Sop KB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN IMPLANT PENGERTIAN



Suatu tindakan pemasangan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon yang berisi hormone progesterone



TUJUAN



Untuk menjarangkan kehamilan selama 3-5 tahun.



KEBIJAKAN



Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.



PROSEDUR A.



Persiapan alat Tensi, stetoskop, APD (sepatu but, matela, masker, kaca mata goggle, handuk pribadi) Bak instrument berisi (trokar dan pendorong, duk steril, spuit 5 cc berisi lidocain, kapsul implant, bisturi, kasa, pinset anatomis, hend skun, kom kecil) kom berisi cairan betadin, larutan clorin 0,5 %, alcohol 70 %, kapas, plaster, ban aid/ handsaplas, perlak dan alas, bengkok, busur



B.



dan pulpen. Pelaksanaan Pemasangan kapsul norplant



1. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun 2. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas 3. Beri tanda pada tempat pemasangan Langkah/ kegiatan 4.



Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan kapsul norplant sudah tersedia Tindakan pra pemasangan



5.



Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain



bersih 6. Pakai sarung tangan steril atau DTT 7. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic 8. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT disekeliling lengan klien Pemasangan kapsul norplant 9. Suntikan anastesi local tepat dibawah kulit sampai kulit sedikit menggelembung 10. Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm, dan suntikan masing masing 1 cc diantara pola pemasangan nomer 1 dan 2, 3 dan 4,5 dan 6 11. Uji efek anastesi sebelum melakukan insisi pada kulit 12. Saat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skapel alternative lain tusukan trokar langsung kelapisan dibawah kulit/subdermal) 13. Sambil mengungkit kulit, masukan terus ujung trokar yang berisi implant dan pendorongnya sampai atas tanda satu (pada pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi 14. Keluarkan pendorong dan tekan dan masukan kapsul kearah ujung 15. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama sama sampai batas tanda terlihat pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokar dari tempat insisi) 16. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukan kembali trokar serta pendorongnya sampai tanda satu 17. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul terpasang 18. Coba kapsul untuk memastikan kapsul telas terpasang 19. Coba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada dari insisi Tindakan pasca pemasangan 20. Dekatkan ujung ujung insisi dan tutup dengan band aid 21. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar 22. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakan semua peralatan



dalam larutan klorin untuk dekontaminasi 23. Buang peralatan yang sudah tidak terpakai lagi ketempatnya (kasa, kapas, sarung tangan, atau alat suntik sekali pakai) 24. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan clorin 25. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan air bersih Konseling pasca pemasangan 26. Gambar letak kapsul pada rekam medic dan catat bila ada hal khusus 27. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk control 28. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila menginginkan untuk mencabut kembali implant 29. Lakukan observasi selama lima menit



sebelum



memperbolehkan klien pulang C. Hal yang harus diperhatikan 1. Peserta KB implant sebaiknya menjaga agar daerah sayatan tetap kering minimal selama 3 hari untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi kemungkinan infeksi 2. Bila lengan akseptor terasa membengkak dan berwarna kebirubiruan. Hal tersebut biasanya akibat tindakan suntikan atau 3.



pemasangan implant dan akan menghilang dalam 3-5 hari Setelah 5 tahun atau 3 tahun untuk implanon pemakaian,



implant dapat dilepas D. Gambar pemasangan implant



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN IMPLANT Dibuat oleh :



NURLAELI



NIM : R.12.03.051



DOWNLOAD SOP DI BAWAH INI PROSEDUR DAN CARA PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan AKDR seperti ekspulsi, infeksi dan perforasi, disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat. Oleh karena itu, hanya petugas klinik yang telah dilatih (dokter, bidan, perawat) yang diperbolehkan memasang maupun mencabut AKDR. Untuk mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan, semua tahap proses pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati dan lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan.



