Teknik Pembibitan Tanaman Hutan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN HUTAN Posted on 30 Juni 2011by hutan2011



Oleh : Hamdan Adma Adinugraha Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan I. PENDAHULUAN Sampai saat ini produktivitas hutan alam sudah menurun sangat drastis sejalan dengan meningkatnya eksploitasi hutan secara terus-menerus untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pembangunan hutan tanaman sebagaai penghasil kayu baik untuk industri, pertukangan, kayu energi dan lain-lain harus ditingkaatkan baik dengan penambahan luas hutan tanaman maupun penggunaan materi tanaman unggul hasil pemuliaan. Dengan menggunakan materi tanaman yang unggul melalui kegiatan pembibitan yang baik akan dapat meningkatkan produtivitasnya dan mutu tegakan yang dihasilkan. Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk penyediaan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas. Penyediaan bibit yang memiliki karakter unggul secara morfologi, fisiologis dan genetic akan sangat membantu keberhasilan tanaman di lapangan (Jayusman, 2005). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Informasi yang tepat tentang teknik perkecambahan dan pemeliharaan bibit sangat diperlukan dalam kegiatan produksi bibit unggul. Teknik pembiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk memproduksi bibit yang memiliki karakter unggul karena anakan yang dihasilkan merupakan duplikat dari induknya sehingga memiliki struktur genetik yang sama (Na’iem, 2000). Perbanyakan tanaman baik secara generatif maupun vegetatif dilakukan untuk penyediaan materi untuk kegiatan penanaman baik dalam rangka penelitian maupun penanaman secara komersial. II. TEKNIK PEMBIBITAN SECARA GENERATIF Pembibitan secara generatif dilakukan dengan menggunakan benih yang hasrus disemaikan terlebih dahulu pada media tabur yang telah disterilisasi, kemudian setelah berkecambah disapih ke media pertumbuhan. Media tabur yang biasa digunakan adalah pasir sungai sedangkan media pertumbuhan berupa campuran tanah dan kompos. Benih yang digunakan harus berasal dari sumber benih yang jelas asal-usulnya sehingga dapat diketahui kualitas genetiknya. Beberapa tingkatan sumber benih yang bisa digunakan adalah sebagai berikut (Anonim, 2004)



1.



Tegakan benih teridentifikasi : tegakan alam atau tanaman dengan kualitas



rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat teridentifikasi dengan tepat 2. Tegakan benih terseleksi : tegakan alam atau tanaman, dengan penotipa pohon untuk karakter penting (sperti : batang lurus, tidak cacat dan percabangan ringan) diatas rata-rata 3. Areal produksi benih : memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tegakan benih teridentifikasi maupun teseleksi. Penjarangan untuk membuang pohon yang jelek dilakukan untuk meningkatkan produksi benih. 4. Tegakan benih provenansi : tegakan yang dibangun dari benih yang berasal dari provensi yang sama yang telah teruji dan diketahui keunggulannya. 5. Kebun benih semai : dibangun dengan bahan generatif (benih) yang berasal dari pohon induk terpilih. Didalamnya dilakukan seleksi pohon plus. 6. Kebun benih klon : dibangun dengan bahan tanaman hasil perbanyakan vegetatif dari pohon plus di kebun benih atau hasil uji klon. 7. Kebun pangkas : pertanaman yang dibangun untuk menghasilkan bahan stek untuk produksi bibit. Penanganan benih dipersemaian merupakan awal dari kegiatan pembangunan tanaman. Kegiatan tersebut meliputi : persiapan benih, media tabur dan media sapih, perlakuan benih, penaburan benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit san monitoring jumlah bibit siap tnam di persemaian. Biasanya dalam penyemaian benih diperlukan perlakuan khusus (skarifikasi) untuk mempercepat proses perkecmbahan benih. Skarifikasi benih dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pemecahan/pengikiran kulit biji, perendaman dalam air panas dan dingin, perendaman dalam larutan asam sulfat. Tahapan selanjutnya adalah : 1. Penaburan benih : biasanya menggunakan media pasir 2. penyapihan semai ke media tumbuh umumnya berupa campuran tanah + pasir dan kompos (3 : 2 : 1) 3. pemeliharaan dan pengamatan bibit sampai siap tanam. III. TEKNIK PEMBIBITAN SECARA VEGETATIF A. Manfaat Penerapan Teknik Pembiakan Vegetatif Beberapa keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain (Pudjiono, 1996) : 1. Keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya 2. Tidak diperlukan peralataan khusus dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar,



3.



Produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa



dibuat secara kontinyu dengan mudah dan murah 4. Meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif umunya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji 5. Umunya tanaman akan lebih cepat bereproduksi/menghasilkan buah 6. Bibit hasil secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon, kebun benih klon, perbanyakan tanaman hasil persilangan terkendali misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat bereproduksi secara seksual dan perbanyakan masal tanaman terseleksi Tabel 1. Teknik pembibitan beberapa jenis tanaman hutan N o



Jenis Tanaman



Teknik Pembibitan



1



Jati (Tectona grandis)



Benih, stek pucuk, okulasi, stump



2



Sukun (Artocarpus altilis)



Stek akar/pucuk, cangkok, okulasi



3



Akasia (Acacia mangium)



Benih, cangkok, stek pucuk, kultur jaringan, sambung



4



Eukaliptus (Eucalyptus pellita)



Benih, sambung, stek pucuk



Kayu putih (Melaleuca cajuputi)



Benih, stek pucuk/akar



5



Mahoni (Swietenia macrophylla) Benih, stek pucuk



6



Sengon (Paraserianthes falcataria)



Benih, cangkok



7



Cendana (Santalum album)



Benih, kultur jaringan



8



Araukaria (Araucaria cunninghamii)



Benih, sambung



9



Pulai (Alstonia scholaris)



Benih, stek batang/cabang/pucuk



10



Bambu (Gigantocloa spp)



Stek batang



11



Murbei (Morus spp)



Benih, stek batang, kultur jaringan



12



Angsana (Pterocarpus indicus)



Stek batang/cabang



13



Sonokeling (Dalbergia latifolia)



Stek akar



14



Karet (Hevea braziliensis)



Stek cabang



15



Ramin (Gonistylus bancanus)



Stek pucuk



16



Hopea (Hopea odorata)



Benih, Stek pucuk



17



Sungkai (Peronema canescens) Stek batang/cabang/akar



18



Gliriside (Glyricidae sepium)



Stek cabang



19



Jati belanda (Gmelina arborea)



Benih, stek pucuk



20



Tusam (Pinus merkusii)



Benih, sambung



21



Meranti (Shorea spp)



Benih, stek pucuk



22



Suren (Toona sinensis)



Benih, stek cabang/pucuk



B. Penerapan Teknik Perbanyakan Vegetatif 1. Teknik mencangkok (air layering) Pencangkokan tanaman dilakukan untuk mendapatkan anakan/bibit yang berguna untuk pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan dilakukan pada pohon induk terpilih atau pohon plus di kebun benih. Bahan dan peralatan yang digunakan antara lain media cangkok (moss cangkok, top soil dan kompos), bahan pembungkus cangkok dari polibag hitam, tali rafia, zat pengatur tumbuh akar, insektisida, pita label, spidol permanent, pisau cangkok, parang, gergaji tangan dan alat tulis. Pembuatan cangkokan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penyiapan media cangkok terdiri atas campuran antara moss cangkok, top soil dan kompos. Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai cukup kelembabanya. Selain itu ditaburi dengan insektisida secukupnya supaya media tidak dijadikan sarang semut dan membunuh hama uret. 2. Pemilihan cabang yang sehat dengan diameter rata-rata 2-5 cm. Cabang dikerat sepanjang 5 cm dengan menggunakan pisau cangkok, kulit cabang dikelupas dan bagian kambiumnya dibersihkan dengan cara dikerik dan dibiarkan beberapa menit. Posisi keratan kulit sekitar 30 cm dari pangkal cabang. Setelah itu bagian sayatan diolesi dengan larutan ZPT untuk memacu pertumbuhan akar. 3. Menutup luka sayatan pada cabang dengan campuran media, kemudian ditutup dengan polibag hitam dan diikat dengan tali rafia sampai media cangkok stabil. Bagian pembungkus cangkok diberi lubang memudahkan masuknya air atau keluarnya akar. 4. Memberi label yang berisi tanggal pencangkokan, perlakuan dan pelaksana. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain : 1. Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada musim hujan sehingga akan membantu dalam menjaga kelembaban media sampai berakar.



2.



Pengambilan cangkok dilakukan setelah cangkok berumur 2-3 bulan.



