Terapi Nutrisi Pada Pasien DM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 TERAPI NUTRISI PADA PASIEN DM (DIABETES MELLITUS) KONSEP TEORI



A. KONSEP TENTANG PENGERTIAN DM Diabetes melitus adalah suatu penyakit dengan kondisi insulin tubuh kurang karena rusaknya pankreas yang memproduksi insulin sehingga kadar gula darah melampaui batas normal.Terapi penderita diabetes melitus memiliki tujuan utama untuk mempertahankan kadar gula darah terapi diabetes melitus agar berada dalam batas normal. Semakin dekat dengan batas normal, maka resiko terjadinya penyakit komplikasi akan semakin berkurang. Ada bermacammacam jenis diabetes melitus (DM). Namun, umumnya dikenal dua jenis DM yang utama perbedaan utama dari kedua tipe ini terletak pada permasalahan patofisiologinya. 1. Diabetes Tipe I DM tipe I terdapat diseluruh dunia.Umumnya DM tipe I terjadi tiba-tiba dengan hiperglikemia yang berat dan biasanya tipe ini terdapat ketonuria atau ketosis ketika diagnosis ditegakkan. Onset DM tipe I pada umumnya terjadi pada usia kanak-kanak dan dewasa muda, kendati dapat pula terjadi pada segala usia. Penderita DM tipe I juga biasanya mengalami ketergantungan seumur hidup pada insulin.Meskipun DM tipe I merupakan bentuk penyakit diabetes yang paling ekstrem, namun penyakit ini tidak dapat dicegah dengan intervensi diet. 2. Diabetes Tipe II Epidemic DM di seluruh dunia kemungkinan terjadi dalam kuartal pertama abad ke 21 ini. Estimasi prevalensi DM pada populasi dewasa diseluruh dunia akan mengalami kenaikan sebesar 35% yaitu dari angka prevalensi 4,0% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2025. Laporan WHO menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang menderita DM di dunia akan meningkat dari 135 juta pada tahun 1995 menjadi 300 juta pada tahun 2025. Peningkatan terbesar jumlah ini akan terjadi di negara-negara berkembang. Di negara-negara maju akan terdapat peningkatan sebesar 42% yaitu dari 51 juta menjadi 72 juta, sementara dinegara-negara berkembang terjadi peningkatan sebesar 170% yaitu dari 84 juta menjadi 228 juta. Peningkatan angka prevalensi yang tertinggi antara tahun 1995 dan 2025 akan terjadi di cina (68%) dan india (59%). Negara-negara timur tengah akan mengalami peningkatan sebesar 30% dan untuk amerika latin serta kepulauan karibia diproyeksikan akan terjadi peningkatan sebesar 41%. Meskipun perbandingan internal untuk menunjukan pola-pola yang terus berubah. 3. Toleransi Glukosa Terganggu Rasio prevelensi TGT terhadap DM bervariasi pada berbagai populasi dan biasanya berkisar disekitar 1 ( yaitu,prevelensi TGT sama dengan prevelensi DM ). Hasil pengamatan yang menunjukan tingginya prevelensi TGT mengandung makna yang sangat penting karena sekitar 35% penduduk yang menyandang TGT akan menjadi diabetisi dalam periode mean 5 tahun.Lebih lanjut,para penyandang TGT juga membawa risiko kardiovaskuler yang tinggi.pada ras-ras tertentu seperti ras afrika di kamerun ( daerah perkotaan dan pedesaan ),prevelensi DM masih



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 rendah padahal prevelensi TGT terlihat terus meningkat. Kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT, impaired glucose tolerance) merupakan tahap terjadinya gangguan pada regulasi glukosa karena keadaan ini dapat terlihat pada setiap kelainan hiperglikemia dan TGT sendiri bukan DM. 4. Komplikasi Diabetes DM tipe II hipertensi merupakan dua keadaan yang umumnya saling berkaitan keberadaan kedua keadaan tersebut secara bersama-sama akan memperbesar risiko kardiovaskuler,komplikasi renal dan retina pada DM.Pemeriksaan skrining untuk retinopati dan mikroalbuminuria harus dilakukan pada saat diagnosis DM tipe II dibuat dan sesudah itu dilakukan,setiap tahun sekali.Dua buah penelitian landmark yang dilakukan akhir-akhir ini,yaitu the Diabetes Control and complication Trial ( DCCT ) pada DM tipe I dan The United Kingdom Propective Diabetes Study ( UKPDS ) pada DM tipe II,secara konklusif memperlihatkan bahwa pengendalian kadar glukosa darah dan tekanan darah yang ketat akan mengurangi komplikasi vascular secara signitifkan pada DM.Beberapa faktor yang turut menyebabkan terjadinya DM dan penyakit jantung koroner seperti obesitas,berkurangnya aktivitas fisik dan diet yang tidak tepat merupakan unsur-unsur yang dapat diubah.saat ini sudah tersedia pedoman untuk mengubah faktor-faktor risiko ini berdasarkan pada beberapa hasil penelitian prospektif jangka panjang. B.Prinsip Diet Pada Penderita DM A. Nutrisi preventif Intervensi gizi yang bersifat preventif untuk mengurangi risiko terjadinya DM tipe 2 harus berfokus pada: 1) Pencegahan obesitas pada pasien-pasien yang berisiko diabetes 2) Asupan serat pangan 25 gram /1000 kalori, khususnya serat larut atau solubel dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah dan menambah rasa kenyang 3) Menghindari asupan kalori yang berlebihan 4) Olahraga teratur (yaitu, 3 kali seminggu atau lebih selama waktu >30 menit dengan intensitas 50-60% dari frekuensi jantung maksimal [220-usia) ternyata dapat mencegah atau menunda onset diabetes pada mereka yang mempunyai predisposisi untuk terkena penyakit ini. B. Nutrisi kuratif Intervensi diet untuk mengendalikan glukosa darah merupakan salah satu intervensi penting bagi pasien-pasien DM Tipe 2. Tujuan intervensi diet/gizi DM Tipe 2: 1) Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi diabetes dapat dicegah atau ditunda 2) Mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal atau ideal 3) Menghasilkan status gizi yang adekuat



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 Menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena pengendalian gula dara dapat menghilankan keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala, kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya. Tabel 20.1 klasifikasi etiologi kelainan glikemia (diabetes mellitus) Tipe I



Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total oleh sel-sel dan pancreas. Faktor penyebab masih belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa virus tertentu, penyakit autoimun dan faktor genetic mungkin turut berperan.



Tipe II



Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormone insulin diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak diabetes ini dan proses terjadinnya berkaitan dengan obesitas.



Tipe spesifik lainnya



Defek genetic pada fungsi sel Defek genetic pada kerja insulin Penyakit pada kelenjar eksrosin pancreas Endokrinopati Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia Infeksi Bentuk immune-mediated diabetes yang langka kadang-kadang sindrom genetic lain yang disertai diabetes.



Diabetes gestasional



Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan. Kebanyakan, tapi tidak semuanya akan sembuh setelah melahirkan.



C.Pencegahan Dan Pengelolaan Diabetes Cara utama untuk mengelola DM tipe I adalah pemberian insulin eksogen ( suntik insulin ).Manajemen diet bagi DM tipe I dan II hampir identk.Rekomendasi paling akhir untuk distribusi makronutrien pada diet DM dirangkumkan pada tabel 20.5.Dengan memperhitungkan peranan



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 utama obesitas dan kurangnya aktivitas fisik dalam etiologi DM tipe II,gizi kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam program pemcegahannya. 1. Tujuan Pengelolaan Diabetes Tujuan pengelolaan diabetes atau manajemen diabetes adalah membuat pasien terbebas dari keluhan serta gejala diabetes dan memungkinkannya untuk hidup secara normal tanpa menanggung komplikasi vascular yang berkaitan dengan penyakit tersebut.Pendekatan tim yang multiaspek sangat penting untuk mencapai semua tujuan ini.komponen dalam sejumlah penanganan DM,meliputi : a.



Terapi gizi yang mencakup modifikasi diet



b.



Exercise ( olahraga dan aktivitas fisik )



c.



Manajemen obat



d.



Edukasi DM







Epidemiologi



Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di amerika serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya. Diabetes terutama prevalen di antara kaum lanjut usia. Di antara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat , orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika memiliki angka insidens diabetes yang lebih tinggi dariipada penduduk kullit putih. Sebagian penduduk asli Amerika, seperti suku Pima, mempunyai angka diabetes dewasa sebesar 20% hingga 50%. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan yang baru di antara penduduk berusia 25 hingga 74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi di luar trauma kecelakaan. Tiga puluh persen pasin yang mulai mendapatkan terapi dialisis setiap tahun menderita penyakit diabetes. Diabetes berada dalam urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian akibat panyakit arteri koroner yang tinggi pada para penderiat diabetes. Beban ekonomi untuk diabetes terus meningkat akibat besarnya biaya medis dan bertambahnya populasi lansia. Beban biaya yang berhubungan langsung dengan penyakit diabetes diperkirakan paling sedikit 20 juta US$ per tahun, yang mencakup pengeluaran biaya medis langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan ketidakmampuan serta kematian dini. Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan populasi umum. Separuh dari keseluruhan penderita diabetes yang berusia lebih dari 65 tahun dirawat di rumah sakit setiap tahunnya. Komplikasi yang serius dan dapat membawa kematian sering turut menyebabkan peningkatan angka rawat inap bagi para penderita diabetes.  Fisiologi Normal Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam pulau-pulau Langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik atau hormon untuk menyimpan kalori (storage hormone). Apabila seseorang makan makanan, sekresi insulin



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 akan meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Dalam sel-sel tersebut, insulin menimbulkan efek berikut ini: 1. Menstimjulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot ( dalam bentuk glikogen) 2. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalamjaringan adiposa 3. Mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal dari protein makanan) ke dalam sel Insulin juga menghambat pemecahan pemecahan glukosa, protein dan lemak yang disimpan. Selama masa “puasa” (antara jam-jam makan dan pada saat tidur malam), pankreas akan melepaskan secara terus-menerus sejumlah kecil insulin bersama dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon (hormon ini disekresikan oleh sel-sel alfa pulau Langerhans). Insulin dan glukagon secara bersama-sama mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam darah dengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya, hati menghasilkan glukosa malalui pemecahan glikogen (glikogenolisis). Setelah 8 hingga 12 jam tanpa makanan, hati membentuk glukosa dari pemecahan zat-zat selain karbohidrat yang mencakup asam-asam amino (glukoneogenesis).  Patofisiologi diabetes Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskupun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia)akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pmecahan glukosa yang disimpan dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada perumukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor trsebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel beta tidak mampu mngimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan. Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektivitas insulin. Diabetes dan kehamilan. Diabetes yang terjadi selama kehamilan perlu mendapat perhatian khusus. Wanita yang sudah diketahui menderita diabetes sebelum terjadi nya pembuahan harus mendapatkan penyuluhan atau konseling tentang penatalaksanaan diabetes selama kehamilan. Pengendalian diabetes yang buruk (hiperglikemia) pada saat pembuahan dapat disertai timbulnya malformasi kongenital. Karena alasan inilah, wanita yang menderita diabetes harus mengendalikan penyakitnya dengan baik sebelum konsepsi terjadi dan sepanjang kehamilannya. Dianjurkan agar wanita yang menderita diabetes sudah memulai program terapi yang intensif (pemeriksaan kadar gluksosa darah empat kali per hari dan pemberian suntikan insulin tiga hingga empat kali per hari) dengan maksud untuk mencapai kadar hemoglobin A1C yang normal tiga bulan sebelum pembuahan. Pemantauan yang ketat dan pemeriksaan oleh dokter spesialis untuk kehamilan berisiko tinggi sangat dianjurkan  Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuroapatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes: 1. Diet 2. Latihan 3. Pemantauan 4. Terapi (jika diperlukan) 5. Pendidikan Penanganan di sepanjang perjalanan penyakit diabetes akan bervariasi karena terjadinya perubahan pada gaya hidup, keadaan fisik dan mental penderitanya di samping karena berbagai kemajuan dalam metode terapi yang dihasilkan dari riset. Karena itu, penatalaksanaan diabetes meliputi pengkajian yang konstan dan modifikasi rencana penanganan oleh profesional kesehatan di samping penyesuaian terapi oleh pasien sendiri setiap hari. Meskipun tim kesehatan akan mengarahkan penanganan tersebut, namun pasien sendirilah yang harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi yang kompleks itu setiap harinya. Karena alasan ini, pendidikan pasien dan keluarganya dipandang sebagai komponen yang penting dlam mengani penyakit diabetes sama pentingnya dengan komponen lain pada terapi diabetes



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019  Penatalaksanaan diet Prinsip umum. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini: 1. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral) 2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai 3. Memenuhi kebutuhan energi 4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis 5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jamjam makan yang berbeda merupakan hal penting. D.Pengaturan Diet Pada Pasien DM Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk membantu Pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan dari pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus ini adalah: 1. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas. 2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal. 3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan. 4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti : penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit jantung. 5. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka diet yang diberikan harus memenuhi syarat sebagai berikut:



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 a. Jumlah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan, aktivitas fisik, proses pertumbuhan, dan kelainan metabolik. b. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya, yaitu berkisar 60 – 70% dari total konsumsi. Makanan/minuman yang mengandung gula dibatasi, dan digunakan jenis karbohidrat kompleks/makanan yang berserat. c. Protein berkisar 12 – 20%, dan digunakan protein yang bernilai biologi tinggi (nilai cernanya tinggi). d. Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak dikonsumsi. e. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Makanan-makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita Diabetes Mellitus adalah: 1) Sumber Karbohidrat kompleks Seperti beras/nasi, kentang, singkong, terigu, tapioka, gula, hunkue, makaroni, mie, bihun, roti, dan biskuit. 2) Protein Hewani Ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan, dan telur maksimal 2x/minggu. 3) Sayuran Semua sayuran dianjurkan terutama yang berserat tinggi atau berwarna hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, dll.



4) Buah Semua buah dianjurkan terutama yang berserat tinggi menurut jumlah yang sudah ditentukan. Makanan-makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita Diabetes Mellitus adalah: a) Makanan dan minuman yang mengandung gula murni seperti gula pasir/gula merah, susu kental manis, dodol, cake, selai, sirup, kue tart, jelly, dll. b) Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental (mengandung lemak jenuh). c) Makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan seperti saus, kecap, abon, sarden kaleng, buah kalengan, dll.  Tanda dan gejala dm a. Gejala DM seperti rasa haus serta poliuria dan hasil pemeriksaan glukosa sewaktu >200 mg/dl (11.1 mmol/l) b. Atau EPG (kadar glukosa puasa )>126 mg/dl (7.0 mmol/l)



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 c. Atau glukosa plasma 2 jam setelah makan (2 jam pp) >200 mg/dl (11.1 mmol/l) selama pelaksanaan TTGO. d. Untuk keperluan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria kadar glukosa puasa atau 2 jam pp sesudah pemberian per oral 75 gram glukosa Ibu hamil yang memenuhi kriteria WHO untuk DM atau TGT diklasifikasi sebagai penderita DM gestasional..skrining untuk DM gestasional tidak diperlukan pada wanita yang berusia kurang dari 25 tahun dan mempunyai risiko yang rendah. Toleransi glukosa harus diklasifikasi ulang dengan TTGO 75 gram pada 6 minggu atau lebih sesudah melahirkan. The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan skrining dengan mengukur kadar glukosa plasma 1 jam sesudah pemberian oral 50 gram glukosa pada usia kehamilan antara 24 dan 28 minggu. Jika kadar glukosa tersebut paling sedikit 7.8 mmol/l (140 mg/dl), pemeriksaan TTGO selama 3 jam penuh harus dilaksanakan. Setiap dua dari empat nilai glukosa plasma selama tes yang memenuhi atau melebihi nilai-nilai yang terlihat dibawah ini menunjukan diagnosis DM gestasional: Waktu



Mg/dl



Mmol/l



1 rasa



95



5,3



1 jam setelah makan



180



10,0



2 jam setelah makan



155



8,6



3 jam setelah makan



140



7,8



Kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) merupakan indeks status glikemik selama 2-3 bulan yang lampau.Pemeriksaan ini dianjurkan sebagai alat untuk memantau pengendalian glukosa darah.  Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi yang ada sekarang ini meliputi berbagai stadium klinis dan tipe etiologi penyakit DM serta kategori hiperglikemia lainnya.Istillah DM yang tergantung insulin (IDDM, Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan yang tidak tergantung insulin (NIDDM, NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus) kini sudah tidak digunakan lagi.Klasifikasi etiologi DM diperhatikan dalam tabel 20.1. E.Faktor yang beresaiko DM 1. Faktor Genetik Bukti adanya komponen genetic berasal dari koefisien keselarasan (Corcodance) DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes mellitus dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu. Keterkaitan DM dengan banyak genkandidat telah teridentifikasi pada berbagai populasi, tetapi tidak ada gen yang terlihat sebagai gen utama di dalam proses terjadinya kelainan tersebut. DM tipe 2 merupakan kelainan poligenik dan tidak memiliki hubungan yang jelas dengan gen Human Leucocytes Antigen (HLA). Munculnya diabetes yang biasa muncul ketika dewasa pada usia muda (MODY, Maturity Onset Diabetes In The Young) merupakan bentuk monogenic DM tipe II dengan usia onset yang dini, yaitu kurang dari usia 25 tahun. Kelainan ini diturunkan secara autosomal domain dan mutasi disebutkan terjadi paling sedikit pada lima gen.



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 varian genetic lainnya adalah kehilangan pendengaran yang diwariskan secara materal pada diabetes mellitus (MIDDM, Maternally Inherited Deafness In Diabetes Mellitus) yang merupakan cirri khas DM tipe I dan tipe II. Tuli neuro sensori berhubungan dengan onset DM yang dini dan bentuk ini ditandai oleh pewarisan materal yang kuat. Hanya anak perempuan yang dapat mewariskan penyakit ini kepada keturunan, kendati kedua gender sama-sama dapat terkena. 2. Faktor risiko lingkungan Sejumlah penelitian epidemiologi dari berbagai bagian dunia memperlihatkan bahwa faktorfaktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi. a. Usia b. Obesitas dan obesitas bagian perut c. Resistensi insuin d. Faktor-faktor makanan atau gizi e. Jarang melakukan aktivitas fisik f. Urbanisasi dan modernisasi 1) Usia Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk DM. Dalam semua penelitian epidemiologi pada berbagai populasi, pravelensi Dm memperlihatkan peningkatan yang spesifik menurut usia.pada populasi eropa,usia pada saat onset DM umumnya berkisar antara 50-60 tahun,namun usia ini secara signitifkan lebih rendah pada penduduk asli amerika dan india yang angka prevelensi DM-nya tinggi. 2) Obesitas dan obesitas pada bagian perut Obesita smerupakan faktor resiko utama untuk terjadinya DM Hubungannya dengan DM tipe II sangatlah kompleks.Meskipun angka obesitas yang diukur melalui indeks masa tubuh ( IMT ) umumnya rendah pada orang-orang india,namun angka tersebut berkaitan erat dengan toleransi glukosa pada populasi perkotaan maupun pedesaan.Sekalipun masih berada di dalam kisaran berat badan yang dapat diterima,namun kenaikan berat badan dapat meningkatkan risiko DM,khususnya jika ada predisposisi familial.keadaan ini dapat terjadi karena efek yang merugikan dari usia dan berat badan terhadap tingginya derajat resistensi insulin pada beberapa populasi seperti orang-orang india asia.Distribusi lemka tubuh lebih penting artinya sebagai predictor DM ketimbang obesitas. 3) Resistensi insulin Defek pada sekresi dan kerja insulin merupakan dua faktor patogenik yang utama pada DM.Kerja insulin dibawah normal pada jaringan yang diantarai insulin mengakibatkan berkurangnya pembuangan glukosa, sekalipun pada mereka yang bukan diabetes keadaan ini mengakibatkan hiperinsulinemia kompensasi.Karena itu, kita sulit membedakan secara biologis antara resistensi insulin dan hiperinsulinemia kompensasi pada orang-orang yang bukan diabetesi.



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019



4) Faktor diet Pola makan atau diet merupakan determain penting yang menentukan obesitas dan juga mempengaruhi resistensi insulin dengan demikian,pola makan memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya DM tipe II.Dengan urbanisasi terjadilah perubahan gaya hidup dan kebiasan makan.Konsumsi makanan yang tinggi energy dan tinggi lemak,selain aktivitas fisik yang rendah,akan mengubah keseimbangan energy dengan disimpannya energy sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energy yang berlebihan itu sendiri akan meningkatkan resistensi insulin, sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang signitifkan Diet tinggi kalori,tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM tipe II.Diet yang akan energy dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin kendati pada populasi berisiko rendah seperti orang-orang eropa.masyarakat india selatan oleh orang-orang dilokasi urban yang memiliki angka DM yang jauh lebih tinggi ketimbang teman mereka dipedesaan.



 Terapi Gizi Dan Modifikasi Diet a. Tujuan terapi gizi adalah : 1) Untuk mencapai outcome metabolic yang optimal dan mempertahankanya. Outcome metabolic yang optimal meliputi : kadar glukosa yang normalprofil lipid menguntungkan,dan tingkat tekanan darah yang diterima untuk mengurangi risiko penyakit pada pembuluh darah makro serta mikro.



yang dapat



2) Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi DM yang kronis dengan mengubah asupan nutrient dan pola hidup agar selaras bagi pencegahan serta penanganan obesitas, dislipidemia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi,dan nefropati. 3)



Untuk memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan yang sehat dan aktivitas fisik



4)



Untuk memberikan saran spesifik yang diperlukan bagi kelompok minoritas,seperti :



a)



orang muda dengan DM tipe I dan II



b)



ibu hamil dan menyusui



c)



manula



d)



pasien DM yang mendapat suntikan insulin



e)



orang-orang yang berisiko untuk terkena DM .



Terapi gizi medic merupakan komponen yang integral dalam pengelolaan DM.paragraf berikut ini secara garis besar menguraikan dasar pemikiran rekomendasi gizi bagi pasien DM.Rekomendasi paling akhir untuk makronutrien dirangkumkan dalam tabel 20.5



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019



b. Karbohidrat Sejumlah faktor mempengaruhi respons glikemia terhadap makanan Faktor-faktor tersebut meliputi jumlah karbohidrat,jenis gula,sifat pati,cara memasak dan mengolah makanan serta bentuk makanannya,di samping komponen pangan lainnya.Banyak penelitian yang menyelidiki masalah ini menyimpulkan bahwa jumlah total karbohidratnya.pada pasien DM tipe II dengan berat badan yang normal,penggantian sebagaian karbohidrat dengan lemak tak jenuh tunggal ( MUFA ) akan mengurangi kenaikan gula darah setelah makan dan kadar trigliserid dalam darah.Namun penigkatan asupan lemak dalam diet yang tidak tepat dikhawatirkan dapat menaikkan berat badan pasien.Karena itu,kontribusi karbohidrat dan lemak MUFA bagi asupan energy harus ditentukan bagi masing-masing pasien dengan didasarkan pada hasil pengkajian gizi, profil metabolic dan tujuan penangannya. c. Indeks glikemik Makanan sumber karbohidrat akan dicerna dan diabsorbsi dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga karbohidrat dengan jumlah yang sama tidak memberikan efek yang sama dalam hal kadar gula darah, produksi insulin, ataupun kadar lemak darah. efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah k ompleks. Secara umum, sumber-sumber gula yang dimurnikan ( refined sugars ) akan diserap lebih cepat daripada karbohidrat yang berasal dari pati (Starch) atau makanan yang berserat seperti sereal dan buah. Variabilitas yang cukup besar pada efek glikemia terdapat diantara berbagai makanan yang komposisinya tampak sama dan kedaan ini dapat ditentukan kuantitanya melalui indeks glikemik (IG). IG memberikan cara untuk membandingkan respons glukosa darah setelah mengomsumsi sejumlah karbohidrat yang ekuivalen dan dapat dicerna dari makanan. d. Serat Sebagaimana halnya dengan populasi umum, kepada penyandang DM disarankan untyk memilih jenis-jenis bahn pangan yang banyak berserat, seperti Whole Grain, buah dan sayuran karena jenis makanan ini akan memberikan vitamin, mineral, serat pangan, serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Pada penyandang DM tipe II tampaknya diperlukan konsumsi serta dalam jumlah yang sangat besar untuk memberikan manfaat metabolic pada pengendalian gula darah, hiperinsulinemia dan kadar lipid plasma, namun volume serat yang sangat besar itu mungkin tidak dapat diterima bagi kebanyakan orang. e. Protein Pada penyandang DM tipe II yang terkontrol, protein yang dikomsumsinya tidak akan meningkatkan kadar glukosa plasma, kendati protein itu sendiri memiliki potensi yang sama seperti potensi karbohidrat sebagai stimulant sekresi insulin. Tidak ada bukti untuk menganjurkan modifikasi asupan protein yang lazim (15-20% dari total energy per hari) jika fungsi ginjal normal. f.



Lemak



Tujuan diet yang utama dalam kaitannya dengan lemak makanan pada penyandang DM adalah membatasi asupan lemak jenuh dan kolestrol dari makanan. Lemak jenuh merupakan



GIZI DAN DIET NAMA LUTFI,NIM 16019 determainan diet yang penting untuk menentukan kadar LDL-kolestrol di dalam plasma. Lebih lajut, penyandang DM tampaknya lebih senditif terhadap kolestrol dalam makanan ketimbang populasi yang bukan diabetisi. Pengikutsertaan latihan fisik dalam manajemen DM akan menghasilkan penurunan kadar total kolestrol, LDL-kolestrol serta trigliserida yang lebih besar dan mencegah penurunan kadar HDL-kolestrasi yang menyertain diet rendah lemak. Untuk mendapatkan manfaat asam-asam lemak n-3 yang kardioprotektif dapat dianjurkan dua atau ketiga kali menu ikan per minggu. Asupan asam lemak tak jenuh Trans (yang terbentuk ketika minyak nabati menjalani hidrogenasi) harus dikurangi karena jenis lemak ini memberikan efek yang merugikan pada kadar LDL-kolestrol plasma. g. Alcohol Pasien DM harus mematuhi tindakan pencegahan mengenai pemakaian alcohol yang berlaku pada populasi umum.Alkoholdapat memberikan efek hiperglikemik maupun hipoglikemik pada DM. efek ini ditentukan oleh jumlah alcohol yang diminum dengan cepat. 3. Aktivitas fisik atau exercise Latihan fisik dalam manajemen DM sama pentingnya seperti modifikasi diet. Ketika kita menilai aktivitas fisik seseorang.Aktivitasnnya ditempat kerja, aktivitasnya selama perjalanan dari dan tempat kerja dan aktivitasnya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah harus turut diperhitungkan. Latihan fisik tambahan dapat dianjurkan kepada orang-orang dengan gaya hidup sendetari (tidak banyak melakukan aktivitas fisik). Latihan fisik akan meningkatkan asupan glukosa oleh otot sebagai sumber oksidasi glukosa yang maksimal. Latihan secara teratur akan memperbaiki metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin, selain memperbaiki pula tekanaan darah dan profil lipid darah. latihan fisik akan mempercepat penurunan berat badan pada orangorang yang berat adanya berlebih dan membantu mempertahankan berat badan yang normal jika upaya ini dilakukan bersama dengan modifikasi diet atau pola makan. Untuk memerangi atau menghindari hipoglikemik yang akut atau kronis, pasien harus mendapatkan edukasi mengenai cara memantau gula darah yang tepat, asupan karbohidrat tambahan. Penyesuaian dosis takaran obat untuk menurunkan gula darah seperti agen yang meningkatkan sekresi insulin atau preparat insulin.