Tempat Wisata Kota Bangkalan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEMPAT WISATA KOTA BANGKALAN Kabupaten Bangkalan, adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta Selat Madura di selatan dan barat. Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, dimana terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah dibangun Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang saat ini adalah jembatan terpanjang dan terbesar di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercakup dalam lingkup Gerbangkertosusila. Di Bangkalan berdiri kerajaan pada 1531, diperintah oleh Panembahan Lemah Duwur sampai tahun 1592. Raja Bangkalan yang terakhir adalah Panembahan Cakraadiningrat VIII yang memerintah tahun 1862 – 1882. Tempat Wisata di Bangkalan Beberapa tempat wisata di kota bangkalan: Batik Tanjung Bumi Tanjung Bumi adalah salah satu sentra batik tulis Madura yang cukup terkenal. Jaraknya kurang lebih 50 km dari pusat kota yaitu kabupaten Bangkalan. Kecamatan Tanjung Bumi terletak di daerah pesisir pantai menjadikannya kekhasan pada batik asal daerah tersebut dengan motif khas batik pesisir yaitu yang terlihat dari warnawarna yang berani dan desain atau corak yang bebas. Cara atau proses pembatikan serta karakteristik tanah dan air di daerah Tanjung Bumi juga menjadikan keunikan batik dari daerah ini yang lain dari yang lain. Keistimewaan yang lain dari Batik Madura dari Tanjung Bumi adalah warnanya akan lebih cerah dan bagus justru setelah beberapa kali dicuci,. Makanya tidak heran banyak motif batik tulis dari Tanjung Bumi yang harganya lebih mahal daripada batik Madura daerah lain. Batik yang cukup terkenal di Tanjung Bumi adalah batik gentongan. Harganya juga cukup mahal. Batik Gentongan mempunyai nilai yang mendalam dalam tradisi Madura. Mengapa disebut batik Gentongan? Karena proses pewarnaannya dilakukan dengan cara merendam kain batik tersebut kedalam wadah berupa gentong pada saat proses pembuatannya. Proses perendaman dilakukan untuk proses pewarnaan juga untuk menghilangkan sisa malam juga agar supaya warnanya lebih awet dan tahan bertahun-tahun. Itulah sebabnya mengapa batik gentongan ini mahal karena walaupun umurnya puluhan tahun warnanya tetap awet seperti baru dan juga walaupun batik Gentongan ini terbuat dari kain katun tapi harganya bisa jauh lebih mahal daripada batik madura yang terbuat dari kain sutera. Desain gambar atau motif yang dibatik pada sehelai kain itu murni hasil kreasi dan imajinasi para pembatik itu sendiri. Jadi seolah-olah menggambarkan perasaan, hati dan pikiran mereka. Ada motif lama yaitu motif asli atau tradisional Madura, tetapi saat ini motif batik Madura juga mulai bermotif modern yaitu dengan membuat beberapa motif yang dijadikan satu (motif kombinasi)



Bukit Geger Bukit Geger, terletak kurang lebih 30 km arah tenggara kota Bangkalan, tepatnya berada di desa Geger, kecamatan Geger. Bukit yang hijau dan tenang ini berada di ketinggian sekitar 150-200 M dari permukaan laut. Obyek wisata bukit Geger ini banyak dikunjungi wisatawan yang datang ke Bangkalan, selain sebagai bumi perkemahan juga biasa digunakan sebagai tempat pendakian.



Disekitar bukit, terdapat lokasi-lokasi lainnya yang bisa dikunjungi seperti, hutan akasia, hutan mahoni dan hutan jati seluas 42 hektar. Terdapat pula, Lembah Palenggiyan dengan keindahan danau dan jajaran sawahnya yang hijau dan mempesona. Bukit ini juga memiliki 5 goa legendaris dan bersejarah, dengan nama-nama dalam bahasa Madura yaitu: Goa Petapan (gua untuk bersemedi), Goa Potre (gua putri), Goa Planangan (gua laki-laki), Goa Pancong Pote (gua pancung putih), dan Goa Olar (gua Ular).



