Teologi Perjanjian Baru (WAHYU) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEOLOGI PERJANJIAN BARU TUGAS AKHIR SEMESTER “TEOLOGI KITAB WAHYU”



OLEH



Anggota Kelompok 4 : 



Agustina P. Lero







Anita K. U. Pingge







Febrizen A. Mayopu



Kelas/ Semester Dosen Pengasuh



: A/IV : Pdt. Anika Chatarina Takene M.Th



UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG FAKULTAS TEOLOGI 2020



I.



Pendahuluan (Pengantar)



Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengasuh mata kuliah ini dan semua saudara/i yang telah membantu kami dalam banyak hal sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir Semester ini dengan baik. Ada pun tujuan dari penulisan dari Tugas Akhir Semester ini untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Teologi Perjanjian Baru tentang “Teologi Kitab Wahyu”. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan iman bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas ini.



1



II.



Latar Belakang Kitab ini ditulis pada masa pemerintahan Romawi dibawah kekuasaan Kaisar



Domitianus, seorang kaisar romawi yang memerintah dari tahun 81-96 M.1Pada masa itu, jemaatjemaat penerima wahyu Yohanes mengalami banyak masalah.2 Permasalahan dari luar adalah orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka dan karena kepemimpinan Domitianus serta tuntutannya untuk memuja Kaisar dengan panggilan “Tuhan dan Allah”.3 Sedangkan permasalahan yang datang dari dalam terdapat pada penyimpangan mereka yang berkompromi terhadap dosa serta menyembah berhala dan dunia.4 a. Penulis Ada ahli yang berpendapat bahwa kitab Wahyu memang di tulis oleh Yohanes sebagaimana ia memperkenalkan dirinya namun bukan Yohanes sang rasul atau murid Yesus. Lalu Yohanes yang mana atau Yohanes siapa. Dalam hal ini ada beberapa penafsir yang berkata, kemungkinan penulis adalah Yohanes Markus dan ada pula yang mengatakan adalah Yohanes seorang tua-tua. Tetapi ada beberapa persamaan antara lain istilah-istilah yang sama persis yang di pakai dalam injil Yohanes dan kitab Wahyu dan salah satu yang paling mencolong adalah istilah sang logos, untuk menyebut Yesus dalam injil Yohanes ini adalah khas Yohanes tidak ada penulis lain dalam perjanjian baru yang menyebut Yesus sebagai Sang Logos, kecuali Yohanes. Dalam Wahyu ternyata juga memakai istilah Sang Firman untuk menyebut Yesus selain itu , injil Yohanes dan Kitab Wahyu ternyata juga sama-sma mengutip Zakaria 12:10(lihat Yohanes 19:37 dan Wahyu 1:7).5 Si pengarang memperkenalkan dirinya kepada para pembacanya dengan nama Yohanes (1:1, 4; 22:8) dan melanjutkan dengan menggambarkan dirinya sebagai saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam kerajaan, dan dalam ketekunan menantikan Yesus (1:9)6. Baik bukti sejarah maupun bukti isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus dan Polikarpus mengenal Rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi7. Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2013, cet. 10, hlm. 476 Drs. M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2016, cet. 24, hlm. 215 3 Stanley. M. Horton, Alkitab Penuntun: Hidup Bekelimpahan Perjanjian Baru, 2011, hlm. 656 4 Andrew Brake, Visi-visi Anak Domba: Komentari Wahyu, STT Jaffray, 2018, hlm. 11 5 Eka Darmaputera, Menyingkap janji Tuhan, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2012, Hal 12-13 6 Will Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2016, cet. 15, hlm. 342 7 Stanley. M. Horton, Alkitab Penuntun: Hidup Bekelimpahan Perjanjian Baru, 2011, hlm. 656 1 2



