Tantangan Filsafat Manajemen Pendidikan Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TANTANGAN FILSAFAT MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM



Makalah Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam studi Manajemen Pendidikan Islam Kelompok 6 Semester 4



Oleh : WANTI ALFIANA YUNIA UTAMI JAMALUDDIN SALMAN ASIZ NURNATASYA



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikkan dimasa depan.



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 1 C. TUJUAN ........................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2 A. TANTANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ................. 2 B. SOLUSI TERKAIT TANTANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ............................................................................................... 6 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 8 A. KESIMPULAN .................................................................................. 8 B. SARAN .............................................................................................. 8 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 9



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dewasa ini, umat Islam hidup dalam era modern yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Di era ini, umat Islam diharuskan mempunyai ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang unggul agar dapat bersaing untuk merebut peluang yang ada. Umat Islam ditantang untuk mempunyai sikap kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, demokratis, etos kerja yang tinggi serta spiritual yang kokoh. Menghadapi segala tantangan hidup yang sedemikian komplek, dunia pendidikan juga dihadapkan dengan tantangan yang semakin berat. Pendidikanlah yang mempunyai peranan penting dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Begitu pula pendidikan Islam. Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah) akan sangat bergantung kepada Manajemen dan komponen-komponen pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan, tenaga pelaksana, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah), artinya bahwa satu komponen tidak lebih penting dari komponen lainnya. Akan tetapi satu komponen memberikan dukungan bagi komponen lainnya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah) tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apa Saja Tantangan Manajemen Pendidikan Islam ? 2. Apa Solusi Dari Tantangan Manajemen Pendidikan Islam ? C. Tujuan 1. Mengetahuai apa saja tantangan dalam manajemen pendidikan islam 2. Mengetahui solusi terkait tantangan manajemen pandidikan islam



1



BAB II PEMBAHASAN A. Tantangan manajemen Pendidikan Islam 1. Tantangan terkait Lemahnya Visi dan misi kelembagaan Persoalan penentuan visi dan misi kelembagaan menjadi persoalan urgen yang sering dilupakan oleh pengelola pendidikan. Visi lembaga pendidikan seharusnya sudah dirancang dari awal untuk menjadi payung dilaksanakan proses belajar mengajar. Karena dengan visi dan misi itulah suatu lembaga pendidikan dapat merencanakan dan menentukan hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan. Sekarang ini, visi dan misi menjadi masalah serius bagi lembaga pendidikan Islam. Jika ditinjau dilapangan, banyak lembaga pendidikan tidak memiliki visi atau arah yang jelas mengenai pengelolaan pendidikan yang baik, sehingga belum mempunyai perencanaan dan penataan baik yang mengakibatkan pada tatanan implementasi cenderung berjalan apa adanya. 2.



Tantangan terkait Kurikulum yang overloaded Kurikulum menjadi persoalan yang sangat urgen dalam dunia pendidikan.



Kurikulum dalam sarat dengan materi (overloaded) dan bahkan tidak memiliki keterikatan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum. Kurikulum di di suatu lembaga pendidikan lebih menekankan pada ranah kognitif saja, sementara ranah afektif dan psikomotorik menjadi terabaikan. Seharusnya, kurikulum harus segera diperbaiki karena tanpa kurikulum yang tepat, maka lembaga Pendidikan akan sulit mencapai tujuan pendidikan. Muhaimin mencatat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan islam di Indonesia, khususnya jenjang pendidikan tinggi, permasalahan dimaksud berkaitan dengan desain dan implementasi kurikulum, sebagai berikut : a) Kurang relevannya materi pembelajaran dengan masyarakat banyak program studi dan materi pembelajaran yang tidak diminati masyarakat tetap dipertahankan.



2



b) Kurang efektifnya pembelajaran, yakni tidak terjaminnya lulusan yang sesuai dengan harapan. c) Kurang efisiennya penyelenggaraan pembelajaran, yakni terlalu banyaknya materi pembelajaran sehingga kompetensi lulusan tidak bisa dijamin secara baik. d) Kurang fleksibelnya dalam pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat (setempat, global, maupun nasional). e) Banyaknya multitafsir atas materi dan praktek pembelajaran. f) Hanya berupa deretan mata kuliah g) Berbasis pada mata kuliah / penyampaian materi bukan pada tujuan kurikuler. h) Kurang jelas dan kuatnya pengacuan secara fungsional materi pembelajaran terhadap tugas utama kurikuler. Untuk kepentingan ke depan, perlu dilakukan pembaharuan kurikulum dari penyelenggaraan pendidikan yang lebih bersifat reponsif dan progresif. Pembaharuan kurikulum ini penting dilakukan untuk menciptakan keterhubungan dan relevansi yang sangat tinggi antara program pendidikan yang dijalankan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. 3.



