Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2017



Dosen Pengampu : Nia Musniati, SKM., MKM. Disusun Oleh : Almaida Hidayat (2005015130) Luffi Maharani Khausar (1805015198) Putri Atika Salsabila (2005015067) Ratna Winaon (2005015167) Shervia Nuroktaviani (2005015139) Tiara Puspita Sari (2005015186) 1A – Kesehatan Masyarakat



FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA TAHUN AJARAN 2020/2021



A. PENGERTIAN Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dilaksanakan bersama oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pengumpulan data berlangsung dari tanggal 24 Juli hingga 30 September 2017. Pendanaan survei disediakan oleh Pemerintah Indonesia. Dalam teknis pelaksanaannya, Pemerintah Indonesia dibantu oleh ICF melalui proyek Demographic and Health Surveys (DHS) Program, yaitu program United States Agency for International Development (USAID) yang menyediakan dana dan bantuan teknis dalam pelaksanaan survei kependudukan dan kesehatan di banyak negara. SDKI 2017 bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai fertilitas, kesertaan KB, kesehatan ibu dan anak, prevalensi imunisasi, serta pengetahuan tentang HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. B. SASARAN Kerangka sampel yang digunakan adalah daftar blok sensus pada PSU (Primary Sampling Unit) terpilih dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga hasil listing Sensus Penduduk 2010. Sampel SDKI 2017 dirancang sama dengan tahun SDKI 2012 untuk menghasilkan estimasi nasional berdasarkan karakteristik penting dari seluruh wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun, pria kawin umur 15-54 tahun, dan remaja pria belum kawin umur 15-24 tahun. Remaja wanita sudah tercakup dalam WUS. C. LOKASI Kegiatan lapangan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2017 di 34 provinsi. D. WAKTU PELAKSANAAN Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 (SDKI 2017) merupakan SDKI kedelapan yang memberikan gambaran mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei yang pertama adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia pada tahun 1987. Survei yang kedua sampai ketujuh adalah SDKI 1991, SDKI 1994, SDKI 1997, SDKI 2002-2003, SDKI 2007, dan SDKI 2012. SDKI 2017 merupakan survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan.



E. DATA YANG DIKUMPULKAN 1. Perkawinan dan Aktivitas Sosial •



Status kawin: 72% wanita berstatus kawin/hidup bersama dan 5% berstatus cerai hidup/pisah/cerai mati.







Umur kawin pertama: median umur kawin pertama wanita kawin umur 25-49 adalah 21,8 tahun dan pria kawin umur 25-49 tahun adalah 21,8 tahun dan pria kawin umur 25-49 adalah 24,6 tahu. Median umur kawin pertama wanita dan pria meningkat seiring meningkatnya tingkat pendidikan dan kekayaan.







Umur pertama melakukan hubungan seksual: wanita kawin umur 25-49 melakukan hubungan seksual pertama kali lebih awal (21,8 tahun) dibandingkan dengan pria kawin umur 25-49 (24,2 tahun). Median umur pertama melakukan hubungan seksual wanita dan pria meningkat seiring meningkatnya tingkat pendidikan dan kekayaan.







Poligami: kurang dari 1% pria kawin umur 15-54 mempunyai lebih dari 1 istri.



2. Fertilitas •



Angka fertilitas total: angka fertilitas total untuk periode 3 tahun sebelum survei adalah 2,4 anak/wanita. Angka fertilitas total didaerah perdesaan yaitu 2,3 dan 2,6 anak.







Pola fertilitas: secara umum semakin tinggi pendidikan dan kuintil kekayaan semakin rendah angka fertilitas total.







Jarak antar kelahiran: median jarak antar kelahiran adalah 64,6 bulan. Tidak ada perbedaan menurut daerah tempat tinggal.







Umur melahirkan pertama: median umur melahirkan pertama wanita umur 25-49 adalah 22,4 tahun.







Fertilitas remaja: 7% wanita umur 15-19 tahun sudah pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama.



3. Keinginan Memiliki Anak •



Keinginana menambah anak: 17% wanita menginginkan anak lagi dalam 2 tahun dan 22% menginginkan setelah 2 tahun.







Membatasi kelahiran: secara keseluruhan, 53% wanita tidak ingin anak lagi atau telah disterilisasi.







Jumlah anak ideal: rata-rata jumlah anak ideal pada wanita dan pria hampir sama, yaitu 2,7 dan 2,9 anak.







Kelahiran tidak diinginkan: dari semua kelahiran dalam 5 tahun terakhir dan semua kehamilan pada saat survei, 84% diinginkan, 8% tidak tepat waktu, dan 7% tidak diinginkan.







Angka fertilitas yang diinginkan: angka fertilitas yang diinginkan (2,1 anak) lebih rendah dari angka fertilitas sebenarnya (2,4 anak).



4. Keluarga Berencana •



Pemakaian alat/cara KB: 64% wanita kawin umur 15-49 tahun menggunakan suatu alat/cara KB, 57% memakai alat/cara KB modern dan 6% memakai alat/cara KB tradisional.







