SVT Referat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Referat



Supraventrikular takikardi PEMBIMBING dr. Suhaemi, Sp.PD FINASIM



Yeni Saputri (130611004)



Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Meutia Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh Aceh Utara 2018



Supraventricular Tachycardia Supraventricular Tachycardia ditandai dengan adanya perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150-250 kali/menit, dengan irama yang reguler, gelombang P tidak terlihat karena tertutupi oleh gelombang T, interval PR sulit dievaluasi, pada kebanyakan SVT kompleks QRS normal (0,06-0,10 detik).



Klasifikasi 1. Atrioventricular reentry tachycardia (AVRT) 2. Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AVNRT) 3. Atrial tachycardia (AT)



Epidemiologi • Supraventricular Tachycardia (SVT) yang paling umum adalah AVNRT (60%), diikuti oleh AVRT (30%), dan AT (10%) • AVNRT lebih sering terjadi pada wanita (70%) usia rata-rata onset 32 tahun. • AVRT lebih sering terjadi pada pria usia rata-rata onset 23 tahun. • AT lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua dan penyakit jantung struktural.



Patofisiologi Automatisasi (automaticity)



• Automatisitas, artinya dapat dengan sendiri secara teratur melepaskan impuls • Impuls ini akan merangsang sel-sel jantung di sekitarnya dan diteruskan sehingga menghasilkan denyut jantung spontan • Kelompok sel yang punya automatisitas : SA node, sel di atrium dan ventrikel, AV junction, berkas His • Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi terjadi akibat adanya sel yang mengalami percepatan (akselerasi) pada fase 4 • Ciri khas takidisritmia ini adalah adanya femomena warm-up dan warm-down : peningkatan laju nadi secara perlahan dan kemudian laju nadi berkurang secara perlahan sebelum akhirnya takidisritmia berhenti. Takidisritmia karena otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan metabolik seperti hipoksia, hipokalemia, hipomagnesemia, dan asidosis.



Reentry Mekanisme dimana pergerakan impuls mengalami hambatan, sehingga impuls akan diteruskan kebagian lain yang tidak mengalami hambatan. Merupakan mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab takidisritmia dan paling mudah dibuktikan pada pemeriksaan elektrofisiologi. Prasyarat mutlak untuk timbulnya reentry adalah sebagai berikut: • Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada bagian distal maupun proksimal hingga membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup. • Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah • Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi yang mengalami blok searah untuk kemudian menimbulkan aliran listrik secara retrograde secara cepat pada jalur konduksi tersebut sesuai.



Etiologi • Supra Ventricular Tachycardy (SVT) dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol. Supra Ventricular Tachycardy (SVT) diamati tidak hanya pada orang sehat, melainkan juga terjadi pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru kronis, dan keracunan alkohol. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT



Atrioventricular Nodal Reentrant Tachycardia (AVNRT) 1. Definisi AVNRT merupakan salah satu bentuk Supraventricular Tachycardia akibat adanya small re-entrant loop ( Reentry ) pada AV Node. Penyebab palpitasi terbanyak pada orang yang tanpa ada kelainan struktural pada jantung dan merupakan penyebab SVT yang tersering ( > 50 % kasus ). Heart rate pada AVNRT biasanya berkisar antara 140 - 280 x / menit



Klasifikasi a. Typical AVNRT ( Slow - Fast ) Merupakan bentuk AVNRT yang paling sering ( 80 - 90 % ) • Terjadi Reentry dengan Konduksi Anterograde yang mengaktivasi ventrikel via Slow Pathway ( Alpha Pathway ) dan Konduksi Retrograde yang mengaktivasi atrium via Fast Pathway ( Beta Pathway ) • EKG :



Terdapat Retrograde gelombang P di dalam kompleks QRS atau di akhir gelombang QRS sebagai pseudo R' (Lingkar Hitam pada gambar bagian bawah) SVT dengan heart rate 130 - 250 bpm yang biasanya sudden onset Inteval PR Panjang ( Short RP Interval )



b. Atypical AVNRT ( Fast - Slow ) • 10 % dari bentuk AVNRT • Terjadi Reentry dengan Konduksi Anterograde yang mengaktivasi ventrikel via Fast Pathway ( Beta Pathway ) dan Konduksi Retrograde yang mengaktivasi atrium via Slow Pathway ( Alpha Pathway )



