Teori Dasar Granulasi Kering [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI DASAR GRANULASI KERING



Tablet adalah sediaan padat, dibuat sceara kempa cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bular, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pembasah. Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa (Anief, 2007): 1.



Zat pengisi dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Sacharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang cocok.



2.



Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanys yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 10-20 % (panas), solutio Methylcellulosum 5 %.



3.



Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya



yang



digunakan



adalah



Amylum



Manihot



kering,



Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat. 4.



Zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan Talcum 5 %, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum.



Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Kloe, 2010). Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga



diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang (Kloe,2010). Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya terbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan no.4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat bergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989). Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling (Andayana, 2009). Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut (Andayana, 2009): 1.



Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi



2.



Zat aktif susah mengalir



3.



Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab



Keuntungan cara granulasi kering adalah (Andayana, 2009): 1.



Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu



2.



Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab



3.



Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat



Kekurangan cara granulasi kering adalah (Andayana, 2009): 1.



Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug



2.



Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam



3.



Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang



Pemeriksaan kualitas granul Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu, bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet. Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt, 1984). Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain (Lachman et al, 1994): 1). Waktu alir serbuk 2). Sudut diam serbuk 3). Pengetapan serbuk



Uji Fisik Tablet Pengujian ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa tablet akan tetap utuh (tidak pecah atau terkikis) baik selama proses pengemasan, maupun selama proses transportasi dari pabrik hingga ke tangan konsumen. Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik tablet antara lain (Sulaiman, 2007): 1). Keseragaman ukuran tablet 2). Kekerasan 3). Kerapuhan (friability) 4). Keseragaman bobot 5). Waktu hancur



DAFTAR PUSTAKA



Anief, M. 2007. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Andayana,



N.



2009.



Teori



Sediaan



Tablet.



Available



online



at



:



http:// pembuatan_tablet_nutwuri_andayana.html. [Diakses pada tanggal: 18 April 2014]. Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta. Kloe. 2010. Metode



granulasi



kering. Available



online



at



:



http://duniafarmasi.com/farmasetika/metode-granulasi-kering. [Diakses pada tanggal: 18 April 2017] Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Voigt, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi, Edisi V. Diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N., Edisi 5. UGM Press. Yogyakarta.