Pemakaian metode jangka panjang: diantara wanita kawin yang menggunakan alat/cara KB, 13% memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang terdiri dari IUD, Implant, MOW.







Putus pakai alat/cara KB: selama 5 tahun sebelum survei, 34% episode pemakaian alat/cara KB dihentikan dalam waktu 12 bulan. Alasan berhenti memakai alat/cara KB paling umum adalah efek samping/masalah kesehatan (33%) dan ingin hamil (30%).







Kebutuhan KB tidak terpenuhi: kebutuhan KB pada 11% wanita kawin umur 15-49 tahun tidak terpenuhi.



5. Tingkat Kematian Anak •



Untuk periode 5 tahun sebelum survei:







Angka kematian neonatal (AKN) 15/1.000 kelahiran hidup.







Angka kemtian bayi (AKB) 24 kematian/1.000 kelahiran hidup.







Angka kemtian dibawah 5 tahun (AKBA) 32/1.000 kelahiran hidup. Pada tingkat kematian tersebut: 1 diantara 67 anak yang meninggal dalam bulan pertama kehidupannya, 1 diantara 42 anak meninggal sebelum ulang tahun pertamanya, dan 1 diantara 31 anak meninggal sebelum ulang tahun ke limanya. 75% kematian balita terjadi sebelum ulang tahun pertama dan 63% kematian bayi terjadi pada bulan pertama setelah lahir.



6. Tren Kematian Anak •



Dari SDKI 2002-03 AKBA turun 30% dari 64 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup.







Pada masa yang sama, AKB turun 31% dari 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup.







Dari SDKI 2002-03 AKN turun 25%, dari 20 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2017.



7. Angka Kematian Perinatal Angka kematian perinatal dalam periode 5 tahun sebelum survei adalah 21 per 1.000 kehamilan. 8. Pemeriksaan Kehamilan •



Secara umum, presentase wanita yang mendapat pemeriksaan kehamilan K1 (ibu hamil mendapat pelayanan kesehatan kehamilan minimal 1 kali tanpa memperhitungkan periode waktu pemeriksaan) dan K4 (ibu hamil mendapat pelayanan kesehatan kehamilan minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga), meningkat dari SDKI 2007 sampai SDKI 2017.







Hampir semua (98%) wanita 15-49 tahun selama hamil anak terakhir mendapat pemeriksaan kehamilan K1.







Selama kehamilan anak terakhir, 82% wanita 15-49 tahun melakukan pemeriksaan kehamilan yang pertama kali pada trimester pertama.







77% wanita 15-49 tahun melakukan pemeriksaan kehamilan dari tenaga kesehatan kompeten mininmal 4 kali (K4).



9. Persalinan •



74% kelahiran hidup dalam 5 taun sebelum survei lahir di fasilitas pelayanan kesehatan.







Sembilan dari 10 (90%) kelahiran hidup ditolong oleh tenaga kesehatan.







17% persalinan melalui bedah caesar.







Persalinan lama adalah komplikasi yang paling banyak dilaporkan (41%) oleh wanita 15-49 tahun dalam kelahiran 5 tahun sebelum survei.



10. Perawatan Masa Nifas •



87% wanita 15-49 tahun yang melahirkan hidup, mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas oleh tenaga kesehatan dalam 2 hari pertama setelah melahirkan (KF1).







79% bayi baru lahir memperoleh pemeriksaan kesehatan dalam 2 hari pertama setelah lahir (KN 1).



11. Kesehatan Anak •



Imunisasi: 59% anak umur 12-23 bulan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dari 6% tidak diimunisasi. Cakupan imunisasi dasar lengkap cenderung mningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan ibu dan kuintil kekayaan.







Gejala ISPA: 4% balita mempunyai gejala infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada 2 minggu sebelum survei. Diantara balita tersebut, 92% dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan.







Demam: 1 dari 3 balita (31%) dilaporkan mengalami demam dalam 2 minggu sebelum survei. 9 dari 10 balita tersebut berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan.







Diare: 14% balita pernah menderita diare dalam 2 minggu sebelum survei. Diantara balita tersebut, 80% dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan. Secara keseluruhan, 36% balita diberi paket garam rehidrasi oral (oralit), dan 19% menerima kombinasi oralit dan seng. 11% balita menderita diare tanpa diobati.



12. Pemberian Makan Pada Anak •



Inisiasi menyusu dini: diantara nak berumur dibawah 2 tahun, 57% mendapat ASIdalam 1 jam setelah lahir, 61% segera diletakkan di dada ibu setelah lahir, dan 60% terjadi kontak kulit dengan ibu segera setelah lahir.







ASI eksklusif: separuh (52%) anak umur dibawah 6 bulan mendapat ASI eksklusif. Median lama pemberian ASI eksklusif adalah 3 bulan.







Makanan pendamping ASI: kelompok makanan yang banyak dikonsumsi oleh anak 6-23 bulan, yaitu makanan yang terbuat dari biji-bijian, buah dan sayuran kaya vitamin A, serta daging/ikan/daging unggas.