2



Oleh karena itu bisa dismpulkan bahwa kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes karena selain persamaan kitab Wahyu dalam injil Yohanes. b. Penerima Kitab Wahyu di tujukan kepada tujuh jemaat di Asia kecil dan bagian kitab mencerminkan keadan dalam jemat tersebut nasihat dalam surat kepada tiga jemaat (Efesus, pergemus, dan Tiatira mengenai sikap mereka terhadap berbagai guru palsu (Wahyu 2:1-7, 1829 ).8Walaupunn pesan yang ditujukan kepada jemaat-jemaat secara terpisah dalam Wahyu 2 dan 3 namun jemat-jemat tersebut di anggap sebagai satu tubuh. Tangan kanan dari kristus yang di muliakan memegang binatang-binatang yang melambangkan jemaat-jemat itu (wahyu 1:16) di katakan juga bahwa Kristus berada di tengah-tengah tujuh kaki dian yang merupakan lambang lain untuk jemaat itu berbeda-beda namun mereka di persatukan menjadi satu tubuh oleh beberapa hal. Mereka semua di sapa oleh Tuhan yang bangkit yang menyatakan bahwa ia mengetahui segala pekerjaan mereka juga di katakan bahwa mereka juga di sapa oleh Roh Kudus yang berbicara kepada seluruh jemaat melalui berita yang khusus untuk tiap-tiap jemaat (Wahyu 2:27). “Malaikat” (anggelos) dari setiap jemaat di sebutkan pada waktu pesan ini di amanatkan kepada masing-masing jemaat. Sudah di perdebatkan apakah yang di maksutkan adalah malaikat-malaikat, atau wakil pemimpin jemaat, atau wujut sorgawi yang mewakili jemaat di bumi. Walau pesan itu selalu di tujukan kepada anggelos dalam bentuk Tunggal namun tidak dapat di pertahankan teori bahwa istilah tersebut bahwa satu pejabat gereja yang memerintah sendirian. Dari ketujuh surat ini kita memperoleh beberapa pengertian mengenai peranan jemaat krtisten dalam daerah-daerah di Asia. tidak ada penjelasan mengenai pekerjaan yang dilakukamn oleh masing-,asing jemaat. Yang lebih di tujukan cecara khusus ialah sikap-sikap jemaat-jemaat yang berbeda-beda terhadap ajaran sesat (Wahyu 2:2,13-15,15,20; 3:8-10).9



c. Konteks Pergumulan Kitab ini ditujukan kepada tujuh Gereja di propinsi Asia. Dalam surat kepada jemaat-jemaat ini menyuratkan bahwa bahaya penindasan tengah mengancam atau sudah terjadi. Dalam tubuh utama kitab ini, kelaparan, perang, wabah penyakit, kemiskinan dan penganiayaan dianggap sebagai gejala umum dari situasi yang melatar belakangi kitab ini. Pada akhir abad yang pertama orang Kristen dimusuhi dimana-mana, terutama kekaisaran Romawi. Penyembahan yang ada pada waktu kitab ini ditulis yaitu penyembahan kepada kaisar. 10



Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2005, Hal 511 Donald Guthrie,Teologi Perjanjian Baru III, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2009, Hlm 120 10 Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru ( Malang: Gandum Mas, 1197) hlm. 14 8 9



3



Kaisar Dominitianus (tahun 81-96 M) menuntut semua warga kerajaannya harus menyembah dia sebagai ujian kesetiaan politis mereka dan ia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia “Tuhan dan Allah”. Namun pada waktu itu orang Kristen tidak bersedia menyembah kaisar. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka dianiaya dan diburu untuk dibunuh karena dianggap musuh negara.11 Dari pemerintahan kaisar Domitianus dikatakan bahwa dia adalah seorang yang juga ahli ekonomi. Dia adalah seorang manajer yang cakap, sehingga tata niaga negara dilaksanakan dengan sangat efisien oleh para bawahannya.12 Melihat dunia ekonomi dari kekaisaran Romawi, orang Kristen pada abad pertama masehi harus bekerja untuk menunjang kehidupannya. Pertanian, peridustrian,keuangan dan pengangkutan serta perjalanan semuanya dilakukan. 13



III.