Pemotongan cangkok menggunakan gergaji kemudian diturunkan secara hatihati. Cangkok yang terlalu pangjang dipotong sebagian dan daunnya dikurangi untuk mencegah terjadinya penguapan yanag terlalu besar. 3. Cangkok yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam pada media campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini dilakukan di prsemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih dari 50 %. Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit siap ditanam di lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki perakaran yanag kompak dan siap dipindahkan ke lapangan. 4. Pembuatan cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah banyak karena akan mengganggu atau merusak pohon tersebut. 2. Teknik Stek cabang Penerapan teknik stek cabang dilakukan dengan cara menanam bagian cabang tanaman pada media pertumbuhan (pasir, campuran top soil + kompos) pada bedengan yang ditutup sungkup plastik. Kemampuan jenis tanaman untuk diperbanyak dengan cara stek cabang berbeda-beda. Teknik pembuatan stek cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Pengambilan cabang dari pohon induk yang telah dipilih. Ukuran cabang yang baik untuk bahan stek biasanya 2 – 5 cm. posisi cabang yang dapat digunakan adalah posisi bagian bawah tajuk karena selain memudahkan dalam mengambilnya juga umumnya memiliki kemampuan berakar lebih baik. 2. Pengepakan cabang akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya terutama apabila pengambilan cabang dilakukan ditempat lain yanag jauh sehingga akan memerlukan waktu yang relatif lama. Cara yang dapat digunakan adalah dengan membungkus cabang dengan karung goni basah atau kulit batang pisang. 3. Pemotongan cabang menjadi bahan stek sebaiknya minimal terdiri atas 2 ruas. Setelah dipotong-potong kemudian bagian pangkal cabang direndam pada larutan ZPT akar seperti IBA. 4. Penanaman stek dilakukan pada media pasir atau campuran top soil + kompos pada bedengan yang ditutup sungkup plastik untuk memelihara kelembaban udara sampai 90%. Pemeliharaan rutin yang dilakukan adalah penyiraman, penyemprotan fungisida dan pembersihan rumput disekitar bedengan. Biasanya bibit stek cabang sudah dapat disapih setelah 2-3 bulan. 3. Teknik sambungan (grafting) Pembuatan bibit dengan teknik sambungan dilakukan dengan cara menyambungkan scion berupa bagian pucuk/tunas dari tajuk pohon plus pada tanaman batang bawah/root stock yng telah disediakan. Teknik ini juga akan mempertahankan sifat



dewasa pohon induknya sehingga anakan yang dihasilkan akan cepat berbunga/berbuah. Teknik ini biasa digunakan untuk kegiatan penyiapan materi untuk bang klon, kebun persilangan dan kebun benih klon. Bahan dan peralatan yang diperlukan adalah bibit untuk tanaman batang bawah dan scion diambil dari tajuk pohon plus di kebun benih. Rootstock dan scion sebaaiknya satu jenis. Bahan dan peralatan lainnya adalah parafil/plastik pengikat sambungan, kantong plastik bening ukuran 1 kg, obat/pasta penutup luka tanaman, talai rafia, pita label, pisau sambung, pisau cutter, gunting stek, penggaris dan alat tulis. Pembuatan sambungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penyiapan root stock berupa bibit yang telah siap tanam yaitu berumur 4-6 bulan dengan diameter batang rata-rata 1 cm. Bibit dipilih yang sehat, tidak menunjukkan adanya serangan hama/penyakit. 2. Bibit root stock dipangkas dengan tinggi pangkasan rata-rata 30 cm tergantung pada diameternya. Semakin kecil diameter maka pemangkasan dapat lebih rendah dari 30 cm. Permukaan batang pada titik pangkasan dihaluskan dengan pisau sambung/cutter, kemudian ujungnya dibelah/disayat dengan pisau grafting secara hatihati sepanjang 1,5-2 cm. 3. Penyiapan scion yaitu tunas/trubusan pada tajuk pohon induk. Tunas yang baik untuk scion adalah yang jaringan gabusnya sedikit. Ukuran scion dipilih yang sesuai dengan rotstock. Bagian pangkal scion disayat secara hati-hati dengan panjang sayatan sama dengan root stock. 4. Rotstock dan scion disambung secara hati-hati sehingga bagian kambium keduanya bersatu, kemudian diikat dengan parafilm dan ditutup dengan plastik bening untuk memelihara kelembaban udara. Plastik dibuka secara bertahap dengan cara menggunting sebagian sampai akhirnya dilepas. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit sambungan adalah sebagai berikut : 1. Penyambungan hendaknya dilakukan di persemaian dengan naungan sarlon 50 – 65 % atau pada pagi/sore hari sehingga tidak terlalu panas. 2. Penyambungan dilakukan segera setelah scion diambil dari pohon induk karena lamanya waktu penyimpanan scion akan mengurangi tingkat keberhasilan hidup sambungan (Adinugraha dkk, 2001) 3. Pemeliharaan tanaman hasil sambungan harus dilakukan secara rutin seperti : penyiraman, penyiangan, pembuangan tunas yang tumbuh pada batang root stock, membuka plastik sungkup sambungan secara bertahap setelah sambungan tersebut tumbuh. 4. Teknik stek pucuk (leafy cuttings)



