Titik 7 (G2.4) - 11 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kemampuan Lahan di Titik Pengamatan G2.4 Faktor



Data



Kriteria



Sub Kelas Kelas



Penghambat/Pembatas Lereng 20%



Klasifikasi D



e



IV



Tingkat erosi



Ringan



e1



e



II



Kedalaman tanah



> 100 cm



k0



s



I



Tekstur Lapisan Atas



lempung



t4



s



III



t4



s



III



berpasir Tekstur Lapisan Bawah



lempung berpasir



Permeabilitas



Cepat



P5



s



VIII



Drainase



Buruk



d4



w



IV



Kerikil/Bebatuan



Tanpa



b0



s



I



Bahaya Banjir



Sangat



O1



w



II



jarang Kelas Kemampuan Lahan



VIII



Faktor Pembatas



Kelebihan air



Sub Kelas Kemampuan Lahan



VIII w



Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kelas kemampuan lahan dititik pengamatan G2.4 termasuk kedalam kelas VIII dengan sub kelas VIIIw dengan faktor pembatas adalah permeabilitas. Permeabilitas didefinisikan sebagai kecepatan air untuk melewati tanah pada periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam sentimeter per jam (Foth, 1984). Tingkat permeabilitas yang tinggi pada titik G2.4 dipengaruhi oleh tekstur tanah, tekstur tanah yang terdapat pada lahan adalah lempung berpasir. Menurut Maro’ah (2011), semakin besar partikel mineral dari tanah, permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi. Apabila permeabilitas dalam tanah terlalu tinggi akan mengakibatkan air menutupi seluruh pori tanah, dan dapat terjadi berkurangnya kekuatan dalam tanah yang dapat menyebabkan tanah mudah terjadi kelongsoran atau erosi apabila diberi tekanan.



Lereng merupakan salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi kemampuan lahan. Tingkat kelerengan 20% dapat berakibat pada banjir dan erosi lahan, meskipun tingkat erosi pada lahan dikategorikan rendah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sitepu (2017), beberapa faktor yang mempengaruhi erosi pada tanah antara lain kemiringan lereng, intensitas curah hujan, jenis tanah, vegetasi, dan kecepatan permeabilitas. Semakin besar kemiringan lereng maka semakin besar pula laju erosi yang dihasilkan. Kemiringan lereng yang lebih besar menyebabkan partikel tanah mudah lepas. Selanjutnya adalah faktor pembatas drainase yang termasuk kedalam kelas IV. Drainase didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu lahan baik di permukaan atau di dalam tanah, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004). Drainase yang buruk mengakibatkan adanya genangan air pada lahan setelah terjadinya hujan, dan menyebabkan naiknya air tanah. Drainase yang buruk berakibat pada aerasi tanah yang buruk pula. Aerasi tanah yang buruk menyebabkan di dalam tanah tidak cukup tersedia oksigen. Dengan demikian, akar tanaman kurang mampu menyerap unsur hara dan tidak dapat berkembang dengan baik (Wirosoedarmo, 2011). Rayes (2007) mengatakan bahwa, subkelas kelebihan air (w) menunjukan bahwa tanah tersebut memiliki penghambat yang disebabkan oleh drainase buruk, atau kelebihan air dan bahaya banjir yang dapat merusak tanaman. Menurut Rayes (2007) lahan yang termasuk dalam kelas VIII dikategorikan dalam lahan yang penggunaannya untuk hutan lindung atau cagar alam. Lahan di titik G2.4 memiliki penggunaan yang sangat terbatas.



Kemampuan Lahan di Titik Pengamatan H1.2 Faktor



Data



Kriteria



Sub Kelas Kelas



Penghambat/Pembatas Lereng 27%



Klasifikasi D e



IV



Tingkat erosi



Ringan



e1



e



II



Kedalaman tanah



> 100 cm



k0



s



I



Tekstur Lapisan Atas



lempung



t3



s



I



t2



s



I



berdebu Tekstur Lapisan Bawah



lempung liat berpasir



Permeabilitas



Cepat



P5



s



VIII



Drainase



Baik



d1



w



I



Kerikil/Bebatuan



0



b0



s



I



O0



w



I VIII



Bahaya Banjir Tanpa Kelas Kemampuan Lahan Faktor Pembatas



Kelebihan air



Sub Kelas Kemampuan Lahan



VIII w



Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kelas kemampuan lahan dititik H1.2 termasuk kedalam kelas VIII dengan sub kelas VIIIw dengan faktor pembatas adalah permeabilitas. Sama halnya pada titik G2.4, titik H1.2 juga memiliki faktor pembatas berupa lereng yang termasuk dalam kelas IV, dan memiliki tingkat kemiringan sebesar 27%. Tingkat lereng tersebut dapat mempengaruhi tingkat erosi dan juga banjir. Sesuai dengan pernyataan Sitepu (2017), bahwa tingkat erosi berbanding lurus dengan kemiringan lereng. Semakin besar kemiringan lereng, semakin besar juga tingkat erosi. Permeabilitas tanah pada titik pengamatan H1.2 termasuk dalam kelas VIII dan dikategorikan dalam permeablitas yang cepat/tinggi. Menurut Maro’ah (2011), apabila permeabilitas dalam tanah terlalu tinggi akan mengakibatkan air menutupi seluruh pori tanah, dan dapat terjadi berkurangnya kekuatan dalam tanah yang dapat



menyebabkan tanah mudah terjadi kelongsoran atau erosi apabila diberi tekanan. Menurut Rayes (2007) lahan yang termasuk dalam kelas VIII dikategorikan dalam lahan yang penggunaannya untuk hutan lindung atau cagar alam. Lahan di titik H1.2 memiliki penggunaan yang sangat terbatas.