Inti Teologi



 Aku Alfa dan Omega



Ibid., hlm. 14 Ibid., hlm. 14 13 Ibid., hlm. 476 11 12



4



Dalam kitab Wahyu beberapa kali kita bertemu dengan penyataan Allah tentang diri-Nya ini, Akulah Alfa dan Omega yang awal dan yang akhiri. (1:8;1:17:21:6;22:13) Alfa dan Omega adalah huruf awal dan akhir dalam alfabet Yunani. Pengunaan gelar ini di ambil dari kitab Yesaya. Di dalam kitab itu Allah beberapa kali berbicara tentang diri-Nya, Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian tidak ada Allah selain dari pada Ku ( Yesaya 44:6). Dalam pasalpasal itu Yesaya menunjuk kepada Allah sebagai satu-satunya Pencipta alam semesta dan Tuhan yang berkuasa atas sejarah. Yesaya menegaskan bahwa Allah Israel tidak sama dengan berhalaberhala itu. Di beberapa tempat lain melalui penglihatan dari kitab Wahyu Allah juga memperkenalkan diri-Nya sebagai yang ada yang telah ada dan akan datang. Dengan mengunakan ungkapan ini Yohanes hendak menegaskan bahwa Allah tidak hanya telah ada dan sekarang ada ditengah jemaat untuk menyelamatkan tetapi ia juga datang di masa depan sebagai Hakim untuk menghakimi dunia ini. 14 Perkataan Aku adalah Aku yang terdapat dalam injil Yohanes berhubungan dengan perkataan-perkataan yang sama dalam kitab Wahyu. Di sana tidak ada contoh dari pemakaian ungkapan yang tanpa tambahan tetapi ada beberapa peryataan tegas yang penting yang merupakan gambaran diri. Perkataan “Aku adalah” dalam ungkapan Alfa dan Omega dalam Wahyu 1:8 dan 21:6 di katakan oleh Allah, tetapi perkataan yang sama terdapat dalam Wahyu 22:13 dihubungkan dengan Kristus, yang menyatakan sebuah ilahi bagi-Nya Alfa dan Omega di jelaskan sebagai yang ada dan yang suda ada dan yang akan datang, yang Maha kuasa” dalam Wahyu 1:8 sebagai ‘Yang awal dan yang Akhir’ dalam Wahyu 21:6 dan juga dalam Wahyu 22:13, tetapi dalam tambahan “yang pertama dan yang kemudian”. Artinya jelas peryataan ini mencakup segala sesuatu bukan dalam arti panteistik, tetapi mencakup seluruh sejarah manusia.15



 Gereja Dalam kitab Wahyu di sebutkan tujuh gereja yang sedang menghadapi penganiayaan dan penindasan dari luar (Roma dan Yahudi) tetapi juga ada kelemahan internal yang menyebabkan anggota jemaat terlibat dalam perbuatan-perbuatan dosa. Oleh karena itu gereja di panggil untuk bertobat sebelum terlambat dan gereja di panggil untuk berdiri tenguh dalam menghadapi penganiayaan dan setia dalam setia menghadapi penderitaan karena pada orang yang setia sampai akhir akan diberi upah. 16



Samuel Benyamin Hakh, Sejarah pengantar, dan pokok-pokok Teologisnya, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019, Hlm 374 15 Donald Guthrie,Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2018, Hlm 337 16 Samuel Benyamin Hakh, Sejarah pengantar, dan pokok-pokok Teologisnya, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019, hlm. 376 14



5



Menurut Guthrie, walaupun keadaan masing-masing jemaat itu berbeda-beda, namun mereka dipersatukan menjadi satu tubuh oleh beberapa hal. Mereka semua disapa oleh Tuhan yang bangkit, yang menyatakan bahwa Ia mengetahui segala pekerjaan mereka. Juga dikatakan bahwa mereka semua disapa oleh Roh kudus yang berbicara kepada seluruh Jemaat melalui berita yang khusus untuk tiap-tiap Jemaat (Why 2:7). Tidak ada penjelasan mengenai “pekerjaan” yang dilakukan oleh masing-masing Jemaat. Yang lebih ditunjukkan secara khusus ialah sikap Jemaatjemaat yang berbeda-beda terhadap ajaran sesat (Why 2:2,13-15,20; 3:8-10). Karena itu, pokok utama dari surat-surat ini ialah kemurniaan Jemaat-jemaat dan penyerahan mereka kepada Kristus. Kemurniaan Jemaat-jemaat dan penyerahan mereka kepada Kristus ini juga adalah salah satu bagian dari sumbangan utama yang kita peroleh dari Kitab Wahyu tentang pengertian yang paling penting, karena ini merupakan bukti dari penyerahan mereka kepada Kristus, yakni ibadat. Dari kitab Wahyu kita mendapat kesan bahwa penulisnya sangat menghargai ibadat pemujaan kepada Allah. Ia menceritakan tentang reaksinya yang penuh rasa hormat dan takut pada waktu ia melihat Kristus yang dimuliakan (Why 1:17).17