Praktik pemberian makan bayi dan anak (PMBA): 4 dari 10 anak 6-23 bulan mendapat praktik PMBA sesuai dengan rekomendasi.







Konsumsi zat gizi mikro anak: presentase anak 6-23 bulan yang mengonsumsi makanan kaya vitamin A yaitu 86% dan zat besi 71%.







Konsumsi zat gizi mikro ibu: separuh (52%) wanita menerima kapsul vitamin A masa nifas dan 44% wanita mengonsumsi tablet/sirup tambah darah masa kehamilannya sesuai dengan yang dianjurkan oleh Kementrian Kesehatan).



13. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang HIV/AIDS dan Isu Terkait •



Pengetahuan tentang cara pencegahan HIV AIDS: sekitar separuh wanita (49%) dan pria kawin (55%) memilikipengetahuan tentang cara pencegahan HIV AIDS.







Pengetahuan tentang pencegahan penularan HIV dari ibu kepada anak: 59% wanita dan 52% pria kawin mengetahui bahwa HIV dapat ditularkan dari ibu kepada anaknya pada masa kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui.







Perilaku diskriminasi terhadap orang dengan HIV: 35% wanita dan 29% pria tidak sependapat tentang anak yang terinfeksi HIV dapat bersekolah dengan anak yang tidak terinfeksiHIV, 64% wanita dan 54% pria tidak mau membeli sayuran segar dari penjual yang terinfeksi HIV.







Prevelansi infeksi menular seksual (IMS) dan gejala IMS: diantara wanita dan pria kawin yang mengatakan pernah melakukan hubungan seksual., tercatat 14% wanita dan 25 pria pernah mengalami IMS atau gejalanya.



14. Pemberdayaan Wanita •



Pekerjaan: sebagian besar wanita kawin (62%) dan hampir semua pria kawin (99%) bekerja dalam 12 bulan terakhir sebelum survei. 74% wanita dan 92% pria bekerja dengan mendapat bayaran berupa uang.







Kontrol atas penghasilan: diantara wanita kawin yang bekerja, 97% berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atas penggunaan penghasilan mereka, 73% membuat keputusan sendiri dan 24% bersama suami.







Kepemilikan rumah dan tanah: 51% wanita dan 70% pria kawin memiliki tanah, baik sendiri maupun bersama dengan orang lain.







Kepemilikan rekening bank dan telepon seluler: 37% wanita dan 45% pria kawin memiliki rekening bank. Sebagian besar wanita (78%) dan pria (84%) memiliki telepon seluler.







Partisipasi dalam pengembalian keputusan dirumah tangga: 68% wanita kawin berpartisipasi dalam 3 keputusan rumah tangga (perawatan kesehatan sendiri, pengeluaran besar dalam ruamah tangga, dan kunjungan ke keluarga atau kerabat). 100% tidak terlibat dalam ketiga keputusan tersebut.







Sikap pemukulan terhadap istri: 32% wanita umur 15-49 percaya bahwa seorang suami dibenarkan memukuli istrinya dalam setidaknya 1 dari 5 keadaan tertentu, dibandingkan dengan 17% pria.



15. Peran Serta Ayah Dalam Perawatan Kesehatan Keluarga •



Menemani saat pemeriksaan kehamilan: sebagian besar ayah (85%) menemani ibu pada saat pemeriksaan kehamilan. Presentase tertinggi adalah ayah umur 25-29 tahun (92%), tinggal di perkotaan (94%), berpendidikan perguruan tinggi ( 97%), dan pada kuintil kekayaan teratas (96%).







Tempat persalinan: menurut laporan, diantara kelahiran anak terakhir dalam periode 3 tahun sebelum survei, 79% persalinan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan.







Pengetahuan ayah mengenal pemberian jumlah cairan saat anak mengalami diare: 65% ayah mengetahui bahwa anak yang mebbgalami diare harus diberi caitran lebih banyak dari biasanya.



REFERENSI



Aini, Tsalisa Nur. (2019, Desember 02). BKKBN Lakukan SDKI dengan Standar Internasional. rri.co.id diakses di https://rri.co.id/humaniora/info-publik/753694/bkkbn-lakukan-sdkidengan-standar-internasional pada 8 November 2020 pukul 23.04 WIB Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2018). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Santo, Budi Seno P. (2019, Desember 02). Hasil Capaian BKKBN Berdasarkan SDKI 2017 Cukup Menggembirakan. SUARAKARYA.ID diakses di https://www.suarakarya.id/detail/104121/Hasil-Capaian-BKKBN-Berdasarkan-SDKI2017-Cukup-Menggembirakan pada 9 November 2020 pukul 11.25 WIB Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017: Kesehatan Reproduksi Remaja (Indikator



Utama).



(2018,



September



08).



Promkes.net



diakses



di



https://promkes.net/2018/09/08/survei-demografi-dan-kesehatan-indonesia-sdki-2017kesehatan-reproduksi-remaja-indikator-utama/ pada 8 November 2020 pukul 20.21 WIB