Kemampuan Lahan di Titik Pengamatan H1.1 Faktor



Data



Kriteria



Sub Kelas Kelas



Penghambat/Pembatas Lereng 7%



Klasifikasi B



e



II



Tingkat erosi



Ringan



e1



e



II



Kedalaman tanah



> 100 cm



k0



s



I



Tekstur Lapisan Atas



liat



t1



s



I



t1



s



I



berdebu Tekstur Lapisan Bawah



liat berdebu



Permeabilitas



sedang



P3



s



I



Drainase



agak baik



d2



w



II



Kerikil/Bebatuan



0



b0



s



I



O0



w



I II



Bahaya Banjir Tanpa Kelas Kemampuan Lahan Faktor Pembatas



erosi Kelebihan air



Sub Kelas Kemampuan Lahan



II ew



Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kelas kemampuan lahan dititik pengamatan H1.1 termasuk kedalam kelas II dengan sub kelas IIew dengan faktor pembatas adalah permeabilitas dan tingkat erosi. Lahan yang termasuk dalam kelas II memiliki lereng yang landai dan tingkat erosi ringan. Drainase pada titik ini termasuk agak baik. Menurut Rayes (2007), Lahan yang termasuk dalam kategori kelas II, dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang rumput, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan cagar alam. Meskipun cocok digunakan untuk lahan pertanian, lahan ini memerlukan beberapa pengelolaan yang hati-hati. Berdasarkan data diatas pengolahan dapat dilakukan dengan membuat saluran drainase dan juga membuat sistem terasisring pada lahan untuk mengurangi tingkat kelerengan.



Kemampuan Lahan di Titik Pengamatan M1.2 Faktor



Data



Kriteria



Sub Kelas Kelas



Penghambat/Pembatas Lereng 41%



Klasifikasi E



e



VI



Tingkat erosi



Sedang



e2



e



III



Kedalaman tanah



> 100 cm



k0



s



I



Tekstur Lapisan Atas



Lempung



t2



s



I



t2



s



I



berliat Tekstur Lapisan Bawah



Lempung berliat



Permeabilitas



Cepat



P5



s



VIII



Drainase



Baik



d1



w



I



Kerikil/Bebatuan



2%



b0



s



I



O0



w



I VIII



Bahaya Banjir Tanpa Kelas Kemampuan Lahan Faktor Pembatas



Kelebihan air



Sub Kelas Kemampuan Lahan



VIII w



Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kelas kemampuan lahan dititik M1.2 termasuk kedalam kelas VIII dengan sub kelas VIIIw dengan faktor pembatas adalah permeabilitas. Pada titik ini faktor penghambat lain yang terdapat pada lahan adalah lereng dan tingkat erosi, dimana lereng menunjukkan tingkat kemiringan sebesar 41% dan tingkat erosi yang ada sedang. Pengunaan lahan di kelas VIII sangatlah terbatas, hanya dapat digunakan untuk cagar alam dan hutan lindung (Rayes, 2017). Permeabilitas yang tergolong pada tingkat VIII mengakibatkan kemampuan lahan menjadi berkurang, menurut Rohmat (2009) permeabilitas dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Permeabilitas berbeda dengan drainase yang lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas dapat mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel – partikel lainnya yang terbawa bersama air



yang akan diserap masuk ke dalam tanah. Selain itu menurut Maro’ah (2011), Apabila permeabilitas dalam tanah terlalu tinggi akan mengakibatkan air menutupi seluruh pori tanah, dapat terjadi berkurangnya kekuatan dalam tanah yang dapat menyebabkan tanah mudah terjadi kelongsoran atau erosi apabila diberi tekanan.



Dafpus Foth, H.D. 1984. Fundamental of Soil Science. John Willey and Sons, New York. Mano’ah, S. 2011. Kajian Laju infiltrasi dan Permeabilitas Tanah pada Beberapa Model Tanaman. Skripsi Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Sitepu, F., Mary S., Tri H. 2017. Pengaruh Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Erosi yang Berpotensi Longsor. Jurnal JPE, Vol. 21, No. 1, Bulan Mei ,Tahun 2017 Suripin Dr. Ir. M.Eng., 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Rohmat, A., 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi Menurut Karakteristik Lahan. Erlangga, Jakarta.



Wirosoedarmo R, Tunggul S., Evi K., dan Rizky W. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung Menggunakan Metode Analisis Spasial. J. Agritech 31(1): 7178.