 Gambaran pemerintahan Roma Dalam Wahyu 13 dan 17-18 Yohanes memberikan gambaran mengenai pemerintahan Roma



sebagai suatu sistem pemerintahan yang kejam dan menindas. Sistem



pemerintahan yang menindas itu tidak hanya mencakup kekejaman politik tetapi juga mencakup eksplotasi Ekonomi. Kekejaman politik dan eksplotasi ekonomi dari kekaisaran Romawi di tampilkan dalam penglihatan tentang binatang yang keluar dari dalam laut (Wahyu 13,17) serta perempuan sundal dari Babilon (Wahyu 18, 18) kalau binatang merupakan simbol kekuatan Militer dari politik Kaisar Romawi sedangkan perempuan sundal merupakan simbol gambaran kota Roma dengan segala kemakmurannya dengan melakukan ekspotasi oleh kaisar Romawi. Jadi dalam Wahyu 13 melukiskan pemerintaha Roma sebagai pemerintahan yang bengis sedangakan dalam Wahyu 17-18 pem,erintahan Roma di lukiskan sebagai pemerintahan yang rakus. Kemakmuran kota Roma sanagat bertumpuh pada kekuasaan politik dan militer dari pada kaisar itu. Yohanes mengambarkan penyebaran ideologi Romawi kepada daerah-daereh jajahanya sebagai seorang perempuan yang hidup dalam kemewahan, perempuan itu menggunakan kain ungu dan kain kermizi yang di hiasi denga emas, permata dan mutiara, serta di tangannya ada suatu cawan emas yang penuh dengan segala kekejian pencabulan (17-4).18 17



Donald. Guthrie. Teologi Perjanjian Baru III. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 119-122



Samuel Benyamin Hakh, Sejarah pengantar, dan pokok-pokok Teologisnya, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019, hlm. 377-378 18



6



 Penghukuman Bagi Penganiaya Umat Yohanes tidak hanya menyampaikan gambaran terhadap kekuasaan Romawi yang bengis dan kejam tetapi juga hukuman Allah kekuaaan Allah terhadap orang-orang jahat tersebut disamapaikan dalam tiga seri gambaran penghukuman yamng semuanya berasal dari takha Anak domaba itu, ketiga seri penghukuman di gamabarkan dengan tujuh materi yang di buka dan tujuh malapetaka. Masing-masing seri penghukuman terdapat angka tujuh, angka tujuh adalah simbol kesempurnaan. Hal yang menarik disini adalah setiap seri penghukuman itu berasal dari ruanagn Anak Domba (suatu simbol untuk Yesus Kristus yang di gambarkan Dalam Wahyu 4:1-11. Ia adalah satu-satunya Tuhan Allah yang mahakuasa, yang Mahakuasa, yang sudah ada, yang ada, dan yang akan datang. 19 Yohanes pada kesempatan lain berbicara tentang Roh dalam bentuk tunggal karena itu tidak mungkin bahwa ia berpikir tentang kemajemukan roh. Mengingat pengunaan angka tujuh dalam Wahyu maka cukup beralasan untuk menduga bahwa ungkapan itu menekankan kesempurnan Roh. Bahkan karena angka tujuh tujuh ini pertama-tama muncul dalam hubungan dengan Roh, kita bisa mengajukan pendapat bahwa kesempurnaan Roh menekankan pengunaan simbol-simbol angka lain. Dalam Wahyu 3:1 ketujuh Roh itu dikaitkan dengan ketujuh binatang, dalam 4:5 dengan ketujuh obor yang menyala-nyala, dalam 5:6 dengan ketujuh tanduk dengan tujuh mata jadi kemajemukan itu menunjukan kesempurnaan bukan jumlah.20