Dari EKG terdapat gelombang P retrograde setelah gelombang QRS (biasa terdapat di antara gelombang QRS dan gelombang T)



c. Atypical AVNRT ( Slow - Slow ) • 5 % dari bentuk AVNRT • Terdapat anterograde dan retrograde konduksi melalui Slow Pathway ( Alpha Pathway ) • Dari EKG gelombang P retrograde terdapat sebelum gelombang QRS, dan kadang dibingungkan dengan Sinus Takikardi



Contoh gambar EKG AVNRT



Perhatikan Strip di atas, terdapat Irama Takikardi ( HR = 140 bpm ) dengan gelombang QRS yang sempit tanpa disertai gelombang P ( SVT ) • Bila diperhatikan dengan baik, tampak Gelombang P retrograde di Akhir gelombang QRS yang seperti Pseudo R' • Interval PR Panjang / Short RP Interval • Kesimpulan SVT dalam bentuk Typical Atrioventricular Nodal Reentry Tachycardia (AVNRT Slow - Fast)



Perhatikan Strip di atas, terdapat Irama Takikardi ( HR = 140 bpm ) dengan gelombang QRS yang sempit tanpa disertai gelombang P ( SVT ) Bila diperhatikan dengan baik, tampak Gelombang P retrograde setelah gelombang QRS dan sebelum gelombang T pada V2 dan V3 Kesimpulan SVT dalam bentuk Atypical Atrioventricular Nodal Reentry Tachycardia (AVNRT Fast - Slow )



Atrioventricular Reciprocating (Reentrant) Tachycardia (AVRT) 1.



Definisi



AVRT merupakan salah satu bentuk Supraventricular Tachycardia akibat adanya large re-entrant loop ( Reentry ) pada sistem konduksi normal dengan jaras aksesoris ( Lingkar putih pada gambar di atas ), yang umumnya ditemukan pada pasien dengan WPW Syndrome



• Selama Tachyaritmia, karakteristik EKG WPW Syndrome akan hilang karena jaras aksesoris menyatu dengan jaras normal membentuk sirkuit reentry • Heart rate pada AVRT biasanya berkisar antara 200 - 300 x / menit dan terjadi secara tiba - tiba yang biasa muncul akibat gelombang prematur atrium atau ventrikel



Klasifikasi AVRT :



• Orthodromic AVRT ( 90 % ) • Orthodromic AVRT merupakan bentuk AVRT dengan konduksi anterograde ke ventrikel melalui AV node dan retrograde ke atrium melalui jaras aksesoris • EKG :



Narrow QRS complex ( Gelombang QRS Sempit ) Tachycardia dengan rate 200 - 300 bpm Gelombang P tertanam atau muncul retrograde setelah QRS terkadang dengan Long RP Interval Tidak terlihat gelombang delta selama takikardi Jika takikardi diterminasi, akan terlihat karakteristik sindrom preeksitasi Note - Sulit membedakan Orthodromic AVRT dengan AVNRT, bila ditemukan gelombang delta pada saat tidak takikardi, maka diagnosisnya merupakan AVRT



• Antidromic AVRT ( 10 % ) • Antidromic AVRT merupakan bentuk AVRT dengan konduksi anterograde ke ventrikel melalui jaras aksesoris dan konduksi retrograde ke atrium melalui AV node • EKG :



Wide QRS Complex ( Gelombang QRS Lebar ) Tachycardia dengan rate 200 - 300 bpm karena depolarisasi abnormal via jaras aksesoris Gelomang P tertanam dalam QRS atau muncul retrograde setelah QRS terkadang dengan Long RP Interval Irama sekilas tampak seperti Ventrikular Takikardi, jika ragu anggap irama adalah VT Inisial Vektor biasanya mirip gelombang delta



Contoh gambar EKG AVRT :



terlihat Takikardi dengan QRS sempit yang rate 225 bpm tanpa terlihat gelombang P Irama sulit dibedakan dengan jenis SVT lain seperti AVNRT



Setelah diterminasi dengan adenosine, muncul EKG seperti di bawah :



Tampak Gelombang delta dan Interval PR memendek di hampir semua lead, membuktikan EKG Sebelumnya merupakan Orthodromic AVRT



tampak Wide QRS Complex Tachycardia (Takikardi dengan gelombang QRS yang lebar) dengan rate 280 bpm Irama Sulit dibedakan dengan Ventricular Tachycardia



• Setelah diterminasi dengan manuver vagal, tampak EKG dibawah :