  



           1 1



Ada beberapa persyaratan khusus untuk ruangan agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas, yaitu: Tersedia ruang tunggu yang nyaman Tersedia toilet/ kamar kecil bagi klien dan petugas klinik Tersedia ruang untuk konseling, lebih disukai yang tertutup, dan Tersedia ruang untuk pemeriksaan (umum atau panggul) maupun tindakan (pemasangan dan pencabutan AKDR) dengan pencahayaan yang cukup dan tersedia wastafel. Siapkan peralatan dan instrumen yang diperlukan sebelum melakukan tindakan. Peralatan dan instrumen yang dianjurkan untuk pemasangan yaitu: Bivalve speculum (kecil, sedang, atau besar) Tenakulum Sonde uterus Forsep/ korentang Gunting Mangkuk untuk larutan antiseptik Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru) Cairan antiseptik (misal: povidon iodin) untuk membersihkan serviks Kain kasa atau kapas Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks Copper T 380A IUD yang masih belum rusak dan terbuka Langkah-langkah pemasangan AKDR copper T 380A Lakukan konseling pada pasien, dan pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya Periksa genitalia eksterna, lakukan pemeriksaan spekulum dan panggul. Hal ini bertujuan untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis, menentukan besar



1 1 1 1



1 1 1



uterus, posisi uterus dan mobilitas uterus. Jangan dilakukan pemsangan bila da infeksi atau hamil Masukkan lengan AKDR Copper T 380A didalam kemasan sterilnya. Jangan memsaukkan lengan AKDR lebih dari 5 menit sebelum pemasangan, karena lengan AKDR tidak kembali seperti bentuk semula (lurus) setelah dipasang Masukkan spekulum , usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks, pasang pada posisi vertikal (jam 10 atau jam 2) Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri Pasang AKDR Copper T 380A. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri. Hati-hati memasukkan tabung inserter sampau leher biru menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan. Lepas lengan AKDR dengan tekhnik menarik/ withdrawal, tarik keluar pendorong. Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uetri sampai leher biru menyentuh serviks. Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3-4 cm panjangnya. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan, bersihkan permukaan yang terkontaminasi Lakukan dekontaminasi alat-alat Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.



Kontrasepsi IUD November 21, 2012 By naylinnajah



A. Kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi (PK) juga terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex education), konsultasi praperkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009). Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masingmasing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:



1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan. 2. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. 3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. 4. Terjangkau harganya oleh masyarakat. 5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).



Macam-macam metode kontrasepsi 1. Metode Sederhana. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom (Kusumaningrum, 2009). 2. Metode Modern/Efektif a. Kontrasepsi Hormonal • Peroral: Pil • Injeksi / suntikan • Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK) b. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR) c. Kontrasepsi Mantap • Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi secara mekanis. • Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara mekanis, penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Kusumaningrum, 2009). 1. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :



a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW. b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP (Kusumaningrum, 2009). B. Definisi IUD Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010). Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009). IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010). AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009). C. Jenis-jenis IUD. Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah : a. Copper-T



IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009). b. Copper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009). c. Multi load IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009). d. Lippes loop IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009). Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010). D. Cara kerja IUD Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:



• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii • Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri • Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi. • AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).



E. Kelemahan dan kelebihan Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu: • Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi sampai dibuka • Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan) • Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun • Tidak mempengaruhi hubungan seksual • Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A • Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI • Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi) • Dapat digunakan sampai menopouse • Tidak ada interaksi dengan obat-obat • Membantu mencegah kehamilan ektopik • Relatif tidak mahal • Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil) • Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)



• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi • Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan) • Efek samping yang rendah • Dapat menyusui dengan aman • Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010). • Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama satu tahun) • Tidak terganggu faktor lupa • Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A) • Mengurangi kunjungan ke klinik • Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009). IUD baik untuk wanita yang: • Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang • Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak • Memberikan ASI • Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI • Berada dalam masa pasca aborsi • Mempunyai resiko rendah terhadap PMS • Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari • Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya. • Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat (Kusumaningrum, 2009). Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu: • Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular • Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit • Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar) • Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS • Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan



• Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas • Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR • Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari • Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008). • Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan) • Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009). Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010). Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008). Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat : a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid. c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati, 2009). Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah : a. 1 bulan pasca pemasangan b. 3 bulan kemudian c. setiap 6 bulan berikutnya d. bila terlambat haid 1 minggu e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009). F. Efek samping Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008). Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama)



terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009). Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasabiasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008). G. Kontra indikasi Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu: • Usia reproduktif. • Keadaan nulipara. • Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. • Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. • Setelah melahirkan dan tidak menyusui. • Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. • Risiko rendah dari IMS. • Tidak menghendaki metoda hormonal. • Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari. • Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama. • Perokok. • Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008). Jangan memakai spiral jika: • sedang hamil atau kemungkinan hamil. • berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila suami/pasangan punya pasangan lain). • pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi. • pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian). • Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat. • sangat kekurangan darah merah (anemia). • belum pernah hamil (Zahra, 2008).



Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu: • Hamil atau diduga hamil • Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin • Pernah menderita radang rongga panggul • Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal • Riwayat kehamilan ektopik • Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009). Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah : • Kehamilan • Sepsis • Aborsi postseptik dalam waktu dekat • Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim • Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya • Penyakit tropoblastik ganas • Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium • Penyakit radang panggul • PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) • TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010). Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah: • Sedang hamil • Perdarahan vagina yang tidak diketahui • Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) • Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik • Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri • Penyakit trofoblas yang ganas • Diketahui menderita TBC pelvik • Kanker alat genital • Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008). H. Cara penggunaan atau pemasangan IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai



involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010). Prosedur Kerja Pemasangan IUD Kebijaksanaan : 1) Petugas harus siap ditempat. 2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta. 3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi. 4) Alat-alat yang tersedia : a. Gyn bed b. Timbangan berat badan c. Tensimeter dan stetoskop d. IUD set steril e. Bengkok f. Lampu g. Kartu KB (kl, K IV) h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB i. Meja dengan duk steril • Sym speculum • Sonde rahim • Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya. • Busi / dilatator hegar • Kogel tang • Pincet dan gunting Langkah-langkah : 1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping. 2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan. 3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.



4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung kemih. 5) Siapkan alat-alat yang diperlukan. 6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithotomi 7) Petugas cuci tangan 8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri 9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid 10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus. 11) Pasang speculum sym. 12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix. 13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim. 14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan. 15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm 16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim. 17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit 18) Alat-alat dibersihkan 19) Petugas cuci tangan 20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol 21) Membuat nota pelayanan



22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan. 23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009). Catatan : a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter. b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter. c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm. d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009). Prosedur Pencabutan IUD • Tujuan umum : Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan. • Tujuan khusus : Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR. 1. Kebijaksanaan : 1) Petugas harus siap ditempat 2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta. 3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi. 4)Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan : a. Meja dengan alas duk steril. b. Sarung tangan kanan dan kiri c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya. d. Cocor bebek / speculum e. Tampon tang. f. Tutup duk steril g. Bengkok h. Lampu i. Timbangan berat badan j. Tensimeter dan k. Stetoskop Langkah-langkah : 1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping. 2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.



3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter. 4. Siapkan alat-alat yang diperlukan. 5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi. 6. Bersihkan vagina dengan lysol 7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus. 8. Pasang speculum sym. 9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang 10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan. 11. Pasien dirapikan kembali 12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol 13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai dengan nota 14. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009). I. Konseling AKDR Ketika memberi konseling mengenai AKDR kepada wanita, bidan harus mendapatkan riwayat medis lengkap masa lalu dan saat ini yang akan membantu meyingkirkan kontraindikasi. Diskusi bidan mengenai efektivitas dan resiko AKDR harus mencakup poin-poin berikut ini: 1. Klien harus menyadari bahwa darah menstruasi mereka dapat menjadi lebih banyak dan lebih nyeri. Masa menstruasi dapat membaik dalam beberapa bulan setelah pemasangan. 2. Resiko infeksi panggul agak meningkat pada saat pemasangan dan selama 20 hari pertama setelah itu. Penelitian (Farley et al, 1992) menunjukkan bahwa resiko penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease) enam kali lebih tinggi selama 20 hari pertama setelah pemasangan yang menekankan perlunya dilakukan penapisan dan tindak lanjut serta menunjukkan bahwa pembatasan penggantian AKDR akan mengurangi resiko infeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada sedikit resiko atau tidak ada resiko PRP yang terkait dengan pemakaian AKDR jangka panjang dan bahwa penyakit menular seksual adalah penyebab utama PRP. AKDR tidak melindungi wanita dari PMS dan HIV sehingga isu ini harus diberitahukan kepada klien. 3. Bidan harus mendiskusikan dengan klien tentang resiko AKDR terlepas keluar. Hal ini paling mungkin terjadi setelah pemasangan yang membuat mengapa klien perlu datang untuk konsultasi lanjutan 4-6 minggu setelah pemasangan. Selain itu, penting mengajari klien cara memeriksa benang AKDR nya setiap bulan setelah masa menstruasinya.