Manajemen pendidikan tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya Kalimat kompetensi yang saat ini banyak tersurat dalam system pendidikan dan



dalam proses kegiatan belajar mengajar dipandang masih bersifat bias, tidak mengena dan tampak hanya tekstual semata tidak pada esensi yang sebenarnya. Hal ini sangat tampak terlihat jelas melihat kasus-kasus seperti ini, jangankan lulusan SMA/SMK orang yang sarjana pun bingung sebenarnya dia bisa apa, punya kompetensi apa, apakah kompeten dalam bidagnya atau tidak, ditambah lagi ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi tanpa mempertimbangkan potensi diri dan kompetensi yang sudah ia miliki.suatu refleksi kegagalan pendidikan yang sangat fatal, dimana pendidikan sebenarnya tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya, hal ini mengakibatkan rendahnya daya saing lulusan. 4.



Tantangan terkait Tenaga pendidik dan kependidikan yang kurang professional Guru mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru



merupakan orang yang berada di garda terdepan dan ujung tombak pada proses pendidikan. Hal tersebut disebabkan guru mempunyai posisi sebagai perancang, 3



pelaksana, dan pengevaluasi pembelajaran. Pendidikan akan berhasil dengan baik apabila dilakukan oleh guru yang professional dan bertanggung jawab. Pada lembaga pendidikan, banyak guru yang mengajar bukan pada bidang keahliannya. Hal ini menjadikan aspek profesionalisme guru terabaikan. Oleh karena itu proses pembelajaran yang berlangsung lebih cenderung pada pola mengajar (teaching, ta’lim) saja, bukan mendidik (education, tarbiyah atau ta’dib). 5.



Tantangan terkait Dikotomi ilmu pengetahuan Saat ini pendidikan dikembangkan dengan memisahkan antara ilmu-ilmu



agama dan ilmu-ilmu umum. Para tokoh agama mempunyai pendapat bahwa cukuplah hidup di dunia ini dengan berbekal ilmu agama, walaupun gagap ilmu dan teknologi tidak akan membuat kita merasa terancam dan terasing oleh kehidupan dan justru akan mampu mengendalikan kehidupan dengan baik, bukan sebaliknya dikendalikan oleh kehidupan itu sendiri. Berbeda halnya dengan kehidupan yang hanya dibekali dengan ilmu-ilmu umum saja, mereka akan merasakan kehidupan yang hampa walaupun terlihat nyaman dalam buaian ilmu dan teknologi. Pendidikan Islam selama ini hanyut dalam pemikiran sekuler, sehingga secara tidak sadar melakukan dikotomisasi antara pendidikan keimanan (ilmuilmu agama) dengan pendidikan umum (ilmu pengetahuan) dan pendidikan akhlak (etika). Pendidikan sekuler mengembangkan ilmu dengan spesialisasi secara ketat, sehingga keterkaitan dengan ilmu yang lain menjadi hilang, dan melahirkan dikotomi kelompok ilmu agama dan ilmu umum. Pemisahan ini berdampak pada perbedaan sikap di kalangan umat Islam terhadap kedua disiplin ilmu tersebut. Ilmu agama diperlakukan sebagai ilmu Allah yang bersifat sakral dan wajib dipelajari, sedangkan ilmu umum, baik ilmu kealaman maupun sosial bersifat profan dan tidak wajib untuk dipelajari. Hal ini berimbas pada kemunduran umat Islam di bidang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, terjadi reduksi ilmu agama dan pendangkalan ilmu-ilmu umum. Situasi tersebut membawa akibat ilmu-ilmu agama menjadi tidak menarik karena terlepas dari kehidupan nyata, sedangkan ilmu-ilmu umum berkembang tanpa 4



sentuhan etika dan spiritualitas agama, sehingga kehilangan makna dan bersifat destruktif. 6.



Paradigma Tujuan Pendidikan Di Masyarakat Masih Banyak Yang Salah Masyarakat terutama di pedesaan masih berparadigma bahwa pertama, tujuan



pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan semata bukan untuk mendewasakan peserta didik, kedua, masih banyak masyarakat yang berpandangan bahwa ukuran kesuksesan dari pendidikan adalah menjadi PNS, jadi meskipun ia berhasil dalam bidag materi namun tidak menjadi PNS/berseragam dinas mereka menganggap bahwa pendidikannya telah gagal. Paradigma tujuan pendidikan yang masih memprihatinkan meskipun terkesan sepele namun cukup fatal karena akan membentuk pola pikir peserta didik. 7.