Pembibitan dengan teknik stek pucuk umumnya dilakukan dalam rangka produksi bibit secara massal untuk keperluan operasional penanaman. Dengan teknik ini dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan adalah bahan stek dari tunas/trubusan yang diperoleh dari kebun pangkas, media stek yang digunakan adalah pasir sungai, zat pengatur tumbuh, bak plastik/ember, label, fungisida, gunting stek/pisau cutter. Untuk kegiatan pembibitan dengan stek pucuk diperlukan beberapa fasilitas penunjang yaitu tempat pembibitan dapat dilakukan di rumah kaca atau bedengan persemaian yang ditutup dengan sungkup plastik. Untuk persemaian skala besar diperlukan peralatan lainnya antara lain pengaturan naungan, pengaturan suhu dan ventilasi, pengaturan penyiraman dan kelembaban udara yang dijalankan secara otomatis merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang keberhasilannya. Selain itu diperlukan sumber air yang tersedia sepanjang tahun, sumber bahan stek (kebun pangkas) dan tempat penyimpanan media stek. Kebun pangkas perlu dibangun sebagai sumber bahan stek yang menghasilkan tunas secara terus menerus. Pembangunan kebun pangkas hendaknya dilakukan dengan menggunakan materi tanaman dari pohon plus sehingga bibit yang akan dihasilkan memiliki kualitas genetik yang baik/unggul. Menurut Kartiko (2000) materi tanaman yang dipergunakan untuk membangun kebun pangkas berasal dari benih hasil penyerbukan terkendali antara pohon-pohon plus dan klon hasil perbanyakan vegetatif dari pohon plus. Pembuatan stek pucuk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Adinugraha, 2003) 1. Penyiapan media stek dalam polibag/kantong bibit/tabung bibit 2. Pembuatan stek dengan cara memotong trubusan menjadi beberapa bagian. Satu stek terdiri atas 2 mata/nude. Tunas dipilih yang belum membentuk jaringan gabus kemudian direndam stek pada larutan fungisida. 3. Sebelum ditanam bagian pangkal stek dicelupkan kedalam larutan ZPT, kemudian stek ditanam pada media yang telah diberi lubang tanam terlebih dahulu. 4. Bedengan stek ditutup plastik sungkup untuk memelihara kelembaban udara tetap tinggi sekitar 90% dan perlu diberi naungan dengan intensitas cahaya 1525 % untuk bedengan tanpa pengabutan dan intensitas cahaya 30-50% untuk bedengan dengan sistem pengabutan. 5. Pemeliharaan rutin meliputi penyiraman, penyemprotan fungisida dan pembersihan gulma dan setelah stek berakar stek disapih ke media pertumbuhan agar bibit tumbuh baik sampai siap tanam. Biasanya bibit sudah siap tanam pada umur 4 bulan.



Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembibitan dengan teknik stek pucuk adalah sebagai berikut : 1. Semakin tinggi pemangkasan akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya. 2. Umur trubusan yang baik untuk bahan stek pucuk umunya sekitar 1 – 2 bulan. Bertambahnya umur tunas mengurangi daya perakaran stek. Untuk memudahkan dalam menentukan masa panen tunas dapat dilihat dari panjang tunas yaitu apabila telah mencapai panjang 30-40 cm (Longman, 1993). 3. Tipe pertumbuhan tunas harus diperhatikan dengan memilih tunas yang memiliki pertumbuhan ke arah vertikal (ortotropic). Tunas yang bersifat plagiotropic sebaiknya tidak digunakan karena akan menghasilkan bibit yang tumbuhnya tidak normal (mendatar seperti cabang). 4. Posisi trubusan pada tonggak juga mempengaruhi kemampuan berakar stek. Semakin tinggi posisi tunas pada tonggak maka kemampuan berakarnya semakin rendah 5. Pengepakan bahan tanaman harus diperhatikan terutama apabila bahan stek diambil dari lokasi yang jauh dari tempat pembibitan. Sebaiknya penyetekan segera dilakukan setelah bahan stek tiba di pembibitan. Cara pengepakan stek yang bisa dilakukan dengan membungkus bahan stek dengan kertas koran basah, kemudian dimasukkan ke dalam es box yang diisi es batu. 5. Teknik stek akar Pembibitan dengan stek akar dilakukan dengan menanaman bagian akar tanaman pada media tumbuh. Tanaman yang lazim diperbanyak dengan cara stek akar adalah sukun, yang dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : 1. Pengambilan akar Akar yang baik untuk bahan stek adalah diameternya 2-3 cm yang tumbuh muncul atau menjalar dekat permukaan tanah. Biasanya semakin dalam posisi akar dalam tanah tingkat keberhasilan tumbuhnya menurun. 2. Pengepakan akar Akar yang telah dipotong dari pohon induknya dibawa kelokasi pembibitan, apabila lokasinya jauh maka untuk memelihara kesegaran akar maka sebaiknya akar dibungkus kulit batang pisang. 3. Pemotongan akar Untuk bahan stek akar dipotong sepanjang 10-15 cm. Akar yang berukuran lebih besar dapat dibelah menjadiidari 3 cm dapat dibelah menjad 2 bagian. Bagian ujung akar (yang lebih muda) dipotong miring agar tidak terbalik pada saat menanam. Setelah itu dilakukan pencucian dan perendaman dalam air yang dicampur hormon/ZPT selama 10 menit. 4. Penanaman



Penanaman stek dilakukan pada media pasir dalam polibag dan setelah tumbuh (3 bulan) disapih pada media tanah + pupuk. Selain itu stek akar dapat ditanam pada bedengan pasir (dideder) dan setelah tumbuh tunas dapat dipindah ke media campuran tanah dan kompos dalam polibag. 5. Pemeliharaan Pemeliharaan bibit dilakukan secara rutin seperti penyiraman, penyemprotan hama, pemupukan dan pembersihan gulma. Pemeliharaan dilakukan sampai bibit siap tanam. 6. Teknik kultur jaringan Pembibitan dengan cara kultur jaringan dilakukan dengan menggunakan bahan biakan (eksplan) adalah bagian pucuk aksiler atau bagian embriyo suatu tanaman. Tunas aksiler dapat diperoleh dengan dari bahan trubusan pada kegiatan rejuvenasi dengan cara perendaman cabang (soaked branches) (Herawan dan Husnaeni, 1996; Herawan, 2003). Tahapan kegiatan pembibitan meliputi : 1. Sterilisasi eksplant untuk mencegah kontaminasi. 2. Induksi eksplant pada media agar 3. Multiplikasi/perbanyakan tunas 4. Perakaran 5. Aklimatisasi IV. PENUTUP Pembibitan tanaman hutan diperlukan untuk kegiatan penanaman. Penerapan teknik pembibitan yang tepat dan penggunaan materi dengan kualitas genetik yang baik merupakan awal dari pembangunan hutan tanaman yang memiliki kualitas tegakan yang baik dengan produktivitas yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Adinugraha, HA, H. Moko dan O. Chigira. 2001. Penelitian Pendahuluan Pengaruh Lama Penyimpanan Scion Terhadap Keberhasilan Sambungan Jenis Eucalyptus pellita. Buletin pemuliaan Pohon Vol.5 No.1, hal 11-20. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Anonim, 2003. Teknik Pembibitan dan Konservasi Tanah. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Buku 1). Departeen Kehutanan. Jakarta. Anonim. 2004. Petunjuk Teknis Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Benih. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Herawan, T., dan Y. Husnaeni. 1996. Teknik Rejuvenasi Menggunakan Metoda Rendaman Cabang Dala Air Pada Jenis A. mangium, E. deglupta, E. urophylla danP. falcataria.



Herawan, T. 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2. Hal. 43 – 48. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta Longmann, K.A. 1993. Rooting Cuttings of Tropical Trees. Tropical Trees : Propagations and Planting Manuals. Volume I. Commonwealth Science Council. London. Pudjiono, S. 1996. Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan. Informasi Teknis No. 1/1996. Balai Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Pudjiono, S., dan H. Kondo. 1996a. Technical Report for Cuttings Propagation forAcacia mangium, Eucalyptus deglupta, Eucalyptus pellita and Paraserienthes falcataria. Forest Tree Improvement Project No. 55. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dangan Japan International Cooperation Agency (JICA) Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi. Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta.