Teori Titrasi Oksidimetri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………



i



DAFTAR ISI…………………………………………………………………



ii



BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….....



1



A. Latar Belakang………………………………………………………. B. Tujuan………………………………………………………………... C. Rumusan Masalah…………………………………………………….



1 1 1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. A. Pengertian………………………………………………………………..



3 3



BAB III PENUTUP………………………………………………………….



7



A. Kesimpulan……………………………………………………………



7



DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...



8



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan analisis volumetri adalahreaksi oksidasi reduksi, yang di kenal dengan istilah oksidimetri.jenis reaksi inimelibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan reduktor. Ada dua cara perhitungan reaksi oksidasi reduksi ; 1. Berdasarkan atas mol pada persamaan stoikiometri. 2. Berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam senyawa oksidator yang dikenal dengan berat ekivalen.Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan biloks, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator



adalah



senyawa



dimana



atom



yang



terkandung



mengalami



penurunan biloks. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan biloks DAY, R.A., Jr; Underwood, A.L. (1986). Dalam banyak prosedur analitik,analit ada dalam lebih dari satu keadaan oksidasi dan harus dirubah menjadikeadaan oksidasi tunggal sebelum dilakukan titrasi. Pereaksi redoks yangdigunakan harus mampu untuk mengubah analit secara lengkap dan cepatkedalam oksidasi yang diinginkan



B. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Agar dapat memahami kegunaan dari oksidimetri. C. Rumusan Masalah 1. Apa maksud/arti dari oksidimetri ?



Titrasi Oksidimetri Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk



mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau asam arsenit) (Bassett, 1994). Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Svehla, 1997). Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Day & Underwood, 1981). Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama sehingga boraks atau natrium seringkali ditambahkan sebagai pengawet. Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62Reaksinya berjalan cepat sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan. Berat ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat molekularnya 248,17 karena satu electron persatu molekul hilang. Jika pH dari larutan diatas 9 tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat.



4I2 + S2O32- + 5H2O → 8 I - + 2SO42- + 10H+ Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin oksidasi menjadi sulfat tidak muncul , terutama jika Iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksidasi kuat seperti garam permanganate,garam dikromat dan garam serium(IV) mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat ,namun reaksinya tidak kuantitatif. Dalam standarisasi larutan-larutan tiosulfat sejumlah substansi dapat dipergunakan sebagai standar-standar primer untuk larutan-larutan tiosulfat. Iodn murni adalah standar yang paling jelas namun jarang digunakan karena kesulitan dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan adalah standar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodine dari iodide,sebuah iodometrik. Kalium iodat dan kalium bromat megoksidasi iodide secara kuantitatif menjadi iodine dalam larutan asam. IO3- + 5I + 6H+ → 3I2 + 3H2O BrO3- + 6 I- + 6H+ → 3 I2 + Br - + 3H2O Reaksi iodatnya berjalan cukup cepat ,reaksi ini juga hanya membutuhkan sedikit kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih lambat namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion hydrogen biasanya sejumlah kecil ammonium molibda ditambah sebagai katalis. Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahwa berat ekivalen mereka kecil. Dalam setiap kasus berat ekivalen adalah seperenam dari berat molecular dimana berat ekivalen KIO3 adalah 35,67 dan KBrO3 adalah 27,84 untuk menghindari kesalahan yang besar dalam menimbang,petunjuk-petunjuk biasa mensyaratkan penimbangan sebuah sample yang besar pengenceran di dalam labu volumetric dan menarik mundur alikuot. Garam kalium asam iodat ,KIO3 , HIO3 dapat juga dipergunakan sebagai standar primer namun berat ekivalennya juga kecil seperduabelas dari berat molekulrnya atau 32,49. Iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara relative merupakan reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan triodida



I2 + 2e → 2I – Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi ia larut dalam larutan KI harus disimpan pada tempat yang dingin dan gelap . berkurangnya iodium dan akibat penguapan dan oksidsi udara menyebabkan banyak kesalahan dalm analisis dapat distandarisasi dengan Na2S2O3.5H2O yang lebih dahulu distandarisasi dengan senyawa lain. Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/amilum. Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002). Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day & Underwood, 1981). Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi dengan natrium thiosulfat maka: I3- + 2S2O32- → 3I- + S4O62Yang mana berjalan terus menjadi: S2O3I- + S2O32 - → S4O62- +I3Reaksi berlangsung baik dibawah pH = 5,0 (Khopkar, 2002). Jika suatu zat pengoksid kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih biasa) larutan asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir bereaksi sebagai zat prereduksi, dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan dibebaskan, lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya natrium



thiosulfat



(Bassett,



1994).



Potensial reduksi dari zat-zat tertentu naik banyak sekali dengan naiknya konsentrasi ionhidrogen dari larutan. Inilah halnya dalam sistem-sistem yang mengandung permanganat, dikromat, arsenat, antimonat, borat dan sebagainya yakni, dengan anion-anion yang mengandung oksigen dan karenanya memerlukan hidrogen untuk reduksi lengkap. Banyak anion pengoksid yang lemah direduksi lengkap oleh ion iodida, jika potensial reduksi merekanaik banyak sekali karena adanya jumlah besar asam dalam larutan (Bassett, 1994). Dua



sumber



sesatan



yang



penting



dalam



titrasi



yang



melibatkan



iod



adalah:



1. Kehilangan iod yang disebabkan oleh sifat mudah menguapnya yang cukup berarti 2.Larutan iodida yang asam dioksidasi oleh oksigen di udara: 4I- + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O Reaksi diatas lambat dalam larutan netral tetapi lebih cepat dalam larutan berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodida pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan direduksi oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara: 2HNO2 + 2H+ + 2I- → 2NO + I2 + 2H2O 4NO + O2 + 2H2O → 4HNO2 Kalium iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini bereaksi dalam larutan berasam untuk membebaskan iodium: IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O



BAB IV PENUTUP



Kesimpulan



Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor 2. Ada beberapa macam titrasi redoks yang kita kenal, yaitu: iodometri, iodimetri dan permanganometri, dikromatometri, serimetri dan nitrimeti. 3. Prinsip kerja titrasi redoks adalah reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan electron. 4. Titrasi redoks biasa digunakan dalam penetapanbesi alam bijih besi dan penetapan klor dalam kaporit.



DAFTAR PUSTAKA



Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC Buku Kedoktean



Gandjar, G.I dan Rohman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:Pustaka Belajar Harjadi, W. 1993. lmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Erlangga Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press Dirjen POM RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga . Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia Underwood, A.L. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke Empat.Jakarta:Erlangga Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rival, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . Jakarta: UI Press Susanti. 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: FakultasFarmasi Universitas Muslim Indonesia