Tampak Interval PR memendek dan disertai gelombang delta di hampir semua lead yang membuktikan EKG sebelumnya merupakan Antidromic AVRT



Atrial Tachycardia • Definisi Atrial Tachycardia merupakan salah satu bentuk dari Supraventricular Tachycardia yang fokusnya berasal dari jaringan atrium di luar SA Node Atrial Tachycardia merupakan bentuk dari atrial rhythm yang heart ratenya > 100 x / menit



• Atrial Tachycaardia mempunyai bentuk gelombang P yang berbeda dengan Sinus Rhythm sesuai dengan letak fokus di jaringan atrium : • Crista Terminalis - Gelombang P mirip dengan gelombang P Sinus • Superior Vena Cava - Gelombang P mirip dengan gelombang P Pulmonale • Inferior Vena Cava - Gelombang P negatif pada lead II, III, aVF dan V1 • Coronary Sinus - Gelombang P negatif pada lead II, III, aVF • Pulmonary Vein - Gelombang P negatif di lead I dan positif di lead V1



Karakteristik EKG Atrial Tachycardia



Atrial Rate > 100 x / menit Gelombang P Abnormal bila dibandingkan dengan Gelombang P Sinus Interval PR Normal, Kecuali Atrial Rhythm dekat AV Node Gelombang QRS biasanya Normal, kecuali ada bundle branch block Baseline isoelektrik



Contoh gambar EKG Atrial Tachycardia :



Terdapat gelombang P sebelum tiap gelombang QRS Gelombang P negatif di lead II, III, aVF dan positif di V1 Atrial Rate 120 x / menit Interval PR Konstan Kesimpulan EKG Atrial Tachycardia



Gejala klinis • Palpitasi • Dizziness • Sesak napas • Sinkop • Nyeri dada



• Kelelahan • Diaforesis • Mual



Diagnosis 1. Anamnesis • klinisi harus mengetahui durasi dan frekuensi episode SVT, onsetnya, penyakit jantung sebelumnya dan hal-hal yang dapat memicu terjadinya SVT • Hal-hal yang dapat memicu SVT adalah alkohol, kafein, pergerakan yang tiba-tiba, stress emosional, kelelahan dan obat-obatan. • SVT memiliki onset dan terminasi palpitasi yang tiba-tiba, gejala yang khas pada anamnesis yaitu onset yang tiba-tiba, cepat, palpitasi yang reguler, dapat ditegakkan diagnosis supraventrikular takikardi tanpa dibutuhkannya pemeriksaan EKG berulang.



2. Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada sistem kardiovaskular dan respirasi. • Hemodinamik stabil hanya dijumpai takikardi. • Hemodinamik tak stabil dijumpai takipnu dan hipotensi, crackles dapat dijumpai pada auskultasi sekunder terhadap gagal jantung, S3 dapat djumpai dan pulsasi vena jugularis juga dapat terlihat. • Pemeriksaaan fisik pada saat episode dapat menunjukkan “frog sign” penonjolan vena jugularis, gelombang yang timbul akibat kontraksi atrium terhadap katup trikuspid yang tertutup.



3. Pemeriksaan Penunjang • Elektrokardiografi (EKG) • Laboratorium darah: hematologi rutin, factor koagulasi, fungsi tiroid, HbsAg, HCV, HIV, fungsi ginjal • Ekokardiografi • Foto rontgen toraks • Holter monitoring • Elektrofisiologi



Terapi 1. Pada keadaan akut a. Manuver valsava b. Adenosin i.v. (obat pilihan utama): ATP 10mg–20mg c. Verapamil i.v.: 2,5–5 mg perlahan; q 3x (bila tidak ada gagal jantung) d. Diltiazem i.v.: 0,25-0,35 mg/kg (bila tidak ada gagal jantung) e. Digitalis i.v.: 0,5mg f. Metoprolol iv: 5-15 mg; propranolol 1-2 mg iv, q 4mnt g. Kardioversi listrik bila hemo dinamik tidak stabil



2. Terapi definitif: • AVNRT: ablasi radio frekuensi slow path way dari nodus AV • AVRT: ablasi radio frekuensi jalur aksesori



Prognosis • Ad vitam : bonam • Ad sanationam : bonam • Ad fungsional : bonam



Komplikasi • Pingsan • Gagal Jantung jika memiliki masalah lain pada jantung seperti kelainan katup • Kematian jika memiliki sindron Wolff-Parkinson-White (WPW).