Gunung Jaddih Meski terbilang wisata baru, Gunung Jaddih yang terletak di Bangkalan, Madura, Jawa Timur ini cukup populer di kawasan para trekking dan traveller yang ingin menikmati keindahan alam yang menyejukkan. Salah satu wisata di Madura ini terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Wisata di Madura ini awalnya ditemukan warga empat desa di Kecamatan Socah yakni dari Desa Jaddih Timur, Parseh, Sanggra Agung dan Rabasan sekitar dua tahun lalu. Sejak saat itu, banyak para traveller yang datang kesana, khususnya saat Lebaran, ribuan orang memenuhi lokasi wisata Gunung Jaddih mulai dari anak-anak, muda-mudi sampai orang tua. Hal ini memudahkan warga sekitar pedesaan yang ingin pergi berlibur bersama keluarga tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Fasilitas dan sarana juga mulai disediakan. Pemerintah setempat sudah mulai membangun dan ingin menjadikan pegunungan ini sebagai salah satu tujuan perjalanan yang dapat meningkatkan pemasukan daerah. Sebagai tempat rekreasi, di sebelah barat gunung, terdapat hambaran rumput hijau yang menjadi lokasi menggelar tikar dan makan bersama keluarga, di sebelah selatan merupakan tempat berkumpul muda-mudi sekaligus tempat anak-anak motor unjuk kebolehan gaya free style. Sementara di sebelah utara khusus tempat anak-anak berenang, tersedia kolam renang sepanjang 10X6 meter kedalaman kurang setengah meter. Dari puncak gunung tersebut, akan terlihat seluruh kota Bangkalan dan jembatan Suramadu yang begitu megah. Gunung ini tidak termasuk gunung berapi. Gunung ini hanya berupa gundukan batu kapur besar yang memiliki luas kurang lebih 500 hektare yang berada dalam kawasan tiga desa yakni Jaddih, Rabasan, dan Parseh. Kebanyakan warga mencari nafkah di sekitar gunung tersebut. biasanya, batu kapur gunung ini diambil kemudian dibakar hingga serbuk kapur sebagai campuran semen bangunan. Ada juga yang menjual batu kapur setelah menjadi batu bata atau batu fondasi untuk membangun rumah serta dijual dalam bentuk batu urukan yang dipasarkan mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik sampai ke Pasuruan.



Kuburan Aermata (Air Mata) Sebagai pintu gerbang Pulau Madura, Kabupaten Bangkalan yang terletak paling barat, kaya akan peninggal sejarah peradaban Islam. Banyak situs penting yang menjadi tetenger, bahwa Islam masuk secara damai dan menjunjung tinggi kearifan budaya lokal yang lebih dulu masuk. Salah satunya, keberadaan situs Aer Mata, yang terletak di Dusun/Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Komplek situs sejarah yang terletak di sisi utara, sekitar 30 Km dari arah kota, atau kurang lebih 30 menit perjalanan darat tersebut menyimpan banyak fakta dan cerita sejarah, termasuk peninggalan berupa makam Islam kuno, yang disertai dengan arsitektur budaya Hindu-Budha yang telah berkembang sebelumnya. Dalam konteks harfiah sendiri, Aer Mata memiliki arti yang tak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia, yakni air mata. Berdasarkan penuturan dari Kepala seksi kesenian, pengembangan bahasa dan budaya, Dinas Pendidikan Bangkalan, Slamet Mestu, asal usul komplek pemakaman Aer Mata sendiri berasal dari kisah Pangeran Cakraningrat I (Raden Praseno), yang memerintah Pulau Madura dalam kurun waktu sekitar tahun 1624-1648. Saat menjalani masa pemerintahan tersebut, Cakraningrat I mempunyai seorang permaisuri yang konon sangat cantik jelita, dengan nama Syarifah Ambami yang