 Kerajaan Seribu Tahun Yohanes mengatakan bahwa setelah penghakiman atas binatang yang keluar dari laut dan semua pengikutnya, serta penghakiman terhadap "pelacur besar" yang merusak bumi dengan pencabulannya, maka tidak ada lagi peperangan. Yang ada hanyalah kemenangan dan sukacita.Kemenangan tersebut dirayakan di Sorga, dalam perjamuan Anak Domba(Wah.19:1-10). Lalu Kristus memerintah bersama dengan umatNya selama seribu tahun. Yang menjadi martir dalam penyiksaan pemerintahan Roma itu akan bangkit terlebih dahulu sehingga mereka akan memerintah bersama dengan Kristus(Wah.20:4-5). Selama kurun waktu itu iblis akan ditangkap dan diikat(20:2). Dan Allah akan membebaskan iblis pada akhir pemerintahan kerajaan seribu tahun. Gagasan tentang kerajaan seribu tahun itu berakar dari PL (Dan.7:9,10). Yesus mengangkat gagasan ini dan menggunakannya kepada situasi yang dialami orang Kristen. Kerajaan 1000 tahun yang Yohanes sebutkan disini bersifat simbolik, untuk menunjukan kepada pemulihan umat Allah dari pengalaman yang menyedihkan dari penguasa Roma. Iblis menggunakan Roma untuk 19 20



ibid, hlm. 380-381 Donald Guthrie,Teologi Perjanjian Baru I1, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2016, Hlm 206 7



menganiaya dan membunuh orang Kristen dalam waktu yang singkat, tetapi ia diikat selama 1000 tahun dan ia dibuang kedalam penghukuman yang kekal. Bagi Yohanes pemerintahan 1000 tahun mendemonstrasikan ketidakberdayaan iblis untuk merahi kemenangan mutlak atas umat Allah. Yohanes ingin menunjukan bahwa sekuat-kuatnya iblis melawan Allah dan umatNya, ia tetap ditaklukan oleh Allah. 21



 Allah Menciptakan Langit dan Bumi Baru Gagasan tentang Allah sebagai pencipta terulang dalam perkataan ke-24 orang tuatua dihadapan Allah (Wah.4:11). Sebagai pencipta Allahlah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu dan semua ciptaan datang bersujud dan menyembah kepadaNya. Itulah sebabnya semua ciptaan dipanggil untuk bertobat dan mengakui Allah sebagai Sang Pencipta. Gagasan ini tidak hanya berhubungan dengan penciptaan masa lalu, tapi juga penciptaan dimasa depan yaitu langit baru dan bumi baru. Dalam hubungan dengan penciptaan langit dan bumi baru, harapan akan kebangkitan dimasa depan merupakan kuat. Sebagai pencipta dan sumber segala yang hidup, Allah juga membangkitkan semua orang yang mati dan memberi kehidupan yang baru yaitu kehehiduan yang kekal kepada mereka yang percaya padaNya. Menurut Yohanes , pengharapan akan masa depan itu juga mencakup semua ciptaan( Yeh. 65:17; 66:22). Dalam perkataan lain segala penderitaan dan kefanaan akan berlalu dan diganti dengan kehidupan yang kekal dalam satu dunia yang baru , yang diciptakan (Wah.21:1). Gagasan ini tidak hanya berhubungan dengan penciptaan masa lalu, tapi juga penciptaan dimasa depan yaitu langit baru dan bumi baru. Dalam hubungan dengan penciptaan langit dan bumi baru, harapan akan kebangkitan dimasa depan merupakan kuat. Sebagai pencipta dan sumber segala yang hidup, Allah juga membangkitkan semua orang yang mati dan memberi kehidupan yang baru yaitu kehehiduan yang kekal kepada mereka yang percaya padaNya. Menurut Yohanes, pengharapan akan masa depan itu juga mencakup semua ciptaan( Yeh. 65:17; 66:22). Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru sebab yang langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu dan lautpun tidak ada lagi (Wah.21:1).). Dalam perkataan lain segala penderitaan dan kefanaan akan berlalu dan diganti dengan kehidupan yang kekal dalam satu dunia yang baru, yang Allah ciptakan. Lalu Dia yang duduk diatas takha itu berkata ‘Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru’.22



 Kota Yang Kudus, Yerusalem Baru



Samuel Benyamin Hakh, Sejarah pengantar, dan pokok-pokok Teologisnya, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019, hlm. 381-383 22 ibid, hlm 383-384 21



8



Gagasan kepada Yerusalem baru menunjukan pada Nabi Yehezkiel " Aku akan memberikan tempat kudusKu ditengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediamanKu pun akan ada pada mereka (Yeh.37:26,27). Yang dimaksud tempat kediaman oleh Yehezkiel adalah kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya. Yohanes mengambarkan sutu tempat pertemuan yang indah dan kekal yakni Yerusalem baru. Jadi setelah segala seuatu dialam semesta ini lenyap, maka Yerusalem baru-kota yang Kudus dengan segala keindahan akan turun dari Sorga. Itulah tujuan akhir dari perjalanan umat Allah yang penuh penderitaan didalam sejarah. Disini pula semua orang yang percaya akan bersekutu untuk memuji dan memuliakan Allah



IV.



Implikasi Dari semua inti Teologi diatas kelompok sepakat untuk memilih Teologi Wahyu tentang



Allah menciptakan langit dan bumi baru dan dihubungkan dengan konteks masa kini. Dimana pada masa kini, manusia diperhadapkan pada sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan karena pengaruh dari Virus Corona (Covid 19). Dari masalah Covid 19 ini dapat menyimpulkan bahwa dibalik setiap penderitaan yang hadapi pasti ada harapan yang diberikan oleh Tuhan, Harapan itu berupa langit yang baru dan bumi yang baru. Kuasa yang dimiliki oleh Tuhan, sanggup untuk mengubah penderitaan yang sekarang dihadapi oleh setiap manusia menjadi suatu kebahagiaan, karena kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan itu menjadi milik semua ciptaan.



V.



Penutup Dari pembahasan kelompok kami, maka kesimpulan yang kami tarik ialah kami melihat



teologi kitab Wahyu sebagai suatu teologi yang menuntun kehidupan manusia masa kini. Teologi kitab Wahyu juga menjadi penolong untuk kita agar kita tetap setia kepada Allah yang adalah awal dan akhir, dan juga kita percaya bahwa Allah yang menjadi harapan bagi kita saat kita dalam kondisi yang terpuruk, agar kita semakin mengenal dan mempercayai Allah yang adalah sang pemberi kehidupan. Demikianlah tugas yang kami buat, semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi orang yang membacanya. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak dapat dimengerti. Masih banyak kekurangan dan kelemahan yang kami sadari, yakni kurangnya rujukan dan referensi yang kami dapat tentang tugas ini, kami sangat menghargai setiap masukan berupa kritik dan saran yang diberikan agar tugas ini semakin bagus dan dapat digunakan dengan baik. 9



Daftar Pustaka







Tenney, C, Merril. 2013. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas







Duyverman, E, M. 2016. Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Brake, Andrew. 2018. Visi-Visi Anak Domba: Komentari Wahyu. STT Jaffray







Damaputera, Eka. 2012. Menyingkap Janji Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Marxsen, Will. 2016. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Drane, Jhon. 2005. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Guthrie, Donald. 2018. Teologi Perjanjian Baru I. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Guthrie, Donald. 2016. Teologi Perjanjian Baru II. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Guthrie, Donald. 2009. Teologi Perjanjian Baru III. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Hakh, B, Samuel. 2019. Sejarah Pengantar, Dan Pokok-Pokok Teologisnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia







Horton, M, Stanley. 2011. Alkitab Penuntun: Hidup Berkelimpahan Perjanjian Baru.



10