Apabila klien dapat merasakan ujung alat AKDR yang akan terasa seperti ujung batang korek api, maka anjurkan klien untuk menemui bidan. 1. Jarang sekali terdapat resiko selama pemasangan AKDR dapat menyebabkan uterus atau serviks mengalami perforasi. Apabila klien mengalami nyeri abdomen bagian bawah yang terus menerus setelah pemasangan tanpa ada perbaikan, klien harus dianjurkan menemui dokter. 2. Efektivitas harus dibahas dengan klien karena tidak ada bentuk kkotrasepsi yang 100% efektif mencegah kehamilan. Apabila AKDR gagal, terdapat resiko bahwa kehamilan mungkin adalah kehamilan ektopik. Dengan demikian, bidan harus menganjurkan klien tersebut kembali lebih awal sehingga kemungkinan resiko ini dapat disingkirkan.



3. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) 4. PELAYANAN KB MOW, IUD DAN IMPLANT 5. 1. Lakukan KIE kelompok diwilayah Desa Binaan/ Posyandu/ Posdaya. 6. 7. 2. Apabila masih diperlukan, lakukan KIE individu terhadap calon akseptor baru yang mulai interest pada salah satu jenis alat kontrasepsi (Definisi, Manfaat, efek samping, cara kerja alat kontrasepsi yang diinginkan) 8. 9. 3. Lengkapi surat / administrasi yang diperlukan (K/I/KB, K/IV/KB, Lembar persetujuan / Imform consent) 10. 11. 4. Periksakan kondisi kesehatan calon akseptor ke Puskesmas/ Bidan desa yang berada dilingkungan desa binaan tersebut, yang meliputi: 12. - Pemeriksaan air kencing / PP test 13. - Tekanan darah / tensi 14. Anamnesa terhadap penyakit kronis (DM, Asma, Jantung, Kanker, dll ) 15. 16. 5. Dari hasil pemeriksaan kesehatan dimungkinkan dalam pelayanan KB, informasikan jadwal pelayanan KB dan persiapan diri akseptor untuk pelayanan KB tersebut. 17. 18. 6. Koordinasikan keberangkatan akseptor kepada Kepala Desa, Ketua TP-PKK Desa, Pos KB Desa. 19. 20. 7. Dampingi calon akseptor sebelum dan sesudah pelayanan serta antar akseptor KB sampai rumah / Desa binaan 21. 22. 8. Jadwalkan untuk kontrol kesehatan pada hari ke-5 ke Puskesmas / Bidan Desa setempat. ( masukan K4 dalam buku register akseptor baru



di Puskesmas setempat wilayah UPTB KB Kecamatan Lembang ) dan berikan kartu K1 kepada Akseptor . 23. 24. 9. Masukan data akseptor baru dalam laporan bulanan KB. (F/I/Des/Dal, F/I/Kec/Dal) 25. 26. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) 27. PELAYANAN KELUARGA MISKIN DAERAH (JAMKESDA (JAMKESDA)) 28. 29. 1. Kelengkapan administrasi ( KK, Pengantar SKKM dari Desa yang telah ditandatangani Camat, Kartu Peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin) 30. 31. 2. Cek anggota masyarakat dalam Data Base Keluarga Miskin (Data dalam File computer UPTB KB Kecamatan Lembang) 32. 33. 3. Apabila masyarakat / keluarga telah terdaftar dalam data base, buatkan pengantar surat keterangan keluarga miskin (SKKM) dan lengkapi Data Individu (C/I/Individu) 34. 35. 4. Apabila masyarakat / keluarga tidak terdaftar dalam Data Base Keluarga Miskin, buatkan surat keterangan kepala UPTB KB Kec. Lembang yang ditujukan ke Kantor Badan PPKB / Dinas Kesehatan / Dinas Sosial . 36. 37. 5. Cek ulang seluruh kelengkapan surat dan foto copy yang telah dibuat. 38. 39. 6. Penyuluh KB / TPD yang melaksanakan piket diwajibkan memberikan penjelaskan tentang pengurusan surat keterangan GAKINDA kepada keluarga / masyarakat dengan jelas. 40. 41. 42. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) 43. PELAYANAN KB MOP ( Metode Operasi Pria ) 44. 45. 1. Lakukan KIE Kelompok di wilayah Desa Binaan; 46. 47. 2. Apabila masih dianggap perlu lakukan KIE Individu kepada Calon Akseptor; 48. 49. 3. Lengkapi Surat / Administrasi yang diperlukan (K/I/KB, K/IV/KB, Lembar Persetujuan / Imform Consent); 50. 51. 4. Periksakan kondisi kesehatan Calon Akseptor ke Puskesmas / Bidan Desa , meliputi : Tekanan Darah / Tensi, Riwayat Penyakit .