Tantangan terkait sarana dan prasarana yang kurang memadai Kita tahu sendiri bahwa sarana dan prasarana dalam pendidikan masih sangat



minim, seperti halnya sarana dan prasarana di berbagai sekolah rusak. Dalam hal ini fasilitas kegiatan belajar mengajar itu sungguh jauh dari tidak layaknya. Begitupun juga mengenai kurangnya tenaga pengajar yang tidak professional. Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan berakibat dalam masalah minimnya pendidikan, disebabkan karena keterbatasan fasilitas sekolah dan pembelajaran yang tidak memadai saat ini. Padahal apa bila kita lihat dari pengertian pendidikan adalah usaha sadar yang di lakukan untuk mencapai suatu tujuan. Tetunya jika pendidikan disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Tetapi dalam manajemen



sarana



dan



prasarana



pendidikan



terdapat



kekurangan



dalam



memanajemeni yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Realitanya di daerah terpencil tidak memadai mengenai sarana dan prasarana pendidikan, termasuk sarana prasaranany, termasuk SDMnya sendiri sehingga memicu perkembangan pendidikan, dalam hal ini banyak permasalahn yang timbul mengenai kurangnya sarana dan prasarana seperti halnya fasilitas yang minimyaitu



5



permasalahan utama di setiap pendidikan sekolah akan menimbulkan kesenjangan mutu pendidikan tersebut. B. Solusi terkait tantangan manajemen pendidikan 1.



Merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kurikulum ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu sejalan dengan



tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan dunia kerja. Dengan demikian, terjadi hubungan yang sinergis antara lembaga Pendidikan dengan masyarakat. 2.



Memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta meningkatkan daya saing melalui IPTEK Lembaga Pendidikan harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai standar



pendidikan nasional yang baik. Misalnya ruang belajar yang baik dan mencukupi, tempat olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, serta sumber belajar lainnya yang menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, untuk meningkatkan daya saing lembaga Pendidikan dalam menghasilkan karya-karya bermutu sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan dan teknilogi, harus dimulai dari memperbaiki mutu lembaga Pendidikan secara terusmenerus agar bisa memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat secara luas dan sebagai upaya untuk merespons perkembangan ilmu pengetauan dan t 3.



Memperbaiki dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan Untuk memajukan lembaga pendidikan, dibutuhkan tenaga pendidik dan



kependidikan yang profesional, yakni sumber daya manusia yang mempunyai keilmuan yang luas dan mendalam yang didukung oleh latar belakang pendidikan yang relevan serta mempunyai kemampuan untuk mendidik (education, tarbiyah atau ta’dib) atau mengamalkan ilmunya. Selain itu, tenaga pendidik dan kependidikan juga harus mempunyai kepribadian yang baik serta memiliki etos kerja tinggi sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik.



6



Guru yang professional dapat menunjukan kinerja yang produktif. Kinerja yang produktif sangat dibutuhkan karena produktivitas merupakan salah satu indikator yang harus dipenuhi dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Hasil kinerja guru tercermin pada hasil belajar atau prestasi yang diraih peserta didik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja guru, misalnya dengan melakukan supervisi, kegiatan ilmiah, studi lanjut dan penilaian kinerja guru.



7



BAB III PENUTUP A. Keterangan Ada beberapa tantangan dalam manajemen pendidikan yaitu, Tantangan terkait Lemahnya Visi dan misi kelembagaan, Tantangan terkait Kurikulum yang overloaded, Manajemen pendidikan tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya, Tantangan terkait Tenaga pendidik dan kependidikan yang kurang professional, Tantangan terkait Dikotomi ilmu pengetahuan, Paradigma Tujuan Pendidikan Di Masyarakat Masih Banyak Yang Salah, Tantangan terkait sarana dan prasarana yang kurang memadai. Peran filsafat terhadap manajemen pendidikan dibuktikan dengan meberikan solusi terhadap tantangan-tantangan manajemen pendidikan. Adapun solusi tersebut yaitu, Merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta meningkatkan daya saing melalui IPTEK, Memperbaiki dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan. B. Saran Tidak menutup kemungkinan dari pemaparan makalah kami terkait tentang tantangan manajemen pendidikan islam masih ada yang kurang. Jadi diharapkan kepada pembaca untuk tetap mencari dan mengembangkan materi tersebut.



8



DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin. Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press,2003. Mutohar, Prim Masrokan, Manajemen Mutu Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.



9