dikemudian hari dikenal dengan sebutan Ratu Ibu. Saat masa pemerintahan Cakraningrat I sendiri, Madura lebih banyak dikendalikan dari Mataram. Pasalnya, saat itu, tenaga, pikiran, dan kepiawaian Cakraningrat I juga dibutuhkan oleh Sultan Agung, selaku pimpinan Mataram. "Melihat keadaan yang seperti itu (ditinggal bertugas), membuat beliau (Syarifah Ambami) sedih. Siang malam menangis, meratapi dirinya yang terus ditinggal sang suami," ujar Slamet, yang juga merupakan penulis buku Makam Aer Mata: Makam Kanjeng Ratoe Iboe Syarifah Ambami 1546-1569. Saat hatinya gelisah dan dirundung kesedihan, menurut Slamet, akhirnya Syarifah Ambami sendiri memilih untuk menyendiri di tempat yang sepi (bertapa). Dalam masa pertapaan tersebut, Syarifah memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar kelak tujuh turunannya dapat ditakdirkan menjadi penguasa pemerintahan Pulau Madura. Usai bertapa dan berfirasat, jika yang diminta bakal terkabul, Syarifah pun memilih pulang ke Kabupaten Sampang. Selang beberapa tahun kemudian, Pangeran Cakraningrat I datang dari Mataram, bergegas pergi mencari Syarifah yang kemudian mendapat gelar Ratu Ibu. Saat bertemu dengan Cakraningrat I, perasaan Ratu Ibu berbunga-bunga, bahkan menceritakan kalau dirinya habis bertapa dan meminta agar tujuh turunannya menjadi pemimpin Madura. Mendengar cerita tersebut, Cakraningrat I sendiri bukan malah bangga, sebaliknya dia kecewa karena cuma berdoa tujuh turunan saja. Pasca mendengar cerita dari Ratu Ibu, akhirnya Cakraningrat I memutuskan untuk kembali lagi ke Mataram. "Nah, mungkin merasa bersalah pada sang suami, Ratu Ibu sedih, memilih kembali untuk bertapa di tempat yang sama," tegas Slamet. Saat menjalani masa pertapaan, yang diyakini oleh warga sekitar bertempat di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Ratu Ibu terlihat bersedih dan terus menerus menangis. Bahkan, dalam cerita dari warga sekitar, air mata yang keluar sampai membanjiri tempat pertapaan beliau. Itu terjadi hingga beliau wafat dan dikebumikan di tempat pertapaannya. Sampai sekarang tempat pertapaan tersebut, menjadi situs bersejarah yang oleh warga sekitar dinamakan Makam Aer Mata Ratu Ibu, terletak di Dusun/Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan. Makam Sultan Abdul Kadirun Makam Sultan Abdul Kadirun ini letaknya berada di Jl. Sultan Abdul Kadirun, di belakang Masjid Agung Kota Bangkalan. Makam ini selalu dipenuhi oleh para peziarah terutama dibulan Ramadhan, bahkan dari siang ampe malam alunan ayat-ayat Al-Qur’an selalu berkumandang ditempat ini. Raden Abdul Kadirun adalah Sultan Bangkalan II, menggantikan Panembahan Adipati Tjakraningrat I. Sultan Abdul Kadirun adalah Pangeran di Keraton Bangkalan. Mewarisi Pemerintahan Sultan Bangkalan I (Sultan Abdul/Panembahan Adipati Tjakraadiningat I), Raden Abdul Kadirun berjasa memajukan wilayah di ujung Barat Madura. Tidak serta-merta menghapuskan perannya dalam penyebaran Islam. Raden Abdul Kadirun dikenal menjalankan pemerintahannya dengan prinsip-prinsip islami. Saat memerintah pada 1815-1847, Islam berkembang dan menjadi warna yang dominan di masyarakat Bangkalan. Tak heran, Rato (pemimpin/pemerintah) ini begitu dihormati sosoknya. Tanda bahwa Sultan Abdul Kadirun begitu berjasa terhadap penyebaran Islam