52. 53. 5. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan memungkinkan untuk dilakukan MOP, Informasikan Jadwal pelayanan KB dan persiapan klien untuk pelayanan KB MOP. 54. 55. 6. Koordinasikan keberangkatan Akseptor dengan Kepala Desa, Ketua TP PKK Desa, Pos KB Desa, Sub Pos KB Desa. 56. 57. 7. Dampingi Calon Akseptor sebelum pelayanan dan sesudah pelayanan MOP (Antar Akseptor KB sampai Rumah Klien / Desa Binaan) 58. 59. 8. Lakukan KIE Individu Pasca tindakan MOP meliputi : 60. - Istirahat selama 2 hari ( tidak melakukan aktifitas yang berat ) 61. Selama 25 kali melakukan senggama dan mengalami penetrasi Akseptor diwajibkan memakai kondom atau Istri dari Akseptor MOP tetap berKB selama masa waktu yang ditentukan (Kepada Akseptor MOP berikan penjelasan teknik memakai kondom) 62. 63. 9. Jadwalkan untuk kembali kontrol pasca operasi MOP ke Puskesmas setempat (masukan K/IV/KB dalam buku Register Akseptor KB Baru di Puskesmas dan berikan K/I/KB kepada Aksepor ); 64. 65. 10. Masukan data Akseptor Baru dalam Laporan Bulanan KB. 66. Kepala UPT BPPPAKB 67. Kec. Lembang 68. 69. 70. DRS. APEP ROHAENDI 71. NIP.19620311198502 1 001 Search...



Bismillahirrahmanirrahim



ASSALAMU'ALAIKUM ^___^ Welcome to Luria Ingrassia MIDWIFE's blog Ada kesalahan di dalam gadget ini Ada kesalahan di dalam gadget ini Ada kesalahan di dalam gadget ini



Assalamu'alaikum ^___^ WELCOME TO Luria Ingrassia's BLOG



Fish Ada kesalahan di dalam gadget ini



Ingrassia's MP3 Clips About Luria Ingrassia MIDWIFE



Luria Ingrassia Lihat profil lengkapku



Sabtu, 28 Januari 2012 Mata Kuliah KB : Kontrasepsi Kondom Diposkan oleh Luria Ingrassia di 5.29.00 AM



1. PENGERTIAN KONTRASEPSI Kontrasepsi merupakan cara menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes RI, 1999). Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat, atau obat-obatan



2.



PENGERTIAN KONDOM Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma.



3.



SEJARAH KONDOM 



Masih belum jelas dari mana kata "kondom" berasal. Ada yang menduga kata itu berasal dari sebuah kota bernama “Condom” yang terletak di provinsi Gascony, sebelah barat daya Perancis. Pria-pria dari kota Condom ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks.







Pendapat lain mengatakan kata kondom diambil dari nama Dr.Condom, seorang dokter asal Inggris pada pertengahan tahun 1600, ia yang mulamula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King Charles II dari penularan penyakit kelamin







4.



Kondom di abad 17 berbentuk tebal dan dibuat dari usus binatang, selaput ikan atau bahan linen yang licin. Namun karena kondom dipandang mengurangi kenikmatan seksual dan tidak selalu manjur mencegah penularan penyakit (akibat penggunaan berulang kali tanpa dicuci), kondom pun menjadi tidak populer dan jadi bahan olok-olok.



JENIS KONDOM a. Kondom Pria



b. Kondom Wanita



Berikut jenis-jenis kondom yang banyak beredar di pasaran : 1. Kondom dengan aroma dan rasa. 2. Kondom berulir (Ribbed Condom) 3. Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom) 4. Kondom bintik (Dotted Condom) 5. Kondom ekstra pengaman (Extra Safe Condom) 6. Kondom wanita (Female Condom) 7. Kondom twist 8. Kondom getar (Vibrating Condom) 9. Kondom baggy 10. Kondom dengan tambahan obat kuat (Condoms with extra strong medicine)



5.



GAMBARAN FISIK KONDOM



6.



