



Mode



1



Std. Deviation



.707



Minimum



1



Maximum



3



Pekerjaan Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



IRT



6



60.0



60.0



60.0



Wiraswasta



3



30.0



30.0



90.0



Pedagang



1



10.0



10.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



92



Statistics Lama Menderita DM N



Valid



10



Missing



0



Mean



9.30



Median



10.00



Mode



10



Std. Deviation



1.636



Minimum



6



Maximum



12



Lama Menderita DM Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



6



1



10.0



10.0



10.0



8



2



20.0



20.0



30.0



9



1



10.0



10.0



40.0



10



5



50.0



50.0



90.0



12



1



10.0



10.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



93



Statistics Komplikasi N



Valid



10



Missing



0



Mean



2.50



Median



3.00



Mode



3



Std. Deviation



.850



Minimum



1



Maximum



3



Komplikasi Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



retinopati diabetic



2



20.0



20.0



20.0



ulkus



1



10.0



10.0



30.0



tidak ada komplikasi



7



70.0



70.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



94



ANALISA UNIVARIAT Rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang



95



Statistics Pre Kadar Gula



Post Kadar Gula



Darah N



Valid



Darah 10



10



0



0



Mean



266.50



218.60



Median



253.50



200.00



150a



200



74.602



64.993



Minimum



150



130



Maximum



368



330



Missing



Mode Std. Deviation



Pre Kadar Gula Darah Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



150



1



10.0



10.0



10.0



198



1



10.0



10.0



20.0



215



1



10.0



10.0



30.0



230



1



10.0



10.0



40.0



247



1



10.0



10.0



50.0



260



1



10.0



10.0



60.0



280



1



10.0



10.0



70.0



357



1



10.0



10.0



80.0



96



360



1



10.0



10.0



90.0



368



1



10.0



10.0



100.0



Total



10



100.0



100.0



Post Kadar Gula Darah Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



130



1



10.0



10.0



10.0



150



1



10.0



10.0



20.0



176



1



10.0



10.0



30.0



190



1



10.0



10.0



40.0



200



2



20.0



20.0



60.0



240



1



10.0



10.0



70.0



270



1



10.0



10.0



80.0



300



1



10.0



10.0



90.0



330



1



10.0



10.0



100.0



Total



10



100.0



100.0



97



Descriptives Statistic Pre Kadar Gula Darah



Mean 95% Confidence Interval for



266.50 Lower Bound



213.13



Upper Bound



319.87



Std. Error 23.591



Mean



5% Trimmed Mean



267.33



Median



253.50



Variance



5.565E3



Std. Deviation



Post Kadar Gula Darah



74.602



Minimum



150



Maximum



368



Range



218



Interquartile Range



147



Skewness



.171



.687



Kurtosis



-1.064



1.334



Mean



218.60



20.552



95% Confidence Interval for



Lower Bound



172.11



Upper Bound



265.09



Mean



5% Trimmed Mean



217.33



Median



200.00



Variance Std. Deviation



4.224E3 64.993



Minimum



130



Maximum



330



Range



200



Interquartile Range



108



Skewness



.473



.687



-.754



1.334



Kurtosis



98



Uji normalitas data 1.



Shapiro-wilk Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic



df



Shapiro-Wilk Sig.



Statistic



df



Sig.



Pre Kadar Gula Darah



.187



10



.200*



.927



10



.417



Post Kadar Gula Darah



.213



10



.200*



.953



10



.708



2.



Histogram



99



100



3.



Skewness



101



Statistics Pre Kadar Gula



Post Kadar Gula



Darah N



Valid



Darah 10



10



0



0



Skewness



.171



.473



Std. Error of Skewness



.687



.687



-1.064



-.754



1.334



1.334



Missing



Kurtosis Std. Error of Kurtosis



Analisa Bivariat T-Test



Paired Samples Statistics Mean Pair 1



N



Std. Deviation



Std. Error Mean



Pre Kadar Gula Darah



266.50



10



74.602



23.591



Post Kadar Gula Darah



218.60



10



64.993



20.552



102



Paired Samples Correlations N Pair 1



Correlation



Pre Kadar Gula Darah & Post



10



Kadar Gula Darah



Sig.



.896



.000



Paired Samples Test Sig. (2Paired Differences



t



df



tailed)



95% Confidence Interval Std.



of the Difference



Deviati Std. Error Mean



on



Mean



47.900



33.245



10.513



Lower



Upper



Pair 1 Pre Kadar Gula Darah - Post Kadar Gula Darah



24.118



71.682



4.556



9



.001



103



Rerata kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang



Statistics Pre kecemasan N



Valid



Post Kecemasan



10



10



0



0



Mean



23.00



16.90



Median



22.50



16.50



21a



19



3.590



3.107



Minimum



18



13



Maximum



31



23



Missing



Mode Std. Deviation



104



Pre kecemasan Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



18



1



10.0



10.0



10.0



20



1



10.0



10.0



20.0



21



2



20.0



20.0



40.0



22



1



10.0



10.0



50.0



23



1



10.0



10.0



60.0



24



1



10.0



10.0



70.0



25



2



20.0



20.0



90.0



31



1



10.0



10.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



105



Post Kecemasan Cumulative Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Percent



13



1



10.0



10.0



10.0



14



2



20.0



20.0



30.0



15



1



10.0



10.0



40.0



16



1



10.0



10.0



50.0



17



1



10.0



10.0



60.0



19



3



30.0



30.0



90.0



23



1



10.0



10.0



100.0



10



100.0



100.0



Total



Descriptives Statistic Pre kecemasan



Mean 95% Confidence Interval for



Std. Error



23.00 Lower Bound



20.43



Upper Bound



25.57



Mean



5% Trimmed Mean



22.83



Median



22.50



Variance Std. Deviation Minimum



12.889 3.590 18



1.135



106



Maximum



31



Range



13



Interquartile Range



Post Kecemasan



4



Skewness



1.081



.687



Kurtosis



2.056



1.334



Mean



16.90



.983



95% Confidence Interval for



Lower Bound



14.68



Upper Bound



19.12



Mean



5% Trimmed Mean



16.78



Median



16.50



Variance



9.656



Std. Deviation



3.107



Minimum



13



Maximum



23



Range



10



Interquartile Range Skewness Kurtosis



Uji Normalitas 1. Shapiro-wilk



5 .644



.687



-.057



1.334



107



Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic



df



Shapiro-Wilk Sig.



Statistic



df



Sig.



Pre kecemasan



.189



10



.200*



.927



10



.418



Post Kecemasan



.150



10



.200*



.929



10



.438



2. Histogram



108



109



3. Skewness



110



Statistics Pre kecemasan N



Valid



Post Kecemasan



10



10



0



0



1.081



.644



.687



.687



Kurtosis



2.056



-.057



Std. Error of Kurtosis



1.334



1.334



Missing Skewness Std. Error of Skewness



Analisa Bivariat T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1



N



Std. Deviation



Std. Error Mean



Pre kecemasan



23.00



10



3.590



1.135



Post Kecemasan



16.90



10



3.107



.983



Paired Samples Correlations N Pair 1



Pre kecemasan & Post Kecemasan



Correlation



10



.687



Sig.



.028



111



Paired Samples Test Paired Differences



t



df



Sig. (2-tailed)



95% Confidence Interval of Std. Deviatio Mean Pair 1 Pre kecemasan - Post Kecemasan



6.100



n



2.685



the Difference Std. Error Mean



.849



Lower



4.179



Upper



8.021



7.183



9



.000



112



DOKUMENTASI PENELITIAN



113



114



115



116



117



118



119



120



121



122



123