juga terlihat dari nisannya yang dibangun sedemikian megah. Terletak di sisi barat komplek Masjid Agung Bangkalan. Nuansa bangunan kuno begitu kental dengan ukiran motif bunga dan lambang-lambang perjuangan saat mengusir penjajah. Salah satu nisan makam ada yang berbentuk mahkota kerajaan. Raden Abdul Kadirun merupakan tokoh penting dalam sejarah Bangkalan bahkan merupakan seorang pemimpin pertama yang berjuang melawan penjajah Belanda. Raden Abdul Kadirun merupakan keturunan Ratu Ibu, yang terletak di Arosbaya. Raden Abdul Kadirun yang bergelar Sultan Cakra Adiningrat II ini juga masih mempunyai garis keturunan dengan Brawijaya. Para Penelusur pasti bangga kan dengan Sultan R. Abdul Kadirun. Dengan sosok yang seperti beliau, sifat-sifatnya harus dapat kita contoh. Ayo datang ke makam beliau, selain kita berziarah, kita juga bisa dapat pengetahuan tentang beliau. Para Penelusur ga akan kecewa karena selain mendapatkan pengetahuan tentang sejarah, Para Penelusur juga mendapatkan pengetahuan rohani. Serta dengan bangunan yang sangat bagus karena kompleks makam bagian dalam yang dibangun sejak 1848 itu, tertera jelas didominasi kultur Jawa, semakin menambah keindahan tempat ini



Makam Muhammad Syaikhona Kholil Merupakan makam seorang ulama besar Madura, salah satu guru dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Ia juga mewariskan perahu yang kabarnya masih dirawat dengan baik.



Untuk mencapai pesarean Syeikhona Kholil, dari arah kota Bangkalan, kita harus terus menuju ke arah barat sekitar 700 meter untuk bisa sampai di peristitahatan terakhir guru agama para founding father negeri ini. tanda bahwa kita akan memasuki pesarean adalah saat kita melintasi gapura bertuliskan “Anda Memasuki Desa Mertajesah”, karena pesarean KHM. Kolil Bangkalan memang terletak di desa tersebut. Syeikhona Kholil sendiri hidup pada 1835 M – 1925 M, beliau adalah ulama’ keturunan ketujuh dari Sunan Gunung Jati Cirebon, (tapi jika merujuk dari buyutnya yang bernama Sunan Cendana, beliau adalah keturunan Sunan Ampel. Atau bisa jadi ia memang adalah keturunan kedua sunan tersebut) beliau dikenal sebagai guru agama banyak tokoh di Indonesia. Bahkan kabarnya Ir. Soekarno sendiri pernah mondok di Syeikhona Kholil sebelum nyantri ke HOS. Tjokro Aminoto yang juga pernah nyantri pada KH. Kholil. Beliau menjadi tokoh di balik berdirinya NU di Indonesia, lewat petunjuknyalah KH. Hasyim Asy’ari berangkat ke Hijaz dalam misi mempertahankan tradisi Islam tradisional yang dianggap benar dan mempertahankan makam Nabi Muhammad agar tidak digusur oleh orang Wahabi. Begitu juga saat Hasyim Asy’ari hendak mendirikan NU sebagai kelanjutan Komite Hijaz yang ia gagas, ia juga masih meminta restu Mbah Kholil (orang Bangkalan biasa menyebutnya). Sedikit yang unik, pada nisan sang Syekh terkesan besar dan terus bertambah besar, di nisannya melekat kain kafan yang diikatkan pada nisan, karena walau sejak 1980-an tidak lagi dipasangi kain kafan, tapi banyak para pengunjung yang mempunyai nadzar kemudian harus diiyakan oleh pengurus makam. Akan tetapi saat ini bentuk nisan dikembalikan lagi menjadi lebih ramping. Setiap harinya, peziarah bisa mencapai 60 bis pariwisata. Jangan heran pula jika yang datang pun ternyata bukan hanya umat Islam Indonesia tapi juga dari Kuala Lumpur, Brunai, Beijing, dan Australia. Setidaknya begitulah menurut pengakuan penjaga pesarean.