CARA KERJA KONDOM







Pria memakai kondom di penis ketika ereksi → menghentikan aliran sperma ke dalam saluran vagina → mencegah pertemuan ovum dan sperma.







Perempuan memakai kondom wanita dalam vagina → memblokir aliran sperma masuk ke vagina.







Kondom ada dalam ukuran yang berbeda dan harus dipasang dengan benar → perlindungan yang memadai. Sebuah kondom longgar memungkinkan sperma untuk menyelinap keluar, dan sebuah kondom ketat akan bobol.



7.



INDIKASI 1. Kontrasepsi : Pada masa laktasi sebelum pil sampai air susu kurang, pasca vasektomi.



2. Pencegahan : - STD - Ejakulasi praecox - Vagina kering (pakai kondom berminyak) - Allergi terhadap sperma/semen (urticaria, reaksi anaphylaxis).



8.



KONTRA INDIKASI



Allergis terhadap kondom



9.



EFEKTIVITAS



Angka kegagalan : - Teoritis : 3%, praktis : 5 -20%. Sebab-sebab kegagalan : 1. Memakai kondom yang sudah bocor. 2. Kondom robek waktu coitus. 3. Semen tertumpah melalui leher kondom. 4. Kondom tertinggal di dalam vagina oleh karena penis baru dikeluarkan setelah kendor. 5. Tidak memakai kondom sejak permulaan. 6. Hanya memakai kondom bila istri disangka berada dalam masa subur.



10. KEUNTUNGAN Keuntungan sebagai alat kontrasepsi : 1. Efektif bila digunakan dengan benar 2. Tidak mengganggu produksi ASI. 3. Tidak mengganggu kesehatan klien. 4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. 5. Murah dan dapat dibeli secara umum.



6. Mudah dipakai 7. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus. 8. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda Keuntungansebagai alat non kontrasepsi. 1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB. 2. Dapat mencegah penularan IMS. 3. Mencegah ejakulasi dini. 4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks). 5. Saling berinteraksi sesama pasangan.



11. KEKURANGAN 1. Efektifitas tidak terlalu tinggi. 2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi. 3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung). 4. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi. 5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. 6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum. 7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah



12. EFEK SAMPING



13. WAKTU PEMASANGAN KONDOM 



Bila hubungan seksual dilakukan pada saat istri sedang dalam masa subur.







Bila istri tidak cocok dengan semua jenis alat/metode kontrasepsi.







Setelah vasektomi kondom perlu dipakai sampai enam minggu.







Sementara menunggu penggunaan metode/alat kontrasepsi lainnya.







Bagi calon peserta Pil KB yang sedang menunggu haid







Apabila lupa minum pil KB dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.







Apabila salah satu dari pasangan suami istri menderita Penyakit Menular Seksual termasuk HIV/AIDS







Dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang dipakai pasangan suami istri







Sementara menunggu pencabutan implant/susuk KB/alat ontrasepsi bawah kulit, bila batas pemakaian implant telah habis.



14. CARA PEMAKAIAN KONDOM a. KONDOM PRIA 1. Tekanlah ujung kondom antara ibu jari dan jari telunjuk untuk mengeluarkan udara yang terperangkap pada moncong kondom 2. Letakkan kondom di atas penis dengan satu tangan dan menarik karet kondom ke bawah dengan tangan lain. Bila penis tidak disirkumsisi (hitan) tarik ke belakang terlebih dulu preputium (kulit yang membalut ujung penis) 3. Periksa semua batang penis harus terbalut kondom sampai kepangkalnya. Setelah mencapai klimaks (ejakulasi) segera keluarkan penis dari vagina. b. KONDOM WANITA 1. Pegang kondom pada ujung yang tertutup, tekan antara ibu jari dan jari tengah



cincin bagian dalam



2. Sambil tetap mencekal cincin dalam tersebut, dengan lembut ke dalam vagina hingga teraba tulang pubic



masukan



kondom



3. Biarkan sekitar 1 inch (2.54 cm) karet kondom terletak di luar vagina. Lalu periksa cincin luar kondom agar menyembul pada permukaan bibir vagina (labia) 15. TEMPAT MEMPEROLEH KONDOM Kondom dapat diperoleh di: 1. Apotik 2. Klinik KB 3. Pos KB Desa 4. Toko Obat 5. Pasar Swalayan



6. Vending Machine Kondom. 7. Puskesmas/pustu 8. PPKBD/sub PPKBD