SOP Terapi Kognitif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA PENGERTIAN



TUJUAN



INDIKASI



JENIS



1. Salah satu prosedur psikoterapi yang bertujuan mengubah pola pikir yang tidak tepat atau negatif, sehingga dapat mengatasi permasalahan dengan lebih efektif 2. Membantu pada proses fikir seperti sikap, pikiran, dan keyakinan yang tidak diinginkan (proses kognitif) 1. Untuk mengubah pikiran negatif menjadi positif 2. Mengetahui penyebab perasaan negatif yang dirasakan 3. Membantu mengendalikan diri, pencegahan dan pertumbuhan pribadi 4. Mengembangkan pola pikir yang rasional dan respons pasien, 5. Terlibat dalam uji realita 6. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal 1. Depresi 2. Fobia 3. Gangguan bipolar 4. Gangguan kecemasan 5. Gangguan makan 6. OCD 7. PTSD 8. Gangguan tidur 9. Hipokondriasis atau kecemasan berlebihan terhadap suatu penyakit 10. Skizofrenia 11. Kebiasaan berjudi 12. Kecanduan merokok atau minuman beralkohol 13. Penyalahgunaan NAPZA 14. Marah yang tidak terkendali 15. Masalah dalam hubungan atau pernikahan 16. Tidak percaya diri 1. Terapi musik: terapi yang mampu membuat seseorang bisa merasa jauh lebih baik, suara yang didengar sangat menyenangkan dan menyejukan hati sehingga bisa menyembuhkan seseorang dari berbagai masalah yang ada 2. Terapi konseling: cara penyembuhan berbagai kelainan dan masalah psikologis dilakukan untuk lebih menghilangkan pikiran negatif yang ada di dalam diri, sehingga yang dirasakan hanya fikiran positif 3. Terapi obat-obatan:  diperuntukkan bagi seseorang yang memiliki gangguan psikologis yang jauh lebih parah lagi, salah satunya seseorang yang merasa dirinya sudah tidak berdaya dan berarti lagi 4. Terapi psikoterapi: dilakukan pada seseorang yang memiliki tandatanda depresi yang memang sudah cukup lama dialami 5. Terapi rehabilitasi: dilakukan pada seseorang yang memang sudah memiliki gangguan psikologis yang cukup akut yang harus dilakukan di rumah sakit ataupun lembaga yang memang menaunginya 6. Terapi hipnotis: memberikan berbagai sugesti positif dengan menelusuri alam bawah sadar dari seseorang dan akan memperbaiki kelainan psikologis yang dimiliki



PERAN PERAWAT PRINSIP PELAKSANAAN



PROSEDUR



7. Berfikir dikotomik: cara seseorang yang dapat berfikir serba ekstrem dan dengan tidak adanya penilaian yang diberikan atau memiliki satu pendapat yang cukup relativistic ditengah-tengah keadaan gangguan yang sedang dialami oleh seseorang, butuh waktu dan juga cara melakukan terapi untuk kesembuhannya 8. Abtraksi selektif:  cara pemisahan pada bagian kecil sebuah situasi, dimana secara keseluruhan memang akan diabaikan sisa pada bagian yang memiliki peranan jauh lebih besar untuk terapi yang dilakukan 9. Terapi tugas rumah: diharapkan seseorang memiliki tanggung jawab pada dirinya sendiri dan lebih memiliki rasa dibutuhkan oleh lingkungannya 10. Terapi penangkapan pikiran: hubungan diantara pikiran dan perasaan memang memiliki hubungan yang cukup erat, karena perilaku ditunjukan dengan merekam dan memunculkan pikiran yang orang lain rasakan 1. Sebagai fasilitator pada kemajuan pengendalian diri klien 2. Perawat tidak mengontrol klien tetapi bekerjasama dengan klien dalam menetapkan permasalahan, menentukan tujuan memformulasikan strategi tindakan dan menilai kemajuannya 1. Pembentukan kembali pola pikir klien yang terganggu: terapis harus mengidentifikasi adanya kelainan bentuk piker (distrorsi kognitif) pada klien 2. Hubungan terapeutik perawat-klien: hubungan saling percaya, sikap hangat, empati, caring, dan menghormati martabat (harga diri) klien 3. Teknik kolaborasi dan partisipasi aktif klien: terapis mendorong klien untuk terlibat aktif dalam setiap sesi (pertemuan) dan membuat tugas-tugas yang diberikan diakhir sesi pertemuan untuk dikerjakan dirumah 4. Berorientasi pada tujuan penyelesaian masalah klien: mengidentifikasi masalah yang dihadapi, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan dalam terapi 5. Menekankan pada kondisi realita klien: berdasarkan kondisi yang nyata saat terapi dilakukan 6. Pendekatan terapi yang bersifat edukatif: mengajarkan klien untuk menolong diri sendiri dan mencegah terjaidinya kondisi berulang 7. Bentuk terapi yang terprogram waktu dengan baik (Time Limited Program): proses pelaksanaan terapi berjalan beberapa minggu sampai bulanan 8. Program terapi harus terstruktur dengan baik: setiap sesi harus meliputi; evaluasi kondisi klien setiap pertemuan, review hasil pertemuan sebelumnya, mengevaluasi tugas klien yang harus dilakukan pada pertemuan sebelumnya, mendiskusikan topik pertemuan hari ini, merencanakan tugas yang akan dilakukan klien membuat ringkasan hasil pertemuan 1. Terapi dilakukan secara terstruktur dengan jangka waktu yang singkat 2. Terapi dilaksanakan beberapa kali pertemuan dengan waktu ± 50 menit per pertemuan 3. Mendeteksi masalah: membuka diri dan mengeluarkan semua apa yang ada didalam fikiran dan hati, seseorang jangan khawatir dan takut menceritakan semua hal yang ingin diutarakan, karena tidak akan ada yang menyalahkan atas hal tersebut



4. Menyadari perasaan dan pikiran yang muncul: minta seseorang menceritakan apa yang dirasakan atau pikirkan ketika masalah tersebut muncul, kemudian terapis menganjurkan untuk mencatat perasaan-perasaan dan pikiran yang muncul tersebut dalam buku harian 5. Mengelola pola pikiran yang salah dan negatif: terapis akan meminta seseorang untuk membandingkan dengan situasi yang berbeda. Pada tahap ini, seseorang harus benar-benar memerhatikan reaksi fisik, emosional, dan psikologis yang muncul ketika sedang tidak dipicu oleh masalah yang muncul (dalam kondisi normal) 6. Membentuk kembali pola pikiran yang salah dan negatif: seseorang akan diminta untuk mengevaluasi apakah pola pikir dan cara pandang terhadap suatu kondisi didasarkan oleh akal sehat, atau justru oleh pandangan yang keliru. Pola pikir yang lebih baik akan secara terus-menerus ditanamkan dengan bantuan terapis. Seseorang akan bisa mengendalikan proses kognitif ketika masalah muncul