Mercusuar Ujung Piring, Kecamatan Socah, sekitar 7 km dari Bangkalan, tinggi 78 m, diresmikan Z.W Williem II pada 1879, untuk memandu kapal yang masuk ke Tanjung Perak. Itulah Mecusuar ZM Willem III yang bisa dikunjungi akhir pekan ini saat liburan di Pulau Garam. Ada tempat wisata sejarah yang terletak di Pulau Madura tepatnya di Kota



Bangkalan. Sebuah mercusuar buatan Belanda letaknya berdekatan dengan alam yang indah yakni Pantai Sembilangan. Museum Cakraningrat Jl. Soekarno Hatta, sekitar 1.5 km dari pusat Kota Bangkalan, yang menyimpan benda-benda pusaka dan budaya peninggalan Kerajaan Madura Barat. Pada tahun 1974 Pemerintah Daerah Tingkat II KabupatenBangkalan mendirikan sebuah Gedung Museum untuk penyimpanan benda-benda koleksi keluarga Kraton yang sudah diserahkan perawatannya kepada Pemerintah dengan ciri khas gerbang pintu adalah miniatur Bentar Makam Agung Arosbaya.



Kemudian pada tanggal 24 Juli 1975 dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 08.00 sId 14.00 WIB. Dengan bentuk dan kondisi yang hanya satu ruangan tersebut, maka telah dapat ditampung beberapa macam benda koleksi Peninggalan milik perorangan maupun milik Keluarga Bangsawan Bangkalan. Museum tidak hanya bersifat memperkenalkan benda-benda bernilai sejarah saja, akan tetapi juga merupakan “Human Relationship” sebagai sarana komunikasi dari generasi ke generasi, demikian ada keberadaan “Museum Daerah Kabupaten Bangkalan” Sebelum memiliki gedung yang tetap seperti yang terjadi pada saat ini, terdorong oleh rasa bangga terhadap warisan nenek moyang kita, yang menggambarkan pembuktian manusia, alam dan kebudayaan, baik secara synchronis maupun pencerminan histories dari pada manusia, alam lingkungan dan kebudayaannya. Pantai Rongkang Pantai Ini Terletak Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, kirakira 35 km di selatan kota Bangkalan. Kwanyar, 10 km dari Dari jembatan Suramadu ke arah Timur menuju Kwanyar. Terdapat bukit berundak bertinggian 20 – 25 mdpl, dengan lampu-lampu kapal pada malam hari.



Pantai Sambilangan Pantai Sambilangan merupakan tempat wisata pantai yang indah, terletak sekitar 7 km di sebelah selatan dari kota Bangkalan, di desa Sambilangan , kecamatan Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Di pantai ini terdapat sebuah mercusuar yang dibuat pada tahun 1879, dibuka oleh zw Willem III. Desa Sambilangan, sekitar 7 km dari Kota Bangkalan. Pantai Siring Kemuning Pantai Siring Kemuning – Pulau Madura memang banyak menyimpan potensi wisata pantainya. Namun sayang masih banyak terdapat pantai-pantai yang belum di kembangkan secara profesional sehingga membuat pantainya seakan tersembunyi dari pandangan wisatawan luar, padahal pantai-pantai tersebut sangat cantik dan indah. Salah satu pantai yang cantik itu adalah pantai Siring Kemuning ini, merupakan pantai yang masih cukup alami dengan pesona pemandangannya yang sungguh sangat luar biasa. Lokasi Dan Transportasi Secara administratif pantai Siring Kemuning terletak di Desa Mecajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura. Berada sekitar 41 Km ke arah Utara Kota Bangkalan atau memakan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan mobil. Belum ada transportasi umum yang menuju ke daerah pantai ini, jadi satu-satunya transportasi adalah dengan menggunakan motor ataupun mobil pribadi. Namun jika anda tidak mempunyai kendaraan, anda dapat menyewa mobil dari Kota bangkalan. Banyak tersedia jasa penyewaan disana dengan harga yang bervariasi, tergantung dari jenis mobilnya. Rata-rata harga sewa berkisar antara Rp 500.000*) – Rp 600.000*) per harinya, dengan waktu maksimal pemakaian selama 12 jam. Jenis mobil yang tersedia seperti APV,



Xenia, Avanza dan Innova. Harga tersebut biasanya sudah termasuk pula dengan sopir beserta bahan bakarnya. Wisata Setelah menempuh satu jam perjalanan darat dari kota Bangkalan, maka sekitar satu Kilometer lagi dari jalan utama anda akan menemukan pantai Siring Kemuning ini. Pertama kali masuk anda akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 3.000*) per orang dan uang restribusi parkir sebesar Rp 3.000*) untuk motor, sedangkan mobil sebesar Rp 5.000*). Memasuki area pantai ini anda akan disuguhkan dengan hembusan angin yang menyejukkan, terdapat pula pepohonan rindang di sekitar bibir pantai yang membuatnya tampak lebih asri dan alami. Anda dapat beristirahat ataupun makan siang di bawah pohon ini sambil menikmati pemandangan sekitarnya. Fasilitas umum yang ada di pantai ini masih sangat minim, hanya terdapat toilet umum yang bisa anda gunakan dan juga terdapat beberapa warung yang menjual jajanan. Jadi pastikan anda sudah mempersiapkan semuanya sebelum berangkat, termasuk dengan persiapan bekal makanan yang akan dibawa. Pemandangan di pantai ini tak kalah cantiknya dengan pantai-pantai di tempat lain, pasirnya yang berwarna putih ditambah dengan hiasan batu karang di tepi laut dijamin akan membuat anda terpukau. Pemandangan pun akan semakin menarik saat anda melihat perahu-perahu nelayan yang bersandar. Anda dapat melihat mereka yang sedang sibuk dengan aktifitasnya, ada yang sedang memperbaiki perahu, mengatur jaring ataupun sekedar mengobrol sesama rekannya. Deburan ombak yang terkadang cukup besar pun menambah cantiknya panorama alam disini. Jika anda ingin berenang sebaiknya lebih berhati-hati terutama bagi anak kecil karena ombak yang datang seringkali akan menyeret anda ke laut, jadi sebaiknya jangan berenang terlalu jauh. Apalagi pada bagian pantai yang dibawahnya terdapat batuan karang yang cukup membuat sakit jika terinjak secara langsung tanpa menggunakan alas kaki. Di area pantai ini juga terdapat warung yang menjual jajanan, salah satunya yang terkenal adalah rujak Madura yaitu rujak yang berisi lontong dan sayuran. Cukup dengan membayar Rp 5.000*) anda sudah dapat mencicipi satu porsi jajanan khas ini. Jika anda ingin mencari penjual souvenir maka anda tidak akan menemukannya di area pantai ini, anda dapat mencarinya di luar menuju ke arah Kota. Souvenir yang paling terkenal dan sering dicari pengunjung adalah batik Tanjung Bumi, dimana merupakan batik khas daerah tersebut. Pantai Siring Kemuning selalu sepi dari pengunjung, hanya sesekali menjelang liburan pantai ini akan ramai dikunjungi oleh wisatawan dari luar Kota. Jika anda berkunjung dan ingin bermalam disana, terdapat penyewaan kamar yang bisa anda sewa dari penduduk setempat karena rata-rata penduduk sekitar pantai sudah menyiapkan kamar untuk disewakan kepada pengunjung dan tentunya dengan harga yang cukup terjangkau.



Pelabuhan Kamal Sebelum dibukanya Jembatan Suramadu merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan Pelabuhan Ujung di Surabaya.